Hubungan Antara Periodontitis Dengan Kelahiran Bayi Prematur Berberat Badan Lahir Rendah Ditinjau Dari Aspek Destruksi Periodontal

(1)

iii

HUBUNGAN ANTARA PERIODONTITIS DENGAN

KELAHIRAN BAYI PREMATUR BERBERAT BADAN

LAHIR RENDAH DITINJAU DARI ASPEK DESTRUKSI

PERIODONTAL

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

KHAIRIYAH ULFAH NIM : 070600041

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Sripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 28 Januari 2011

Pembimbing : Tanda tangan

Irma Ervina, drg.,Sp.Perio(K) ………...


(3)

v

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 28 Januari 2011

TIM PENGUJI

KETUA : Irma Ervina, drg.,Sp.Perio(K) ………...

ANGGOTA : 1. Irmansyah R.,drg.,Ph.D ………...

2. Pitu Wulandari, drg.,S.Psi.,Sp.Perio ………...

Mengetahui: KETUA DEPARTEMEN

Irmansyah R., drg., Ph.D ………...


(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan kekuatan dan kemudahan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Rasa terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada kedua orang tua tersayang Ibunda Ernawati dan Ayahanda Muhammad Nasir yang senantiasa menyayangi, mendoakan, dan mendukung penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis juga mengucapkan rasa terima kasih kepada abang dan adik tersayang Arif Affan, Tarmizi Mukhlis, dan Fajar Fakhri atas perhatian dan dukungannya.

Dalam penulisan skripsi ini penulis juga banyak mendapat bimbingan, motivasi, saran-saran serta bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Prof.H.Nazruddin,drg.,C.Ort.,Sp.Ort.,Ph.D selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Irmansyah,drg.,Ph.D selaku Ketua Depatermen Periodonsia Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

3. Irma Ervina,drg.,Sp.Perio(K) selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, motivasi, nasehat, dan semangat selama penulisan skripsi ini.


(5)

v

4. Prof.Haslinda Z Tamin,drg.,M.Kes.,Sp.Pros(K) selaku dosen pembimbing

akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Periodonsia Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Seluruh staf pengajar di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera

Utara yang telah mendidik, membimbing, dan membantu selama menuntun ilmu di masa pendidikan.

7. Drs. Abdul Jalil A.A.,M.Kes selaku Pembantu Dekan III Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran serta bimbingan dalam melakukan analisis statistik hasil penelitian.

8. Dr. Irsan N.H.N Lubis Sp.S selaku Kepala Bidang Penelitian dan

Pengembangan RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan serta Kepala SMF Obgyn RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan yang telah memberikan izin dan membantu penulis selama melakukan penelitian di RSUD Dr Pirngadi Kota Medan.

9. Dr. Yulinda Elvi Nasution selaku Kepala Bidang Pendidikan dan

Penelitian RS. Haji Medan yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

10. Drs. Palas tarigan, Apt selaku Kepala Instalasi Litbang RSUP. H. Adam

Malik Medan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di RSUP. H. Adam Malik Medan.


(6)

vi

11. Pimpinan dan seluruh pegawai di Klinik Bersalin Tri Putri Lubuk Pakam

dan Klinik Bersalin Yakin Sehat Kuala Tanjung yang telah memberikan izin dan membantu penulis selama melakukan penelitian.

12. Prof. Dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD., Sp.JP(K) selaku Ketua Komite Etik

Penelitian Bidang Kesehatan yang telah menerbitkan Ethical Clearance sebagai syarat untuk melakukan penelitian sehingga penelitian ini dapat terlaksana.

13. Semua Ibu yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi

sampel dalam penelitian ini.

14. Teman-teman seperjuangan di Departemen Periodonsia, Ade, Iwa,

Shadia, Ulipe, Ayu, Lavania, Ona dan Nuria yang telah saling mendukung, membantu, dan memberi motivasi selama penulisan skripsi dilakukan. Sahabat-sahabat tersayang Ika, Resti, Dian, Mitha, Muchlis, Kak Wulan yang telah banyak membantu dan senantiasa memberikan semangat serta kasih sayang kepada penulis dan juga kepada teman-teman angkatan 2007 yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu.

15. Arbi Fadhilah atas bantuan, motivasi serta kasih sayang yang selama ini diberikan kepada penulis.


(7)

vii

Akhirnya penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi pengembangan disiplin ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi, khususnya Departemen Periodonsia.

