PENGARUH LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN PROSES SAINS (KPS) SISWA PADA MATERI POKOK PENCEMARAN DAN DAMPAKNYA BAGI MAKHLUK HIDUP (Studi Eksperimental Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri Di Kecamatan Pagela
ii ABSTRAK
PENGARUH LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN PROSES SAINS (KPS)
SISWA PADA MATERI POKOK PENCEMARAN DAN DAMPAKNYA BAGI MAKHLUK HIDUP Studi Eksperimental Pada Siswa Kelas VII Semester Genap
SMP Negeri Di Kecamatan Pagelaran Tahun Ajaran 2014/2015)
Oleh
ERWAN FERIYADI
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan LKS berbasis inkuiri terbimbing dalam meningkatkan KPS siswa dan tanggapan siswa terhadap penggunaan LKS berbasis inkuiri terbimbing pada materi pokok
pencemaran dan dampaknya bagi makhluk hidup di SMP Negeri 1 Pagelaran. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas VII1 dan VII2 yang dipilih secara
purposive sampling. Data kuantitatif berupa keterampilan proses sains siswa yang diperoleh dari nilai rata-rata pretest, post test dan N-gain yang dianalisis secara statistik menggunakan uji-t dan U. Data kualitatif dalam penelitian ini berupa keterampilan proses sains yang diperoleh dari lembar observasi dan tanggapan siswa yang diperoleh dari angket tanggapan siswa yang dianalisis secara deskriptif.
(2)
iii
Erwan Feriyadi
Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan LKS Inkuiri Terbimbing berpengaruh signifikan terhadap peningkatan keterampilan proses sains (KPS) siswa yang dibuktikan dengan ̅ pretes eksperimen = 32,16 ± 12,07 ; ̅ postes eksperimen = 81,29 ± 11,17 ; ̅ N-gain = 70,78 ± 18,97. Masing-masing indikator KPS mengalami peningkatan, namun tidak semua indikator mengalami
peningkatan berbeda secara signifikan. Indikator KPS yang mengalami
peningkatan berbeda secara signifikan yaitu pada aspek mengamati dengan rata-rata N-gain 0,92 ± 0,17, aspek menginterpretasi dengan rata-rata N-gain 0,71 ± 0,35, aspek memprediksi N-gain 0,75 ± 0,29, aspek mengkomunikasikan N-gain
0,73 ± 0,33 dan aspek menghipotesis N-gain 0,60 ± 0,53 mengalami peningkatan tidak berbeda signifikan. Berdasarkan observasi rata-rata keterampilan proses sains (KPS) siswa dalam semua aspek yang diamati pada kelas eksperimen yaitu (80,54%) dengan kriteria tinggi. Selain itu, sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif (85,48%) terhadap penggunaan LKS berbasis inkuiri
terbimbing. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan LKS berbasis Inkuiri Terbimbing berpengaruh signifikan dalam meningkatkan keterampilan proses sains (KPS) siswa pada materi pokok pencemaran dan dampaknya bagi makhluk hidup.
Kata kunci : Keterampilan Proses Sains (KPS), LKS, Inkuiri Terbimbing, pencemaran, dan makhluk hidup.
(3)
PENGARUH LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN PROSES SAINS (KPS)
SISWA PADA MATERI POKOK PENCEMARAN DAN DAMPAKNYA BAGI MAKHLUK HIDUP (Studi Eksperimental Pada Siswa Kelas VII Semester Genap
SMP Negeri Di Kecamatan Pagelaran Tahun Ajaran 2014/2015)
Oleh
ERWAN FERIYADI Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2015
(4)
(5)
(6)
(7)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Patoman 29 Mei 1992, yang merupakan anak bungsu dari empat bersaudara pasangan Bapak Legimin dengan Ibu Ponirah. Alamat penulis adalah Dusun Patoman II, RT.002 RW.002, Kelurahan Patoman, Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu Lampung. Nomor handphone penulis yaitu 085658966293.
Pendidikan yang ditempuh penulis adalah SD Negeri 1 Patoman (1998-2004), SMP Negeri 1 Pagelaran (2004-2007), dan SMA Negeri 1 Pagelaran (2007-2010). Pada tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila melalui jalur Penerimaan Mahasiswa Perluasan Akses Pendidikan
(PMPAP).
Penulis pernah mengikuti organisasi mahasiswa unila seperti Himpunan Mahasiswa Eksakta (Himasakta) tahun 2011. Penulis melaksanakan Kegiatan Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) tahun 2014 di desa Penantian Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus dan melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Pulau Panggung.
(8)
Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang
PERSEMBAHAN
Segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga karya ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam selalu dicurahkan
kepada Rasulullah Muhammad SAW.
Teriring doa serta salam dan segala kerendahan hati
Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya ini
untuk orang-orang tercinta dan berarti di sepanjang hidupku:
Yang tercinta ibu dan bapakku , yang telah mendidik dan membesarkanku dengan segala
usaha dan doa mereka, yang selalu memberikan limpahan cinta dan kasih sayang yang tak
terbatas yang takkan pernah mampu ku balas sepenuhnya, kalian yang selalu
menguatkanku, mengingatkanku ketika lupa,
dan senantiasa mendukungku dalam setiap langkahku menuju kebahagiaan dunia dan
akhirat kelak.
Kakak-kakakku tercinta Heru Widodo, Eningsih, Handoko, dan Yustyowati yang selalu
memberikan
Do’a, bimbingan, motivasi, serta
senantiasa selalu menyayangiku dan
membantuku ketika aku menghadapi banyak kesulitan.
Sahabat dan teman-teman seperjuangan
Para Pendidik dan Dosen tercinta
Almamater tercinta Universitas Lampung.
(9)
MOTTO
(Maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai
sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya
kebaikan yang banyak.
(QS. An-nisa 19)
Rasulullah bersabda:
“Shadaqah
yang paling utama ialah seseorang Islam yang
belajar
suatu ilmu pengetahuan kemudian ia mengajarkannya kepada
Saudaranya (temannya) muslim”.
(HR. Ibnu Majah)
"Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan
orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan
keberhasilan saat mereka menyerah."
(Thomas Alva Edison)
Jangan pernah menggantungkan masa depanmu kepada orang
lain, karena masa depan berada ditanganmu sendiri
(10)
SANWACANA
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan nikmat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “PENGARUH LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN PROSES SAINS (KPS) SISWA PADA MATERI POKOK PENCEMARAN DAN DAMPAKNYA BAGI MAKHLUK HIDUP ”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;
2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung; 3. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi; 4. Drs. Arwin Achmad, M. Si., selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan motivasinya hingga terselesainya skripsi ini;
5. Rini R. T. Marpaung, S. Pd., M. Pd., selaku Pembimbing Akademik sekaligus Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan motivasinya hingga terselesainya skripsi ini;
6. Dr. Tri Jalmo, M. Si., selaku Pembahas atas saran-saran perbaikan dan motivasi yang sangat berharga;
(11)
xii
8. Suwardi SY, S.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 1 Pagelaran dan ibu Ana Heni YSW, S.Pd., sebagai guru mata pelajaran IPA yang telah memberikan izin dan bantuannya selama penelitian berlangsung serta motivasinya.
9. Seluruh dewan guru, staf, dan siswa-siswi kelas VII 1 dan VII 2 SMP Negeri 1 Pagelaran atas kerjasamanya selama penelitian berlangsung;
10.Observer dalam penelitian ini Fajar Lestari, Florentina Krida W., dan Johan Subekti atas semua waktu dan tenaga selama penelitian berlangsung.
11.Sahabat-sahabatku tercinta Nur Hidayah, Johan Subekti, M. Samsul Huda, Sujono Dwi P., Robin Yama S., Megyan Pratama, Ahmad Effendi, Janggan Asmoro, serta semua teman-temanku di Pendidikan Biologi 2011 atas motivasi, doa dan dukungannya, semangat kebersamaan dan kekeluargaan yang telah terjalin saat ini hingga nanti.
