DEVELOPMENT OF SOCIAL SCIENCE STUDENT WORKSHEET THEMATIC ENVIRONMENT AT JUNIOR HIGH SCHOOL1 PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA IPS TEMATIK LINGKUNGAN HIDUP DI SMP

(1)

DEVELOPMENT OF SOCIAL SCIENCE STUDENT WORKSHEET THEMATIC ENVIRONMENT AT JUNIOR HIGH SCHOOL1

By

SOPHIA FATIMAH

The aims of the research are (1) to result social science worksheet form thematic material based environment at eighth grade of junior high school; (2) to find out the differences of effectiveness social science learning . This research is development of social science worksheet thematic material. It used purposive sampling techniques. This research was done by two stages: evaluation and pre experiment stage. Result product is learning material that is thematic worksheet which was designed based on curriculum 2013. Worksheet consists of material, assignment and pictures. Results of research are: (1) learning material social science worksheet thematic based for environment material at eighth grade of junior high school is more effective than classical learning method. (2) there is differences improvement of student result study. (3) there is differences average of improvement result study between social science worksheet learning material and classical learning method.


(2)

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA IPS TEMATIK LINGKUNGAN HIDUP DI SMP

Oleh

SOPHIA FATIMAH

Tujuan dari penelitian adalah (1) menghasilkan bentuk LKS IPS berbasis tematik lingkungan hidup SMP; (2) mengetahui perbedaan efektifitas pembelajaran IPS. Jenis penelitian ini adalah pengembangan. Teknik purposive sampling. Penelitian dilakukan dalam 2 tahapan yaitu: (1) tahap penilaian dan (2) tahap uji coba lapangan. Produk yang dihasilkan dalam penelitian adalah bahan ajar yang berbentuk LKS tematik yang didesain mengikuti kurikulum 2013. LKS ini berisi materi, latihan dan gambar. Hasil penelitian ini: (1) Penggunaan bahan ajar LKS IPS berbasis tematik untuk materi lingkungan hidup SMP lebih efektif dibandingkan dengan metode pembelajaran klasikal. (2) Terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar siswa. (3) Terdapat perbedaan rata-rata peningkatan hasil belajar antara bahan ajar LKS IPS dengan metode pembelajaran klasikal. Kata kunci: IPS, lembar kegiatan siswa, lingkungan hidup, tematik


(3)

BERBASIS TEMATIK MATERI LINGKUNGAN HIDUP

KELAS VIII SMP OLEH:

SOPHIA FATIMAH

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar MAGISTER PENDIDIKAN

Pada

Program Pascasarjana Magister Pendidikan IPS

Fakultas Kkeguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER PENDIDIKAN IPS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG TAHUN 2014


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotaagung Kabupaten Tanggamus pada tanggal 17 Nopember 1973, merupakan anak keenam dari delapan bersaudara pasangan dari Bapak Hi. Hasanusi Malian (alm) dan ibu Hj. Sunainah (almh).

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN 6 Kuripan Kotaagung tahun 1985, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Kotaagung tahun 1988, dan Pendidikan Menengah Atas di SMA Negeri 1 Kotaagung tahun 1991. Selanjutnya penulis kuliah S1 FKIP/ IPS/Sejarah Universitas Lampung dan selesai tahun 1996.

Peneliti diangkat menjadi PNS tahun 1999 dan bertugas di SMP Negeri 1 Kotaagung Barat. Penulis menikah dengan Suharmawan, S.Pd tanggal 6 Januari 2001 dan dikarunia 2 orang putri. Tahun 2012 penulis melanjutkan S2 di Universitas Lampung Program Studi MPIPS, dan ditahun 2012 pula penulis menunaikan ibadah haji.


(8)

MOTO





Artinya: “Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).” (QS Al Insyiroh : 7).


(9)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan kepada:

1. Bapak Hi. Hasanusi (almarhum) dan Ibu Hj. Sunainah (almarhumah) yang akan selalu menjadi inpirasiku baik selama beliau masih ada maupun ketika beliua telah tiada.

2. Suamiku tercinta Hi. Suharmawan, S.Pd., S.Kom., M.T.I. yang selalu memberikan semangat dan mendo’akan serta membantuku setiap saat.

3. Dua putriku tercinta Fira Aprilia Nur Rahma dan Fira Agustina Nur Rahma yang selalu menjadi permata hatiku.


(10)

SANWACANA

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah Subhana Wata’al, karena atas rahmat dan hidayah-Nya tesis ini dapat diselesaikan.

Tesis dengan judul “Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa IPS Berbasis Tematik Materi Lingkungan Hidup Kelas VIII SMP” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada program studi Magister Pendidikan IPS pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S. Rektor Universitas Lampung

2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Dr. M. Thoha B.S Jaya, M.S., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, sebagai pembimbing kedua, sekaligus ahli Materi LKS ini yang telah memberikan bimbingan dan masukan yang membangun pada tesis ini.

4. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(11)

5. Bapak Drs. H. Iskandarsyah, M.H., selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

6. Bapak Prof. Dr. Hi. Sudjarwo, M.S., selaku Direktur Pascasarjana Universitas Lampung.

7. Bapak Dr. Hi. Pargito, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Magister Pendidikan IPS dan memberi bantuan bimbingan masukan ide, saran dalam menyelesaikan tesis ini.

8. Bapak Dr. R. Gunawan Sudarmanto, S.Pd., S.E., M.M. selaku Sekretaris Program Studi Magister Pendidikan IPS dan sekaligus sebagai Pembimbing Pertama yang memberi bantuan bimbingan, masukan, ide dan saran dalam menyelesaikan tesis ini.

9. Bapak Hi. Darsono, M.Pd yang telah memberi bantuan dan masukan dalam penyelesaian tesis ini.

10. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Program Pascasarjana Pendidikan IPS FKIP Universitas Lampung yang telah ikhlas memberi ilmu kepada penulis.

11. Bapak Kepala Sekolah, guru dan staf TU serta anak didik di SMP Negeri 1 Kotaagung Barat Kabupaten Tanggamus.

12. Rekan-rekan angkatan 2012 MPIPS bu Maryani, bu Retno, bu Fatmah, bu Sumarti, Desi, Iin, Mimi, Ima, Dewi, Dwi, Lita, Iceu, Mbak Fau, Inayah, Yunda, Bu Hurus, Cherly, Astri, Resti, Lili, Mbak April, Rita, April, Apri, Titi, Yosi, Tri, Defti, kak Waluyo, Dani dan yang lainnya yang tak dapat disebutkan satu persatu.


(12)

Penulis berharap semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya dan membalas budi dari semua pihak yang telah berjasa kepada Penulis.

Bandar Lampung, Maret 2014


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Batasan Masalah ... 7

1.3 Rumusan Masalah ... 7

1.4 Tujuan Pengembangan ... 8

1.5 Kegunaan Pengembangan... 9

1.6 Ruang Lingkup Pengembangan ... 9

1.7 Spesifikasi Produk Yang Diharapkan ... 12

1.8 Keterbatasan Pengembangan ... 13

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 14

2.1 Teori-Teori Belajar Dalam Pengembangan Pembelajaran IPS Terpadu di SMP ... 14

2.1.1 Teori Belajar Konstruktivisme ... 16

2.1.2 Teori Perkembangan Kognitif Piaget ... 17

2.1.3 Teori pembelajaran Sosial Vygotsky ... 18

2.1.4 Teori Pembelajaran menurut Robin Fogarty ... 19

2.2 Tinjauan mengenai Pendidikan IPS ... 23

2.2.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 23

2.2.2 Tujuan Pendidikan IPS ... 24

2.2.3 KI dan KD IPS Kelas VIII Yang Dipadukan ... 25

2.3 Landasan Teori Pengembangan Bahan ajar IPS di SMP ... 33

2.3.1 Tinjauan Bahan Ajar ... 34

2.3.2 Jenis-Jenis Bahan Ajar... 34

2.3.3 Fungsi dan Manfaat Bahan Ajar LKS IPS ... 35

2.4 LKS IPS Berbasis Tematik Materi Lingkungan Hidup di kelas VIII Semester Ganjil di SMP ... 36

2.5 Produk Yang Dihasilkan (Kerangka Pikir Penelitian) ... 43

2.6 Penelitian Yang Relevan ... 45

2.7 Hipotesis Penelitian ... 46

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 49

3.1 Pendekatan Penelitian Pengembangan ... 49

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Pengembangan ... 53


(14)

3.3 Langkah-langkah Penelitian Pengembangan ... 54

3.3.1 Melakukan Analisis Produk Yang Akan Dikembangkan ... 54

3.3.2 Mengembangkan Produk Awal ... 55

3.4 Penelitian Pengembangan Tahap I (Pertama) ... 60

3.4.1 Reviu Oleh Ahli Materi ... 61

3.4.2 Reviu oleh Ahli Desain dan Sintak LKS IPS Berbasis Tematik Materi Lingkungan Hidup Kelas VIII di SMP ... 61

3.4.3 Uji Perorangan ... 62

3.4.4 Uji Kelompok Kecil ... 63

3.4.5 Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Sumatif ... 64

3.4.6 Teknik Pengumpulan Data ... 65

3.4.7 Instrumen Pengembangan ... 67

3.4.8 Teknik Analisis Data ... 67

3.4.9 Perencanaan Desain Produk ... 68

3.4.10 Validasi Desain ... 69

3.5 Penelitian Pengembangan Tahap II ... 70

3.5.1 Model Rancangan Uji Coba Produk ... 70

3.5.2 Populasi dan Sampel ... 70

3.5.3 Teknik Pengumpulan Data ... 72

3.5.4 Uji Persyaratan Instrumen Pengembangan ... 72

3.6 Validasi Produk LKS IPS ... 84

IV. HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN ... 82

4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 82

4.2 Daftar Nama Tenaga Pendidik dan Kependidikan ... 86

4.3 Menganalisis Produk Pendidikan berupa Standar Isi, Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar dan Indikator ... 88

