Latar Analisis Struktural Roman

Untuk mendapatkan kepaduan cerita atau kesatuan yang utuh dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi, mendekripsikan, serta mengkaji antarunsur intrinsik dari suatu karya sastra. Antarunsur intrinsik berupa alur, penokohan, dan latar akan menjadi padu dan bermakna jika mereka diikat oleh tema. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa tema merupakan makna dari suatu cerita yang artinya kemunculannya disampaikan pengarang secara implisit. Suatu makna yang diciptakan menjadi tema sebenarnya sangat berhubungan dan mendapat pengaruh dari unsur-unsur sebelumnya. Untuk menentukan tema biasanya diketahui dari peristiwa atau segala sesuatu yang dialami oleh para tokoh, khususnya tokoh utama. Artinya kemunculan tokoh pada suatu cerita mempengaruhi pembentukan makna tema. Begitu juga dengan alur karena alur merupakan serangkaian peristiwa cerita. Oleh sebab itu, hadirnya alur juga memiliki peran dan pengaruh besar terhadap pencipataan tema cerita. Jadi, antara alur dan penokohan merupakan dua unsur penting yang saling berkaitan dengan tema. Akan tetapi, rasanya masih kurang lengkap untuk menghidupkan cerita agar nampak seperti kejadian nyata jika hanya ada tokoh saja. Oleh sebab itu, tokoh memerlukan ruang lingkup waktu, tempat, sosial sebagaimana yang disebut dengan latar. Adanya keterkaitan unsur-unsur intrinsik inilah berguna untuk memahami makna tanda-tanda yang terjalin dalam sistem strukturnya.

D. Semiotik dalam Karya Sastra

Secara umum dipahami bahwa semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa segala sesuatu yang ada dalam kehidupan ini dikelilingi oleh tanda. Misalnya seperti fenomena sosial dan kebudayaan yang terjadi di masyarakat. Bahkan kehidupan manusia pun dipenuhi oleh tanda. Adapun salah satu manfaat yang dapat diperoleh oleh manusia melalui adanya tanda yaitu manusia dapat berkomunikasi dengan sesamanya. Dalam pengertian lebih luas sebagai teori, semiotik berarti studi tentang tanda dan segala yang berhubungan dengannya dari mulai cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya van Zoest, 1991: 5. Adapun dalam setiap tanda tentu saja mengandung makna. Berkaitan dengan makna tanda, mengingatkan peneliti pada gagasan Charles Sanders Peirce. Peirce ialah salah satu dari pendiri teori dan praktik semiotik. Ia dilahirkan di Cambridge, Massachussetts, tahun 1839 dan meninggal tahun 1914. Ia menjalani pendidikannya di Harvard University kemudian setelah lulus, ia mengajar mengenai logika dan filsafat di Universitas John Hopkins dan Harvard. Seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, Peirce via Deledalle 1978: 212 mengusulkan kata “semiotik” sebagai sinonim dari kata “logika” merupakan teori yang sekiranya diperlukan dan resmi mengenai tanda. Artinya, dengan adanya logika maka mengajarkan manusia untuk berpikir nalar dan secara otomatis penalaran didapatkan melalui tanda-tanda yang ada. Jadi, melalui tanda-tanda dapat memungkinkan manusia berpikir, mampu menginterpretasi suatu makna dalam kehidupan, serta dapat berkomunikasi dengan orang lain. Secara terminologi, makna tanda atau yang biasa disebut representamen oleh Peirce ialah untuk mengemukakan sesuatu. Peirce via Deledalle, 1978: 117 mengemukakan tentang definisi representamen secara garis besar, sebagai berikut. Un representamen est le sujet d’une relation triadique avec un second appelé son objet, pour un troisième appelé son interprétant, cette relation triadique étant telle que le representamen détermine son interprétant à entretenir la même relation triadique avec le même objet pour quelque intrerprétant. Sebuah representamen adalah subjek yang berupa tanda dari sebuah hubungan triadik, dengan yang kedua disebut objeknya, untuk yang ketiga disebut interpretannya, hubungan triadik ini menjadikan representamen untuk menentukan tafsiran interpretannya agar mempertahankan hubungan triadik yang sama dengan objek yang sama untuk beberapa interpretan. Di sisi lain, Peirce via Deledalle, 1978: 121 juga mengungkapkan hal lain yang serupa dengan kutipan di atas yaitu tanda atau representamen ialah sesuatu yang terwakili oleh seseorang dari segala hal apa saja yang bisa dihasilkan atau dimilikinya. Hal ini mengacu kepada manusia seseorang karena sebuah tanda tercipta melalui pikiran atau ide yang ada dalam diri manusia. Pikiran atau ide inilah yang disebut interpretan. Kemudian sesuatu yang terwakili atau diacunya ialah objeknya. Ketiga elemen tersebut selalu hadir dalam signifikasi yang digambarkan melalui hubbungan triadik. Peirce via Deledalle 1978: 229 menggambarkan hubungan semiotik melalui diagram hubungan triadik, sebagai berikut.