12. Semua kakak tingkat dan adik tingkat di Pendidikan Biologi Unila, terimakasih atas dukungan yang diberikan.
13.Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Bandar Lampung, 25 Agustus 2015 Penulis
(12)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xviii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7
F. Kerangka Pikir ... 7
G. Hipotesis ... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar ... 10
B. Lembar kerja Siswa ... 11
C. Inkuiri Terbimbing ... 19
D. Keterampilan Proses Sains ... 23
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 26
B. Populasi dan Sampel ... 26
C. Desain Penelitian ... 26
D. Prosedur penelitian ... 27
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 35
F. Teknik Analisis Data ... 40
IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 46
B. Pembahasan ... 50
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 60
(13)
xv
1. Silabus ... 65
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 71
3. Lembar Kerja Siswa (LKS) Inkuiri Terbimbing ... 88
4. Rubrik Penilaian LKS Inkuiri Terbimbing ... 119
5. Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest ... 122
6. Soal Pretest dan Posttest ... 127
7. Rubrik Penilaian Soal Pretest dan Posttest ... 130
8. Lembar Penilaian KPS Siswa ... 132
9. Lembar observasi KPS siswa ... 133
10.Angket Tanggapan Siswa ... 135
11.Data nilai pretest, postest, dan N-Gain kelas ekperimen ... 136
12.Data nilai pretest, postest, dan N-Gain kelas kontrol ... 137
13.Analisis butir soal pretest dan postes ekperimen ... 138
14.Analisis butir soal pretest dan postes kontrol... 140
15.Analisis tanggapan siswa ... 142
16.Analisis perindikator kelas ekperimen ... 144
17.Analisis perindikator kelas kontrol ... 146
17.Analisis observasi ... 148
(14)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. RPP kelas ekperimen ... 28
2. RPP kelas kontrol ... 32
3. Kriteria N-gain ... 35
4. Lembar observasi keterampilan proses sains siswa ... 37
5. Keterangan skor kriteria penilaian keterampilan proses sains siswa ... 37
6. Item pernyataan angket ... 39
7. Variabel, sub variable, instrument, jenis data dan alat ukur data... 40
8. Kriteria peningkatan indikator KPS ... 43
9. Skor perjawaban angket ... 43
10.Tabulasi tanggapan siswa terhadap penggunaan LKS Inkuiri Terbimbing ... 44
11.Kriteria persentase tanggapan siswa terhadap penggunaan LKS Inkuiri Terbimbing ... 45
12.Hasil uji statistik nilai pretest, posttest dan N-gain kelas eksperiment dan kontrol ... 46
13.Hasil uji statistik N-gain indikator KPS siswa ... 47
14.Hasil observasi KPS siswa kelas eksperimen dan kontrol ... 49
15.Rubrik Penilaian KPS Siswa ... 130
16.Kriteria penilaian KPS ... 132
17.Nilai pretest, posttest dan N-gain kelas eksperiment ... 136
18.Nilai pretest, posttest dan N-gain kelas kontrol ... 137
(15)
xvi
22.Analisis butir soal postest kelas kontrol ... 141
23.Analisis tanggapan siswa terhadap penggunaan LKS Inkuiri Terbimbing ... 142
24.Analisis perindikator kelas eksperimen ... 144
25.Analisis perindikator kelas kontrol ... 146
26. Analisis observasi KPS kelas eksperimen ... 148
(16)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat ... 7
2. Desain pretest-posttest kelompok tak ekuivalen ... 28
3. Presentase tanggapan siswa terhadap LKS Inkuiri Terbimbing ... 50
4. Siswa kelas eksperimen melakukan pengamatan pencemaran ... 151
5. Siswa kelas eksperimen melakukan pengamatan pencemaran ... 151
6. Siswa kelas diskusi melakukan pengamatan diskusi ... 152
7. Siswa kelas eksperimen melakukan diskusi kelompok ... 152
8. Siswa kelas kontrol mempresentasikan jawaban di depan kelas ... 153
(17)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kualitas kehidupan suatu bangsa. Peran faktor pendidikan sangat penting dalam menciptakan kehidupan bangsa yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Oleh karenanya, pembaharuan dalam dunia pendidikan harus terus dilakukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan dari suatu bangsa. Pendidikan harus bersifat adaptif terhadap perubahan zaman. Sejalan dengan hal tersebut, dalam meningkatkan mutu pendidikan pemerintah terus melakukan upaya dengan berbagai cara diantaranya dengan penyempurnaan kurikulum yang telah ada yaitu pada awal tahun pelajaran 2013 telah diterapkannya kurikulum 2013 (K13) yang merupakan hasil pengembangan dan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Menurut Trianto (2009: 1), pendidikan yang mampu mendukung
pembangunan dimasa mendatang adalah yang mampu mengembangkan potensi siswa sehingga siswa mampu menghadapi dan memecahkan problema dalam kehidupan yang dialami. Selaras dengan Permendikbud No. 103
(18)
2
(2014: 3), bahwa proses pembelajaran pada kurikulum 2013 menerapkan sebuah pendekatan khusus yaitu pendekatan saintifik. Dimana pendekatan saintifik bercirikan pengasahan keterampilan proses sains yang meliputi kegiatan mengamati, menghipotesis, menanya, mengumpulkan
informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Sejalan dengan hal itu menurut (Depdiknas, 2008: 22), pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Karena itu, pendekatan yang diterapkan dalam menyajikan pembelajaran IPA adalah memadukan antara pengalaman proses IPA dan pemahaman produk serta teknologi IPA dalam bentuk pengalaman langsung yang berdampak pada sikap siswa yang mempelajari IPA dalam menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains.
Kenyataan yang dijumpai saat ini bahwa pembelajaran sains di Indonesia belum optimal. Dalam dua dekade terakhir mutu pendidikan di Indonesia masih jauh bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN yang lain. Berdasarkan hasil study PISA tahun 2012 yang keluar 4 Desember 2013 lalu menunjukan bahwa peringkat capaian sains untuk Indonesia berada pada urutan 64 dari 65 negara yang diikutkan studi PISA tahun 2012, dengan rincian literasi sains berada pada peringkat 64. skor rata-rata siswa Indonesia
(19)
adalah 382. Nilai 382 menggolongkan Indonesia pada skala PISA level terendah yakni siswa memiliki pengetahuan yang terbatas, hanya dapat menerapkannya dalam beberapa situasi untuk menyajikan penjelasan ilmiah secara eksplisit. Selain itu dengan nilai tersebut Indonesia menduduki urutan kedua terakhir dari semua negara yang tergabung dalam PISA (Xie, dkk., 2012: 16-17). Hal ini sangat memprihatinkan, karena pada tahun 2009 Indonesia menempati peringkat 60 dari 65 negara yang mengikuti PISA (OECD, 2013: 17).
Kenyataan lainnya yang sering dijumpai saat ini adalah selama proses pembelajaran di sekolah, guru kurang memfasilitasi siswa agar siswa dapat mengembangkan keterampilan proses sainsnya, misalnya dalam hal
mengobservasi atau mengamati objek secara langsung. Jadi selama proses pembelajaran guru lebih mendominasi dan sibuk menjelaskan materi yang menyebabkan pembelajaran tidak berpusat pada siswa sehingga kemampuan siswa dalam hal mengobservasi tidak tergali, siswa menjadi tidak aktif dan kurang mampu dalam keterampilan proses sains.
Kurangnya keterampilan proses sains terjadi di SMP Negeri 1 Pagelaran Pringsewu diketahui berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru IPA biologi kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran Pringsewu belum
dikembangkannya keterampilan proses sains siswa dengan tidak
dibiasakannya untuk melakukan aktivitas-aktivitas belajar seperti melakukan percobaan, pengamatan, kerja kelompok, dan kegiatan lainnya sehingga keterampilan proses sains siswa menjadi rendah, hal ini dikarenakan
(20)
4
keterbatasan bahan ajar yang ada di sekolah menjadikan siswa sulit
mengaitkan materi yang diterima di sekolah dengan situasi dunia nyata siswa yang menyebabkan siswa kurang mengasah keterampilan proses sains yang dimiliki sehingga keterampilan proses sains siswa yang muncul kemungkinan hanya menyimpulkan saja. Proses sains siswa yang tidak optimal maka akan berdampak kepada perolehan nilai hasil belajar siswa.
Mengingat pentingnya keterampilan tersebut maka untuk mendukung peran guru dalam merancang suatu pembelajaran yang dapat mengembangkan KPS siswa maka diperlukan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang tepat sesuai dengan standar kurikulum serta dapat memunculkan hakikat IPA secara seimbang. Penyusunan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang tepat dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan proses terhadap siswa (Widjajanti, 2008: 2). Keberadaan Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai bahan ajar memberi pengaruh yang cukup besar dalam proses belajar mengajar, sehingga penyusunan LKS harus memenuhi berbagai persyaratan misalnya syarat didaktik, syarat konstruksi, dan syarat teknik. LKS merupakan salah satu bahan ajar yang dapat dikembangkan oleh guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. Cara penyajian materi pelajaran dalam LKS meliputi penyampaian materi secara ringkas, kegiatan yang melibatkan siswa secara aktif misalnya latihan soal, diskusi dan percobaan sederhana (Widjajanti, 2008: 2). Dengan demikian, apabila penggunaan LKS dipadukan dengan pembelajaran inkuiri terbimbing dalam bentuk LKS berbasis inkuiri terbimbing diharapkan dapat membantu pelaksanaan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif. Hal ini juga didukung oleh penelitian
(21)
sebelummnya oleh Arfianty (2013: 102) penelitian penggunaan LKS berbasis inkuiri dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa.
Berdasarkan analisis terhadap LKS yang digunakan siswa di SMP Negeri Pagelaran, belum menuntun siswa untuk mendapatkan pengalaman secara langsung sehingga siswa dapat mengembangkan keterampilam proses sains yang dimiliki siswa. Hal ini dikarenakan LKS yang ada hanya menyajikan ringkasan materi dan soal latihan sehingga belum melibatkan siswa secara aktif. Penggunaan LKS belum sepenuhnya dapat dirasakan oleh peserta didik pada kedua sekolah tersebut. Guru juga menuturkan bahwa penggunaan LKS sebenarnya mempermudah dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar namun LKS yang digunakan hanya memuat ringkasan materi dan latihan soal yang kurang bervariatif sehingga KPS siswa kurang terasah. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian tentang LKS berbasis inkuiri terbimbing yang diharapkan dapat meningkatkan KPS siswa sehingga kompetensi yang diiharapkan dapat tercapai.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Apakah penggunaan LKS berbasis inkuiri terbimbing berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan KPS siswa pada materi pokok
(22)
6
2. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penggunaan LKS berbasis inkuiri terbimbing pada materi pokok pencemaran dan dampaknya bagi makhluk hidup?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui:
1. Pengaruh penggunaan LKS berbasis inkuiri terbimbing dalam meningkatkan KPS siswa.
2. Tanggapan siswa terhadap penggunaan LKS berbasis inkuiri terbimbing.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh pada penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti, dapat menambah pengalaman sebagai seorang calon guru, terutama dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan LKS berbasis inkuiri terbimbing.
2. Bagi guru/calon guru, dapat memberikan wawasan mengenai LKS berbasis inkuri terbimbing sehingga dapat dijadikan alternatif dalam membuat dan mengembangkan LKS serta merancang pembelajaran dikelas yang aktif dan inovatif serta menyenangkan.
3. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman belajar yang aktif sehingga diharapkan mampu mengembangkan KPS siswa.
