BAB 1 PENDAHULUAN
Perkembangan bahan restorasi kedokteran gigi resin komposit dimulai dari akhir 1950 dan awal 1960, ketika Bowen memulai percobaan untuk memperkuat
resin efoksi dengan partikel bahan pengisi. Kelemahan sistem resin efoksi yakni lamanya pengerasan, tingginya pengerutan dan kecenderungan berubah warna
sehingga mendorong Bowen mengkombinasikan keunggulan efoksi dan akrilat. Percobaan ini menghasilkan pengembangan molekul bisfenol A-glisidil metakrilat
bis-GMA. Dengan penemuan ini, bahan komposit menjadi pengganti semen silikat dan resin akrilat untuk restorasi estetik gigi anterior.
Bisfenol A-glisidil metakrilat bis-GMA merupakan resin dimetakrilat, dan penggunaan silane yang dapat berikatan kimia dengan resin untuk melapisi bahan
pengisi. Bis-GMA memiliki berat molekul yang lebih tinggi daripada metil metakrilat, kepadatan gugus metakrilat berikatan ganda adalah lebih rendah dalam
monomer bis-GMA, suatu faktor yang mempengaruhi polimerisasi. Penggunaan dimetakrilat juga menyebabkan bertambahnya ikatan silang dan perbaikan sifat
polimer.
1,2,3
Polimerisasi merupakan suatu mekanisme pengerasan pada bahan komposit. Polimerisasi terjadi melalui serangkaian reaksi kimia dimana molekul makro, atau
polimer dibentuk dari sejumlah molekul-molekul yang dikenal sebagai monomer. Polimerisasi pada bahan tambalan resin komposit disebut juga polimerisasi tambahan,
1,2
Universitas Sumatera Utara
karena harus memiliki radikal bebas untuk memulai proses aktivasinya. Berdasarkan sistem aktivasi, resin komposit diaktivasi secara kimia dan sinar tampak.
Sistem adhesive bahan restorasi resin komposit diperoleh melalui mekanisme mekanis. Hal tersebut dikarenakan bahan restorasi resin komposit tidak dapat
berikatan secara langsung pada permukaan gigi. Sistem tersebut dinamakan teknik etching-bonding. Asam yang terdapat pada bahan etching-bonding akan
menghasilkan pori-pori pada permukaan gigi sebagai tempat mengalirnya resin komposit bila ditempatkan kedalam kavitas. Setelah resin komposit mengeras,
rembesan tersebut memberikan retensi mekanis pada restorasi.
1,2,4
Pengerutan sewaktu proses polimerisasi dan sistem adhesive yang tidak sempurna menjadi masalah yang sangat berarti, yang dapat menyebabkan terjadinya
microleakage pada restorasi. Penetrasi oleh mikroorganisme melalui microleakage di sekitar restorasi dan di bawahnya, adalah ancaman yang lebih besar terhadap pulpa
dibandingkan sifat toksik dari bahan restorasi. Selain itu hal tersebut juga dapat memperparah kondisi jaringan gigi dan bahan tambalan, seperti karies skunder dan
lepasnya bahan tambalan.
1
Pada tulisan ini penulis akan menguraikan mekanisme terdinya microleakage pada restorasi resin komposit. Etiologi microleakage pada restorasi resin komposit.
Serta pengaruh yang ditumbulkan oleh microleakage tersebut, dan bagaimana langkah-langkah penanggulangannya.
1,3,5
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 BAHAN RESTORASI RESIN KOMPOSIT