Defenisi Operasional METODOLOGI PENELITIAN

14 Q 1 = 1 – P 1 = 0,15 P 2 = Proporsi periodontitis pada ibu yang melahirkan bayi normal = 0,4 Q 2 = 1 – P 2 = 0,6 Q = 1 – P = 0,375  20 3.4 Alat dan Bahan Penelitian 3.4.1 Alat Penelitian 1. Prob periodontal UNC-15 Kohler, Germany 2. Kaca mulut merk Crown-G 3. Pinset merk Franzy 4. Sonde merk Smic 5. Senter

3.4.2 Bahan Penelitian

1. Handscoon disposable 2. Masker 3. Kapas 4. Alkohol 70 5. Povidon iodine

3.5 Defenisi Operasional

15 a. Bayi prematur berberat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram dan lahir sebelum 37 minggu usia kehamilan. b. Periodontitis adalah keadaan dimana terdapat saku periodontal dan adanya kehilangan level perlekatan klinis. c. Kedalaman saku adalah jarak yang diukur dari dasar saku ke krista gingiva bebas. Pengukuran terhadap kedalaman saku dilakukan dengan mengambil nilai rata-rata dari tiap gigi dan dimasukkan di dalam kriteria kedalaman saku sesuai tabel 1. Tabel 1 . KRITERIA KEDALAMAN SAKU Kriteria Kedalaman Saku Kisaran Skor Ringan Sedang Berat 1-3 mm 4-5 mm ≥ 5 mm d. Level perlekatan adalah jarak yang diukur dari dasar saku ke batas sementum enamel. 3.6 Prosedur Penelitian Penelitian dilakukan terhadap ibu yang melahirkan bayi prematur berberat badan lahir rendah dan ibu yang melahirkan bayi normal di RSU H.Adam Malik, RSU Pirngadi, RS Haji, Klinik Bersalin Tri Putri, dan Klinik Bersalin Yakin Sehat. Skema alur penelitian Mencari sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi Meminta kesediaan sampel untuk mengikuti penelitian d b ik l b t j 16 Pemeriksaan intraoral terhadap kedua kelompok dilakukan dengan menggunakan kaca mulut dan prob periodontal. Pemeriksaan intraoral meliputi:

1. Kedalaman saku

Kedalaman saku adalah jarak yang diukur dari dasar saku ke krista gingiva bebas. Untuk mengukur kedalaman saku digunakan prob periodontal. Cara probing untuk pemeriksaan saku adalah: Selipkan prob ke dalam saku sedapat mungkin sejajar dengan poros panjang gigi dengan tetap menjaga prob berkontak dengan permukaan gigi sampai dirasakan ada tahanan. Bila terasa ada tahanan, kedalaman 17 saku yang terukur dibaca pada kalibrasi prob seberapa milimeter yang masuk ke dalam saku. Probing dilakukan pada enam gigi Ramfjord yaitu gigi 21, 24, 36, 41, 44, dan 16. Probing dilakukan mulai dari interproksimal distal dan mesial gigi pada permukaan vestibular dicatat sebagai saku mesial, kemudian dilanjutkan pada sebelah interproksimal distal dan mesial permukaan oral dicatat sebagai saku distal, setelah itu dilakukan pada bagian tengah gigi pada permukaan vestibular dan oral dicatat sebagai saku bukal. Kedalaman saku yang diambil adalah saku yang paling dalam.

2. Kehilangan Perlekatan Klinis

Level perlekatan adalah jarak yang diukur dari dasar saku ke batas sementum enamel. Cara pengukuran level perlekatan adalah tergantung pada level krista gingiva bebas: 18 1. Apabila krista gingiva bebas KGB setentang dengan batas sementum enamel BSE, maka level perlekatan adalah sama dengan kedalaman saku. 2. Apabila BSE tersingkap karena KGB migrasi ke apikal, maka perlekatan didapat dengan mengukur jarak dari dasar saku ke BSE. 3. Apabila KGB berada koronal dari BSE, maka pertama-tama diukur adalah kedalaman saku. Besarnya level perlekatan adalah kedalaman saku dikurang dengan jarak dari KGB ke BSE. 18 Pengukuran terhadap kehilangan level perlekatan dilakukan dengan mengambil nilai rata-rata dari tiap gigi dan dimasukkan di dalam kriteri Kehilangan Level Perlekatan Klinis sesuai tabel 2. Tabel 2 . KRITERIA KEHILANGAN PERLEKATAN KLINIS 18 Kriteria kehilangan perlekatan klinis Rentangan skor Kehilangan perlekatan ringan Kehilangan perlekatan sedang Kehilangan perlekatan parah 1-2 mm 3-4 mm ≥ 5 mm

3.7 Analisis data