4. Bagi sekolah, memberikan sumbangan pemikiran guna meningkatkan mutu pendidikan dan menjadi solusi masalah pembelajaran di sekolah melalui penggunaan LKS berbasis inkuiri terbimbing.
(23)
E. Ruang Lingkup Penelitian
Peneliti membatasi ruang lingkup penelitian, yaitu:.
1. LKS berbasis inkuri terbimbing adalah LKS yang berisikan tugas dan langkah-langkah berdasarkan model inkuiri terbimbing yang dirancang oleh peneliti untuk mengembangkan keterampilan proses sains siswa, adapun isi langkah pembelajaran pada LKS adalah (a) merumuskan masalah, (b) menyusun hipotesis, (c) mengumpulkan data, (d) menganalisis data, (e) menyimpulkan (Ristanto, 2013: 33).
2. KPS yang dikembangkan dan diukur dalam penelitian ini yaitu: (1) mengamati, (2) menghipotesis (3) menginterpretasi data, (4)
memprediksi, (5) mengkomunikasikan, diukur dengan postes dan pretes, serta lembar obesevasi KPS siswa (Ristanto, 2013: 33).
3. Materi pokok yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah pencemaran dan dampaknya bagi makhluk hidup sesuai dengan KI dan KD kurikulum 2013 pada Kelas VII semester genap, yaitu KD 3.9 Mendeskripsikan pencemaran dan dampaknya bagi makhluk hidup. 4. Subjek penelitian ini adalah kelas VII 1 dan VII 2 SMP Negeri 1
Pagelaran tahun pelajaran 2014/2015.
5. Metode yang digunakan dalam pembelajaran adalah dengan diskusi untuk kelas kontrol, dan eksperimen untuk kelas ekperimen.
F. Kerangka Pikir
Penggunaan bahan ajar yang belum memenuhi standar kompetensi kurikulum akan menyebabkan rendahnya keaktifan siswa dalam proses kegiatan
(24)
8
pembelajaran. Bahan ajar yang ada saat ini lebih mengacu pada hakikat IPA sebagai produk cenderung mengajarkan siswa untuk menghafal tanpa disertai dengan pemahaman terhadap konsep konsep, sehingga pembelajaran IPA tidak memberikan pengalaman pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan proses sains yang sudah ada pada siswa. Keterampilan proses sains ini penting untuk dilaksanakan melalui kegiatan pembelajaran sebagai pengalaman belajar yang disadari pada kegiataan yang berlangsung.
Keterampilan proses sains dalam pembelajaran biologi dapat memfasilitasi siswa untuk mencapai tuntutan pembelajaran sains dan mendorong siswa untuk menemukan sendiri konsep pengetahuan, fakta, menanamkan sikap dan nilai yang di tuntut. Hakikat IPA adalah proses, produk dan sikap sehingga pembelajaran IPA diharapkan dapat memunculkan ketiga unsur tersebut. Sehingga apabila ketiga hal tersebut benar-benar ada setiap pembelajaran IPA siswa, maka akan berdampak positif pada kehidupan maupun pola pikir yang ada pada diri siswa.
Pengembangan keterampilan proses sains memerlukan suatu kegiatan pembelajaran yang mendukung. Salah satu alternatif strategi yang
diharapakan meningkatkan keterampilan proses sains siswa adalah dengan pemaksimalan penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS), karena didalam LKS menuntun siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran yang akan
dilaksanakan. Sejalan dengan hal tersebut, dengan adanya bahan ajar LKS berbasis inkuiri terbimbing diharapkan dapat mengasah keterampilan proses sains yang meliputi : kemampuan siswa dalam mengamati, menghipotesis, menginterpretasikan data, memprediksi, dan mengkomunikasikan data
(25)
Y X
Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dipadukan dengan pendekatan inkuiri terbimbingjuga dapat membuat siswa lebih aktif dalam menemukan konsep-konsep IPA, dengan demikian diharapkan dapat membantu penyelenggaraan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif sehingga KPS siswa diharapkan akan meningkat jika langkah-langkah pembelajaran inkuiri benar-benar diterapkan kedalam LKS yang digunakan siswa.
Penelitian ini mengenai pengaruh penggunaan LKS berbasis inkuiri terbimbing terhadap KPS siswa. Variabel bebas pada penelitian ini adalah penggunaan LKS inkuiri terbimbing dan variabel terikatnya adalah KPS siswa. Hubungan antara kedua variabel tersebut digambarkan dalam diagram berikut.
Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Keterangan :
X : Penggunaan LKS berbasis inkuiri terbimbing Y: KPS siswa
G. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Ho = Penggunaan bahan ajar LKS berbasis inkuiri terbimbing tidak berpengaruh signifikan dalam meningkatan KPS.
2. H1 = Penggunaan bahan ajar LKS berbasis inkuiri terbimbing
(26)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Bahan Ajar
Menurut Majid (2007: 174) bahan ajar merupakan segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/ instruktor dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis (National Center for Vocational Education Reserch Ltd/ National Center for Competency Based Training). Secara garis besar bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional material)mencakup
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dipelajari siswa (Dikmentum dalam Trianto, 2012: 188).
Bahan ajar memiliki peran besar bagi guru dan siswa dalam proses
pembelajaran. Adapun peran bahan ajar bagi guru adalah sebagai berikut: a) Menghemat waktu dalam mengajar; b) Mengubah peran pendidik dari seorang pengajar menjadi fasilitator; c) Meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif; serta d) Sebagai alat evaluasi atau penguasaan hasil pembelajaran. Sedangkan peran bahan ajar bagi siswa, yaitu: a) Siswa dapat belajar tanpa harus ada siswa atau teman siswa yang lain; b) Siswa dapat belajar kapan saja dan di mana saja; c) Siswa dapat belajar sesuai kecepatannya masing-masing; d) Membantu potensi siswa
(27)
untuk menjadi pelajar yang mandiri (Prastowo, 2014: 24). Penggunaan bahan ajar, memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Sebuah bahan ajar paling tidak
mencakup petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, latihan-latihan, petunjuk kerja, dan evaluasi. Bahan ajar dapat dikemas dalam bentuk cetakan, non cetak dan dapat bersifat visual auditif ataupun visual auditif (Majid, 2007: 174)
Beberapa keuntungan menggunakan bahan ajar cetak seperti LKS menurut Steffen (dalam Majid, 2007: 175) antara lain: biaya pengadaan relatif cukup murah, bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dengan mudah dipindah-pindahkan, menawarkan kemudahan secara luas dan kreatifitas individu, bahan ajar yang baik dapat memotivasi pembaca untuk melakukan aktivitas, seperti menandai, mencatat, membuat sketsa, bahan tertulis dapat dinikamati sebagai sebuah dokumen yang bernilai besar, pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri.
B. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan lembaran tempat siswa mengerjakan sesuatu terkait dengan apa yang sedang dipelajarinya dalam proses
pembelajaran. LKS juga merupakan bagian dari enam perangkat pembelajaran yang dikembangkan para guru di negara maju, seperti Amerika Serikat; di mana untuk IPA disebut science pack. Keenam perangkat pembelajaran tersebut adalah (1) syllabi (silabi), (2) lesson plan (RPP), (3) hand out (bahan
(28)
12
ajar), (4) student worksheet atau Lembar Kerja Siswa (LKS), (5) media (minimal powerpoint), dan (6) evaluation sheet (lembar penilaian). Suyanto, dkk (2011: 2).
LKS merupakan bahan ajar berbentuk cetak yang harus dikembangkan oleh guru untuk digunakan dalam proses pembelajaran. LKS sebagai bahan ajar bertujuan untuk mempermudah siswa melakukan proses-proses belajar, sehingga dalam kegiatan pembelajaran siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan guru tetapi melakukan suatu kegiatan seperti melakukan percobaan, mengidentifikasi bagian-bagian, membuat tabel, melakukan pengamatan, menggunakan mikroskop atau alat pengamatan lainnya dan menuliskan atau menggambar hasil pengamatannya, melakukan pengukuran dan mencatat data hasil pengukurannya, menganalisis data hasil pengukuran, dan menarik kesimpulan. Selain itu, penggunaan LKS juga membantu siswa dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping buku buku teks yang terkadang sulit diperoleh dan memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran (Depdiknas, 2008: 7).
Sementara itu, Widjajanti (2008: 1) mengungkapkan:
“Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dikembangkan oleh guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. LKS yang disusun dapat dirancang dan dikembangkan sesuai dengan kondisi dan situasi kegiatan pembelajaran yang akan dihadapi. LKS juga merupakan media pembelajaran, karena dapat digunakan secara bersama dengan sumber belajar atau media pembelajaran yang lain. LKS menjadi sumber belajar dan media pembelajaran tergantung pada kegiatan pembelajaran yang dirancang”
(29)
Dalam hal ini, LKS dapat digolongkan baik sebagai sumber belajar maupun media pembelajaran. Arsyad (dalam Rohaeti, Widjajanti, dan Padmaningrum, 2006: 4) mengungkapkan bahwa LKS merupakan media cetak hasil
pengembangan teknologi cetak yang berupa buku dan materi visual. Dalam proses pembelajaran biologi, media dapat digunakan untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran. Hamalik (dalam Arsyad, 2007: 15) menyatakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh pengaruh
psikologis terhadap siswa. LKS selain sebagai media pembelajaran juga mempunyai beberapa fungsi yang lain, yaitu:
1. Merupakan alternatif bagi guru untuk mengarahkan pengajaran atau memperkenalkan suatu kegiatan tertentu sebagai kegiatan belajar mengajar.
2. Dapat digunakan untuk mempercepat proses pengajaran dan menghemat waktu penyajian suatu topik.
3. Dapat untuk mengetahui seberapa jauh materi yang telah dikuasai siswa. 4. Dapat mengoptimalkan alat bantu pengajaran yang terbatas.
