Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian

Namun, peristiwa-peristiwa yang ada dalam sebuah cerita seringkali tidak kronologis sehingga membuat pembaca sulit untuk memahaminya. Untuk mengatasi kesulitan tersebut Barthes 1981: 11 menyatakan bahwa memahami sebuah cerita tidak hanya sekedar membaca kata demi kata tetapi juga harus membentuk kerangka ceritanya dengan cara menentukan satuan-satuan cerita di dalamnya yang kemudian disusun secara vertikal dari tahap satu menuju tahap selanjutnya. Sesuai dengan penjelasan di atas maka sebagai langkah pertama untuk mempermudah penentuan alur dapat dilakukan dengan cara menyusun satuan- satuan cerita atau yang lebih dikenal dengan istilah sekuen. Pengertian sekuen oleh Schmitt dan Viala 1982: 63 ialah sebagai berikut. Une séquence est, d’une façon générale, un segment de texte qui formeun tout cohérent autour d’un même centre d’intérêt. Une séquence narrative correspond à une série de faits représentant une étape dans l’évolution de l’action. Sekuen, secara umum, bagian dari teks yang membentuksuatu hubungan saling keterkaitan dalam satu titik pusat perhatian. Sekuen dalam cerita narasi merupakan urutan kejadian yang menunjukkan tahapan dalam perkembangan aksi. Akan tetapi, tidak jarang ditemukan dalam pembuatan sekuen terasa begitu kompleks. Untuk membatasi sekuen-sekuen yang kompleks, Schmitt dan Viala 1982: 27 menentukan kriteria dalam pembuatan sekuen harus terfokus pada satu titik pusat perhatian focalisation dan harus membentuk satu kesatuan koheren dalam waktu dan ruang yang sama. Selanjutnya, Barthes 1981: 15 menyebutkan bahwa sekuen-sekuen cerita tidak seluruhnya memiliki kepentingan yang sama. Sekuen terbagi ke dalam dua fungsi yaitu fonction cardinale fungsi utama dan fonction catalyse fungsi katalisator. Satuan cerita yang berfungsi sebagai hubungan logis hubungan sebab-akibat dan bersifat kronologis disebut dengan fungsi utama. Fungsi utama merupakan aksi yang mengacu pada cerita, akibat untuk melanjutkan cerita atau menyelesaikan suatu ketidakpastian cerita. Sebagai contoh, peristiwa pertama berderingnya telepon akan menyebabkan peristiwa kedua yaitu menjawab atau mengabaikan dering telepon. Antara peristiwa pertama dan kedua terdapat penjelasan berupa peristiwa-peristiwa kecil atau pendeskripsian seperti perjalanan tokoh menuju meja telepon, mengangkat telepon, meletakkan rokok, dan lain-lain. Peristiwa-peristiwa inilah yang disebut sebagai fungsi katalisator. Untuk fungsi katalisator itu sendirimerupakan satuan cerita yang hanya bersifat kronologis atau berurutan tanpa ada hubungan sebab-akibat. Katalisator berfungsi untuk mempercepat, memperlambat, menjalankan kembali cerita, meringkas, mengantisipasi dan kadang-kadang mengecoh atau membingungkan pembaca Barthes, 1981: 16. Jadi, fungsi katalisator dimaksudkan sebagai penghubung peristiwa atau perangsang timbulnya peristiwa. Setelah menentukan sekuen kemudian masing-masing sekuen ini dikalsifikasikan berdasarkan satuan makna yang memiliki hubungan kausal sebab-akibat dan bersifat kronologis untuk mendapatkan fungsi utama. Setelah diperoleh fungsi utama maka baru dapat menentukan alur ceritanya. Jadi alur digunakan untuk menunjukkan serangkaian peristiwa yang saling berkaitan secara logis.