EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING DITINJAU DARI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Al-Kautsar Bandar Lampung T.P.2014/2015)

(1)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING DITINJAU DARI PEMECAHAN

MASALAH MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Al-Kautsar Bandar Lampung T.P.2014/2015)

Oleh

AULIA RAHMAT

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk

mengetahui efektivitas penggunaan model pembelajaran guided discovery learning

ditinjau dari pemecahan masalah matematis siswa. Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Al-Kautsar Bandar Lampung Tahun Pelajaran

2014/2015 sebanyak 268 siswa yang terdistribusi dalam 8 kelas. Sampel pada

penelitian ini adalah siswa kelas VIII H yang dipilih dengan teknik purposive random sampling. Desain penelitian ini adalah one group posttest only design.

Berdasarkan hasil analisis data, persentase siswa yang mempunyai pemecahan

masalah matematis yang baik dalam model guided discovery learning tidak lebih dari 60%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah model pembelajaran guided discovery learning tidak efektif ditinjau dari pemecahan masalah matematis siswa.

Kata kunci: eksperimen semu, guided discovery learning, pemecahan masalah matematis


(2)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING DITINJAU DARI PEMECAHAN

MASALAH MATEMATIS SISWA

(Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Al-Kautsar Bandar Lampung T.P.2014/2015)

Oleh

AULIA RAHMAT

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING DITINJAU DARI PEMECAHAN

MASALAH MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Al-Kautsar Bandar Lampung T.P. 2014-2015)

(Skripsi)

Oleh

AULIA RAHMAT

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 4

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan pustaka... 7

1. Efektivitas Pembelajaran... 7

2. Pembelajaran Guided Discovery Learning... 8

3. Pemecahan Masalah Matematika... 11

4. Penelitian Yang Relevan 15 B. Kerangka Pikir... 16

C. Anggapan Dasar... 17

D. Hipotesis... 18

III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel... 19


(5)

B. Desain Penelitian... 19

C. Prosedur Penelitian... 20

D. Data Penelitian... 21

E. Teknik Pengumpul Data... 21

F. Instrumen Penelitian... 21

a. Validitas... 22

b. Realibilitas... 22

G. Teknik Analisis Data 24 a. Uji Normalitas... 24

b. Uji Hipotesis... 25

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 26

B. Pembahasan... 27

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan... 31

B. Saran... 31

DAFTAR PUSTAKA... 33


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A.PERANGKAT PEMBELAJARAN

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 36

A.3 Lembar Kerja Kelompok ... 66

B.PERANGKAT TES B.1 Kisi-Kisi Tes Pemecahan Masalah ... 107

B.2 Instrumen Tes Pemecahan Masalah . ... 108

B.3 Pedoman Penskoran Tes Pemecahan Masalah ... 110

B.4 Kunci Jawaban Soal Kemampuan Pemecahan Masalah ... 111

B.5 Form Penilaian Validitas Posttest ... 116

C.ANALISIS DATA C.1 Tabel Analisis Item Hasil Uji Coba ... 118

C.2 Data Nilai Pemahaman Konsep Matematis ... 119

C.3 Uji Normalitas dan Uji Hipotesis Data Pemahaman Konsep Matematis ... 120


(7)

(8)

(9)

MOTO

“Agama yang membuat saya kuat, Ibadah yang membuat saya semangat dan

kegagalan yang membuat saya selalu ingin lebih baik”

Semua berawal dari kecintaan

(Penulis)

Orang cerdas ialah orang yang dapat memanfaatkan waktunya dengan baik

Manusia yang produktif ialah manusia yang selalu beraktivitas

Cara untuk menjadi di depan adalah memulai sekarang. Jika memulai sekarang,

tahun depan Anda akan tahu banyak hal yang sekarang tidak diketahui, dan Anda

tak akan mengetahui masa depan jika Anda menunggu-nunggu. (William Feather )

Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar.

(Khalifah Umar)


(10)

(11)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil ’Alamin…

Segala Puji dan syukur kepada Allah SWT atas nikmat

dan karunia-Nya. Shalawat dan Salam kepada NabiAllah

Rasulullah Muhammad SAW

dengan kerendahan hati dan rasa sayang yang tak pernah

habis, kupersembahkan skripsi ini untuk :

Ayah , Mama, tercinta yang telah membesarkanku dengan

penuh cinta dan kasih sayang. Terimakasih atas

do’

a

yang Engkau lantunkan dan teladan yang Engkau berikakan

kepada putramu ini, sungguh semua yang Kalian berikan

tak mungkin terbalaskan.

Teman-teman seperjuangan

Sahabat-sahabatku yang selalu menjadi penyemangat

bagiku

Para pengajar dan pembimbing yang kuhormati dan

kupanuti


(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah, pada tanggal 05

Juli 1993. Penulis merupakan putra tunggal dari pasangan Bapak Azwar dan Ibu

Rosnidar.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis, yaitu Taman kanak-kanak

Aisyah Kota Agung, Sekolah Dasar (SD) di SDN 3 Kuripan Kota Agung dari

kelas 1 sampai kelas 6, yang selesai pada tahun 2005. Sekolah Menengah Pertama

(SMP) di SMP Al-Kautsar Bandar Lampung yang selesai pada tahun 2008, dan

Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Al-Kautsar Bandar Lampung pada tahun

2011.

Tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan

Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Ujian

Masuk (UM).

Tahun 2014, penulis melaksanakan Kegiatan Kerja Nyata (KKN) di Kota Agung,

Kabupaten Tanggamus dan pada tahun yang sama penulis melaksanakan Program

Pengalaman Lapangan (PPL) di SMK Muhammadiyah Kota Agung, Kabupaten


(13)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang

yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menye-lesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Guided Discovery Learning Ditinjau dari Pemecahan Masalah Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Al-Kautsar Bandar

Lampung)”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas

dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Univer-sitas Lampung dan Pembimbing Akademik sekaligus Pembimbing Utama,

atas kesediaannya memberikan bimbingan, ilmu yang berharga, saran,

motivasi, dan kritik baik selama perkuliahan maupun selama penyusunan

skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

2. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika Jurusan Pendidikan MIPA Universitas Lampung Sekaligus

Pembimbing Pembantu, atas ketersediannya memberikan bimbingannya, ilmu,

saran, motivasi serta kritik yang membangun untuk lebih baik.

3. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., selaku pembahas yang telah memberikan


(14)

4. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

5. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas

Lam-pung beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Sri Purwaningsih, M.Pd., selaku Kepala SMP Al-Kautsar Bandar

Lam-pung yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian.

7. Ibu Dra. Berta Khoiriyati, selaku guru mitra atas kesediaannya menjadi mitra

dalam penelitian di SMP Al-Kautsar Bandar Lampung serta murid-muridku

kelas VIII H yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini.

8. Bak dan Ibu ku tercinta serta keluarga besarku yang selalu menyayangi,

mendoakan, dan selalu memberikan dukungan untuk keberhasilanku.

9. Para Ikhwan Tangguh Abi, Heizlan, Panji, Aliza, Iwan, Ansori, Ikhwan, Aryo,

Andi, Deni atas perhatian, semangat dan keakrabannya selama ini, semoga

kita akan tetap bersama hingga Jannah kelak.

10.Teman-teman di Pendidikan Matematika 2011 (B): Agung, Agus, Aliza, Ayuf,

Ayu Tam, Bayu, Dedes, Dewi, Didi, Emi, Enggar, Fitri, Fuji, Hani, Ige, Ismi,

Laili, Ipeh, Hasbi, Elcho, Yusuf, Ratna, Nourma,Ria, Rosa, Siska, Titi, Venti,

Wulan dan Yuli atas kebersamaannya selama ini dan selalu memberi

dukungan untuk tetap semangat.

11.Temen-temen Angkatan 2011 A yang telah bersama-sama selama ini dan

semoga silaturahmi tetap terjaga.

12.Kawan-kawan KMB VII BEM Unila, Kak Umam, dan Mbak April yang


(15)

13.Teman-teman KKN dan PPL Pekon Kusa Kota Agung Barry, Adi, Cahaya,

Tia, Septi, Putri, Yeni, Ayu, Herlina. Semoga kekeluargaan kita akan terus

terjalin.

14.Punggawa FPPI FKIP Unila 2013, 2014 dan pimpinan 2013/2014 yang telah

memberikan doanya.

15.Sahabat-sahabat DPM Unila 2014/2015 Kak Omen, Kak Ridwan, Abe, Ari,

Isna, Oka, Ani, Bertha, Nurul, Suci, Muji, Uli, Erma, Dian, Bayu, Iin, Nisa,

Eva, Agung, Rijal yang telah berbagi kecerian serta semangatnya.

16.Kakak dan Mbak yang telah membimbingku Kak Sulaiman, Kak Rizky, Kak

Imam, Kak Arief, Mbak Nurul, dan lain-lain.

17.Kakak Tingkat 2010 sampai 2007 dan adik tingkat sampai 2014 yang telah

bersama di Gedung G tercinta.

18.Pak Liyanto dan pak Mariman, penjaga Gedung G, terima kasih atas bantuan

dan perhatiannya selama ini.

19.Pengurus referensi yang telah melayani dalam peminjaman buku serta skripsi.

20.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala

di sisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.

Bandar Lampung, Agustus 2015 Penulis,


(16)

1

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia.

Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan

bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan diselenggarakan secara

sengaja, berencana, terarah, berjenjang dan sistematis melalui lembaga pendidikan

formal seperti sekolah. Suatu lembaga pendidikan (sekolah) menyediakan

sejumlah bidang studi yang diberikan kepada pelajar untuk mereka kuasai, salah

satunya adalah matematika.

Matematika merupakan suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir, bersifat

abstrak dan deduktif serta berkenaan dengan gagasan terstruktur yang

hubungan-hubungannya diatur secara logis (Hudojo, 2003: 40-41). Mempelajari matematika

sangat dibutuhkan oleh siswa, karena begitu banyak aktivitas yang mereka

lakukan baik dalam lingkungan sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari

yang melibatkan matematika. Dengan belajar matematika, siswa dapat belajar


(17)

2

Salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah siswa. Berdasarkan kurikulum 2006, matematika memiliki

tujuan agar siswa memiliki kemampuan, (1) memahami konsep matematika, (2)

menggunakan penalaran pada pola dan sifat, (3) memecahkan masalah, (4)

mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain, dan

(5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan (BSNP,

2006: 140). Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu dihadapkan dengan

berbagai permasalahan. Permasalahan itu tentu saja tidak semuanya permasalahan

matematika, masalah keseharian yang tentunya dapat diselesaikan melalui

matematika. Oleh karena itu, pembelajaran di kelas hendaknya tidak hanya

menitikberatkan pada penguasaan materi untuk menyelesaikan secara matematika,

tetapi juga mengaitkan bagaimana siswa mengenali permasalahan matematika

dalam kehidupan kesehariannya dan memecahkan permasalahan tersebut.

Pemecahan masalah merupakan salah satu bentuk kemampuan berpikir tingkat

tinggi. Dalam kegiatan pemecahan masalah, terdapat kemampuan matematika

seperti penerapan pada masalah yang tidak rutin, penemuan pola,

penggeneralisasian pemahaman konsep maupun komunikasi matematika. Untuk

kemampuan berpikir tingkat tinggi berkembang, maka pembelajaran harus

menjadi lingkungan yang kondusif sehingga siswa dapat terlibat secara aktif

dalam kegiatan matematis yang bermanfaat.

Kenyataannya, tujuan pembelajaran matematika di Indonesia belum tercapai.

Berdasarkan hasil survei TIMSS tahun 2011, persentase kelulusan kemampuan


(18)

3

(applying), dan penalaran (reasoning) berturut-turut sebesar 31%, 23%, dan 17%. Pencapaian tersebut jauh di bawah rata-rata persentase kelulusan international

yaitu: knowing (49%), applying (39%), dan reasoning (30%). Hasil survey tersebut mengindikasikan bahwa pengetahuan dasar siswa Indonesia tentang

matematika belum cukup untuk dapat memecahkan masalah matematis dalam hal

mengkontruksi bentuk matematis dan memilih strategi pemecahan masalah non

rutin yang membutuhkan penalaran. Dengan demikian pemecahan masalah

matematis siswa Indonesia masih rendah.