5. Membantu siswa dapat lebih aktif dalam proses belajar mengajar. 6. Dapat membangkitkan minat siswa jika LKS disusun secara rapi,
sistematis, dan mudah dipahami oleh siswa sehingga mudah menarik perhatian siswa.
7. Dapat menumbuhkan kepercayaan pada diri siswa dan meningkatkan motivasi belajar dan rasa ingin tahu.
(30)
14
8. Dapat mempermudah penyelesaian tugas perorangan, kelompok atau klasikal karena siswa dapat menyelesaikan tugas sesuai dengan kecepatan belajarnya.
9. Dapat digunakan untuk melatih siswa menggunakan waktu seefektif mungkin.
10.Dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Menurut Darmodjo dan Kaligis (1992: 41- 46), (dalam Widjajanti, 2008: 3-5) keberadaan LKS memberi pengaruh yang cukup besar dalam proses belajar mengajar, sehingga penyusunan LKS harus memenuhi berbagai persyaratan yaitu syarat didaktik, syarat konstruksi, dan syarat teknik. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
1. Syarat- syarat didaktik, mengatur tentang penggunaan LKS yang bersifat universal dapat digunakan dengan baik untuk siswa yang lamban atau yang pandai. LKS lebih menekankan pada proses untuk menemukan konsep, dan yang terpenting dalam LKS ada variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa. LKS diharapkan mengutamakan pada pengembangan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika. Pengalaman belajar yang dialami siswa ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi siswa. LKS yang berkualitas harus memenuhi syarat- syarat didaktik yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Mengajak siswa aktif dalam proses pembelajaran
b. Memberi penekanan pada proses untuk menemukan konsep
c. Memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa sesuai dengan ciri KTSP
(31)
d. Dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika pada diri siswa
e. Pengalaman belajar ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi. 2. Syarat konstruksi, berhubungan dengan penggunaan bahasa, susunan
kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan dalam LKS yang pada hakikatnya harus tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh pihak
pengguna, yaitu anak didik. Syarat konstruksi meliputi :
a. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan anak. b. Menggunakan struktur kalimat yang jelas. Hal-hal yang perlu
diperhatikan agar kalimat menjadi jelas maksudnya, yaitu : a) Menghindari kalimat kompleks.
b) Menghindari “kata- kata tak jelas” misalnya “mungkin”,
“kira-kira”.
c) Menghindari kalimat negatif, apalagi kalimat negatif ganda. d) Menggunakan kalimat positif lebih jelas daripada kalimat negatif. c. Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan
anak. Konsep yang hendak dituju merupakan sesuatu yang kompleks sebaiknya dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana dulu. d. Menghindari pertanyaan yang terlalu terbuka. Pertanyaan dianjurkan
merupakan isian atau jawaban yang didapat dari hasil pengolahan informasi, bukan mengambil dari perbendaharaan pengetahuan yang tak terbatas.
e. Tidak mengacu pada buku sumber yang di luar kemampuan keterbacaan siswa.
(32)
16
f. Menyediakan ruangan yang cukup untuk memberi keleluasaan pada siswa untuk menulis maupun menggambarkan pada LKS. Memberikan bingkai dimana anak harus menuliskan jawaban atau menggambar sesuai dengan yang diperintahkan.
g. Menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek. Kalimat yang panjang tidak menjamin kejelasan instruksi atau isi. Namun kalimat yang terlalu pendek juga dapat mengundang pertanyaan.
h. Menggunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata. Gambar lebih dekat pada sifat konkrit sedangkan kata-kata lebih dekat pada sifat
“formal” atau abstrak sehingga lebih sukar ditangkap oleh anak. i. Dapat digunakan oleh anak-anak, baik yang lamban maupun yang
cepat.
j. Memiliki tujuan yang jelas serta bermanfaat sebagai sumber motivasi. k. Mempunyai identitas untuk memudahkan administrasinya. Misalnya,
kelas, mata pelajaran, topik, nama-nama anggota kelompok, tanggal dan sebagainya.
3. Syarat teknis menekankan penyajian LKS, yaitu berupa tulisan, gambar dan penampilannya dalam LKS. Adapun rinciannya yaitu:
a. Tulisan
a) Menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf latin atau romawi.
b) Menggunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, bukan huruf biasa yang diberi garis bawah.
(33)
c) Menggunakan kalimat pendek, tidak boleh lebih dari 10 kata dalam satu baris.
d) Menggunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan jawaban siswa.
e) Perbandingan besarnya huruf dengan besarnya gambar serasi. b. Gambar
Gambar yang baik untuk LKS adalah gambar yang dapat
menyampaikan pesan/isi dari gambar tersebut secara efektif kepada pengguna LKS.
c. Penampilan
Penampilan sangat penting dalam LKS. Siswa biasanya terlebih dahulu akan tertarik pada penampilan bukan pada isinya.
Dilihat dari segi format, LKS memuat setidaknya delapan unsur yaitu 1) judul, 2) kompetensi dasar yang akan dicapai, 3) waktu penyelesaian, 4) alat dan bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, 5) informasi singkat, 6) langkah kerja, 7) tugas yang harus dikerjakan, dan 8) laporan kegiatan (Prastowo, 2012: 208). Sedangkan Menurut German et al (Rustaman dan Wulan, 2007:28) aspek yang sebaiknya ada pada LKS yaitu 1) tujuan
kegiatan, 2) pendahuluan (latar belakang/pentingnya kegiatan dasar/teori), 3) alat dan bahan, 4) cara kerja, 5) set up atau cara merangkai alat 6) penafsiran hasil pengamatan, 7) analisis dan penerapan konsep, serta 8) pembuatan kesimpulan.
(34)
18
Proses penyusunan LKS harus berkesesuaian dengan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Hal ini sesuai dengan pendapat Suyanto, Paidi, dan Wilujeng (2011: 7) yang menyatakan bahwa dalam penyusunan LKS harus memperhatikan langkah sebagai berikut :
1. Melakukan analisis kurikulum; standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan materi pembelajaran, serta alokasi waktu.
2. Menganalisis silabus dan memilih alternatif kegiatan belajar yang paling sesuai dengan hasil analisis SK, KD, dan indikator.
3. Menganalisis RPP dan menentukan langkah-langkah kegiatan belajar. 4. Menyusun LKS sesuai dengan kegiatan eksplorasi dalam RPP.
LKS yang digunakan untuk menunjang kegiatan pembelajaran akan memiliki karakteristik tertentu dalam aspek isi sesuai dengan mata pelajarannya. (BNSP, 2006: 30). Menurut Rudy (2011:1), Karakteristik LKS dalam pembelajaran IPA adalah memberikan pengalaman bagi siswa dalam bentuk pendekatan keterampilan proses sains baik dasar maupun terpadu. Kegiatan yang tertuang dalam LKS harus mampu mengakomodasi kegiatan yang berlandaskan proses ilmiah. Guru harus memahami hal penting ini sehingga guru mampu merancang pembelajaran yang sesuai hakikat IPA melalui penggunaan LKS.
Keberadaan LKS memberi pengaruh yang cukup besar dalam proses belajar mengajar. Pandoyo dalam Majid (2013: 375) mengungkapkan bahwa, LKS dapat meningkatkan aktivitas belajar, mendorong siswa mampu bekerja secara mandiri, membimbing siswa secara baik ke arah pengembangan konsep. LKS
(35)
juga memiliki peran penting bagi siswa dan guru. Peran LKS dalam proses pembelajaran menurut (Dhari dan Dharyono, 1988 : 89) adalah sebagai alat untuk memberikan pengetahuan, sikap dan ketrampilan pada siswa.
Penggunaan LKS memungkinkan guru mengajar lebih optimal, memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan, memberi penguatan, serta melatih siswa memecahkan masalah.
B. Inkuiri Terbimbing
Inkuri berasal dari bahasa inggris Inquiry berarti pertanyaan, pemeriksaan, atau penyelidikan. Inkuri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari tahu jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan bertanya dan mencari tahu (Suyanti, 2010: 43). Sedangkan menurut Jufri ( 2010: 98), Rasa ingin tahu akan mengarahkan pada proses inkuiri karena rasa ingin tahu dapat memunculkan pertanyaan atau maslah serta usaha untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan atau solusi terhadap masalah. Dalam model pembelajaran berbasis inkuiri, proses perumusan beberapa pertanyaan merupakan langkah awal dalam menemukan jawabannya. Oleh karena itu kemampuan bertanya adalah dasar dari aktivitas inkuiri. Bertanya adalah kebiasaan yag dapat merangsang terciptanya rasa ingin belajar. Etos bertanya dalam kelas memfasilitasi peserta didik untuk mengeksplorasi apa yang tidak atau belum mereka ketahui. Harus disadari bahwa keterampilan bertanya memegang peranan penting dalam model pembelajaran inkuiri karena tujuan utama inkuiri adalah untuk menemukan
(36)
20
jawaban pertanyaan melalui proses investigasi. Oleh karena itu, pendidik harus bisa menjadi penanya yang baik dan bukan sekedar menjadi penjawab pertanyaan.
Menurut Sudirman (1988: 172) pada model pembelajaran inkuiri sebagian besar perencanaan dibuat oleh guru. Selain itu guru menyediakan kesempatan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Dalam hal ini siswa tidak merumuskan problema, sementara petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat diberikan oleh guru.
Menurut Jufri (2010: 98), inkuiri induktif terbimbing memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:
1. Kemampuan peserta didik berkembang dari pengamatan spesifik menuju ke inferensi atau generalisasi.
2. Tujuannya ialah untuk memeperkuat proses pengujian peristiwa atau objek dan kemudian sampai pada generalisasi yang sesuai dengan hasil pengamatan.
3. Guru mengontrol peristiwa pembelajaran, data, materi, atau objek dan bertindak sebagai pemimpin kelas.
4. Tiap-tiap pesearta didik bereaksi dan berusaha untuk membangun pola yang bermakna atas dasar hasil pengamatan sendiri dan orang lain dalam
kelas.