4.4 Implikasi Desain Pembelajaran ... 88

4.4.1 Tahap Penilaian ... 93

4.4.2 Tahap Uji Coba Lapangan ... 108

4.5 Validasi Produk LKS IPS ... 118

4.6 Pembahasan ... 120

V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 124

5.1 Kesimpulan ... 124

5.2 Implikasi ... 125

5.3 Saran ... 126

DAFTAR PUSTAKA ... 127


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Hasil Belajar IPS Semester Ganjil Kelas VIII SMP Negeri 1

Kotaagung Barat Tahun Pelajaran 2012/2013 ... 3

2.1 Struktur Kurikulum SMP/MTs ... 26

2.2 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPS KelasVIII SMP ... 27

2.3 Kompetensi Dasar Yang Berpotensi IPSTerpadu Semester 1 Kelas VIII SMP ... 38

3.1 Kisi-Kisi Reviu Oleh Ahli Materi Pengembangan LKS IPS Berbasis Tematik Materi Lingkungan Hidup Kelas VIII Semester Ganjil SMP. ... 61

3.2 Kisi-kisi Reviu Oleh Ahli Desain dan Sintak LKS IPS Berbasis Tematik Materi Lingkungan Hidup Kelas VIII di SMP ... 62

3.3 Kisi-kisi Uji Perorangan ... 62

3.4 Kisi-Kisi Uji Kelompok Kecil ... 63

3.5 Rekapitulasi Uji Validitas Instrumen Kemampuan Awal ... 74

3.6 Rekapitulasi Uji Validitas Instrumen Ketercapaian Kompetensi Siswa... 74

3.7 Rekapitulasi Taraf Kesukaran Instrumen Kemampuan Awal ... 78

3.8 Rekapitulasi Taraf Kesukaran Instrumen Ketercapaian Kompetensi Siswa ... 78

3.9 Rekapitulasi Daya Beda Instrumen Kemampuan Awal ... 80

3.10 Rekapitulasi Daya Beda Instrumen Ketercapaian Kompetensi Siswa ... 80


(16)

Kotaagung Barat Tahun Pelajaran 2013/2014 ... 86

4.3. Data Keadaan Peserta Didik Kelas VIII (Delapan) Tahun Pelajaran 2013/2014. ... 87

4.4. Evaluasi Formatif oleh Ahli Desain dan Sintaks Pembelajaran ... 93

4.5. Penilaian oleh Ahli Materi Pembelajaran ... 95

4.6. Penilaian Oleh Perorangan ... 96

4.7. Penilaian Kelompok Kecil terhadap Pemilihan LKS IPS Berbasis Tematik Materi Lingkungan Hidup Kelas VIII. ... 98

4.8. Penilaian Kelompok Kecil terhadap Keunikan LKS IPS Berbasis Tematik Materi Lingkungan Hidup Kelas VIII. ... 99

4.9. Penilaian Kelompok Kecil Terhadap Ketertarikan LKS IPS Berbasis Tematik Materi Lingkungan Hidup Kelas VIII. ... 99

4.10. Penilaian Kelompok Kecil terhadap Kesesuaian LKS IPS Berbasis Tematik Materi Lingkungan Hidup Kelas VIII dengan KI. ... 100

4.11. Penilaian Kelompok Kecil Terhadap Keeratan LKS IPS Berbasis Tematik Materi Lingkungan Hidup Kelas VIII dengan KD. ... 100

4.12. Penilaian Kelompok Kecil terhadap Kejelasan LKS IPS Berbasis Tematik Materi Lingkungan Hidup Kelas VIII dengan KI, KD dan Indikator. ... 101

4.13. Penilaian Kelompok Kecil terhadap Kemenarikan Hubungan Antara KI dalam LKS IPS Berbasis Tematik Materi Lingkungan Hidup Kelas VIII. ... 101

4.14. Penilaian Kelompok Kecil terhadap Kemenarikan Hubungan Antara KD Dalam LKS IPS Berbasis Tematik Materi Lingkungan Hidup Kelas VIII. ... 102

4.15. Penilaian Kelompok Kecil terhadap Kemenarikan Hubungan Antara KI, KD dan Indikator Dalam LKS IPS Berbasis Tematik Materi Lingkungan Hidup Kelas VIII. ... 102

4.16. Penilaian Guru terhadap Pemilihan LKS IPS Berbasis Tematik Materi Lingkungan Hidup Kelas VIII. ... 106


(17)

Lingkungan Hidup Kelas VIII. ... 104

4.18. Penilaian Guru terhadap Ketertarikan LKS IPS Berbasis Tematik Materi Lingkungan Hidup Kelas VIII. ... 104

4.19. Penilaian Guru terhadap Kesesuaian LKS IPS Berbasis Tematik Materi Lingkungan Hidup Kelas VIII dengan KI... 105

4.20. Penilaian Guru terhadap Keeratan LKS IPS Berbasis Tematik Materi Lingkungan Hidup Kelas VIII dengan KD. ... 105

4.21. Penilaian Guru terhadap Kejelasan LKS IPS Berbasis Tematik Materi Lingkungan Hidup Kelas VIII dengan KI, KD dan Indikator. ... 106

4.22. Penilaian Guru Terhadap Kemenarikan Hubungan Antara KI dalam LKS IPS Berbasis Tematik Materi Lingkungan Hidup Kelas VIII ... 107

4.23. Penilaian Guru terhadap Kemenarikan Hubungan Antara KD dalam LKS IPS Berbasis Tematik Materi Lingkungan Hidup Kelas VIII. ... 107

4.24. Penilaian Guru terhadap Kemenarikan Hubungan Antara KI, KD dan Indikator Dalam LKS IPS Berbasis Tematik Materi Lingkungan Hidup Kelas VIII. ... 107

4.25. Analisis Data Tabel Kemampuan Awal Kelas Eksperimen ... 109

4.26. Analisis Data Tabel Kemampuan Awal Kelas Kontrol ... 109

4.27. Analisis Data Tabel Ketercapaian Kompetensi Siswa Kelas Eksperimen ... 110

4.28. Analisis Data Tabel Ketercapaian Kompetensi Siswa Kelas Kontrol ... 110

4.29. Hasil Perhitungan N-Gain Kelas Eksperimen ... 112

4.30. Hasil Perhitungan N-Gain Kelas Kontrol ... 112

4.31. Uji Normalitas Data Penelitian ... 113

4.32. Uji Homogenitas Data Penelitian ... 114

4.33. Hasil Analisis Uji F ... 116

4.34. Hasil Analisis Uji t... 117


(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Diagram Alur Pengembangan LKS IPS Model Tematik ... 37

2.2 Bagan Alur LKS IPS berbasis Tematik materi Lingkungan Hidup ... 39

2.3 Prosedur pengembangan LKS menggunakan Teori ADDIE ... 42

3.1 Desain pembelajaran model ADDIE ... 50

3.2 Desain pembelajaran model ASSURE ... 51

3.3 Desain pembelajaran model Dick and Carry ... 52

3.4 Model Desain Instruksional ADDIE Diintegrasikan Dengan Prosedur Pengembangan Borg And Gall (1989:25) ... 56

3.5 Prototipe LKS IPS Berbasis Tematik Materi Lingkungan Hidup Kelas VIII di SMP ... 57

3.6 Model Prosedural Pengembangan LKS IPS Berbasis Tematik Materi Lingkungan Hidup Kelas VIII di SMP ... 60

3.7 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Bermacam Kegiatan Dari Sumber Yang Sama ... 67


(19)

I.

PENDAHULUAN

Pembahasan dalam bab pendahuluan ini akan difokuskan pada beberapa sub-bab yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Fokus dan Masalah Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Spesifikasi Produk yang Diharapkan.

1.1Latar Belakang Masalah

Profesionalisme guru sangat ditentukan oleh kemampuannya memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran, untuk menunjang kelancaran tugasnya. Seorang guru dapat mengajar dengan baik, maka memerlukan sebuah strategi yang dapat mengantarkannya kepada kesuksesan membelajaran. Kesuksesan ini tentunya tidak bisa didapat dengan sendirinya, melainkan dengan mempelajari keahlian sampingan yang disebut dengan teaching performance. Bertolak dari kenyataan seperti itu maka perlu dicari alternatif solusinya terutama yang berhubungan dengan faktor kegiatan pembelajaran.

Menurut Permendikbud No. 68 tahun 2013 bahwa Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai berikut.

1) Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama;

2) Pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/ media lainnya);

3) Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet);


(20)

4) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains); 5) Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim)

6) Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia 7) Pola pembelajaran berbasis masal menjadi kebutuhan pelanggan (users) dengan

memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik; 8) Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi

pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan 9) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.

Seorang pendidik harus mampu menyiapkan bahan ajar yang mampu dan dapat dijadikan pedoman dan acuan dalam proses pembelajaran di kelas. Tugas guru adalah menyampaikan materi pelajaran kepada siswa melalui interaksi komunikasi proses belajar mengajar yang dilakukannya. Keberhasilan guru dalam menyampaikan materi sangat tergantung pada kelancaran interaksi komunikasi antar guru dan siswanya. Guru diberi kebebasan untuk menetapkan materi yang cocok untuk siswanya.

Penyebab motivasi belajar peserta didik rendah dikarenakan antara lain minimnya bahan ajar yang digunakan untuk acuan dalam proses pembelajaran, guru belum dapat membuat bahan ajar yang melibatkan siswa untuk lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran. Kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran diduga karena minimnya kemampuan dan pengetahuan guru untuk merancang dan mengelola pembelajaran dikelas.

Tenaga pendidik yang ada di SMP Negeri 1 Kotaagung Barat berjumlah 33 orang buru. Kualifikasi S 2 sebanyak 2orang, S 1 sebanyak 30 orang dan D 3 sebanyak 1 orang. Untuk pendidik yang mengajar mata pelajaran IPS sebanyak 3 orang. Dari 33 pendidik tersebut yang telah sertifikasi sebanyak 20 orang. Yang telah mengikuti pembekalan mengenai kurikulum 2013 sebanyak 6 orang. 1 orang untuk instruktur nasional, 2 orang pada tingkat propinsi dan 3 orang lainnya mengikuti di tingkat kabupaten. Baru 2 persen saja guru yang telah menerima pembekalan tentang


(21)

kurikulum 2013. Sedangkan kita ketahui bahwa pada tahun 2014/2015 akan diberlakukan kurikulum 2013 secara menyeluruh di seluruh Indonesia.