Pembelajaran matematika di SMP Al-Kautsar Bandar Lampung belum terbiasa

memecahkan masalah tidak rutin seperti sekolah di Indonesia pada umumnya,

sebagai contohnya diketahui sebuah persegi panjang dengan keliling 40 cm dan

panjang 12 cm. Tentukan bagaimana hasil luasnya. Hal ini menunjukkan bahwa

kemampuan pemecahan masalah siswa masih rendah. Kondisi ini disebabkan

pembelajaran matematika di SMP Al-Kautsar Bandar Lampung masih

menggunakan metode pembelajaran yang bersifat konvensional. Pembelajaran ini

bersifat “teacher centered” yaitu guru mendominasi pembelajaran di kelas. Guru mengajar ceramah dan mengharapkan siswa mendengarkan, mencatat dan

menghafalkan. Dalam model pembelajaran konvensional kemampuan masalah

matematis siswa kurang berkembang karena model pembelajaran ini siswa hanya

mengerjakan soal-soal yang bersifat rutin dan tidak dapat memberikan siswa

untuk bereksplorasi yang mengakibatkan tidak berkembangnya kemampuan

analisis. Sehingga dibutuhkan model pembelajaran yang dapat menjadi solusi


(19)

4

Dari banyak model pembelajaran yang ada salah satunya adalah model

pembelajaran Guided Discovery Learning yang menjadi alternatif untuk mengembangkan pemecahan masalah matematis siswa. Dalam pembelajaran

Guided Discovery Learning, siswa diarahkan untuk lebih banyak mendominasi proses pembelajaran, yang bertujuan agar siswa aktif dalam kegiatan belajar,

melatih belajar sendiri dan menemukan sendiri konsep-konsep dan masalah yang

menjadi objek pembelajaran. Peranan guru dalam metode ini hanya sebatas

preparasi objek, membantu kebutuhan-kebutuhan siswa dalam proses

penemuannnya, serta menjadi sumber informasi apabila dibutuhkan siswa. Pada

pelaksanaannya siswa hanya diberikan gambaran dan langkah-langkah secara

garis besar mengenai materi yang akan disampaikan, kemudian siswa

mendiskusikannya dan memecahkan masalah tekait materi yang diberikan

sehingga menemukan kesimpulan sendiri dari apa yang dipelajarinya. Dengan

demikian akan mempermudah siswa dalam meningkatkan pemecahan masalah

dari apa yang telah dipelajarinya

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan studi eksperimen keefektifan

menggunakan model Guided Discovery Learning ditinjau dari pemecahan masalah matematis siswa (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Al-Kautsar Bandar

Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini:

“Apakah model Guided Discovery Learning efektif ditinjau dari pemecahan masalah matematis siswa kelas VIII SMP Al-Kautsar Bandar Lampung?”


(20)

5

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui efektivitas model Guided Discovery Learning ditinjau dari pemecahan masalah matematis siswa kelas VIII SMP Al-Kautsar Bandar Lampung.

D. Manfaat Penelitian

Ada dua manfaat dalam penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran matematika, terutama

terkait pemecahan masalah matematis siswa dan model Guided Discovery Learning

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru dan calon guru matematika, diharapkan penelitian ini dapat

menjadi acuan dan masukan bagi para guru dalam mengembangkan

kemampuan mengajarnya serta dapat menjadi referensi dalam mencoba

menggunakan model Guided Discovery Learning dalam proses pembelajaran yang tidak selalu terbatas dengan metode ceramah saja.

b. Bagi siswa, diharapkan penelitian ini dapat memberikan pengalaman

belajar matematika dengan menggunakan model Guided Discovery Learning


(21)

6

c. Bagi kepala sekolah, diharapkan dengan penelitian ini kepala sekolah

memperoleh informasi sebagai masukan dalam upaya pembinaan para

guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:

1. Efektivitas pembelajaran adalah ukuran keberhasilan dalam pembelajaran

untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Pembelajaran

dikatakan efektif bila persentase siswa dengan pemecahan masalah matemati

baik lebih dari 60%.

2. Model Guided Discovery Learning

Guided Discovery Learning adalah suatu model pembelajaran yang libatkan siswa aktif dalam menemukan sendiri informasi dan pengetahuan dengan

bimbingan dan petunjuk guru.

3. Pemecahan masalah matematis

Pemecahan masalah matematis siswa adalah kemampuan siswa dalam

menyelesaikan masalah matematis dengan memahami masalah,

merencanakan strategi dan prosedur pemecahan masalah, melakukan

prosedur pemecahan masalah, memeriksa kembali langkah-langkah yang


(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Efektivitas pembelajaran

Efetivitas pembelajaran dapat dicapai apabila siswa berperan aktif dalam kegiatan

pembelajaran. Siswa tidak hanya aktif mendengarkan guru menjelaskan, tetapi

aktif mengungkapkan gagasan dan ide-ide secara individual maupun kelompok.

Menurut Uno (2011:29), pada dasarnya efektivitas ditunjukkan untuk menjawab

pertanyaan seberapa jauh tujuan pembelajaran telah dapat dicapai oleh peserta

didik.

Simanjuntak (dalam Arifin, 2010) menyatakan bahwa suatu pembelajaran

dikatakan efektif apabila menghasilkan sesuatu sesuai dengan apa yang

diharapkan atau dengan kata lain tujuan yang diinginkan tercapai. Mulyasa

(2006:193) menyatakan bahwa pembelajaran dikatakan efektif jika mampu

memberikan pengalaman baru dan membentuk kompetensi peserta didik, serta

mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal. Dengan

demikian, efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan

dengan tingkat keberhasilan dari suatu pembelajaran sehingga erat kaitannya


(23)

8

Ketuntasan belajar merupakan kriteria dan mekanisme penetapan ketuntasan

minimal yang ditetapkan di sekolah. Menurut Trianto (2010:241) berdasarkan

ketentuan KTSP, penentuan ketuntasan belajar ditentukan sendiri oleh

masing-masing sekolah yang dikenal dengan kriteria ketuntasan minimal dengan

berpe-doman pada tiga pertimbangan, yaitu kemampuan peserta didik , fasilitas (sarana)

di sekolah, dan daya dukung. Ketuntasan belajar siswa yang sesuai dengan KKM

pelajaran matematika di sekolah mencakup semua kemampuan matematika siswa,

termasuk pemecahan masalah matematis siswa.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah

ukuran keberhasilan dari suatu kegiatan belajar mengajar dalam mencapai tujuan

pembelajaran. Dalam penelitian ini, efektivitas pembelajaran dilihat dari

pencapaian tujuan pembelajaran yang terkait dengan pemecahan masalah

matematis siswa, yaitu apabila presentase siswa yang mempunyai kemampuan

pemecahan masalah matematis mencapai 60%.