Medan, 28 Januari 2011

Penulis

( Khairiyah Ulfah )


(8)

viii DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Bayi Prematur Berberat Badan Lahir Rendah ... 4

2.2 Faktor Risiko Kelahiran Bayi Prematur Berberat Badan Lahir Rendah ... 5

2.3 Mekanisme Periodontitis Sebagai Faktor yang Mempengaruhi Kelahiran Bayi Prematur Berberat Badan Lahir Rendah ... 8

2.4 Kerangka Teori ... 10

2.5 Kerangka Konsep ... 11

2.6 Hipotesis ... 11

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 12

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 12


(9)

ix

3.2.2 Waktu ... 12

3.3 Populasi, Sampel dan Besar Sampel ... 12

3.3.1 Populasi ... 12

3.3.2 Sampel ... 13

3.3.3 Besar Sampel ... 13

3.4 Alat dan Bahan Penelitian ... 14

3.4.1 Alat Penelitian ... 14

3.4.2 Bahan Penelitian ... 14

3.5 Defenisi Operasional ... 15

3.6 Prosedur Penelitian ... 15

3.7 Analisis Data ... 18

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 19

4.1 Data Demografis Sampel Penelitian ... 19

4.2 Kondisi Periodonsium ... 22

4.2 Kedalaman Saku ... 23

4.3 Kehilangan Perlekatan Klinis ... 23

BAB 5 PEMBAHASAN ... 26

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 28

DAFTAR RUJUKAN ... 30 LAMPIRAN


(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1 Kriteria kedalaman saku ... 15 2 Kriteria Kehilangan Perlekatan Klinis ... 18

3 Data demografis ibu yang melahirkan bayi prematur BBLR dan ibu yang

melahirkan bayi normal berdasarkan usia ... 19

4 Data demografis ibu yang melahirkan bayi prematur BBLR dan ibu yang

melahirkan bayi normal berdasarkan tingkat pendidikan ... 20 5 Data demografis berat badan lahir bayi prematur BBLR dan bayi normal . 21 6 Data demografis jenis kelamin bayi prematur BBLR dan bayi normal ... 21 7 Data demografis ibu yang melahirkan bayi prematur BBLR dan ibu yang

melahirkan bayi normal berdasarkan usia kehamilan ... 22

8 Kondisi periodonsium ibu yang melahirkan bayi prematur BBLR dan ibu

yang melahirkan bayi normal ... 22

9 Distribusi kedalaman saku ibu yang melahirkan bayi prematur BBLR dan

ibu yang melahirkan bayi normal ... 23 10 Rerata kedalaman saku pada ibu yang melahirkan bayi prematur BBLR dan

ibu yang melahirkan bayi normal ... 23 11 Distribusi kehilangan perlekatan klinis ibu yang melahirkan bayi prematur

BBLR dan ibu yang melahirkan bayi normal ... 24 12 Rerata kehilangan perlekatan klinis ibu yang melahirkan bayi prematur BBLR


(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1 Kategori usia kehamilan pada saat kelahiran dalam hitungan minggu ... 5 2 Model biologis dari penyakit periodontal dan bayi prematur BBLR ... 9


(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Surat izin penelitian ... 33

2 Surat keterangan telah melaksanakan penelitan ... 38

3 Persetujuan Komisi Etik ... 41

3 Hasil analisis statistik ... 42


(13)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Periodonsia Tahun 2011

Khairiyah Ulfah

Hubungan Antara Periodontitis dengan Kelahiran Bayi Prematur Berberat Badan Rendah Ditinjau dari Aspek Destruksi Periodontal

xii+32 halaman

Kelahiran bayi prematur berberat badan lahir rendah merupakan masalah kesehatan masyarakat baik di negara maju maupun negara berkembang. Kejadian bayi berat badan lahir rendah di Indonesia tahun 2003 sebesar 90 per 1000 kelahiran. Kelahiran prematur ini meningkatkan risiko angka kematian dan kesakitan bayi, yang mencakup ketidakmampuan perkembangan saraf, kelemahan kognitif, masalah pernafasan, anomali kongenital dan gangguan tingkah laku. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara periodontitis dengan kelahiran bayi prematur BBLR khususnya ditinjau dari aspek destruksi periodontal dan perbedaan tingkat destruksi periodontal antara ibu yang melahirkan bayi prematur BBLR dengan ibu yang melahirkan bayi normal.

Penelitian dilakukan secara observasional dengan pendekatan Cross Sectional. Sampel dalam penelitian ini diambil dari Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Rumah Sakit Umum dr.Pirngadi, Rumah Sakit Umum Haji, Klinik Bersalin Tri Putri, dan Klinik Bersalin Yakin Sehat dengan total sampel 45 orang, terdiri dari ibu yang melahirkan bayi prematur BBLR dan ibu yang melahirkan bayi normal. Pemeriksaan


(14)

ii

gigi meliputi kedalaman saku dan kehilangan perlekatan klinis dengan menggunakan prob dan kaca mulut dengan pencahayaan senter.