Data dari hasil pengamatan dan pengalaman selama ini di SMP Negeri 1 Kotaagung Barat terdapat satu masalah dalam pembelajaran pada SMP ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini tampak dari rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Terlihat hasil belajar siswa pada Mata Pelajaran IPS Semester Ganjil Tahun 2012/2013.

Tabel 1.1 Hasil Belajar IPS Semester Ganjil Kelas VIII SMP Negeri 1 Kotaagung Barat Tahun Pelajaran 2012/2013

No Kelas

Hasil Tertinggi

( ≥ 68) Hasil Terendah ( < 68) Total

Frekuensi

Total Hasil Frekuensi Presentasi Frekuensi Presentasi

1. 2. 3. 4. VIII A VIII B VIII C VIII D 13 12 10 9 41% 37% 31% 28% 19 20 22 23 59% 62% 69% 72% 32 32 32 32 100% 100% 100% 100% Sumber: Dokumentasi Guru Mata Pelajaran IPS Kelas VIII SMPN 1 Kotaagung

Barat Semester Ganjil 2012/2013

Tabel 1.1 diatas dapat dianalisa bahwa hasil belajar IPS di SMP Negeri 1 Kotaagung Barat belum mencapai indikator keberhasilan. Kegiatan pembelajaran yang monoton, kurang variatif dan berpusat pada guru menyebabkan siswa pasif. Pembelajaran IPS terpadu di SMP Negeri 1 Kotaagung Barat selama ini cenderung belajar dengan metode membaca dan menghafal, sehingga siswa kurang terlibat aktif dalam pembelajaran, suasana kelas terkesan membosankan dan cenderung pasif. Hal ini ditunjukkan oleh sikap yang kurang antusias ketika pelajaran IPS terpadu berlangsung, rendahnya respon umpan balik dari siswa terhadap pertanyaan dan penjelasan guru. Peserta didik sering keluar masuk kelas, mengantuk dan membuat


(22)

kegaduhan selama berlangsung pembelajaran. Cara mengajar guru yang selalu berlangsung satu arah dan bahan ajar yang digunakan monoton membuat prestasi belajar siswa banyak yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). KKM di SMP Negeri 1 Kotaagung Barat adalah 68.

Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri yaitu bagaimana sebenarnya belajar. Dalam proses pembelajaran guru masih dominan sedangkan anak didik tidak diberi akses untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya. Selama ini guru masih mengandalkan buku paket atau Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang dijual oleh penerbit komersial di pasaran. Hal ini karena kurangnya kesadaran guru akan pentingnya menyusun sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan manfaatnya dalam pembelajaran. Sebagian besar guru yang mengajar di SMP Negeri 1 Kotaagung Barat menggunakan LKS yang berasal dari penerbit komersial. Alasan mereka karena tidak perlu bersusah payah dalam proses pembelajaran di kelas. Padahal materi yang terdapat pada LKS tersebut belum tentu sesuai dengan keadaan peserta didik.

Guru selama ini lebih suka dengan model tersebut karena tidak memerlukan alat dan bahan ajar atau referensi lain. Dalam LKS yang dibeli dari pasaran lebih banyak berisi tentang pengetahuan kognitif, kurang dalam bidang afektif dan psikomotor. Tentu saja ini tidak sesuai dengan akan diberlakukankan kurikulum 2013. Padahal yang dituntut oleh kurikulum 2013 adalah lebih ditekankan pada aspek afektif dan psikomotor. LKS diterapkan dalam pembelajaran sebagai pedoman peserta didik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.


(23)

Siswa tidak diajarkan strategi belajar yang dapat memahami bagaimana belajar, berpikir, dan memotivasi diri sendiri (self motivation). Padahal aspek-aspek tersebut merupakan kunci keberhasilan dalam proses pembelajaran. Masalah ini banyak dijumpai dalam kegiatan proses belajar mengajar dikelas. Oleh karena itu perlu membuat bahan ajar yang dapat membantu siswa untuk memahami materi ajar dan aplikasi serta relevansinya dalam kehidupan sehari-hari.

Misi tersebut dapat diwujudkan dengan mempersyaratkan perlunya dilakukan perubahan terhadap pembelajaran yang berlangsung selama ini di sekolah/kelas, yaitu pembelajaran yang semula berorientasi pada guru menjadi pembelajaran yang berorientasi pada optimalisasi kompetensi peserta didik serta proses pencapaiannya. Perubahan tersebut perlu dilakukan karena pembelajaran yang berorientasi pada guru, keterlaksanaannya lebih bersifat indoktrinatif dengan menekankan pencapaian target kurikulum pada ranah pengetahuan saja. Pembelajaran hanya untuk kepentingan jangka pendek.

Kebutuhan peserta didik pada ranah sikap dan spikomotor kurang mendapatkan perhatian secara memadai. Pengembangan kemampuan psikomotorik dan afektif sangat diperlukan untuk kepentingan kehidupan jangka panjang. Pembekalan terhadap kemampuan-kemampuan tersebut belum terwujud secara optimal. Kenyataan ini berkontribusi terhadap rendahnya kualitas lulusan dan menjadi salah satu masalah yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini.

Komponen yang penting dalam sistem pembelajaran adalah keberadaan bahan ajar bagi peserta didik. Dalam meningkatkan kompetensinya, guru memerlukan bantuan berbagai bahan ajar, baik yang berupa handout, buku ajar, modul, LKS, dan lain-lain


(24)

yang dapat membantu melaksanakan proses pembelajaran dengan baik dan lancar. Bahan ajar juga harus mampu menyajikan suatu objek secara terurut bagi keperluan pembelajaran dan memberikan sentuhan nilai-nilai afektif, sosial, dan kultural yang baik agar dapat secara komprehensif menjadikan peserta didik bukan hanya dapat mengembangkan kemampuan kognitifnya, tetapi juga afektif dan psikomotoriknya.

Perubahan pembelajaran di sekolah perlu dilakukan, terutama dalam mempersiapkan bahan ajar yang bervariasi, diharapkan memiliki komitmen yang tinggi untuk mempersiapkan masa depan kehidupan dan penghidupan peserta didiknya. kriteria bahan ajar yang adalah adanya isi bahan pelajaran dapat dipahami dengan mudah oleh siswa yang menggunakannya. Menurut Nasution dalam Salirawati, (2012) bahan ajar merupakan salah satu masukan (input) dalam proses pembelajaran yang merupakan pendekatan implementasi kurikulum yang berlaku. Oleh karena itu, ketika kurikulum suatu negara berubah, maka secara otomatis bahan ajar yang digunakannya berubah. Bahan ajar dipandang sebagai sarana yang harus secara jelas dapat mengkomunikasikan informasi, konsep, pengetahuan, dan mengembangkan kemampuan sedemikian rupa, sehingga dapat dipahami dengan baik oleh guru dan peserta didik.

Macam-macam bahan ajar yang dapat dibuat oleh para guru dalam menyampaikan pembelajaran adalah. (1) modul; (2) handout; (3) LKS (Lembar Kegiatan Siswa); (4) Diktat. Dengan demikian berarti bahwa pendidikan di sekolah akan banyak memberikan konstribusi dalam mempersiapkan orang-orang agar mampu bertahan (survival) menghadapi tantangan kehidupan dan penghidupan di masa mendatang.


(25)

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian pengembangan LKS IPS untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Pertimbangan dipilihnya bahan ajar berbentuk lembar kegiatan siswa agar para siswa dapat lebih menguasai materi yang diajarkan sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di kelas. Selain itu juga bahan ajar ini dapat dibuat sendiri oleh para guru yang disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan kepada siswa, jadi tidak selalu mengandalkan lembar kegiatan siswa yang berada di pasaran.

1.2Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka penelitian pengembangan ini dibatasi pada Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa IPS Berbasis Tematik Materi Lingkungan Hidup Kelas VIII SMP untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

1.3Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil evaluasi dan pengamatan peneliti dalam proses pembelajaran bidang studi IPS Terpadu terungkap bahwa banyak siswa yang belum mencapai hasil belajar yang sesuai dengan KKM yang telah di tentukan karena faktor belum tepatnya bahan ajar yang digunakan oleh guru. Masih rendahnya hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran IPS kelas VIII SMP Negeri 1 Kotaagung Barat. Dengan demikian permasalahan penelitian pengembangan yang diajukan sebagai berikut.

1) Bagaimanakah bentuk pengembangan Lembar Kegiatan Siswa IPS berbasis tematik materi lingkungan hidup Kelas VIII SMP?


(26)

2) Apakah ada perbedaan efektifitas pembelajaran IPS yang mengunakan model Lembar Kegiatan Siswa IPS berbasis tematik materi lingkungan hidup dengan yang tidak menggunakan Lembar Kegiatan Siswa IPS berbasis tematik materi lingkungan hidup pada siswa Kelas VIII SMP?

1.4Tujuan Pengembangan

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan pengembangan ini adalah pengembangan bahan ajar yang berupa Lembar Kegiatan Siswa. Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar. Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis, berdasarkan suatu kenyataan dan analisis kebutuhan pendidikan khususnya dalam rangka membangun jiwa bangsa. Untuk mengetahui meningkatnya hasil belajar pelajaran IPS pada peserta didik.

Bertolak dari permasalahan tersebut diatas, maka tujuan Penelitian Pengembangan LKS ini adalah:

1) Menghasilkan bentuk Lembar Kegiatan Siswa IPS berbasis tematik materi lingkungan hidup Kelas VIII SMP.

2) Mengetahui perbedaan efektifitas pembelajaran IPS yang mengunakan model Lembar Kegiatan Siswa IPS berbasis tematik materi lingkungan hidup dengan yang tidak menggunakan LKS IPS berbasis tematik materi lingkungan hidup pada siswa Kelas VIII di SMP Negeri 1 Kotaagung Barat.


(27)

1.5Kegunaan Pengembangan

Para pengguna LKS IPS pengembangan ini pada akhirnya nanti akan digunakan oleh sebagai berikut.

1) Siswa

a. Untuk memperbaiki prestasi dan nilai siswa mata pelajaran IPS Kelas VIII di SMP

b. Pembelajaran IPS Kelas VIII di SMP lebih inovatif, kreatif, menyenangkan.