2. Pembelajaran Guided Discovery Learning

Discovery berasal dari kata “discover” yang berarti menemukan dan “discovery” adalah penemuan. Bahasa Indonesia member pengertian discover sebagai menemukan. Makna menemukan dalam pembelajaran mengarah pada pengertian

memperoleh pengetahuan yang membawa kepada suatu pandangan. Cara belajar

dengan menemukan (discovery learning) ini pertama dikenalkan oleh Plato dalam

dialog antara Socrates dan seorang anak. Sedang guided dapat diartikan sebagai


(24)

9

Hamalik (2005: 188) mengungkapkan bahwa guided discovery melibatkan siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan guru. Siswa melakukan discovery, sedangkan guru membimbing mereka ke arah yang benar/tepat. Sejalan dengan

uraian di atas, Hanafiah dan Suhana (2010: 77) mengungkapkan bahwa guided discovery yaitu pelaksanaan penemuan dilakukan atas petunjuk dari guru. Pembelajarannya dimulai dari guru mengajukan berbagai pertanyaan yang

melacak, dengan tujuan untuk mengarahkan peserta didik kepada titik kesimpulan

kemudian siswa melakukan percobaan untuk membuktikan pendapat yang

dikemukakan.

Hudojo (2003: 123) berpendapat bahwa metode penemuan merupakan suatu cara

penyampaian topik-topik matematika, sedemikian hingga proses belajar

memungkinkan siswa menemukan sendiri pola-pola atau strukturstruktur

matematika melalui serentetan pengalaman-pengalaman belajar lampau.

Keterangan-keterangan yang harus dipelajari itu tidak disajikan di dalam bentuk

akhir, siswa diwajibkan melakukan aktivitas mental sebelum keterangan yang

dipelajari itu dapat dipahami. Menurut Eggen (2012: 177) model guided discovery

learning (temuan terbimbing) adalah satu pendekatan mengajar dimana guru

memberi siswa contoh-contoh topik spesifik dan memandu siswa untuk

memahami konsep dan memecahkan masalah topik tersebut.

Marzano (dalam Markaban 2006 : 16) menyatakan metode penemuan terbimbing

memiliki kelebihan dan kekurangan yaitu

(1) siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, (2) menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry, (3) mendukung kemampuan problem solving siswa, (4) memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru, dengan demikian siswa juga terlatih untuk menggunakan bahasa


(25)

10

Indonesia yang baik dan benar , dan (5) materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukan. Sedangkan kelemahan metode penemuan terbimbing yaitu (1) waktu yang tersita lama, (2) tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini, (3) tidak semua topic cocok disampaikan dengan model ini.

Sedangkan Suryosubroto (2009: 185) memaparkan beberapa kelebihan metode

penemuan sebagai berikut:

a. Dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa.

b. Pengetahuan diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh; dalam arti pendalaman dari pengertian; retensi, dan transfer.

c. Strategi penemuan membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan.

d. Metode ini memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri.

e. Metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya, sehingga ia lebih merasa terlibat dan termotivasi sendiri untuk belajar. f. Metode ini dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan

bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan.

g. Strategi ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan kepada mereka dan guru berpartisipasi sebagai sesama dalam mengecek ide. h. Membantu perkembangan siswa menuju skeptisisme yang sehat untuk

menemukan kebenaran akhir dan mutlak.

Selain itu Suryosubroto (2009: 186) juga memaparkan beberapa kelemahan

metode penemuan sebagai berikut:

a. Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini. b. Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar.

c. Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional.

d. Mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai terlalu mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan keterampilan.

e. Dalam beberapa ilmu (misalnya IPA) fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide mungkin tidak ada.


(26)

11

f. Strategi ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berfikir kreatif, kalau pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh guru, demikian pula proses-proses di bawah pembinaannya tidak semua pemecahan masalah menjamin penemuan yang penuh arti.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, disimpulkan bahwa model pembelajaran

Guided Discovery Learning merupakan metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif untuk mencoba menemukan sendiri informasi maupun

pengetahuan yang diharapkan dengan bimbingan dan petunjuk yang diberikan

guru dan guided discovery tidak hanya memiliki banyak kelebihan, tetapi juga beberapa kelemahan. Oleh karena itu perlu adanya pemahaman yang mendalam

mengenai metode ini supaya dalam penerapannya dapat terlaksana dengan efektif.

3. Pemecahan Masalah Matematika

Memecahkan suatu masalah merupakan aktivitas dasar manusia. Sebagian besar

kehidupan kita berhadapan dengan masalah-masalah. Bila kita gagal dengan

suatu cara untuk menyelesaikan suatu masalah kita harus mencoba

menyelesaikannya dengan cara yang lain. Suatu pertanyaan akan merupakan

suatu masalah jika seseorang tidak mempunyai aturan tertentu yang segera dapat

dipergunakan untuk menemukan jawaban pertanyaan tersebut. Suatu pertanyaan

akan menjadi masalah bagi seorang peserta didik pada suatu saat, tetapi bukan

masalah lagi bagi peserta didik tersebut untuk saat berikutnya.

Menurut NCTM (2000), kemampuan pemecahan masalah matematis adalah

kemampuan siswa memahami masalah, merencanakan strategi dan prosedur


(27)

12

kembali langkah-langkah yang dilakukan dan hasil yang diperoleh serta

menuliskan jawaban akhir sesuai dengan permintaan soal. Sedangkan Siswono

(2008: 35) menjelaskan bahwa pemecahan masalah adalah suatu proses atau

upaya individu untuk merespon atau mengatasi halangan atau kendala ketika suatu

jawaban atau metode jawaban belum tampak jelas. Dari pengertian pemecahan

masalah yang dikemukakan di atas maka kemampuan pemecahan masalah adalah

kemampuan untuk dapat menyelesaikan masalah matematis dengan memahami

masalah, merancang penyelesaian, menyelesaikan rencana penyelesaian dan

memeriksa kembali jawaban.

Menurut (Suherman, 2001: 89) kemampuan pemecahan masalah merupakan

kompetensi dalam kurikulum matematika yang harus dimiliki siswa. Dalam

pemecahan masalah siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan

pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya untuk menyelesaikan masalah

yang bersifat nonrutin. Melalui kegiatan pemecahan masalah, aspek-aspek yang

penting dalam pembelajaran matematika seperti penerapan aturan pada masalah

non rutin, penemuan pola, penggeneralisasian, komunikasi matematik dan

lain-lain dapat dikembangkan dengan baik.

