53 1 Pada prinsipnya pengembangan kurikulum dengan model ini bersifat tidak
demokratis, Karena prakarsa, inisiatif dan arahan dilakukan melalui garis staf hirarkis dari atas ke bawah, bukan berdasarkan kebutuhan dan aspirasi dari
bawah ke atas; 2 Pengalaman menunjukkan bahwa model ini bukan alat yang efektif dalam
perubahan kurikulum secara signifikan, karena perubahan kurikulum tidak mengacu pada perubahan masyarakat, melainkan semata-mata melalui
manipulasi organisasi dengan pembentukkan macam-macam kepanitian . 3 Kelemahan utama dari model administratif adalah diterapkannya konsep dua
fase, yakni konsep yang mengubah kurikulum lama menjadi kurikulum baru secara uniform melalui sistem sekolah dalam dua fase sendiri-sendiri, yakni
penyiapan dokumen kurikulum baru, dan fase pelaksanaan dokumen kurikulum tersebut.
2. The grass root model;
Model pengembangan ini merupakan lawan dari model pertama. Inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum, bukan datang dari atas tetapi dari bawah, yaitu
guru-guru atau sekolah. Model pengembangan kurikulum yang pertama, digunakan dalam sistem pengelolaan pendidikankurikulum yang bersifat sentralisasi,
sedangkan model grass roots akan berkembang dalam sistem pendidikan yang bersifat desentralisasi. Dalam model pengembangan yang bersifat grass roots
seorang guru, sekelompok guru atau keseluruhan guru di suatu sekolah mengadakan upaya pengembangan kurikulum. Pengembangan atau penyempurnaan ini dapat
berkenaan dengan suatu komponen kurikulum, satu atau beberapa bidang studi ataupun seluruh bidang studi dan seluruh komponen kurikulum. Apabila kondisinya
telah memungkinkan, baik dilihat dari kemampuan guru-guru, fasilitas biaya maupun bahan-bahan kepustakaan, pengembangan kurikulum model grass root
tampaknya akan lebih baik. Hal itu didasarkan atas pertimbangan bahwa guru adalah perencana,
pelaksana, dan juga penyempurna dari pengajaran di kelasnya. Dialah yang paling tahu kebutuhan kelasnya, oleh karena itu dialah yang paling kompeten menyusun
kurikulum bagi kelasnya.
54 Pengembangan kurikulum yang bersifat grass roots, mungkin hanya berlaku
untuk bidang studi tertentu atau sekolah tertentu, tetapi mungkin pula dapat digunakan untuk seluruh bidang studi pada sekolah atau daerah lain. Pengembangan
kurikulum yang bersifat desentralistik dengan model grass rootsnya, memungkinkan terjadinya kompetisi dalam meningkatkan mutu dan sistem pendidikan, yang pada
gilirannya akan melahirkan manusia-manusia yang lebih mandiri dan kreatif. Model Grass Roots Akar Rumput atau arus bawah, berbeda dengan
rekayasa model administratif dalam beberapa hal yang berarti. Misalnya model Grass Roots diawali oleh para guru, pembina disekolah dengan mengabaikan metoda
pembuatan keputusan kelompok secara demokratis dan dimulai dari bagian-bagian yang lemah rusak kemudian diarahkan untuk memperbaiki kurikulum tertentu
spesifik atau kelas-kelas tertentu. Orientasi yang demokratis dari rekayasa Model Grass Roots bertanggung
jawab membangkitkan apa yang menjadi dua aksioma kemantapan sebuah kurikulum :
1. Bahwa sebuah kurikulum hanya dapat diterapkan secara berhasil apabila guru- guru dilibatkan secara intim dengan proses pembuatan konstruksi dan
pengembangannya 2. Bukan hanya para professional, tetapi murid, orang tua, anggota masyarakat lain
harus dimasukkan dalam proses pengembangan kurikulum. Masalah validitas kedua klaim tersebut tidaklah periu, yang diperlukan
adalah definisi yang lebih tepat mengenai peran administrator, gum, ahli kurikulum dan non profesional dalam memerankan perannya di dalam rekayasa kurikulum.
Prinsip Prinsip Model Grass Roots
Guru adalah sebagai kunci dalam rekayasa kurikulum yang efektif, digambarkan pada 4 prinsip yang menjadi dasar Model Grass Roots, yaitu :
1. Kurikulum akan baik apabila kemampuan profesioanl guru baik 2. Kompetensi guru akan membaik apabila guru terlibat secara pribadi dalam
masalah-masalah peibaikan revisi kurikulum 3. Jika guru urun rembug dalam membentuk tujuan-tujuan yang akan dicapai dalam
memilih, mendefinisikan, memecahkan masalah yang akan dihadapi, mempertimbangkan dan menilai hasil maka keterlibataimya paling terjamin.
55 4. Karena orang bertemu dalam kelompok, tatap muka, mereka akan dapat
memahami satu sama lain lebih baik dan untuk mencapai suatu konsensus berdasarkan prinsip-prinsip dasar, tujuan-tujuan dan rencana-rencana.
Prinsip ini jadi bersifat operasional, karena guru didorong untuk bekeija secara kooperatif dalam merencanakan kurikulum baru. Dorongan terjadi bila
administrator menyediakan kepemimpinan, waktu bebas, material dan rangsangan lain yang bersifat kondusif terhadap perencanaan kurikulum. Pada beberapa daerah
lokakaiya diorganisasi untuk melaksanakan proses, pada akhir tahun cenderung terfokus pada review kurikulum dan penilaian kebutuhan, sedangkan pada awal
tahun bam mereka dapat berhasil mengkonstruksi kurikulum bam. Idealnya lokakarya itu mencakup para administrator, para guru, siswa, orang tua dan anggota
masyarakat tokoh ditambah dengan konsultan dan personal sumber khusus. Para peserta bekerja atas dasar masalah-masalah tersebut secara demokratis mencapai
konsensus. Disini jelas sekali, karena guru-guru terlibat secara mendalam inti dalam perencanaan dan proses pembuatan keputusan, pengetahuan dan kesepakatan
mereka merupakan suatu kebutuhan bagi prosedur implementasi khusus yang dinyatakan oleh model administratif.
Perlu diingat disini para gum terlibat dengan intim pada perencanaan dan pembuatan keputusan, pengetahuan, dan komitmennya dijadikan awal yang baik
untuk memenuhi kebutuhan prosedur penerapan tertentu. Kelemahan rekayasa kurikulum model Grass Roots ini adalah model ini
menerapkan metoda partisipasi yang demokratis dalam proses yang khusus, bersifat teknis yang kompleks. Ini tidak berarti bahwa keputusan masyarakat umumnya tidak
perlu diperhatikan atau para guru tidak boleh diben peran dalam rekayasa kurikulum. Ini hanya untuk menyatakan bahwa peran dasar pemikiran satu orang
satu suara tidak atau belum tentu menghasilkan sesuatu yang terbaik dalam suatu situasi, otoritas tertentu amat diperlukan. Namun perlu diingat pula bahwa model
Grass Roots ini lebih memberikan kontribusi awal dalam memperkuat landasan pembuatan keputusan kurikulum dan dalam hal itu model ini bertanggungjawab
terhadap keinginan-keinginan masyarakat.
56 Bagan 2.1. Model Grass Roots
Terkait dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, tampaknya lebih cenderung dilakukan dengan menggunakan pendekatan the grass-
root model. Kendati demikian, agar pengembangan kurikulum dapat berjalan efektif tentunya harus ditopang oleh kesiapan sumber daya, terutama sumber daya manusia
yang tersedia di sekolah.
3. Beauchamp’s System