2) Guru

a. Memperbaiki metode pembelajaran khususnya dengan model tematik b. Berinovasi

c. Terlatih untuk selalu menemukan model pembelajran yang menarik bagi siswa

1.6Ruang Lingkup Pengembangan

IPS adalah program pendidikan di sekolah yang dikembangkan secara terpadu. Cakupan materi dalam pelajaran IPS cakupan materinya luas dan komplek, sehingga memerlukan kajian yang terintegrasi dari berbagai cabang ilmu sosial seperti Geografi, Ekonomi, Sosiologi, Sejarah, Politik dan Psikologi. IPS berusaha mengintegrasikan materi dari berbagai ilmu sosial dengan menampilkan permasalahan sehari-hari masyarakat di sekitarnya. Penelitian pengembangan ini berdasarkan ruang lingkup keilmuannya mengenai pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. IPS dipolakan untuk tujuan-tujuan pembelajaran dengan materi sesederhana mungkin, menarik, mudah dimengerti, dan mudah dipelajari.


(28)

Mengingat hakikat IPS merupakan perpaduan pengetahuan dari pengetahuan dari ilmu-ilmu sosial dan harus mencerminkan sifat interdisipliner, maka tujuan kurikuler pengajaran IPS yang harus dicapai sekurang-kurangnya adalah sebagai berikut.

1) Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat.

2) Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.

3) Membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan dengan berbagai bidang keilmuan serta berbagai keahlian.

4) Membekali anak didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan keterampilan terhadap lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan integralnya.

5) Membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, perkembangan masyarakat, perkembangan ilmu dan teknologi

Kajian tentang IPS (social studies) lebih difokuskan pada tema-tema yang mencakup sepuluh tema IPS.

Kurikulum standar NCSS untuk tingkat sekolah kelas 1 s/d 12, bahwa lingkup kurikulum IPS dapat dilakukan dalam membahas pokok bahasan yang dikelompokkan sepuruh tema pokok yaitu tentang 1) cultur; 2) time, continuity and change; 3) people, places and environments; 4) individual developmend and identity; 5) individuals, groups, and institutions; 6) power, euthority and govermance; 7) production, distribution and consumption; 8) science, technology and society; 9) global connection, and; 10) civic ideals and practices (Pargito, 2010: 36).


(29)

Ruang lingkup kajian IPS sebagai mata pelajaran dan pendidikan memiliki landasan dalam pengembangannya. Landasan ini dapat memberikan pemikiran-pemikiran mendasar tentang pengembangan struktur, metodologi dan pemanfaatan pendidikan IPS. Dari kesepuluh tema diatas, pembahasan yang berkaitan adalah manusia, tempat dan lingkungan hidup (people, places and environment).

Pada Undang-Undang no 32 tahun 2009 (2009: 2) yang dimaksud dengan:

1. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

2. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.

3. Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.

4. Rencana perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang selanjutnya disingkat RPPLH adalah perencanaan tertulis yang memuat potensi, masalah lingkungan hidup, serta upaya perlindungan dan pengelolaannya dalam kurun waktu tertentu.

5. Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.

Pengembangan LKS tematik lingkungan hidup ini ditujukan kepada perspektif yang kelima yaitu pendidikan ilmu-ilmu sosial (social studies as social science). Pendidikan IPS diharapkan siswa dan guru akan memperoleh pemahaman dan pengetahuan dan mengajarkan makna dan nilai dari pengetahuan itu untuk kepentingan siswa kearah yang lebih baik. Guru dan siswa akan mendapatkan suatu ketrampilan dan mahir dalam pengambilan keputusan yang rasional dan sesuai dengan tujuan pembelajaran IPS dalam kurikulum IPS SMP.


(30)

Selanjutnya dapat dirumuskan bahwa ruang lingkup penelitian ini dilakukan mencakup hal-hal sebagai berikut.

1) Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa IPS pengembangan berbasis tematik materi lingkungan hidup Kelas VIII SMP.

2) Pengembangan desain dan sintak pembelajaran IPS tema lingkungan hidup kelas VIII SMP.

3) Bentuk Lembar Kegiatan Siswa IPS berbasis tematik materi lingkungan hidup Kelas VIII SMP.

4) Pengembangan model Lembar Kegiatan Siswa IPS berbasis tematik materi lingkungan hidup Kelas VIII SMP dapat meningkatkan hasil belajar siswa di SMP Negeri 1 Kotaagung Barat.

1.7Spesifikasi Produk Yang Diharapkan

Spesifikasi penelitian pengembangan ini adalah menghasilkan produk yang dikembangkan berdasarkan kurikulum 2013 sesuai dengan pembelajaran IPS di SMP.

Cakupan Lembar Kegiatan Siswa sebagai berikut.

1) Judul, Tema, MP, Kelas Semester, Waktu 2) Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru) 3) Tujuan belajar yang akan dicapai 4) Ringkasan materi

5) Tugas dan Langkah Kerja

Berdasarkan spesifikasinya dalam penelitian ini produk yang dihasilkan berupa adalah:


(31)

1) Pengembangan LKS IPS berbasis tematik materi lingkungan hidup Kelas VIII di SMP Negeri 1 Kotaagung Barat.

2) Menghasilkan desain pembelajaran IPS berbasis tematik materi lingkungan hidup kelas VIII di SMP Negeri 1 Kotaagung Barat.

3) Bentuk Lembar Kegiatan Siswa IPS berbasis tematik materi lingkungan hidup Kelas VIII di SMP Negeri 1 Kotaagung Barat.

4) Melalui penelitian pengembangan ini dapat terjalin kolaborasi yang baik antara peneliti dengan guru IPS di sekolah termasuk institusi lain yang terkait terutama MGMP IPS SMP untuk dapat menguji efektifitas bentuk Lembar Kegiatan Siswa IPS berbasis tematik materi lingkungan hidup Kelas VIII SMP sehingga untuk waktu yang akan datang bisa lebih meningkatkan hasil pembelajaran di kelas.

1.8Keterbatasan Pengembangan

Karya ilmiah pengembangan berupa produk LKS IPS berbasis tematik materi lingkungan hidup Kelas VIII SMP yang dilandasi oleh teori belajar konstruktivisme, kognitif, pembelajaran sosial Vygotsky, dan teori belajar dari Robin Fogarty. Penelitian pengembangan ini, ada beberapa keterbatasan: (1) pengembangan ini hanya melalui uji coba skala kecil dan besar hanya dilakukan di satu sekolah, sehingga belum representatif dalam mewakili sekolah tingkat SMP yang ada; (2) dalam penelitian ini uji efektifitas hanya terbatas pada 2 kelas yang ada di SMP Negeri 1 Kotaagung Barat, sehingga hasil pengembangan ini tidak dapat digeneralisasikan sebagai hasil penelitian pada mata pelajaran IPS kelas VIII semester ganjil, sehingga dengan kata lain produk pengembangan ini masih jauh dari sempurna.


(32)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pembahasan bab ini meliputi: 1. Landasan teori, menjelaskan tentang teori belajar; (2) Tinjauan mengenai Pendidikan IPS; (3) Landasan Teori pengembangan Bahan Ajar; (4) LKS IPS berbasis tematik materi Lingkungan Hidup di Kelas VIII semester Ganjil; (5) Produk yang dihasilkan; (6) Penelitian yang relevan; (7) Hipotesis yang diajukan.

2.1 Teori-Teori Belajar Dalam Pengembangan Pembelajaran IPS Terpadu di SMP

Menurut Gagnon dan Collay dalam Pribadi, (2009 : 54) desain mempunyai makna adanya keseluruhan, struktur, kerangka atau outline dan urutan dan sistematika kegiatan. Desain sistem pembelajaran tidak hanya berperan sebagai pendekatan yang terorganisasi (organized approach) untuk memproduksi dan mengembangkan bahan ajar, tapi merupakan sebuah proses generik yang dapat digunakan untuk menganalisis masalah pembelajaran dan kinerja manusia serta menentukan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.


(33)

Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).

Menurut Trianto, (2011: 9) belajar hakikatnya adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat diindikasikan dalam berbagai bentuk seperti berubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan, ketrampilan dan kemampuan, serta perubahan aspek-aspek yang lain yang ada pada individu yang belajar.

Menurut Pribadi, (2009 : 57) sistem pembelajaran pada umumnya berisi lima langkah yaitu:

1. Analisis lingkungan dan kebutuhan belajar siswa

2. Merancang spesifikasi proses pembelajaran yang efektif dan efisien serta sesuai dengan lingkungan dan kebutuhan belajar siswa

3. Mengembangkan bahan-bahan untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran 4. Implementasi desain sistem pembelajaran

5. Evaluasi formatif dan sumatif terhdap program pembelajaran

Terjadinya belajar pada diri siswa diperlukan kondisi belajar, baik kondisi internal maupun kondisi eksternal. Kondisi intenal merupakan peningkatan memori siswa sebagai hasil belajar terdahulu. Kondisi eksternal meliputi aspek atau benda yang dirancang atau ditata dalam suatu pembelajaran (Trianto, 2011:27). Sementara itu, Kemp mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.


(34)

2.1.1 Teori Belajar Konstruktivisme

Menurut Bruner dalam Trianto (2011:28) suatu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah guru tidak hanya sekadar memberikan pengetahuan kepad siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini dengan memberikan kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri dan mengajar siswa menjadi sadar dan menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik. Berusaha untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna (Trianto, 2011: 38).

Dalam teori Konstruktivistis diyakini bahwa pengetahuan adalah sesuatu yang bersifat dinamis. Pengetahuan senantiasa mengalami perubahan dan perkembangan. Pengetahuan adalah proses yang memerlukan adanya tindakan. Belajar lebih diartikan sebagai sebuah proses konstruksi makna daripada hanya sekedar mengingat dan menghafal fakta yang bersifat faktual.

Menurut Duffy dan Cunningham dalam Pribadi (2009: 127) hal yang melatarbelakangi pendekatan konstruktivisme dalam proses pembelajaran sebagai berikut.

a. Semua pengetahuan dan hasil belajar merupakan proses konstruksi individu. b. Pengetahuan merupakan konstruksi peristiwa yang dialami dari berbagai sudut

pandang atau perspektif.

c. Proses belajar harus berlangsung dalam konteks yang relevan. d. Belajar dapat terjadi melalui media pembelajaran.