Menurut Hudojo (2003: 149), pertanyaan akan menjadi masalah bagi peserta didik jika.

(1) Pertanyaan yang diberikan pada seorang peserta didik harus dapat dimengerti

oleh peserta didik tersebut, namun pertanyaan tersebut harus merupakan


(28)

13

(2) Pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab dengan prosedur rutin yang telah

diketahui peserta didik. Karena itu faktor waktu untuk menyelesaikan

masalah janganlah dipandang sebagai hal yang esensial.

Polya (1985) menyatakan bahwa terdapat dua macam masalah yaitu sebagai berikut ini.

(1) Masalah untuk menemukan, dapat teoritis atau praktis, abstrak atau konkrit,

termasuk teka-teki. Bagian utama dari suatu masalah adalah apa yang dicari,

bagaimana data yang diketahui, dan bagaimana syaratnya.

(2) Masalah untuk membuktikan adalah menunjukkan bahwa suatu pernyataan

itu benar, salah, atau tidak kedua-duanya. Bagian utama dari masalah ini

adalah hipotesis dan konklusi dari suatu teorema yang harus dibuktikan

kebenarannya.

Menurut Karl Albrecht (dalam Nasution,1997: 121), proses pemecahan masalah

terdiri dari enam langkah yang dapat digolongkan dalam dua fase, yaitu:

(1) fase perluasan atau ekspansi yang pada pokoknya bersifat divergen;

(2) fase penyelesaian yang bersifat konvergen.

Pada fase pertama siswa diharapkan dapat menyerap ide-ide baru sehingga

memperoleh pandangan yang luas mengenai masalah tersebut agar siswa

memahami seluk beluk atau kompleksitasnya. Namun pada saat ia harus

mengambil keputusan dan memilih satu dari banyak kemungkinan lain disinilah

peserta didik memasuki fase yang kedua. Dalam fase kedua ini harus memusatkan


(29)

14

Polya (1985) menjelaskan empat langkah yang harus dilakukan dalam

memecahkan masalah yaitu.

1. Memahami masalah

Aspek yang harus dicantumkan siswa pada langkah ini meliputi apa yang diketahui dan apa yang ditanya.

2. Merencanakan penyelesaian

Aspek yang harus dicantumkan siswa pada langkah ini meliputi urutan langkah penyelesaian dan mengarahkan pada jawaban yang benar.

3. Menyelesaikan rencana penyelesaian

Aspek yang harus dicantumkan siswa pada langkah ini meliputi pelaksanaan cara yang telah dibuat dan kebenaran langkah yang sesuai dengan cara yang dibuat.

4. Memeriksa kembali

Aspek yang harus dicantumkan siswa pada langkah ini meliputi penyimpulan jawaban yang diperoleh dengan benar atau memeriksa jawaban yang tepat.

Dari uraian di atas, kemampuan pemecahan masalah matematika yang dimiliki

oleh siswa adalah proses dimana siswa menggunakan aturan-aturan atau konsep

yang telah dipelajarinya untuk menyelesaikan masalah baru.

Kemampuan siswa memecahkan masalah matematika meliputi empat aspek,

yaitu:

a. kemampuan memahami masalah, yaitu menuliskan data yang

diketahui dan data yang ditanyakan, menyajikan masalah secara

matematik,

b. kemampuan merencanakan pemecahan masalah, yaitu mengetahui

hubungan data yang diketahui dengan data yang ditanyakan, memilih

konsep, rumus, strategi atau algoritma yang akan digunakan,

c. kemampuan menyelesaikan masalah, melakukan secara runtut

algoritma, strategi, rumus yang digunakan, dan menentukan hasil


(30)

15

d. kemampuan menafsirkan solusinya, yaitu memeriksa kembali jawaban

yang didapat dan menarik kesimpulan.

4. Penelitian Yang Relevan

Telah banyak penelitian pendidikan yang dilakukan oleh mahasiswa salah satunya

peneltian menggunakan model guided discovery learning (penemuan terbimbing)

dengan mengukur kemampuan pemahaman konsep, pemecahan masalah dan

lain-lain terkhususnya dalam bidang ilmu matematika dan hasil penelitian sebelumnya

yang relevan dengan menggunakan model guided discovery learning sebagai

berikut :

a. Penelitian Fitria (2014) di SMPN 1 Bangsri kelas VIII dengan

menggunakan model guided discovery learning mencapai ketuntasan

lebih dari 80% dari kriteria ketuntasan minimal 77. Sehingga model

guided discovery learning lebih efektif dari pada pembelajaran konvensional dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa.

b. Penelitian Apriyadi (2014) di SMAN 1 Depok Kelas XI IPA diperoleh

hasil bahwa pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing lebih

efektif meningkatkan kemampuan refresentatif dan pemecahan masalah

dari pada dengan metode ekspositori.

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya bahwa

model guided discovery learning (penemuan terbimbing) mempunyai pengaruh


(31)

16

B. Kerangka Pikir

Penelitian tentang efektivitas penggunaan model pembelajaran Guided Discovery Learning ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis terdiri dari satu variable bebas dan satu variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi

variabel bebas adalah model pembelajaran Guided Discovery Learning dan variabel terikat adalah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

Kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan salah satu kemampuan

yang harus dimiliki siswa. Hal ini karena kemampuan pemecahan masalah

matematis sangat diperlukan siswa ketika ia ingin menyelesaikan suatu

permasalahan. Adapun indikator kemampuan pemecahan masalah matematis

antara lain meliputi memahami masalah, membuat rencana penyelesaian,

menyelesaikan masalah sesuai rencana, dan memeriksa kembali hasil.

Pada proses Guided Discovery Learning siswa diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan kontekstual yang digunakan oleh siswa untuk belajar

atau dengan kata lain siswa belajar melalui permasalahan sehari-hari yang harus

mereka selesaikan. Selama pembelajaran siswa mendapat bimbingan guru sejauh

yang diperluan sesuai dengan kemampuan siswa dan materi ajar, bimbingan

diberikan untuk mengarahkan siswa ke tujuan pembelajaran melalui pertanyaan

atau LKK. Selain itu, bimbingan dalam proses pembelajaran dimaksudkan agar

dapat mengefektifkan waktu. Pada umumnya siswa terlalu tergesa-gesa menarik


(32)

17

tujuan pembelajaran yang diberikan dapat ditemukan siswa tidak akan salah dan

dipahami dengan baik

Setelah siswa menemukan yang dicari dari tujuan pembelajaran tersebut, siswa

mencoba memecahkan masalah dengan diberikan latihan soal pemecahan

masalah. Pemberian latihan soal dapat bermanfaat bagi siswa untuk membiasakan

menyelesaikan pemecahan masalah sesuai dengan langkah-langkah yang benar

sehingga pemahaman siswa bertahan lama dan dapat dimanfaatkan untuk

memecahkan masalah dalam situasi lain. Selain itu, latihan dapat bermanfaat bagi

guru untuk mengetahui sejauh mana penalaran siswa tentang menyelesaikan

masalah matematika dengan benar.