Tidak ada hubungan antara periodontitis dengan kelahiran bayi prematur BBLR dan terdapat perbedaan tingkat destruksi periodontal antara ibu yang melahirkan bayi prematur BBLR dan ibu yang melahirkan bayi normal. Rata-rata kedalaman saku ibu yang melahirkan bayi prematur BBLR lebih tinggi daripada ibu yang melahirkan bayi normal, namun perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik. Sedangkan rata-rata kehilangan perlekatan klinis ibu yang melahirkan bayi prematur BBLR lebih tinggi daripada ibu yang melahirkan bayi normal dan perbedaan tersebut bermakna secara statistik.

Periodontitis pada ibu hamil merupakan salah satu faktor risiko kelahiran bayi prematur BBLR. Program kebersihan rongga mulut serta penyuluhan pada ibu hamil dapat membantu menjaga kesehatan rongga mulut selama kehamilan dan mencegah timbul serta berkembangnya penyakit periodontal. Dokter gigi juga dapat melakukan kerjasama dengan dokter ahli kandungan, sehingga dokter ahli kandungan dapat memberikan nasehat serta motivasi kepada ibu hamil untuk menjaga kesehatan rongga mulutnya. Dengan ini, ibu hamil lebih termotivasi untuk menjaga kesehatan gigi dan mulutnya sehingga bayi yang akan dilahirkan dapat terhindar dari risiko kelahiran bayi prematur BBLR.


(15)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kelahiran bayi prematur berberat badan lahir rendah atau prematur BBLR merupakan masalah kesehatan masyarakat utama baik di negara maju maupun negara

berkembang.1 Kejadian bayi berat badan lahir rendah di Indonesia tahun 2003

sebesar 90 per 1000 kelahiran.2 Kelahiran prematur ini meningkatkan risiko angka kematian dan angka kesakitan bayi, yang mencakup ketidakmampuan perkembangan saraf, kelemahan kognitif, masalah pernafasan, anomali kongenital dan gangguan tingkah laku.1,3 Di Indonesia tahun 2001 kematian neonatal 47% dari angka kematian bayi dan 29% dari kematian neonatal disebabkan oleh bayi berat lahir rendah.4 Angka kematian dan kesakitan ini juga telah meningkat di seluruh dunia, mencapai 12% Amerika Serikat dan 5-10% di negara-negara Eropa.5

Menurut World Health Organization (WHO), kelahiran prematur diartikan sebagai kelahiran sebelum 37 minggu usia kehamilan dihitung dari hari pertama siklus menstruasi terakhir. Sedangkan bayi berat lahir rendah adalah bayi dengan berat lahir kurang dari atau sama dengan 2500 gram.6

Beberapa faktor risiko yang dihubungkan dengan bayi prematur BBLR mencakup usia ibu hamil yang kurang dari 17 tahun atau lebih dari 34 tahun, campuran Afrika-Amerika (etnis), status sosial ekonomi yang rendah, perawatan prenatal tidak adekuat, pemakai obat-obatan, pemakai alkohol dan tembakau, hipertensi, diabetes, kehamilan anak kembar, status nutrisi, stress dan infeksi.1,7


(16)

2

Selain itu, adanya peningkatan bukti yang menyatakan bahwa proses infeksi yang terjadi dimanapun dalam tubuh dapat menyebabkan kelahiran prematur. Penyakit periodontal merupakan salah satu contoh infeksi.3

Penelitian yang dilakukan oleh Lopez dkk menunjukkan penyakit periodontal

berhubungan dengan kelahiran prematur BBLR.8 Penelitian yang dilakukan oleh

Jeffcoat dkk juga menunjukkan penyakit periodontal dapat meningkatkan risiko kelahiran bayi prematur.9 Penelitian Dwi Retnoningrum yang dilakukan di RS. DR. Kariadi Semarang diperoleh bahwa ibu dengan periodontitis mempunyai risiko 8,75 kali mengalami kelahiran bayi prematur BBLR daripada ibu dengan rongga mulut

yang sehat.2 Sebaliknya, penelitian Davenport,dkk melaporkan tidak adanya

hubungan antara periodontitis dengan kelahiran bayi prematur berberat badan lahir rendah.7

Atas dasar tersebut penulis merasa perlu untuk meninjau lebih lanjut hubungan penyakit periodontal pada ibu dengan kelahiran bayi prematur BBLR, khususnya ditinjau dari aspek destruksi periodontal.

1.2 RumusanMasalah

Berdasarkan uraian di atas, maka timbul permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat hubungan antara periodontitis dengan kelahiran bayi prematur berberat badan lahir rendah ditinjau dari aspek destruksi periodontal?

2. Apakah terdapat perbedaan antara status destruksi periodontal ibu yang melahirkan bayi prematur berberat badan lahir rendah dengan ibu yang melahirkan bayi normal?