(35)

f. Siswa yang belajar memiliki ragam latar belakang yang multidimensional. g. Memahami pengetahuan yang dipelajari merupakan pencapaian utama manusia.

Hasil dari proses belajar merupakan kombinasi antara pengetahuan baru dengan pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dan aktif terlibat dalam melakukan proses pembelajaran. Maka tugas guru adalah menciptakan lingkungan belajar yang mencerminkan adanya pengalaman belajar yang otentik atau nyata dan dapat diaplikasikan dalam sebuah situasi yang sesungguhnya. Siswa memiliki kemampuan dalam menemukan, memahami dan menggunakan informasi atau pengetahuan yang dipelajarinya.

Komponen penting dalam pembelajaran konstrutivistik menurut Pribadi, (2009: 133) sebagai berikut.

a. Belajar aktif (active learning)

b. Siswa terlibat dalam aktivitas pembelajaran yang bersifat otentik dan situasional c. Aktivitas belajar harus menarik dan menantang

d. Siswa harus dapat mengartikan informasi baru dengan informasi yang telah dimiliki sebelumnya

e. Siswa harus mampu merefleksikan pengetahuan yang sedang dipelajari

f. Guru harus lebih banyak berperan sebagai fasilitator yangdapat membantu siswa dalam melakukan konstruksi pengetahuan

g. Guru harus dapat memberi bantuan berupa scafolding yang diperlukan oleh siswa dalam menempuh proses belajar.

2.1.2 Teori Perkembangan Kognitif Piaget

Menurut Annisa (2011) teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas.


(36)

Menurut Piaget dalam Trianto, (2011: 29) memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka. Perkembangan kognitif sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya.

Implikasi penting dalam model pembelajaran teori Piaget:

a. Memusatkan perhatian pada berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar pada hasilnya. Disamping kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut.

b. Memperhatikan peranan pelik dari inisiatif anak sendiri, keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Anak didorong menemukan sendiri pengetahuan (discovery maupun inquiry) melalui interaksi spontan dengan lingkungannya. c. Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan

perkembangan. Seluruh siswa tumbuh melewati uturan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda (Trianto, 2011: 35).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mewujudkan pendekatan konstruktivistik dalam kegiatan pembelajaran sebagai berikut.

a. Berikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan belajar dalam konteks nyata. b. Ciptakan aktivitas belajar kelompok agar terjadi interaksi

c. Mengarahkan dan membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan.

2.1.3 Teori pembelajaran Sosial Vygotsky

Teori Vygotsky merupakan teori penting dalam psikologi perkembangan anak. Penekanannya dalam sosial. Pembelajaran terjadi bila anak bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuannya.


(37)

Teori pembelajaran menurut Vygotsky dalam Trianto, (2011: 38) menyatakan bahwa siswa membentuk pengetahuan sebagai hasil dari pikiran dan kegiatan siswa sendiri melalui bahasa. Perkembangan tergantung baik pada faktor biologis menentukan fungsi-fungsi elementer memori, atensi, persepsi, dan stimulus-respons, faktor sosial sangat penting artinya bagi perkembangan fungsi mental lebih tinggi untuk perkembangan konsep, penalaran logis dan pengambilan keputusan.

Dalam teori ini lebih ditekankan aspek sosial. Proses pembelajaran akan terjadi jika anak bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas tersebut masih berada dalam jangkauan mereka (zone of proximal development). Yaitu daerah tingkat perkembangan sedikit diatas daerah perkembangan seseorang saat ini. Fungsi mental yang lebih tinggi muncul dalam percakapan dan kerja sama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap dalam individu tersebut.

Pendekatan konstruktivistik dapat diaplikasikan pada semua jenjang dan satuan pendidikan. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam menerapkan pendekatan konstruktivistik adalah memberi kebebasan kepada siswa untuk membangun pengetahuan dengan menggunakan beragam sumber belajar yang tersedia.

2.1.4 Teori Pembelajaran menurut Robin Fogarty

Beberapa hal yang menjadi masalah disekolah masih diajarkan terpisah:

1) Kurikulum itu sendiri tidak menggambarkan satu kesatuan yang terintegrasi, melainkan masih terpisah-pisah antar bidang ilmu.

2) Latar belakang guru yang mengajar merupakan guru disiplin ilmu tertentu seperti Fisika, Biologi, kimia pada kelompok IPA atau terdapat Geografi, Sejarah, Ekonomi dan Sosiologi, Antropologi pada kelompok IPS, sehingga sangat sulit untuk melakukan pembelajaran yang memadukan antar disiplin ilmu tersebut.


(38)

3) Terdapat kesulitan dalam pembagian tugas dan waktu pada masing-masing guru mata pelajaran untuk pembelajaran secara terpadu.

4) Meskipun pembelajaran terpadu bukan merupakan hal yang baru namun para guru

disekolah tidak terbiasa melaksanakannya sehingga “dianggap” hal yang baru

(Trianto, 2012: 8).

Menurut Robin Fogarty, (1991) mengemukakan ada 10 model pembelajaran untuk kurikulum terpadu. Ke-10 model tersebut sebagai berikut.

1. Model Penggalan (Fragmented)

Model fragmented ditandai oleh ciri pemaduan yang hanya terbatas pada satu mata pelajaran saja. Pembelajaran terpadu melalui kurikulum terpadu fragmented terjadi jika seorang guru memiliki keinginan agar siswa setelah menempuh pembelajaran satu kurun waktu tertentu memiliki kemampuan atau kecakapan tertentu.

2. Model Keterhubungan (Connected)

Model connected dilandasi oleh anggapan bahwa butir-butir pembelajaran dapat dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu. Adanya hubungan antar ide-ide dalam satu mata pelajaran, anak akan memperoleh gambaran yang lebih jelas dan luas dari konsep yang dijelaskan dan siswa diberi kesempatan untuk melakukan pedalaman, tinjauan, memperbaiki dan mengasimilasi gagasan secara bertahap.

3. Model Sarang (Nested)

Model nested merupakan pemaduan berbagai bentuk penguasaan konsep keterampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran. Keterampilan dalam mengembangkan daya imajinasi dan berpikir logis. Guru dapat memadukan beberapa


(39)

keterampilan sekaligus dalam pembelajaran satu mata pelajaran, memberikan perhatian pada berbagai bidang penting dalam satu saat sehingga tidak memerlukan penambahan waktu dan guru dapat memadukan kurikulum secara luas.

4. Model Urutan/Rangkaian (Sequenced)

Model sequenced merupakan model pemaduan topik-topik antar mata pelajaran yang berbeda secara paralel. Dengan menyusun kembali urutan topik, bagian dari unit, guru dapat mengutamakan prioritas kurikulum daripada hanya mengikuti urutan yang dibuat penulis dalam buku teks, membantu siswa memahami isi pembelajaran dengan lebih kuat dan bermakna.

5. Model Bagian (Shared)

Model shared merupakan bentuk pemaduan pembelajaran akibat adanya

overlapping” konsep atau ide pada dua mata pelajaran atau lebih. Dengan model terpadu yang mencakup empat disiplin ilmu, dengan menggabungkan disiplin ilmu serupa yang saling tumpang tindih akan memungkinkan mempelajari konsep yang lebih dalam.

6. Model Jaring Laba-laba (Webbed)

Model ini bertolak dari pendekatan tematis sebagai pemadu bahan dan kegiatan pembelajaran. Dalam hubungan ini tema dapat mengikat kegiatan pembelajaran baik dalam mata pelajaran tertentu maupun lintas mata pelajaran. Model ini mengintegrasikan kurikulum adalah faktor motivasi sebagai hasil bentuk seleksi tema yang menarik perhatian paling besar, faktor motivasi siswa juga dapat berkembang karena adanya pemilihan tema yang didasarkan pada minat siswa.


(40)

7. Model Galur/ benang (Threaded)

Model threaded merupakan model pemaduan bentuk keterampilan. Bentuk threaded ini berfokus pada apa yang diesbut meta-curriculum. Konsep berputar sekitar metakurikulum yang menekankan pada perilaku metakognitif; materi untuk tiap mata pelajaran tetap murni, dan siswa dapat belajar bagaimana seharusnya belajar di masa yang akan datang sesuai dengan laju perkembangan era globalisasi.

8. Model Keterpaduan (Integrated)

Model integrated merupakan pemaduan sejumlah topik dari mata pelajaran yang berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu. Siswa dapat saling mengaitkan, saling menghubungkan diantara macam-macam bagian dari mata pelajaran. Keterpaduan secara sukses diimplementasikan, pendekatan belajar yang lingkungan belajar yang ideal untuk hari terpadu (integrated day) secara eksternal dan untuk keterpaduan belajar untuk fokus internal. Selain itu model ini juga mendorong motivasi murid.

9. Model Celupan/Terbenam (Immersed)

Model immersed dirancang untuk membantu siswa dalam menyaring dan memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan dihubungkan dengan medan pemakaiannya. Dalam hal ini tukar pengalaman dan pemanfaatan pengalaman sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.

10. Model Jaringan (Networked)

Model pemaduan pembelajaran ini mengandaikan kemungkinan pengubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah, maupun tuntutan bentuk keterampilan baru


(41)

setelah siswa mengadakan studi lapangan dalam situasi, kondisi, maupun konteks yang berbeda-beda. Belajar disikapi sebagai proses yang berlangsung secara terus-menerus karena adanya hubungan timbal balik antara pemahaman dan kenyataan yang dihadapi siswa.

Penelitian pengembangan ini yang akan diambil adalah pembelajaran terpadu model connected. Hal ini didasarkan pada pertimbangan terfokus pada pembentukan yang tegas keterkaitan di dalam suatu mata pelajaran (antar topik, antar konsep, antar keterampilan). Yang mengorganisasikan atau mengintegrasikan satu konsep, ketrampilan atau kemampuan yang ditumbuhkembangkan dalam suatu pokok bahasan atau sub pokok bahasan. Kaitan dapat diadakan secara spontan atau direncanakan terlebih dahulu sehingga menjadi lebih bermakna dan efektif.