Berdasarkan hal-hal di atas, pembelajaran dengan menggunakan model Guided Discovery Learning (penemuan terbimbing) memungkinkan siswa dapat memecahkan masalah matematis dengan lebih baik.

C. Anggapan Dasar

Penelitian ini mempunyai anggapan dasar sebagai berikut :

1. Semua siswa kelas VIII semester genap SMP Al-Kautsar Bandar Lampung

tahun pelajaran 2014/2015 memperoleh materi yang sama dan sesuai dengan

kurikulum tingkat satuan pendidikan.

2. Faktor lain yang mempengaruhi pemecahan masalah matematis siswa, selain


(33)

18

D. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah penggunaan model guided discovery

learning efektif ditinjau dari pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII SMP Al-Kautsar Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015.


(34)

19

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester genap

SMP Al-Kautsar Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015 dengan sebanyak

268 siswa yang terdistribusi dalam 8 kelas.

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive random sampling sebagai kelas eksperimen dengan pertimbangan guru yang mengajar lima kelas

dan kemampuan kognitif sedang dan diperoleh kelas VIII-H dengan siswa

sebanyak 40 siswa sebagai sampel penelitian.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment karena peneliti tidak dapat mengendalikan semua variabel yang mungkin berpengaruh terhadap variabel yang

diteliti. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan Budiyono (2003:82) bahwa tujuan

penelitian eksperimen semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan

perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang

sebenar-nya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol semua variabel

yang relevan. Variabel yang diukur di dalam penelitian ini adalah pemecahan


(35)

20

only design, yaitu meneliti pada satu kelas eksperimen dengan penggunaan model guided discovery learning, dan di akhir pertemuan diberikan posttest.

C. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah penelitian yang dilakukan, yaitu

1. Observasi awal, melihat kondisi lapang atau sekolah seperti jumlah kelas,

jumlah siswa, karakteristik siswa, dan cara guru mengajar.

2. Merencanakan penelitian

a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

b. Menyusun Lembar Kerja Kelompok/LKK yang akan diberikan kepada

siswa pada saat diskusi kelompok.

c. Menyiapkan instrumen penelitian dengan terlebih dahulu membuat

kisi-kisi soal tes kemampuan pemecahan masalah matematika, kemudian

membuat soal beserta aturan penskorannya.

3. Melakukan validasi instrumen.

4. Melakukan uji coba instrumen.

5. Menghitung reliabilitas soal tes.

6. Melakukan perbaikan instrumen.

7. Melaksanakan perlakuan pada kelas eksperimen

Sebelum kegiatan pembelajaran dilakukan, siswa pada kelas eksperimen

dibagi menjadi kelompok kecil yang heterogen. Pembagian kelompok

berdasarkan hasil nilai ujian semester ganjil kelas VIII tahun pelajaran

2014/2015. Setiap kelompok terdiri dari 4 siswa. Pelaksanaan pembelajaran


(36)

21

8. Mengadakan posttest.

9. Menganalisis data.

10. Membuat kesimpulan.

D. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah data pemecahan masalah pada materi lingkaran

yang diperoleh melalui tes yang dilaksanakan setelah siswa mendapatkan

perlakuan menggunakan model guided discovey learning.

E. Teknik Pengumpul Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes berupa tes tertulis,

yang dilakukan setelah pembelajaran. Tes digunakan untuk mengukur kemampuan

siswa dalam memecahkan masalah matematis yang dibahas dalam pembelajaran.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal pemecahan

masalah berbentuk uraian pada materi lingkaran. Penyusunan instrumen tes

dimulai dengan menentukan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran sesuai

dengan kurikulum yang berlaku dan menentukan indikator pemecahan masalah

yang akan diukur. Selanjutnya menyusun kisi-kisi tes didasarkan pada

kompetensi dasar dan indikator yang telah dipilih, dan diakhiri menyusun

instrumen tes berdasarkan kisi-kisi yang dibuat. Setelah perangkat instrumen tes

tersusun, dilakukan uji validitas isi dan selanjutnya instrumen tes diujicobakan


(37)

22

instrumen penelitian yang digunakan mendapatkan data yang akurat, yaitu valid

dan reliabel. Kedua kriteria itu dapat dijelaskan sebagai berikut.

a) Validitas

Validitas isi dari tes pemecahan masalah matematika ini dapat diketahui dengan

cara membandingkan isi yang terkandung dalam instrumen tes pemecahan

masalah matematika dengan indikator pembelajaran yang telah ditentukan.

Dengan asumsi bahwa guru matematika kelas VIII SMP Al-Kautsar Bandar

Lampung mengetahui dengan benar kurikulum SMP, maka penilaian terhadap

kesesuaian butir tes dengan indikator pembelajaran dilakukan oleh guru tersebut.

Penilaian terhadap kesesuaian isi instrumen tes dengan kisi-kisi instrumen tes

yang diukur dan kesesuaian bahasa yang digunakan dalam instrumen tes dengan

bahasa siswa, yang dilakukan dengan menggunakan daftar check list ( ) oleh guru. Setelah dikonsultasikan, diperoleh bahwa seluruh instrumen tes telah sesuai

dengan kisi-kisi tes yang akan diukur serta bahasa yang digunakan telah sesuai

dengan kemampuan bahasa siswa (Lampiran B5, Halaman 116).

b.) Reliabilitas Tes

Setelah dinyatakan valid, maka instrumen diujicobakan. Pengujicobaan instrumen

dilakukan pada kelas setelah menempuh atau mempelajari materi. Setelah

dilakukan uji coba, langkah selanjutnya adalah menganalisis data hasil uji coba

untuk mengetahui reliabilitas. Reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh

mana instrumen dapat dipercaya. Hal ini sesuai dengan pernyataaan Budiyono


(38)

23

dengan instrumen tersebut adalah sama apabila pengukuran tersebut dilakukan

pada orang yang sama pada waktu yang berlainan atau pada orang-orang yang

berlainan (tetapi mempunyai kondisi yang sama) pada waktu yang sama atau pada

waktu berlainan. Suatu instrumen dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang

tinggi apabila instrumen yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam

mengukur apa yang hendak diinginkan.

