C. Kerangka Berfikir
Pembelajaran merupakan kegiatan yang bertujuan secara sistematis dan
terarah pada terjadinya proses belajar. Metode ceramah sering dipandang sudah biasa bahkan cenderung membuat siswa merasa bosan dalam
mengikuti proses pembelajaran. Oleh karena itu, perlu adanya penggunaan metode pembelajaran yang dapat menjadikan siswa menjadi lebih aktif.
Penggunaan metode pembelajaran yang tepat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi dan prestasi belajar siswa. Salah satu model
pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran terdapat dalam model pembelajaran kooperatif yang melibatkan seluruh
siswa untuk bekerja sama secara aktif dalam proses pembelajaraan strategi pembelajarannya yang terstruktur dan sistematis dapat digunakan pada
berbagai jenjang pendidikan dan hampir pada semua materi. Team Game Tournament TGT merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif
yang melibatkan seluruh siswa dari awal sampai akhir kegiatan pembelajaran. Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, dapat dituangkan dalam bagan
sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Berfikir D.
Hipotesis tindakan Penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT
Peningkatan motivasi belajar dan prestasi
belajar memilih bahan
Berdasarkan deskripsi teori diatas, untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar dan prestasi belajar memilih bahan baku busana
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT di SMK N 6 Yogyakarta, maka hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah ada
peningkatan motivasi belajar dan prestasi belajar siswa kelas X Busana butik 3 SMK N 6 Yogyakarta pada mata pelajaran memilih bahan baku busana
dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas PTK. Penelitian tindakan kelas dilakukan secara kolaboratif antara 2 orang atau 2 pihak, ialah
praktisi dan peneliti. Dalam hal ini, peneliti merupakan observer utama dan guru dipandang sebagai praktisi yang tidak mempunyai kesempatan
melakukan observasi atau monitoring, melainkan semata-mata menjalankan skenario pembelajaran. Guru hanya berperan mengembangkan pembelajaran
tindakan menurut rencana tindakan yang telah dirancang. Sementara bagaimana dampak dan situasi kelas sebelum, selama, dan setelah tindakan
adalah menjadi tanggung jawab peneliti atau observer Pardjono, 2007 : 41.
Suharsimi 2006: 17 mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian kolaborasi, yaitu pihak yang melakukan tindakan adalah
guru mata pelajaran memilih bahan baku busana itu sendiri, sedangkan yang
melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah
peneliti bukan seorang guru yang sedang melakukan tindakan.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian model Kemmis Mc Taggart. Ada beberapa ahli yang
mengemukakan model penelitian tindakan dengan bagan yang berbeda, menurut Suharsimi Arikunto 2008:16 secara garis besar terdapat empat
tahapan yang lazim dilalui yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
Desain penelitian yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah desain dari Suharsimi Arikunto 2008:16 yang menggambarkan bahwa penelitian
tindakan kelas dilaksanakan melalui beberapa siklus dan masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, adapun tahap-tahap model PTK dimaksud
menggambarkan adanya empat langkah dan pengulangannya, yang disajikan dalam bagan berikut ini.
Perencanaan Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan
Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan Pengamatan
Gambar 2. Tahapan Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis Mc Taggart Suharsimi Arikunto, 2006:97
Keempat langkah tersebut merupakan satu siklus atau putaran, artinya sesudah langkah ke-4, lalu kembali ke 1 dan seterusnya. Meskipun sifatnya
berbeda, langkah ke-2 dan ke-3 dilakukan secara bersamaan jika pelaksana dan pengamat berbeda. Jika pelaksana juga pengamat, mungkin pengamatan
dilakukan sesudah pelaksanaan, dengan cara mengingat-ingat apa yang sudah terjadi. Dengan kata lain, objek pengamatan sudah lampau terjadi.
Tahap 1: Menyusun rancangan tindakan dan dikenal dengan perencanaan, yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan
bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Tahap 2 : Pelaksanaan tindakan yaitu implementasi atau penerapan isi
rancangan di dalam kancah, yaitu mengenakan tindakan kelas. Pelaksanaan harus sesuai dengan rancangan, tetapi harus pula bersikap wajar. Tentu saja
membuat modifikasi tetap diperbolehkan, selama tidak mengubah prinsip, hindari kekakuan.
Tahap 3 : Pengamatan, yaitu pelaksanaan pengamatan oleh pengamat. Sebetulnya kurang tepat kalau pengamatan ini dipisahkan dengan pelaksanaan
tindakan karena seharusnya pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan, jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama.
Tahap 4 : Refleksi atau pantulan yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi. Istilah “refleksi” sebetulnya lebih tepat