2.2 Tinjauan mengenai Pendidikan IPS

2.2.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Manusia dan masyarakat merupakan objek kajian yang selalu menarik dan berkembang. Interaksi antar manusia kadang menimbulkan permasalahan yang harus diselesaikan. Pada tataran yang lebih luas, masyarakat beranggotakan manusia dari berbagai suku, agama, warna kulit, dan sebagainya. Menurut Woolever dalam Pargito, (2010 : 33-34) Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial terdapat 5 (lima) perspektif, tidak saling menguntungkan secara ekslusif, melainkan saling melengkapi, Menurut National Council for social studies (NCSS, 1988:1) mengemukakan bahwa karakteristik IPS adalah (1) involves a search for pattern in our live; (2) involves both the content and processes of learning (3) requeres information processing; (4) social


(42)

studies as sciences; (5) involves the development and analysis of one’s own value and application requeres probelem solving and decision making of these values in social action.

Menurut Woolver dalam Pargito, (2010: 33-34) pendidikan Ilmu Pengetahuan sosial terdpat 5 (lima) persepektif yang tidak saling menguntungkan secara eksulusif tetapi saling melengkapi. Kelima perspektif itu adalah sebagai berikut.

1) IPS sebagai transmisi kewarganegaraan (social studies as citizenship transmission) 2) IPS sebagai pendidikan ilmu-ilmu sosial (social studies as social studies)

3) IPS sebagai pendidikan reflektif (social studies as reflective inquiry) 4) IPS sebagai kritik kehidupan sosial (social studies as social criticism)

5) IPS sebagai pengembangan pribadi seseorang (social studies as personal development of the individual)

Pembelajaran IPS terpadu di SMP dengan menggunakan Lembar Kegiatan Siswa trmasuk dalam perspektif IPS sebagai pendidikan ilmu-ilmu sosial. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dianggap sebagai ilmu yang mempelajari tentang manusia serta untuk mempolakan sejauh mana manusia itu berhubungan dengan orang lain dalam suatu kelompok (Tanto, 2011: 1-3)

2.2.2 Tujuan Pendidikan IPS

Tujuan mempelajari ilmu pengetahuan sosial di Indonesia untuk memberikan pengetahuan yang merupakan kemampuan untuk mengingat kembali atau mengenal kembali atau mengenal ide-ide atau penemuan yang telah dialami dalam bentuk yang sama atau dialami sebelumnya. Kemampuan dan keterampilan, yaitu kemampuan


(43)

untuk menemukan informasi yang tepat dan teknik dalam pengalaman seorang siswa untuk menolongnya memecahkan masalah-masalah baru atau menghadapi pengalaman baru.

Tujuan pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menurut Fenton dalam Tanto, (2011) adalah mempersiapkan anak didik menjadi warga negara yang baik, mengajar anak didik agar mempunyai kemampuan berpikir dan dapat melanjutkan kebudayaan bangsa. Sedangkan menurut Clark dalam Tanto, (2011) menyatakan bahwa studi sosial menitikberatkan pada perkembangan individu yang dapat memahami lingkungan sosialnya, manusia dengan segala kegiatannya dan interaksi antar mereka. Dalam hal ini anak didik diharapkan dapat menjadi anggota yang produktif, berpartisipasi dalam masyarakat yang merdeka, mempunyai rasa tanggung jawab, tolong menolong dengan sesamanya, dan dapat mengembangkan nilai-nilai dan ide-ide dari masyarakatnya.

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan utama pengajaran Social Studies (IPS) adalah untuk memperkaya dan mengembangkan kehidupan anak didik dengan mengembangkan kemampuan dalam lingkungannya dan melatih anak didik untuk menempatkan dirinya dalam masyarakat yang demokratis, serta menjadikan negaranya sebagai tempat hidup yang lebih baik.

2.2.3 KI dan KD IPS Kelas VIII yang dipadukan

IPS sebagai komponen kurikulum sekolah merupakan kesempatan yang baik untuk membina afeksi, kognisi, dan psikomotor pada anak didik untuk menjadi manusia pembangunan Indonesia, dalam hal ini pengajaran IPS berkewajiban membentuk


(44)

tenaga kerja yang terampil dan berpendidikan.Mata pelajaran IPS pada SMP/MTs

merupakan “IPS Terpadu”. Dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 2.1 Struktur Kurikulum SMP/MTs

Komponen Kelas dan Alokasi Waktu VII VIII IX Kelompok A

1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3 2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 3 3 3 3. Bahasa Indonesia 6 6 6

4. Matematika 5 5 5

5. Ilmu Pengetahuan Alam 5 5 5 6. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4 7. Bahasa Inggris 4 4 4 Kelompok B

1. Seni Budaya 3 3 3

2. Pendidikan Jasmani, Olahraga danKesehatan 3 3 3

3. Prakarya 2 2 2

Jumlah Alokasi waktu per minggu 38 38 38

Sumber: Depdikbud, Permendikbud No. 68 Tahun 2013

Keterangan:

a. Mata pelajaran Kelompok A adalah kelompok mata pelajaran yang kontennya dikembangkan oleh pusat. Mata pelajaran Kelompok B yang terdiri atas mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya serta Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan adalah kelompok mata pelajaran yang kontennya dikembangkan oleh pusat dan dilengkapi dengan konten lokal yang dikembangkan oleh pemerintah daerah.

b. Jumlah alokasi waktu jam pembelajaran setiap kelas merupakan jumlah minimal yang dapat ditambah sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

Dari Tabel 2.1 maka mata Pelajaran IPS adalah mata Pelajaran IPS terpadu terdiri atas 4 jam pelajaran.


(45)

Tabel 2.2 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPS Kelas VIII SMP

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.

1.1 Menghayati karunia Tuhan YME yang telah menciptakan waktu dengan segala perubahannya.

1.2 Menghayati ajaran agama dalam berfikir dan berperilaku sebagai penduduk Indonesia dengan mempertimbangkan kelembagaan sosial, budaya, ekonomi dan politik dalam masyarakat.

1.3 Menghayati karunia Tuhan YME yang telah menciptakan manusia dan lingkungannya. 2. Menghargai dan menghayati

perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya

2.1 Menunjukkan perilaku jujur, gotong royong, bertanggung jawab, toleran, dan percaya diri sebagaimana ditunjukkan oleh tokoh-tokoh sejarah pada masa lalu.

2.2 Memiliki rasa ingin tahu, terbuka dan sikap kritis terhadap permasalahan sosial sederhana.

2.3 Menunjukkan perilaku santun, peduli dan menghargai perbedaan pendapat dalam interaksi sosial dengan lingkungan dan teman sebaya

3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konsep-tual, dan prosedural) berdasar-kan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

3.1 Memahami aspek keruangan dan konekti-vitas antar ruang dan waktu dalam lingkup nasional serta perubahan dan keberlanjutan kehidupan manusia (ekonomi, sosial, budaya, pendidikan dan politik).

3.2 Mendeskripsikan perubahan masyarakat Indonesia pada masa penjajahan dan tumbuhnya semangat kebangsaan serta perubahan dalam aspek geografis, ekonomi, budaya, pendidikan dan politik

3.3 Mendiskripsikan fungsi dan peran kelembagaan sosial, budaya, ekonomi dan politik dalam masyarakat

3.4 Mendeskripsikan bentuk-bentuk dan sifat dinamika interaksi manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi

4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan

4.1 Menyajikan hasil olahan telaah tentang peninggalan kebudayaan dan fikiran masyarakat Indonesia pada masa penjajahan dan tumbuhnya semangat kebangsaan dalam


(46)

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar membuat) dan ranah abstrak

(menulis, membaca, menghi-tung, menggambar, dan menga-rang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

aspek geografis, ekonomi, budaya, pendi-dikan dan politik yang ada di lingkungan sekitarnya.

4.2 Menggunakan berbagai strategi untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan fungsi peran kelembagaan sosial, budaya, ekonomi dan politik di lingkungan masyarakat sekitar

4.3 Menyajikan hasil pengamatan tentang bentuk-bentuk dan sifat dinamika interaksi manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi di lingkungan masyarakat sekitar

Sumber: Depdikbud, Permendikbud No. 68 Tahun 2013.

Menurut Permendikbud No. 68 tahun 2013 Mata Pelajaran IPS di SMP merupakan pembelajaran IPS terpadu yang terdiri dari unsur mata pelajaran Sejarah, Geografi, Ekonomi, Sosiologi dan Antropologi. Masing-masing unsur tersebut tersebar dalam KI/KD sesuai dengan Standar Isi dan Standar Kompetensi Kurikulum BNSP.

Berlakunya kurikulum 2013 di sekolah menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran khususnya pada jenjang formal (sekolah). Sesuai dengan Kurikulum 2013, bahwa model pembelajaran terpadu merupakan model implementasi kurikulum yang diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan. Hal ini bergantung pada kecenderungan materi-materi yang memiliki potensi untuk dipadukan dalam suatu tema tertentu. Model pembelajaran ini pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik individu maupun kelompok aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip secara holitstic dan autentik (Depdikbud, 2013).


(47)

Pembelajaran tematik terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu, peserta didik akan memperoleh pengetahuan dan ketrampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi peserta didik.