Pengukuran koefisien reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha

dalam Sudijono (2008:208), yaitu:

             

2

2 11 1 1 t i n n r   dengan 2 2 2                  

N X N

Xi i

t

Keterangan :

= koefisien reliabilitas instrumen (tes)

n

= banyaknya butir soal (item)

∑ = jumlah varians dari tiap-tiap item tes = varians total

N = banyaknya data

∑ = jumlah semua data

∑ = jumlah semua kuadrat data

Lebih lanjut Sudijono menjelaskan bahwa dalam pemberian interpretasi terhadap

koefisien reliabilitas tes (r11) pada umumnya menggunakan ketentuan, yaitu

apabila r11 ≥ 0,70 berarti instrumen tes memiliki reliabilitas yang baik. Setelah

menghitung reliabilitas instrumen tes, diperoleh nilair11= 0,84 (Lampiran C.1, halaman 118) sehingga instrumen tes tersebut memiliki reliabilitas yang baik.


(39)

24

G. Teknik Analisis Data

Data yang akan dianalisis adalah data nilai tes pemecahan masalah matematika

siswa. Dari nilai tersebut siswa dikatakan telah memecahkan masalah matematis

atau tuntas bila persentase siswa yang mencapai kriteria ketuntasan belajar (KKM

72). Selanjutnya, model guided discovery learning dikatakan efektif bila persentase siswa yang tuntas lebih dari 60%. Pengujian pencapaian kriteria

efektivitas dilakukan analisis data dengan prosedur sebagai berikut.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah data pemecahan masalah

yang berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Hal ini

dikarenakan data yang berdistribusi normal akan lebih mudah untuk

me-nyajikannya dalam bentuk membedakan, mencari hubungan, atau

meramalkan-nya. Dalam penelitian ini menggunakan uji chi-kuadrat.

Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:

H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal.

Uji ini menggunakan uji chi-kuadrat:

∑ Keterangan:

= frekuensi hasil pengamatan = frekuensi yang diharapkan.

Kriteria uji : terima H0 jika dengan taraf nyata 5%. Jika


(40)

meng-25

gunakan uji-z. Sudjana (2005: 293). Untuk perhitungan selengkapnya dapat

dilihat pada Lampiran C.3(Hal 120).

b. Uji Hipotesis

Setelah diketahui data pemecahan masalah matematis siswa berdistribusi normal

dilakukan uji proporsi. Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah sebagai berikut.

H0 :

= 0,60 (persentase siswa tuntas belajar = 60%)

H1 :

> 0,60 (persentase siswa tuntas belajar > 60%)

Statistik yang digunakan dalam uji ini adalah:

Keterangan:

x = banyaknya siswa tuntas belajar n = jumlah sampel

0,60 = proporsi siswa tuntas belajar yang diharapkan

Kriteria uji: tolak H0 jika zhitungz0,5 dengan taraf nyata 5%. Harga z0,5


(41)

31

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan bahwa model

guided discovery learning tidak efektif ditinjau dari pemecahan masalah matematis siswa kelas VIII SMP Al-Kautsar Bandar Lampung Tahun Pelajaran

2014/2015. Hal ini menunjukkan bahwa persentase siswa dengan kemampuan

pemecahan masalah matematis baik tidak lebih dari 60%.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian di atas dapat dikemukakan saran sebagai

berikut:

1. Model guided discovery learning dapat digunakkan sebagai pembelajaran matematika untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah matematika,

namun dalam penggunaanya harus diimbangi dengan perencanaan yang

matang, pengelolaan kelas yang baik, dan pengelolaan waktu yang tepat agar

suasana belajar semakin kondusif sehingga dapat meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa untuk mencapai persentase ketuntasan


(42)

32

2. Diharapkan skripsi ini menjadikan bahan referensi penelitian lanjut atau

penelitian serupa sebagai pengembangan dari penelitian ini dengan


(43)

DAFTAR PUSTAKA

Apriyadi. 2014. Efektivitas Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatan Kemampuan Refresentasi dan Pemecahan Masalah Matematis siswa SMA.(Online). Tersedia : journal.student.uny.ac.id/jurnal/artikel/7778/43/817 (diakses pada 28 Agustus 2015).

Arifin. 2010. Meningkat Pemahaman Konsep Menghitung Volume Kubus dan Balok Melalui Representasi Enaktif, Ikonik, dan Simbolit Pada Siswa Kelas V A SD Negeri 8 Mandonga Kota Kendari. (Online) Tersedia:http://arifin-penelitian.blogspot.com/2010/05/meningkatkan-pemahaman-konsep.html (Diakses 17 Oktober 2014).

Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: UNS Press.

Erman, Suherman. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: FMIPA UPI.

Eggen, Paul & Don Kauchak. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Jakarta: PT Indeks.

Firmansyah, M. 2010. Pengaruh Iringan Musik dalam Penyelesaian Soal Matematika terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Siswa SMP Negeri 6 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Fitria. (2014). Keefektifan Metode Guided Discovery Learning Bernuansa Multiple Intelligences untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Pada Materi Prisma dan Limas Kelas VIII.(Online). Tersedia : digilib.unimus.ac.id/download.php?id=17362 (diakses pada 28 Agustus 2015).

Guza, Afnil. 2008. Undang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Guru dan Dosen. Jakarta: Asa Mandiri.

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

_____________. 2005. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bumi Aksara. Jakarta.


(44)

34

Hanafiah, Nanang, dan Cucu Sahana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Refika Aditama. Bandung.

Hudojo, Herman. 2003. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: JICA.

Markaban. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing. Yogyakarta: PPPG Matematika.

Mullis, Martin, Foy, P., dan Arora, A. 2012. TIMSS 2011 International Results in Mathematics. Tersedia: http://timssandpirls.bc.edu.(diakses 12 Desember 2014)

Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nana, Sudjana. 2002. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo

National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston, USA: NCTM, Inc.

Nasution. 1997. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bumi aksara.