5. Kelas berfungsi sebagai laboratorium pembelajaran.
6. Guru memotivasi peserta didik untuk mengkomunikasikan generalisasi yang telah dihasilkannya kepada teman sekelasnya sehingga setiap siswa
(37)
saling menguntungkan.
Langkah-langkah kegiatan inkuiri terbimbing tidak begitu berbeda dengan langkah kegiatan inkuiri. Menurut Ristanto (2013: 33) langkah-langkah dalam pembelajaran inkuiri terbimbing meliputi:
a) Perumusan Masalah
Langkah awal adalah menentukan masalah yang ingin didalami atau dipecahkan dengan metode inkuiri. Persoalan dapat disiapkan atau diajukan oleh guru. Persoalan sendiri harus jelas sehingga dapat dipikirkan, didalami, dan dipecahkan oleh siswa. Persoalan perlu diidentifikasi dengan jelas tujuan dari seluruh proses pembelajaran atau penyelidikan. Bila persoalan ditentukan oleh guru perlu diperhatikan bahwa persoalan itu real, dapat dikerjakan oleh siswa, dan sesuai dengan kemampuan siswa.
b) Menyusun hipotesis
Langkah berikutnya adalah siswa diminta untuk mengajukan jawaban sementara tentang masalah itu. Inilah yang disebut hipotesis. Hipotesis siswa perlu dikaji apakah jelas atau tidak. Bila belum jelas, sebaiknya guru mencoba membantu memperjelas maksudnya lebih dahulu. Guru
diharapkan tidak memperbaiki hipotesis siswa yang salah, tetapi cukup memperjelas maksudnya saja. Hipotesis yang salah, tetapi cukup memperjelas maksudnya saja. Hipotesis yang salah nantinya akan kelihatan setelah pengambilan data dan analisis data yang diperoleh. c) Mengumpulkan data
(38)
22
Langkah selanjutnya adalah siswa mencari dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya untuk membuktikan apakah hipotesis mereka benar atau tidak. Dalam bidang biologi, untuk dapat mengumpulkan data, siswa harus menyiapkan suatu peralatan untuk pengumpulan data. Maka guru perlu membantu bagaimana siswa mencari peralatan, merangkai peralatan, dan mengoperasikan peralatan sehingga berfungsi dengan baik. langkah ini adalah langkah percobaan atau eksperimen. Biasanya dilakukan di
laboratorium tetapi kadang juga dapat di luar sekolah. Setelah peralaran berfungsi, siswa diminta untuk mengumpulkan data dan mencatatnya dalam buku catatan.
d) Menganalisis data
Data yang sudah dikumpulkan harus dianalisis untuk dapat membuktikan hipotesis apakah benar atau tidak. Untuk memudahkan menganalisis data, data sebaiknya diorganisasikan, dikelompokkan, diatur sehingga dapat dibaca dan dianalisis dengan mudah. Biasanya disusun dalam suatu tabel. e) Menyimpulkan
Dari data yang telah dikelompokkan dan dianalisis, kemudian diambil kesimpulan dengan generalisasi. Setelah diambil kesimpulan, kemudian dicocokkan dengan hipotesis asal, apakah hipotesa kita diterima atau tidak. Menurut sanjaya (2007: 208) adapun penggunaan inkuiri memiliki
keunggulan sebagai berikut:
a. Model pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang.
(39)
b. Memberikan ruang kepada peserta didik untuk belajar sesuai gaya mereka. c. Sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap
belajar adalah proses perubahan tingkah laku.
d. Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan yang diatas
rata-rata. Kekurangan:
a. Dalam mengimplementasikannya membutuhkan waktu yang panjang sehingga guru sulit menentukan dengan waktu yang tepat.
b. Semua kriteria keberhasilan ditentukan ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka inkuiri akan sulit diimplementasikan oleh guru.
C. Keterampilan Proses Sains
Menurut Indrawati (dalam Trianto, 2012: 144), Keterampilan proses sains merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan konsep atau prinsip atau teori, untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan.
Sedangkan menurut Depdikbud (dalam Dimyanti dan Mujiono, 2009: 138) Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa. Sehingga bisa dikatakan bahwa ketrampilan proses sains merupakan keseluruhan keterampilan-keterampilan ilmiah baik itu kognitif maupun psikomotor yang telah ada dalam diri siswa secara
(40)
24
mendasar. Adapun Kegiatan keterampilan proses sains menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 141-144) sebagai berikut:
1. Mengamati/mengobservasi, merupakan tanggapan terhadap berbagai objek dan peristiwa alam dengan pancaindra. Kemampuan mengamati merupakan keterampilan paling dasar dalam proses dan memperoleh ilmu pengetahuan. Mengamati memiliki dua sifat utama, yakni sifat kualitatif dan sifat kuantitatif. Mengamati bersifat kualitatif apabila dalam pelaksanaannya hanya menggunakan pancaindera untuk memperoleh informasi. Mengamati bersifat kuantitatif apabila dalam pelaksanannya selain menggunakan pancaindera, juga menggunakan peralatan lain yang memberikan informasi khusus dan tepat.
2. Mengklasifikasikan, merupakan keterampilan proses untuk memilah berbagai objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khususnya, sehingga didapatkan golongan/kelompok sejenis dari objek peristiwa yang dimaksud. Dengan keterampilan mengklasifikasikan siswa dapat menentukan golongan dengan mengamati persamaan, perbedaan, dan hubungan serta pengelompokkan objek berdasarkan kesesuaian dengan berbagai tujuan.
3. Mengkomunikasikan, dapat diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau suara visual. Contoh-contoh kegiatan
mengkomunikasikan adalah mendiskusikan suatu masalah, membuat laporan, membaca peta, dan kegiatan lain yang sejenis.
(41)
4. Mengukur, yaitu membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.
5. Memprediksi, suatu prediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang berdasarkan perkiraan pada hubungan antara fakta, konsep, dan prinsip dalam ilmu pengetahuan.
6. Menyimpulkan, dapat diartikan sebagai suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep, dan prinsip yang diketahui.
Enam keterampilan di atas merupakan keterampilan-keterampilan dasar dalam keterampilan proses, yang menjadi landasan untuk keterampilan proses integrasi yang lebih kompleks (Dimyati dan Mudjiono 2009: 145).
(42)
26
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2015 di SMP Negeri 1 Pagelaran, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Pringsewu semester genap tahun pelajaran 2014/2015.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran pada tahun pelajaran 2014/2015 yang terdiri atas sepuluh kelas. Sampel pada penelitian ini adalah kelas VII 1 sebagai kelas eksperimen dan VII 2 sebagai kelas kontrol yang ditentukan secara acak. Pengambilan ke-dua kelas tersebut menggunakan teknik purposive sampling.
C. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan eksperimental semu dengan desain pretes-postes kelompok tak ekuivalen. Dalam penelitian ini kelas kontrol dan eksperimen diberi soal/tes berupa soal essay untuk mengukur KPS siswa (pretest). Kemudian kelas eksperimen VII 1 diberi perlakuan dengan penggunaan LKS berbasis Inkuri Terbimbing sedangkan kelas VII 2 sebagai kelas kontrol
(43)
diberi LKS diskusi. Setelah kedua kelas diberi perlakuan berbeda tersebut, selanjutnya kedua kelas tersebut diberi soal/tes untuk mengukur KPS berupa soal yang sama dengan soal diawal kegiatan pembelajaran (posttest).
Struktur Penelitian ini adalah sebagai berikut:
Keterangan: I = Kelas eksperimen; II = Kelas kontrol; O1 = Pretest;
O2 = Posttest; X = Perlakuan dengn penggunaan LKS berbasis
Inkuiri Terbimbing, C = Perlakuan dengan penggunaan LKS diskusi (dimodifikasi dari Sukardi, 2007: 186).
Gambar 2. Desain pretest-posttest kelompok tak ekuivalen. D. Prosedur penelitian
Pada Penelitian ini terdiri dua tahap yang dilaksanakan yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun tahap-tahap penelitian tersebut adalah:
Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada pra penelitian ini adalah sebagai berukut: a. Membuat surat izin observasi penelitian ke SMP Negeri 1 Pagelaran,
Kabupaten Pringsewu.
b. Melakukan observasi ke SMP Negeri 1 Pagelaran, Kabupaten Pringsewu guna mengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru selama proses belajar mengajar saat ini, mengetahui proses pembelajaran di sekolah, mengetahui sampel dan populasi yang diteliti.
c. Menentukan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kontrol di SMP Negeri 1 Pagelaran, Kabupaten pringsewu.
I O1 X O2
(44)
28
d. Membuat perangkat pembelajaran dan instrumen yang terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS).
e. Dalam pelaksanaan penelitian, kelas eksperimen berjumlah 31 siswa dibagi menjadi 6 kelompok siswa terdiri dari 5-6 siswa, kelas kontrol 32 siswa dibagi menjadi 6 kelompok terdiri 5-6 siswa, dipilih secara
heterogen berdasarkan nomor urut absensi siswa. Nomor urut 1-6 masuk kelompok 1, nomor urut 7-12 masuk kelompok 2 dan seterusnya.
Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan pembelajaran pada penelitian ini dilaksanakan dengan menerapkan LKS berbasis Inkuiri Terbimbing untuk kelas eksperimen sedangkan untuk kelas kontrol diberi LKS diskusi. Penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali pertemuan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
2. 1 Kelas Eksperimen (Pembelajaran dengan LKS Inkuiri Terbimbing) Tabel 1. Langkah-langkah pembelajaran kelas eksperimen
Kegiatan Deskripsi kegiatan
Guru Siswa
1. Pendahuluan pertemuan 1 :
Guru memberikan pretest kepada siswa.
guru memberikan
pertanyaan kepada siswa tentang
Anak-anak menurut kalian apakah yang akan terjadi jika kita terus menerus membuah sampah kesungai? Siswa mengerjakan pretest yang diberikan siswa menanggapi dari pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan menjawab pertanyyan tersebut.