Makna pembelajaran Tematik Terpadu adalah pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta didik. Dikatakan bermakna pada pembelajaran Tematik Terpadu artinya, peserta didik akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkan dengan konsep yang lain yang sudah mereka pahami. Permendikbud No. 68 tahun 2013 berisi tentang Prinsip Pengembangan Kurikulum yaitu: Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi serta Panduan Penyusunan Kurikulum yang dibuat oleh BSNP. Kurikulum dikembangkan menggunakan filosofi sebagai berikut.

a. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan untuk membangun kehidupan masa kini, dan untuk membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih baik di masa depan. Mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan masa depan selalu menjadi kepedulian kurikulum, hal ini mengandung makna bahwa kurikulum adalah rancangan pendidikan untuk mempersiapkan kehidupan generasi muda bangsa. Dengan demikian, tugas mempersiapkan generasi muda bangsa menjadi tugas utama suatu kurikulum. Untuk mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan peserta didik, Kurikulum 2013 mengembangkan pengalaman belajar yang memberikan kesempatan luas bagi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan di masa kini dan masa depan, dan pada waktu bersamaan tetap


(48)

mengembangkan kemampuan mereka sebagai pewaris budaya bangsa dan orang yang peduli terhadap permasalahan masyarakat dan bangsa masa kini.

b. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut pandangan filosofi ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di masa lampau adalah sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum untuk dipelajari peserta didik. Proses pendidikan adalah suatu proses yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi kemampuan berpikir rasional dan kecemerlangan akademik dengan memberikan makna terhadap apa yang dilihat, didengar, dibaca, dipelajari dari warisan budaya berdasarkan makna yang ditentukan oleh lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat kematangan psikologis serta kematangan fisik peserta didik. Selain mengembangkan kemampuan berpikir rasional dan cemerlang dalam akademik, Kurikulum 2013 memposisikan keunggulan budaya tersebut dipelajari untuk menimbulkan rasa bangga, diaplikasikan dan dimanifestasikan dalam kehidupan pribadi, dalam interaksi sosial di masyarakat sekitarnya, dan dalam kehidupan berbangsa masa kini.

c. Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini menentukan bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu dan pembelajaran adalah pembelajaran disiplin ilmu (essentialism). Filosofi ini mewajibkan kurikulum memiliki nama matapelajaran yang sama dengan nama disiplin ilmu, selalu bertujuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kecemerlangan akademik.

d. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik (experimentalism and social reconstructivism). Dengan filosofi ini, Kurikulum 2013 bermaksud untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi kemampuan dalam berpikir reflektif bagi penyelesaian masalah sosial di masyarakat, dan untuk membangun kehidupan masyarakat demokratis yang lebih baik.

IPS merupakan perwujudan dari satu pendekatan interdisipliner dari pelajaran ilmu-ilmu sosial. Ia merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu-ilmu-ilmu sosial antara lain: Sosiologi, Antropologi Budaya, Sejarah, Psikologi Sosial, Geografi, Ekonomi, Politik, dan Ekologi. IPS berusaha mengintegrasikan materi dari berbagai ilmu sosial dengan menampilkan permasalahan sehari-hari masyarakat di sekitarnya. IPS merupakan aspek penting dari ilmu-ilmu sosial yang dipilih dan diadaptasikan untuk digunakan dalam pengajaran di sekolah.


(49)

LKS IPS model tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tematik. Pendekatan ini pengembangannya dimulai dari menentukan tema. Dalam merancang pembelajaran tematik maka ditetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dipadukan. Guru harus memahami betul kandungan isi dari masing-masing standar kompetensi dan kompetensi dasar sebelum dilakukan pemaduan. Penetapan tema dapat dilakukan dengan melihat kemungkinan standar kompetensi dan kompetensi dasar dapat dipersatukan.

Model-model desain sistem pembelajaran dapat diterapkan dalam berbagai jenjang dan satuan pendidikan. Desain sistem pembelajaran dapat diaplikasikan baik pada level kegiatan pembelajaran harian (micro), kegiatan perancangan mata kuliah (messo) dan perancangan dan pengembangan sistem pendidikan (macro).

Sembilan kondisi pembelajaran menurut Gagne dalam Herpratiwi (2009: 15) adalah sebagai berikut.

1. Mendapatkan perhatian (gaining atention).

2. Menginformasikan siswa mengenai tujuan yang akan dicapai (inform leaner of objective).

3. Stimulus kemampuan dasar siswa untuk persiapan belajar (stimulate recall of prerequisite learning).

4. Penyajian materi baru (present new material). 5. Menyediakan materi baru (provide guidance). 6. Memunculkan tindakan (elicit performance).


(50)

7. siap memberikan umpan balik langsung terhadap hasil yang baik (provide feedback about correctness).

8. Menilai hasil belajar yang ditunjukkan (assess performance)

9. Meningkatkan proses penyimpanan memori dan mengingat (echance retention and recall).

Pembelajaran interaktif menekankan pada diskusi dan sharing di antara peserta didik. Diskusi dan sharing memberi kesempatan peserta didik untuk bereaksi terhadap gagasan, pengalaman, pendekatan dan pengetahuan guru atau temannya dan untuk membangun cara alternatif untuk berfikir dan merasakan.

Kelebihan strategi ini antara lain: (1) peserta didik dapat belajar dari temannya dan guru untuk membangun keterampilan sosial dan kemampuan-kemampuan, (2) mengorganisasikan pemikiran dan membangun argumen yang rasional. Strategi pembelajaran interaktif memungkinkan untuk menjangkau kelompok-kelompok dan metode-metode interaktif. Kekurangan dari strategi ini sangat bergantung pada kecakapan guru dalam menyusun dan mengembangkan dinamika kelompok.

Pembelajaran empirik berorientasi pada kegiatan induktif, berpusat pada peserta didik, dan berbasis aktivitas. Refleksi pribadi tentang pengalaman dan formulasi perencanaan menuju penerapan pada konteks yang lain merupakan faktor kritis dalam pembelajaran empirik yang efektif. Kelebihan dari strategi ini antara lain: (1) meningkatkan partisipasi peserta didik, (2) meningkatkan sifat kritis peserta didik, (3) meningkatkan analisis peserta didik, dapat menerapkan pembelajaran pada situasi yang lain. Sedangkan kekurangan dari strategi ini adalah penekanan hanya pada proses bukan pada hasil, keamanan siswa, biaya yang mahal, dan memerlukan waktu yang panjang.


(51)

2.3 Landasan Teori Pengembangan Bahan ajar IPS di SMP

Pembelajaran adalah suatu sistem yang lebih sempit dari sistem pendidikan. Namun melalui sistem pembelajaran inilah peserta didik dibentuk kognitif, afektif, dan psikomotoriknya. Sebagai suatu sistem, pembelajaran memiliki berbagai komponen yang berperan dan berinteraksi dengan komponen lain dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Salah satu komponen yang penting dalam sistem pembelajaran adalah keberadaan bahan ajar bagi peserta didik. Dalam meningkatkan kompetensinya, guru memerlukan bantuan berbagai bahan ajar, baik yang berupa handout, buku ajar, modul, LKS, dan lain-lain yang dapat membantu melaksanakan proses pembelajaran dengan baik dan lancar.

Menurut Nasution dalam Salirawati, (2012) Bahan ajar merupakan salah satu masukan (input) dalam proses pembelajaran yang merupakan pendekatan implementasi kurikulum yang berlaku. Oleh karena itu, ketika kurikulum suatu negara berubah, maka secara otomatis bahan ajar yang digunakannyapun berubah. Bahan ajar dipandang sebagai sarana yang harus secara jelas dapat mengkomunikasikan informasi, konsep, pengetahuan, dan mengembangkan kemampuan sedemikian rupa, sehingga dapat dipahami dengan baik oleh guru dan peserta didik. Bahan ajar juga harus mampu menyajikan suatu objek secara terurut bagi keperluan pembelajaran dan memberikan sentuhan nilai-nilai afektif, sosial, dan kultural yang baik agar dapat secara komprehensif menjadikan peserta didik bukan hanya dapat mengembangkan kemampuan kognitifnya, tetapi juga afektif dan psikomotoriknya.

LKS IPS model tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tematik. Pendekatan ini pengembangannya dimulai dari menentukan tema. Dalam merancang


(52)

pembelajaran tematik maka ditetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dipadukan. Penetapan tema dapat dilakukan dengan melihat kemungkinan standar kompetensi dan kompetensi dasar dapat dipersatukan.

2.3.1 Tinjauan Bahan Ajar

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Bahan ajar merupakan komponen yang tidak bisa diabaikan dalam pengajaran, sebab bahan ajar merupakan inti dalam proses belajar mengajar. Penggunaan bahan ajar akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan serta isi pelajaran. Bahan ajar juga dapat membantu siswa untuk meningkatkan pemahaman, penyajian data yang menarik dan terpercaya, bahkan diharapkan dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran.

2.3.2 Jenis-Jenis Bahan Ajar

Berbagai macam bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran di Indonesia adalah. (1) modul; (2) handout; (3) LKS (Lembar Kegiatan Siswa); (4) Diktat. Dalam hal ini yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah LKS (Lembar Kegiatan Siswa) yang terdapat pada modul. Menurut Trianto, (2012: 111) Lembar Kegiatan Siswa adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. LKS memuat sekumpulan kegiatan belajar mengajar yang harus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman kemampuan dasar sesuai


(53)

indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh. Karena keterpaduan konsep merupakan salah satu dampak pada kegiatan pembelajaran maka muatan materi setiap lembar kegiatan siswa pada setiap kegiatannya diupayakan agar dapat mencerminkan hal itu.

Struktur Lembar Kegiatan Siswa secara umum adalah sebagai berikut: a. Judul, mata pelajaran, semester, tempat

b. Petunjuk belajar

c. Kompetensi yang akan dicapai d. Indikator

e. Informasi pendukung

f. Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja g. Penilaian

2.3.3 Fungsi dan Manfaat Bahan Ajar LKS IPS

Menurut Depdiknas (2004: 18) LKS biasanya berupa petunjuk, langkah untuk menyelesaikan suatu tugas, suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapai. LKS berwujud lembaran berisi tugas-tugas guru kepada siswa yang disesuaikan dengan kompetensi dasar dan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Atau dapat dikatakan juga bahwa LKS adalah panduan kerja siswa untuk mempermudah siswa dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

Tujuan Lembar Kegiatan Siswa (LKS):

a. Mengaktifkan siswa dalam proses kegiatan pembelajaran b. Membantu siswa mengembangkan konsep


(54)

c. Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan keterampilan proses

d. Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses kegiatan pembelajaran

e. Membantu siswa dalam memperoleh informasi tentang konsep yang dipelajari melalui proses kegiatan pembelajaran secara sistematis

f. Membantu siswa dalam memperoleh catatan materi yang dipelajari melalui kegiatan pembelajaran.