Nurhanurawati. 2011. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Aktivitas dan Motivasi Belajar Matematika Siswa. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan MIPA. Halaman 153-161. Bandar Lampung: Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung. [Online] http://semnaspendmipa. files.wordpress.com (diakses 2 Juni 2015)

Polya, George. 1985. How To Solve It 2nd ed. New Jersey : Princeton University Press

Siswono, Tatag Y. E. 2008. Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. Surabaya: Unesa University Press.

Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sutikno, M. Sobry. 2005. Pembelajaran Efektif. NTP Pres: Mataram.

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung.

Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Rineka Cipta. Jakarta.


(45)

35

Sutaji. 2011. Struktur Dan Nilai Pendidikan Drama Tradisional Besutan dan Model Bahan Pembelajaran Sastra Di Madrasah Aliyah Negeri Jombang.bandung. Universitas Pendidikan Indonesia

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana : Surabaya.


(1)

25 gunakan uji-z. Sudjana (2005: 293). Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.3(Hal 120).

b. Uji Hipotesis

Setelah diketahui data pemecahan masalah matematis siswa berdistribusi normal dilakukan uji proporsi. Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah sebagai berikut. H0 :

= 0,60 (persentase siswa tuntas belajar = 60%)

H1 :

> 0,60 (persentase siswa tuntas belajar > 60%)

Statistik yang digunakan dalam uji ini adalah:

Keterangan:

x = banyaknya siswa tuntas belajar

n = jumlah sampel

0,60 = proporsi siswa tuntas belajar yang diharapkan

Kriteria uji: tolak H0 jika zhitungz0,5 dengan taraf nyata 5%. Harga z0,5


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan bahwa model

guided discovery learning tidak efektif ditinjau dari pemecahan masalah

matematis siswa kelas VIII SMP Al-Kautsar Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015. Hal ini menunjukkan bahwa persentase siswa dengan kemampuan pemecahan masalah matematis baik tidak lebih dari 60%.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian di atas dapat dikemukakan saran sebagai berikut:

1. Model guided discovery learning dapat digunakkan sebagai pembelajaran matematika untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah matematika, namun dalam penggunaanya harus diimbangi dengan perencanaan yang matang, pengelolaan kelas yang baik, dan pengelolaan waktu yang tepat agar suasana belajar semakin kondusif sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa untuk mencapai persentase ketuntasan yang ditargetkan.


(3)

32 2. Diharapkan skripsi ini menjadikan bahan referensi penelitian lanjut atau penelitian serupa sebagai pengembangan dari penelitian ini dengan menggunakan model guided discovery learning.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Apriyadi. 2014. Efektivitas Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatan Kemampuan Refresentasi dan Pemecahan

Masalah Matematis siswa SMA.(Online). Tersedia :

journal.student.uny.ac.id/jurnal/artikel/7778/43/817 (diakses pada 28 Agustus 2015).

Arifin. 2010. Meningkat Pemahaman Konsep Menghitung Volume Kubus dan Balok Melalui Representasi Enaktif, Ikonik, dan Simbolit Pada Siswa Kelas V

A SD Negeri 8 Mandonga Kota Kendari. (Online)

Tersedia:http://arifin-penelitian.blogspot.com/2010/05/meningkatkan-pemahaman-konsep.html (Diakses 17 Oktober 2014).

Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: UNS Press.

Erman, Suherman. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: FMIPA UPI.

Eggen, Paul & Don Kauchak. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Jakarta: PT Indeks.

Firmansyah, M. 2010. Pengaruh Iringan Musik dalam Penyelesaian Soal Matematika terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Siswa SMP

Negeri 6 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi. Bandar

Lampung: Universitas Lampung.

Fitria. (2014). Keefektifan Metode Guided Discovery Learning Bernuansa Multiple Intelligences untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis Siswa Pada Materi Prisma dan Limas Kelas VIII.(Online).

Tersedia : digilib.unimus.ac.id/download.php?id=17362 (diakses pada 28 Agustus 2015).

Guza, Afnil. 2008. Undang Sistem Pendidikan Nasional dan

Undang-Undang Guru dan Dosen. Jakarta: Asa Mandiri.

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

_____________. 2005. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan


(5)

34 Hanafiah, Nanang, dan Cucu Sahana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran.

Refika Aditama. Bandung.

Hudojo, Herman. 2003. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran

Matematika. Malang: JICA.

Markaban. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan

Penemuan Terbimbing. Yogyakarta: PPPG Matematika.

Mullis, Martin, Foy, P., dan Arora, A. 2012. TIMSS 2011 International Results in

Mathematics. Tersedia: http://timssandpirls.bc.edu.(diakses 12 Desember

2014)

Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nana, Sudjana. 2002. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo

National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). 2000. Principles and

Standards for School Mathematics. Reston, USA: NCTM, Inc.

Nasution. 1997. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bumi aksara.

Nurhanurawati. 2011. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Aktivitas dan Motivasi Belajar Matematika Siswa. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan MIPA. Halaman 153-161. Bandar Lampung: Jurusan

PMIPA FKIP Universitas Lampung. [Online] http://semnaspendmipa.

files.wordpress.com (diakses 2 Juni 2015)

Polya, George. 1985. How To Solve It 2nd ed. New Jersey : Princeton University Press

Siswono, Tatag Y. E. 2008. Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan

Berpikir Kreatif. Surabaya: Unesa University Press.

Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sutikno, M. Sobry. 2005. Pembelajaran Efektif. NTP Pres: Mataram.

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung.

Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Rineka Cipta. Jakarta.


(6)

Sutaji. 2011. Struktur Dan Nilai Pendidikan Drama Tradisional Besutan dan Model Bahan Pembelajaran Sastra Di Madrasah Aliyah Negeri

Jombang.bandung. Universitas Pendidikan Indonesia

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana : Surabaya.


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada kelas VIII SMPN 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun 2011/2012)

0 6 61

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Bandar Lampung T.P. 2012/2013)

0 12 15

JUDUL INDONESIA : PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013-2014)

1 8 48

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013-2014)

0 12 51

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

3 23 60

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING DITINJAU DARI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Al-Kautsar Bandar Lampung T.P.2014/2015)

2 7 45

EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014-2015)

1 13 58

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Padang Cermin Semester Genap Tahun Pelajaran 2014-2015)

1 5 58

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

6 42 56

EKSPERIMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING DAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DITINJAU DARI SELF EFFICACY SISWA

2 3 7