(45)
bagaimana jika jumlah kendaraan bermotor di kota-kota selalu meningkat? Apa yang akan terjadi?
Pertemuan 2:
guru memberikan pertanyaan tentang
pembelajaran minggu yang lalu:
kita telah mempelajari tentang pencemaran, jadi apakah yang dimaksud pencemaran itu?
guru memberikan pertanyaan apersepsi:
Apakah kalian menyadari adakah pencemaran disekitar kita? , jika ada coba sebutkan.
Jika suatu sungai tercemar, dan mengakibatkan air menjadi keruh apakah yang akan terjadi pada organisme yang ada di dalamnya.
Apakah organismenya masih bisa bertahan?
guru mengelompokkan siswa menjadi 6 kelompok anggota 5-6 siswa
guru menyampaikan tujuan dan manfaat mempelajari materi pencemaran.
siswa menjawab pertanyaan
siswa menjawab pertanyaan.
Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. siswa memperhatikan penjelasan guru. siswa memperhatikan penjelasan guru. 2. Kegiatan inti Pertemuan 1
Guru membagi siswa dalam 6 kelompok dengan jumlah anggota 5-6 siswa.
guru membagikan LKS Inkuri Terbimbing dengan
siswa menerima LKS Inkuiri Terbimbing.
siswa
(46)
30
materi pencemaran.
Guru mengarahkan siswa dalam melakukan
pengamatan terhadap pengaruh air tercemar terhadap ikan.
Guru mengarahkan siswa untuk mencatat data-data yang didapat berdasar pengamatan yang dilakukan kedalam bentuk tabel.
Guru meminta 2 kelompok siswa untuk
mempresentasikan hasil pengamatan secara bergantian
Guru memberikan
informasi mengenai seputar pengamatan tentang
pencemaran yang telah dilakukan.
Pertemuan 2
Guru membagi siswa dalam 6 kelompok dengan jumlah anggota 5-6 siswa.
guru membagikan LKS Inkuri Terbimbing dengan materi pencemaran.
Guru menampilkan video macam-macam pencemaran serta dampaknya bagi makhluk hidup
Guru mengarahkan pengerjaan LKS informasi yang disampaikan Siswa mengamati, mencatat, data pengamatan pada kolom yang tersedia pada LKS\
Siswa melakukan kegiatan sesuai pengarahan guru siswa mempresentasi kan hasil pengamatan siswa mendengarkan dan ikut berpartisipasi dengan mengajukan pertanyaan. Siswa mendengarkan arahan dari guru.
Siswa
mendengarkan arahan dari guru.
Siswa mengamati video pencemaran dan mencatat data-data yang diperoleh Siswa mengerjakan soal-soal yang ada pada LKS dengan
(47)
Guru menunjuk 2 kelompok untuk mempresentasikan jawaban dari kelompok.
Guru memberikan
informasi mengenai seputar pengamatan video tentang macam-macam dan dampak pencemaran yang telah diamati.
berdiskusi pada kelompoknya.
Siswa
mempresentasika n dan kelompok lain menanggapinya. siswa mendengarkan dan ikut berpartisipasi dengan mengajukan pertanyaan. 3. Penutup Pertemuan 1 dan
Pertemuan 2
Guru membimbing siswa mengulang hasil kegiatan pembelajaran
Guru menggiring siswa dalam menarik kesimpulan dengan pertanyaan dari kegiatan percobaan
Guru memberikan informasi mengenai kegiatan pembelajaran minggu selanjutnya.
Siswa mengulang hasil kegiatan pembelajaran
Bersama guru siswa menarik kesimpulan dari pembelajaran tentang pencemaran Siswa memperhatikan penjelasan guru mengenai kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
(48)
32
2.2 Kelas Kontrol (Pembelajaran dengan LKS Diskusi)
Tabel 2. Langkah-langkah pembelajaran kelas kontrol
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Guru Siswa
1. Pendahulua n
Guru memberikan pretest kepada siswa.
guru memberikan
pertanyaan kepada siswa tentang
Anak-anak menurut kalian apakah yang akan terjadi jika kita terus menerus membuah sampah kesungai?
bagaimana jika jumlah kendaraan bermotor di kota-kota selalu meningkat? Apa yang akan terjadi?
Pertemuan 2:
guru memberikan pertanyaan tentang
pembelajaran minggu yang lalu:
kita telah mempelajari tentang pencemaran, jadi apakah yang dimaksud pencemaran itu?
guru memberikan pertanyaan apersepsi:
Apakah kalian menyadari adakah pencemaran disekitar kita? , jika ada coba sebutkan.
Jika suatu sungai tercemar, dan mengakibatkan air menjadi keruh apakah yang akan terjadi pada organisme yang ada di dalamnya.
siswa
mengerjakan pretest
siswa menjawab pertanyaan guru
siswa menjawab pertanyaan guru
siswa menjawab pertanyaan guru
siswa menjawab pertanyaan guru
siswa menjawab pertanyaan guru
(49)
Apakah organismenya masih bisa bertahan?
guru mengelompokkan siswa menjadi 6 kelompok anggota 5-6 siswa
guru menyampaikan tujuan dan manfaat mempelajari materi pencemaran.
siswa menjawab pertanyaan guru.
siswa duduk berkelompok siswa memperhatikan penjelasan guru. 2. Kegiatan Inti Pertemuan 1
guru membagikan LKS Diskusi
guru memberikan informasi mengenai kegiatan yang dilakukan.
Guru meminta siswa untuk memahami kegiatan dalam LKS Diskusi
Guru menampilkan gambar seputar pencemaran kepada siswa
Guru meminta siswa untuk berdiskusi tentang
permasalahan dan
menjawab pertanyaan yang ada pada LKS
Guru meminta 2 kelompok siswa untuk
mempresentasikan hasil pengamatan secara bergantian
Guru membimbing siswa dalam diskusi
siswa menerima LKS diskusi sesuai dengan jumlah anggota kelompok siswa mendengarkan informasi yang disampaikan Siswa memahami permasalah yang ada dan
menjawab pertanyaaan dalam LKS. Siswa memperhatikan gambar yang diberikan guru. Siswa melaksanakan kegiatan diskusi siswa mempresentasi kan hasil pengamatan
Siswa berdiskusi tentang
pencemaran berdasarkan
(50)
34
Guru memberikan informasi mengenai masalah-masalah yang ditemukan siswa
Pertemuan 2
Guru membagi siswa dalam 6 kelompok dengan jumlah anggota 5-6 siswa.
guru membagikan LKS diskusi dengan materi pencemaran.
Guru memberikan arahan seputar pengerjaan LKS diskusi.
Guru memberi lks diskusi yang berisi gambar macam-macam pencemaran serta dampaknya bagi makhluk hidup
Guru meminta 2 kelompok siswa untuk
mempresentasikan hasil pengamatan secara bergantian
Guru memberikan informasi mengenai masalah-masalah yang ditemukan siswa
hasil diskusi
siswa membahas
masalah-masalah yang ada di dalam LKS yang ditemukan oleh siswa Siswa memperhatikan guru. Siswa mendengarkan arahan dari guru.
Siswa
mendengarkan arahan dari guru.
Siswa mengamati LKS diskusi pencemaran dan mencatat data-data yang diperoleh Siswa mengerjakan soal-soal yang ada pada LKS dengan
berdiskusi pada kelompoknya.
Siswa
mempresentasika n dan kelompok lain
menanggapinya. 3. Penutup Pertemuan 1 dan 2
Guru membimbing siswa mengulang hasil kegiatan pembelajaran
Guru menggiring siswa dalam menarik kesimpulan dengan pertanyaan
Guru memberikan informasi mengenai kegiatan
pembelajaran minggu selanjutnya.
Siswa mengulang hasil kegiatan pembelajaran
Bersama guru siswa menarik kesimpulan
Siswa
memperhatikan penjelasan guru
(51)
E.Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis dan teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut: 1. Jenis data
a. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah keterampilan proses sains siswa yang
diperoleh dari nilai pretest dan post test. Nilai selisih tersebut disebut sebagai skor gain, lalu dianalisis secara statistik.
KPS siswa ditinjau berdasarkan perbandingan nilai gain yang
dinormalisasi (N-gain), antara nilai tes awal dan tes akhir. Gain yang dinormalisasi (N-gain) antara nilai tes awal dan tes akhir. Gain yang dinormalisasi (N-gain) dapat dihitung dengan formula Hake (1999: 1)
Keterangan:
N-gain = average normalized gain = rata-rata N-gain
Spost = postscore class averages = rata-rataskor postes
Spre = prescore class averages = rata-rataskor pretes
Smax = maximum score = skor maksimum Tabel 3. Kriteria N-gain
N-gain Kriteria
g > 0,7 0,7 > g > 0,3
g < 0,3
Tinggi Sedang Rendah
Sumber: dimodifikasi dari Hake (dalam Loranz, 2008: 3)
(52)
36
b. Data Kualitatif
Data kualitatif dalam penelitian ini berupa data keterampilan proses sains siswa KPS dalam proses pembelajaran dan data tanggapan siswa terhadap penggunaan LKS Inkuiri Terbimbing.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut: a) Pretest dan Posttest
Data KPS adalah nilai pretes dan postes. Nilai pretes dan postes diambil pada pertemuan di luar jam belajar untuk setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol. Teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu :
Teknik penskoran nilai tes awaldantes akhir yaitu:
Keterangan:
S = Nilai yang diharapkan (dicari); R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = Jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008:112).
b) Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains siswa
Lembar observasi keterampilan proses sains berisi aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran di kedua kelas. Setiap siswa diamati poin kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi
tanda (√ ) pada lembar observasi sesuai dengan skor kriteria keterampilan proses sains yang telah ditentukan.