Kegunaan Lembar Kegiatan Siswa (LKS):

a. Memberikan pengalaman konkret bagi siswa b. Membantu variasi belajar

c. Membangkitkan minat siswa

d. Meningkatkan retensi belajar mengajar

e. Memanfaatkan waktu secara efektif dan efisien

2.4 LKS IPS Berbasis Tematik Materi Lingkungan Hidup di kelas VIII Semester Ganjil di SMP

Diagram alur pembelajaran tematik dimulai dari memilih standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dipadukan. Langkah berikutnya menetapkan tema, kemudian membuat bagan hubungan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Selanjutnya menyusun silabus pembelajaran tematik, rencana pembelajaran tematik dan Membuat LKS IPS berbasis tematik materi Lingkungan Hidup.


(1)

V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari uraian pada bab sebelum maka kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Produk yang dihasilkan dalam penelitian adalah bahan ajar yang berbentuk LKS tematik yang didesain mengikuti kurikulum 2013. LKS ini berisi materi dan latihan serta dilengkapi oleh gambar-gambar yang mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar dan indikator yang berdasarkan standar proses dalam mengikuti pembelajaran IPS di SMP. Pengembangan produk LKS ini diawali dengan need assesment untuk memperoleh data bahwa perlu dibuat pengembangan LKS IPS berbasis tematik materi Lingkungan Hidup sehingga diperoleh desain awal LKS IPS temtik ini. Tahap pengembagnan LKS IPS ini mengikuti langkah-langkah desain instruksional ADDIE, sehingga hasilnya dapat dipertanggunjawabkan. Berdasarkan hasil reviu ahli materi dan ahli desain pembelajaran IPS maka LKS IPS tematik materi lingkungan hidup kelas VIII dapat dijadikan bahan ajar di sekolah.

2. Penggunaan bahan ajar LKS IPS berbasis tematik untuk materi lingkungan hidup Kelas VIII SMP lebih efektif dibandingkan dengan bahan ajar


(2)

konvensional. Juga terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar siswa antara penggunaan bahan ajar LKS IPS berbasis tematik untuk materi lingkungan hidup Kelas VIII SMP dengan bahan ajar konvensional. Selain itu juga terdapat perbedaan rata-rata peningkatan hasil belajar antara bahan ajar LKS IPS berbasis tematik untuk materi lingkungan hidup Kelas VIII SMP dengan bahan ajar konvensional. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil analisis uji t dan uji f serta berdasarkan uji efektif secara manual yaitu 1,0817.

5.2 Implikasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah dirumuskan di atas bahwa refleksi dari penelitian pengembangan ini adalah suatu harapan untuk dapat meningkatkan ketercapaian kompetensi peserta didik melalui bahan ajar LKS IPS berbasis tematik. Agar terjadi peningkatan ketercapaian kompetensi peserta dididik maka hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut.

1. Penggunaan bahan ajar LKS IPS berbasis tematik hendaknya dilakukan pada awal semester. Hal ini dimaksudkan untuk mengeskplor kemampuan kompetensi peserta didik terhadap mata pelajaran IPS dari kelas sebelumnya.

2. Sintak dan desain pembelajara LKS berbasis tematik merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru, dan dapat juga dikombinasikan dengan model-model pembelajaran yang lain, sehingga proses pembelajaran di kelas menjadi lebih kreatif dan inovatif.

3. Setelah dilakukan pembelajaran, bahan ajar LKS IPS berbasis tematik hendaknya dianalisis dengan mengunakan uji efektivitas, yaitu dengan


(3)

126 menghitung nilai pretes, postes dan gain yang diperoleh oleh peserta didik. Uji efektivitas diperlukan untuk mengetahui seberapa besar efektivitas penggunaan bahan ajar LKS IPS berbasis tematik sesuai dengan KI, KD dan Indikator yang telah ditetapkan.

5.3 Saran

Saran-saran yang dapat penulis berikan terhadap penilitian pengembangan selanjutnya adalah sebagai berikut.

1. Agar penerapan bahan ajar LKS berbasis tematik dapat berjalan dengan baik, maka dituntut peran aktif dari siswa dalam kegiatan pembelajarannya. Sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 dimana pada kurikulum 2013 lebih menekankan pada proses, dan pembelajaran lebih berpusat pada peserta didik dan bukan lagi berpusat kepada tenaga pendidik.

2. Perlu adanya pengembangan desain-desain bahan ajar yang lain sehingga model pembelajaran yang diberikan oleh guru menjadi lebih kreatif dan inovatif, sehingga proses pembelajaran di kelas menjadi lebih menyenangkan. Pengembangan desain pembelajaran yang dibuat hendaknya disesuai dengan materi pokok, KI, SK dan indikator. Sangat dimungkinkan dalam setiap materi pokok yang diberikan kepada siswa digunakan bahan ajar yang berbeda.

3. Bahan ajar yang dibuat hendaknya didasarkan pada Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, Indikator dan Materi Pokok yang akan disampaikan. Tenaga pendidik yang kreatif dan inovatif dalam mengembangkan desain pembelajaran akan sangat berpengaruh dalam meningkatkan ketercapaian kompetensi peserta didiknya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Aisah, Saleh. 2011. Desain Pembelajaran Model ADDIE. http://lempong-salehaisah.blogspot.com / 2011 / 12 / desain-pembelajaran-model-addie.html. Akses Tanggal: 26 September 2012. Pukul: 7.45 WIB.

Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Borg, Walter R and Meredit D Gall. 1989. Educational research. DMC and

Company. San Francisco

Badaruddin. 2011. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran. http://ayahalby. wordpress.com/2011/02/23/model-pengembangan-perangkat-pembelajaran. Akses Tanggal: 26 September 2012. Pukul: 07.25 WIB

Dick, Walter, Lou Carey and James O Carey. 2001. The Systematic Design of instruction. USA

Duwi. 2008. Uji Reabilitas Kuisioner. Duwi consultan, blogspot.com/2011/11/uji reabilitas kuisioner. Akses Tanggal: 26 September 2012. Pukul: 07.28 WIB Fogarty, Robin. 1991. How to Integrate The Curricula. Skylight Publishing. Illinois. Hake, Richard R. 1999. Analyzing Change/Gain Scores. www.physics.indiana. edu/.../

AnalyzingChange-G. Akses Tanggal: 26 September 2012. Pukul: 07.28 WIB

Herpratiwi. 2009. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru Impelementasi Kurikulum 2013 SMP IPS. Jakarta.

Maryani, Enok dan Helius Syamsudin. 2009. Pengembangan Program Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Kompetensi Keterampilan Sosial. http://jurnal.upi.edu/file/Enok_Maryani.pdf. Akses Tanggal: 19 Desember 2012. Pukul: 19.12 WIB.


(5)

128 Mendikbud. 2013. Permendiknas No. 68 tentangKerangka Dasar Dan Struktur

Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah. Jakarta. Mendiknas. 2006. Permendiknas NO. 22 Tentang Standar Isi. Jakarta.

NCSS. 1984. Curiculum Standards For Social Studies. NCSS . Washington DC Nenu, Gustaf & Maraike J.B. Bangun. 2012. Ringkasan Pengantar Ilmu Sosial:

Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. http://magisterteologisttj.wordpress. com/2011 /09/03. Akses Tanggal: 19 September 2012. Pukul: 20.00 WIB. Pargito. 2009. Penelitian dan Pengembangan Bidang Pendidikan. Pendidikan MIPS

FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Pargito. 2010. Dasar-dasar IPS. Pendidikan IPS FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung

Pargito. 2011. Penilaian berbasis Kelas. Pendidikan IPS FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung

Pribadi, A.Benny. 2009. Model-model Desain Sistem Pembelajaran. PT Dian Rakyat. Jakarta.

Rasid, Abdi Anwar. 2012. Pengertian dan Ruang Lingkup Ilmu Sosial.

http://abenknst.blogspot.com/2010/06/pengertian-dan-ruang-lingkup-lmu.html. Akses Tanggal: 19 September 2012. Pukul: 19.50 WIB.

Riduwan & Sunarto. 2009. Pengantar Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran. PT Raja Garafindo Persada. Bandung. Salirawati, Das. 2012. Teknik Penyusunan Modul Pembelajaran.staff.uny.ac.id/

sites/default/files/PengmbGN%2520Modul%... Akses tanggal 6 Juni 2013 pukul 13.32 WIB

Sanusi Fattah. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMP/MTs Kelas VIII. CV Teguh Karya. Jakarta.

Sri Sudarmi. 2008. Galeri Pengetahuan Sosial Terpadu untuk SMP/MTs Kelas VIII.Pusat Perbukuan Depdiknas. Jakarta.

Sudarmanto, R Gunawan. 2013. Statistik Terapan Berbasis Komputer. Mitra Wacana Media. Jakarta.

Sugiharsono dkk. 2008. Ilmu Pengetahuan IPS untuk SMP/MTs Kelas VIII. Pusat Perbukuan Depdiknas. Jakarta.


(6)

Sugiyono, 2007, Statistika untuk Penelitian, CV Alfabeta, Bandung

Suhartati, 2012. Perbedaan Hasil Belajar Akuntansi Biaya dengan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD dan Pembelajaran CTL pada Siswa Kelas XII AK SMK Negeri 1 Bandar Lampung. Tesis. Program Studi Pendidikan IPS, Program Pasca Sarjana, Universitas Lampung

Sutarto dkk. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMP/MTs Kelas VIII. CV Rizki Mandiri. Jakarta.

Tanto, Taufik Agus. 2011. Pengertian Dan Hakikat IPS Dalam Program Pendidikan.http://www.scribd.com/doc/61414420. Akses Tanggal: 19 September 2012. Pukul: 19.50 WIB.

Tim Penulis. 2011. Format Penilaian Karya Ilmiah, Edisi Revisi ke-3. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Thohir, Muhammad. 2011. Model Assure dan Model Addie. http://blog.sunan-ampel.ac.id/muhammadthohir/model-assure-model-addie.Akses Tanggal: 26 September 2012. Pukul: 08.00 WIB.

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kharisma Putra Utama. Jakarta.

Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu. Bumi Aksara. Jakarta

Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. 2009. UU RI No. 32 Tahun 2009 tentangPerlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta

Wijaya, Jaya. 2013. Pengembangan Pembelajaran IPS Model Webbed di SMK Negeri 1 Kalianda. Tesis. Program Studi Pendidikan IPS, Program Pasca Sarjana, Universitas Lampung