100
N
R
S
(53)
Tabel 4. Lembar observasi keterampilan proses sains siswa
No Nama Aspek yang diamati
A B C D E
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1
2 3 Dst
Kriteria
Keterangan: (A) Mengamati (B) Menghipotesis
(C) Menginterprestasi data (D) Memprediksi
(E) Mengkomunikasikan.
Berilah tanda checklist(√) pada setiap item yang sesuai dengan skor kriteria penilaian keterampilan proses sains siswa dibawah ini (dimodifikasi dari Arikunto, 2008:183).
Tabel 5. Keterangan skor kriteria penilaian keterampilan proses sains siswa:
Indikator KPS Skor Indikator Operasional
Mengamati 0 Tidak manjawab sama sekali 1 Menuliskan jawaban salah dan
memberikan alasan yang tidak sesuai gambar.
2 Menuliskan jawaban dengan benar dan memberikan alasan yang kurang sesuai gambar.
3 Menuliskan jawaban dengan benar dan memberikan alasan yang sesuai dengan gambar.
Merumuskan hipotesis
0 Tidak menjawab sama sekali 1 Merumuskan hipotesis berdasarkan
data/informasi yang dikumpulkan namun tidak tepat.
2 Merumuskan kemungkinan-kemungkinan yang kurang tepat tentang pola-pola peristiwa yang akan terjadi.
(54)
38
berdasarkan data/informasi yang dikumpulkan secara tepat. Menginterpretasi
Data
0 Tidak menjawab sama sekali 1 Menjelaskan data yang telah
dikumpulkan dari tabel pengamatan namun tidak sistematis
2 Menjelaskan data yang telah
dikumpulkan dari tabel pengamatan namun kurang sistematis
3 Menjelaskan data yang telah
dikumpulkan dari tabel pengamatan dengan sistematis
Memprediksi 0 Tidak menjawab sama sekali 1 Merumuskan
kemungkinan-kemungkinan yang tidak tepat tentang pola-pola peristiwa yang akan terjadi.
2 Merumuskan kemungkinan-kemungkinan yang kurang tepat tentang pola-pola peristiwa yang akan terjadi.
3 Merumuskan kemungkinan-kemungkinan yang tepat tentang pola-pola peristiwa yang akan terjadi.
Mengkomunikasikan 0 Tidak menjawab sama sekali 1 Mengkomunikasikan data berupa
tabel dan wacana namun tidak tepat.
2 Mengkomunikasikan data berupa tabel dan wacana namun kurang tepat.
3 Mengkomunikasikan data berupa tabel dan wacana secara tepat. c) Angket Tanggapan Siswa
Angket ini berisi pendapat siswa tentang LKS berbasis Inkuiri Terbimbingyang telah diterapkan dalam pembelajaran. Angket ini berupa delapan pernyataan, terdiri dari lima pernyataan positif dan tiga pernyataan negatif. Angket tanggapan siswa ini memiliki dua pilihan
(55)
jawaban yaitu ya dan tidak, dan cara mpengisiannya dengan
memberikan tanda cheklis (√ ) kepada jawaban yang dipilih. Seperti pada Tabel 6.
Tabel 6. Item pernyataan pada angket
No. Pernyataan- Pernyataan Ya Tidak
1
Saya senang mempelajari materi pokok pencemaran dan dampaknya bagi makhluk hidup dengan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru
2
Saya senang mempelajari materi pokok
pencemaran dan dampaknya bagi makluk hidup dengan menggunakan LKS yang diberikan oleh guru
3
Saya lebih mudah memahami materi yang dipelajari dengan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru
4
Saya lebih mudah memahami materi yang dipelajari dengan LKS yang diberikan oleh guru
5
Saya belajar menggunakan kemampuan sendiri selama metode pembelajaran yang diberikan oleh guru.
6 LKS yang digunakan tidak mampu
mengembangkan kemampuan proses sains saya. 7 Saya merasa sulit berinteraksi dengan teman
dalam proses pembelajaran yang berlangsung. 8 Saya merasa sulit mengerjakan LKS dengan
metode yang dibuat oleh guru.
Sumber: dimodifikasi dari Sudjana (2002: 69).
Tabel 7. Variabel, sub variabel, instrumen, jenis data dan alat ukur data. Variabel Instrumen
Jenis Data dan Alat Ukur Analisis Data Keterampilan proses sains Tes tertulis Keterampilan proses sains siswa
Nominal dan tes tertulis
Persentase Uji t dan uji U Lembar observasi
KPS siswa
Interval Persentase Tanggapan siswa
terhadap LKS inkuiri terbimbing
Angket tanggapan siswa
(56)
40
F. Teknik Analisis Data a. Data Kuantitatif
Nilai pretes, postes, dan N-gain pada kelas eksperimen dan kontrol dianalisis menggunakan uji t dengan program SPSS versi 17, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa uji normalitas dan kesamaan dua varians (homogenitas) data:
1. Uji Normalitas Data Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan
program SPSS versi 17. a. Hipotesis
Ho : Sampel berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berdistribusi normal
b. Kriteria Pengujian
Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk
harga yang lainnya (Sudjana, 2005: 467). 2. Kesamaan Dua Varian
Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varian dengan dengan menggunakan program SPSS versi 17.
a. Hipotesis
Ho : Kedua sampel mempunyai varians sama H1 : Kedua sampel mempunyai varians berbeda
b. Kriteria Uji
(57)
- Jika Fhitung > Ftabel atau probabilitasnya < 0,05 maka Ho ditolak
(Sudjana, 2005: 249). 3. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS versi 17.
Uji Kesamaan Dua Rata-rata a. Hipotesis
H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama
H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama
b. Kriteria Uji
Jika –ttabel < thitung < ttabel, maka Ho diterima
Jika thitung < -ttabel atau thitung > ttabel maka Ho ditolak
(Sudjana, 2005: 239-240). Uji Perbedaan Dua Rata-rata
a. Hipotesis
H0 = rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen sama
dengan kelompok kontrol
H1 = rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen lebih
tinggi dari kelompok kontrol. b. Kriteria Pengujian
Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima.
Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak
(58)
42
Uji U (Uji Mann-Whitney U)
Data yang tidak berdistribusi normal dilanjutkan dengan Uji U atau Uji Mann-Whitney U.
1. Hipotesis
Ho = Tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol
H1 = Terdapat perbedaan nilai rata-rata yang signifikan
antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol 2. Kriteria Uji
Jika p-value > 0,05 maka terima Ho
Jika p-value < 0,05 maka tolak Ho (Pratisto, 2004: 36).
b. Data Kualitatif
a. Keterampilan Proses Sains (KPS) Siswa
Data keterampilan proses sains siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi, pretest dan posttest indikator KPS. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dengan menghitung persentase KPS siswa. Langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut.
1) Menghitung persentase KPS dengan menggunakan rumus: Persentase = x 100%
2) Menafsirkan atau menentukan presentase KPS siswa sesuai dengan kriteria pada tabel berikut.
Skor perolehan Skor maksimum
(59)
Tabel 8. Persentase dan kriteria observasi keterampilan proses sains
Persentase (%) Kriteria
p ≥ 70 Tinggi
70 > p > 30 Sedang
p ≤ 30 Rendah
b. Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan LKS Inkuiri Terbimbing
Data tanggapan siswa terhadap pembelajaran dikumpulkan melalui penyebaran angket. Angket tanggapan berisi delapan pernyataan yang terdiri dari lima pernyataan positif dan tiga pernyataan negatif. Pengolahan data angket dilakukan sebagai berikut:
1) Skor angket
Tabel 9. Skor perjawaban angket
Keterangan:
S = setuju; TS = tidak setuju (dimodifikasi dari Rahayu, 2010: 29).
2) Menghitung persentase skor angket dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Sifat Pernyataan
Jawaban
S TS
Positif 1 0
Negatif 0 1
% 100
n Xi Xin
(60)
44
Keterangan: Xin = Persentase jawaban siswa; Xi =
Jumlah skor jawaban; n = Skor maksimum yang diharapkan (dimodifikasi dari Purwanto, 2008: 102)
3) Melakukan tabulasi data temuan pada angket berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan angket.
Tabel 10. Tabulasi tanggapan siswa terhadap LKS berbasis Inkuiri Terbimbing
No Nama
Pernyataan
1 2 dst
Ya Tidak Ya Tidak 1
2 3 4 5 6 dst
Presentase
Sumber: dimodifikasi dari Rahayu (2010: 31).
4) Menafsirkan atau menentukan persentase tanggapan siswa terhadap penggunaan LKS inkuiri terbimbing sesuai pada Tabel 12.
(61)
Tabel 11. Kriteria tanggapan siswa terhadap penggunaan LKS inkuiri terbimbing
Sumber: Hendro (dalam Hastriani, 2006: 45) Persentase
(%) Kriteria
100 Semuanya
76 – 99 Sebagian besar
51 – 75 Pada umumnya
50 Setengahnya
26 – 49 Hampir setengahnya 1 – 25 Sebagian kecil
(62)
60
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Penggunaan LKS inkuiri terbimbing berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan keterampilan proses sains (KPS) siswa pada materi
pencemaran dan dampaknya bagi makhluk hidup.
2. Sebagian besar 85,48% siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan LKS inkuri terbimbing pada materi pokok pencemaran dan dampaknya bagi makhluk hidup.
B. Saran
Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, perlu adanya kajian LKS lebih lanjut dalam
mengembangkan indikator keterampilan proses sains siswa yang lain pada LKS inkuiri terbimbing dan untuk meningkatkan KPS siswa secara
optimal dengan memperhitungkan alokasi waktu jam pelajaran. 2. Bagi guru/ calon guru, pembelajaran dengan LKS inkuiri terbimbing
dapat digunakan guru IPA sebagai salah satu alternatif bahan ajar yang dapat meningkatkan KPS siswa pada materi pokok pencemaran dan
(63)
dampaknya bagi makhluk hidup serta dapat merancang pembelajaran dikelas secara aktif dan menyenangkan.
3. Bagi siswa, pembelajaran dengan menggunakan LKS inkuiri terbimbing dengan metode praktikum perlu dibiasakan agar siswa mampu
mengembangkan dan meningkatkan KPS nya secara optimal. 4. Bagi sekolah, penggunaan LKS berbasis inkuiri terbimbing dapat
digunakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan menjadi solusi masalah pembelajaran disekolah.
(64)
62
DAFTAR PUSTAKA
Arfianty, H. 2013. Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Inkuiri Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Konsep Koloid Siswa. (Tesis). UPI. Bandung. 282 hlm.
Arsyad, A. 2011. Media Pembelajaran. Rajawali Pers. Jakarta. 192 hlm
BSNP.2006. Panduan Umum KTSP. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. 23 hlm.
Darmodjo dan J. Kaligis. 1993. Pembelajaran IPA. Depdikbud. Jakarta. 83 hlm. Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Gava Media. Yogyakarta. 168 hlm. Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sains SMP/MTS.
Depdiknas. Jakarta. 102 hlm.
Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Depdiknas. Jakarta. 20 hlm.
Dhari, H.M. dan A.P. Dharyono. 1988. Perangkat Pembelajaran. Depdikbud. Malang.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. 298 hlm.
Hake, R. 1999. Analyzing Change/Gain Scores. Article. (Online).
(http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf, diakses pada 11 Januari 2015; 22.43 WIB). 29 hlm.
Hamalik, O. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. 252 hlm. Jufri. 2013. Belajar dan Pembelajaran Sains. Pustaka Reka Cipta. Bandung.
200 hlm.
Krajcik J., P. Blumenfeld, R. Marx, K. Bass, J. Fredricks, dan E. Soloway. .1998. Inquiry in project-based science classrooms: initial attempts by middle school students. Journal of the Learning Sciences, 7(3/4), 350 hlm.
(65)
Majid, A. 2007. Perencanaan Pembelajaran. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. 291 hlm.
OECD .2013. PISA 2012. Assessment and Analytical Framework: Mathematics, Reading, Science, Problem Solving and Financial Literacy,PISA, OECD Publishing. http://dx.doi.org/10.1787/9789264190511-en. 249 hlm. Prastowo, A. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Diva Press.
Jakarta. 419 hlm.
Rahayu, S.P. 2010. Deskripsi Sikap Siswa Terhadap Lingkungan Melalui Pendekatan Pengungkapan Nilai (Values Clarification Approach) Pada Kelas VII MTs Guppi Natar. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 198 hlm
Ristanto, R. H.2010. Pembelajaran Berbasis Inkuiri Terbimbing Dengan Multimedia dan Lingkungan Riil Ditinjau dari Motivasi Berprestasi Kemauan Awal. Tesis. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Rudy. 2011. Keterampilan Proses Sains. Diunduh dari
http://rudy-unesa.blogspot.com/2011/ pada tanggal 6 Januari 2014 pukul 19.45 WIB 16 hlm.
Rustaman, N.. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. UM Press. Malang. 233 hlm.
Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada. Media. Jakarta. 308 hlm.
Sardiman, A. M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 246 hlm.
Sudjana. 2005. Metode Statistika Edisi Keenam. PT Tarsito. Bandung. 508 hlm. Sugiyono. 2010. Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuatitatif, Kualitatif, Dan
R&D. Alfabeta. Bandung. 380 hlm.
Suryosubroto. 2002. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah.Rineka Cipta. Jakarta. 312 hlm.
Suyanto, S., Paidi, dan I. Wilujeng. 2011. Lembar Kerja Siswa. Paparan Ilmiah. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. 3 hlm.
Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan
Implementasinya dalam Kurukulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
(66)
64
Widjajanti, E. 2008. Kualitas Lembar Kerja Siswa. Makalah Ilmiah. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. 7 hlm.
Wilujeng, I., A. Setiawan, dan Liliasari. 2010. Kompetensi IPA Terintegrasi Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Mahasiswa S-1 Pendidikan IPA.
Jurnal Cakrawala Pendidikan November 2010, Th. XXIX, No. 3. Yogyakarta. 14 hlm.
Winkel. 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Gramedia. Jakarta. 171 hlm.
Zahara, R. 2013. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS)Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada Subpokok Materi Hubungan Hasil Kali Kelautan Dan Pengendapan. UPI. Bandung. 162 hlm.
(1)
Sumber: Hendro (dalam Hastriani, 2006: 45)
100 Semuanya
76 – 99 Sebagian besar
51 – 75 Pada umumnya
50 Setengahnya
26 – 49 Hampir setengahnya 1 – 25 Sebagian kecil
(2)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Penggunaan LKS inkuiri terbimbing berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan keterampilan proses sains (KPS) siswa pada materi
pencemaran dan dampaknya bagi makhluk hidup.
2. Sebagian besar 85,48% siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan LKS inkuri terbimbing pada materi pokok pencemaran dan dampaknya bagi makhluk hidup.
B. Saran
Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, perlu adanya kajian LKS lebih lanjut dalam
mengembangkan indikator keterampilan proses sains siswa yang lain pada LKS inkuiri terbimbing dan untuk meningkatkan KPS siswa secara
optimal dengan memperhitungkan alokasi waktu jam pelajaran. 2. Bagi guru/ calon guru, pembelajaran dengan LKS inkuiri terbimbing
dapat digunakan guru IPA sebagai salah satu alternatif bahan ajar yang dapat meningkatkan KPS siswa pada materi pokok pencemaran dan
(3)
dengan metode praktikum perlu dibiasakan agar siswa mampu mengembangkan dan meningkatkan KPS nya secara optimal. 4. Bagi sekolah, penggunaan LKS berbasis inkuiri terbimbing dapat
digunakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan menjadi solusi masalah pembelajaran disekolah.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Arfianty, H. 2013. Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Inkuiri Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Konsep Koloid Siswa. (Tesis). UPI. Bandung. 282 hlm.
Arsyad, A. 2011. Media Pembelajaran. Rajawali Pers. Jakarta. 192 hlm
BSNP.2006. Panduan Umum KTSP. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. 23 hlm.
Darmodjo dan J. Kaligis. 1993. Pembelajaran IPA. Depdikbud. Jakarta. 83 hlm. Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Gava Media. Yogyakarta. 168 hlm. Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sains SMP/MTS.
Depdiknas. Jakarta. 102 hlm.
Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Depdiknas. Jakarta. 20 hlm.
Dhari, H.M. dan A.P. Dharyono. 1988. Perangkat Pembelajaran. Depdikbud. Malang.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. 298 hlm.
Hake, R. 1999. Analyzing Change/Gain Scores. Article. (Online).
(http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf, diakses pada 11 Januari 2015; 22.43 WIB). 29 hlm.
Hamalik, O. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. 252 hlm. Jufri. 2013. Belajar dan Pembelajaran Sains. Pustaka Reka Cipta. Bandung.
200 hlm.
Krajcik J., P. Blumenfeld, R. Marx, K. Bass, J. Fredricks, dan E. Soloway. .1998. Inquiry in project-based science classrooms: initial attempts by middle school students. Journal of the Learning Sciences, 7(3/4), 350 hlm.
(5)
Publishing. http://dx.doi.org/10.1787/9789264190511-en. 249 hlm. Prastowo, A. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Diva Press.
Jakarta. 419 hlm.
Rahayu, S.P. 2010. Deskripsi Sikap Siswa Terhadap Lingkungan Melalui Pendekatan Pengungkapan Nilai (Values Clarification Approach) Pada Kelas VII MTs Guppi Natar. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 198 hlm
Ristanto, R. H.2010. Pembelajaran Berbasis Inkuiri Terbimbing Dengan Multimedia dan Lingkungan Riil Ditinjau dari Motivasi Berprestasi Kemauan Awal. Tesis. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Rudy. 2011. Keterampilan Proses Sains. Diunduh dari
http://rudy-unesa.blogspot.com/2011/ pada tanggal 6 Januari 2014 pukul 19.45 WIB 16 hlm.
Rustaman, N.. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. UM Press. Malang. 233 hlm.
Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada. Media. Jakarta. 308 hlm.
Sardiman, A. M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 246 hlm.
Sudjana. 2005. Metode Statistika Edisi Keenam. PT Tarsito. Bandung. 508 hlm. Sugiyono. 2010. Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuatitatif, Kualitatif, Dan
R&D. Alfabeta. Bandung. 380 hlm.
Suryosubroto. 2002. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah.Rineka Cipta. Jakarta. 312 hlm.
Suyanto, S., Paidi, dan I. Wilujeng. 2011. Lembar Kerja Siswa. Paparan Ilmiah. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. 3 hlm.
Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan
Implementasinya dalam Kurukulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Bumi Aksara. Jakarta. 170 hlm.
(6)
Widjajanti, E. 2008. Kualitas Lembar Kerja Siswa. Makalah Ilmiah. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. 7 hlm.
Wilujeng, I., A. Setiawan, dan Liliasari. 2010. Kompetensi IPA Terintegrasi Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Mahasiswa S-1 Pendidikan IPA. Jurnal Cakrawala Pendidikan November 2010, Th. XXIX, No. 3. Yogyakarta. 14 hlm.
Winkel. 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Gramedia. Jakarta. 171 hlm.
Zahara, R. 2013. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS)Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada Subpokok Materi Hubungan Hasil Kali Kelautan Dan Pengendapan. UPI. Bandung. 162 hlm.