(17)

3 1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui hubungan antara periodontitis dengan kelahiran bayi prematur BBLR ditinjau dari aspek destruksi periodontal

2. Mengetahui perbedaan antara status destruksi periodontal ibu yang melahirkan bayi prematur BBLR dengan ibu yang melahirkan bayi normal

1.4 Manfaat Penelitian

1. Agar diketahui ada tidaknya hubungan antara periodontitis dengan kelahiran bayi prematur BBLR khususnya ditinjau dari aspek destruksi periodontal.

2. Meningkatkan kesadaran para ibu hamil agar selalu menjaga kesehatan gigi dan mulutnya sehingga terhindar dari risiko bayi prematur BBLR.

3. Meningkatkan peran dokter gigi dalam memberikan edukasi maupun perawatan untuk memperbaiki taraf kesehatan gigi masyarakat, khususnya ibu hamil.

4. Meningkatkan kerjasama dengan dokter ahli kandungan untuk memberikan nasehat serta motivasi kepada ibu hamil agar menjaga kesehatan rongga mulutnya.


(18)

4 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Kelahiran bayi prematur BBLR merupakan salah satu masalah kesehatan utama dalam masyarakat dan merupakan penyebab utama kematian neonatal serta gangguan perkembangan saraf dalam jangka panjang. Penelitian epidemiologi dan mikrobiologi-imunologi akhir-akhir ini telah mengatakan bahwa penyakit periodontal dapat menjadi faktor risiko untuk terjadinya kelahiran bayi prematur BBLR. Mekanismenya mencakup perpindahan patogen periodontal ke jaringan plasenta serta aksi dari lipopolisakarida dan mediator inflamasi.10

2.1Defenisi Bayi Prematur Berberat Badan Lahir Rendah

Usia kehamilan normal bagi manusia adalah 40 minggu.11 Menurut World

Health Organization (WHO), usia kehamilan pada bayi yang baru lahir dikategorikan menjadi prematur, normal, dan lebih bulan. Kelahiran prematur terjadi sebelum 37 minggu usia kehamilan dan bisa dibagi dalam moderate premature atau prematur sedang, very premature atau sangat prematur ,dan extremely premature atau amat sangat prematur.12 Usia kehamilan ini dihitung dari hari pertama setelah siklus menstruasi terakhir.6

Prematuritas ini juga dibedakan dalam dua kelompok: 13

1. Prematuritas murni. Merupakan bayi yang lahir dengan berat badan sesuai dengan masa kehamilan, seperti masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat badan 1800-2000 gram.


(19)

5

2. Bayi dismatur/ small for gestational age. Merupakan bayi dengan berat badan lahir tidak sesuai dengan masa kehamilan, seperti bayi lahir setelah sembilan bulan dengan berat badan tidak mencapai 2500 gram.

Prematur Normal Lebih Bulan

≤ 36 minggu 37-41 minggu ≥ 42 minggu

Amat sangat prematur ≤ 27 minggu

Sangat prematur 28-31 minggu

Prematur sedang 32-36 minggu

Gambar 1. Kategori usia kehamilan pada saat kelahiran dalam hitungan minggu12

Bayi Berat Lahir Rendah atau Low Birth Weight (LBW) adalah berat lahir kurang dari atau sama dengan 2500 gram. Very Low Birth Weight (VLBW) adalah berat bayi lahir kurang dari 1500 gram dan Extremely Low Birth Weght (ELBW) adalah berat bayi lahir kurang dari 1000 gram.6

Kelahiran bayi prematur berberat badan lahir rendah atau prematur BBLR adalah kelahiran bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram dan lahir sebelum 37 minggu usia kehamilan.1

2.2 Faktor Risiko Kelahiran Bayi Prematur Berberat Badan Lahir Rendah

Berbagai faktor telah dikaitkan dengan kelahiran bayi prematur BBLR.14

Kurang lebih 25% dari kelahiran bayi prematur berberat badan lahir rendah terjadi tanpa adanya faktor risiko, yang menunjukkan pemahaman terbatas mengenai


(20)

6

penyebab dan patofisiologi dari masalah tersebut. Walaupun upaya telah dilakukan untuk mengurangi dampak dari faktor risiko melalui perawatan sebelum kelahiran, insidens dari kelahiran bayi prematur BBLR belum berkurang secara signifikan selama dekade terakhir.10

Sebagian besar kelahiran prematur terjadi tanpa diketahui penyebabnya, namun faktor risiko utama yang dikaitkan dengan prematur BBLR adalah:6

1. Faktor Demografik

Ras telah dipelajari secara luas sebagai faktor risiko selama beberapa tahun. Wanita berkulit hitam mengalami rasio kelahiran prematur dua kali lebih banyak dari wanita berkulit putih dan dihitung untuk hampir sepertiga dari seluruh bayi prematur. Selain itu, usia ibu hamil yang kurang dari 17 tahun atau lebih dari 34 tahun serta status soal ekonomi yang rendah.1,6,8

2. Faktor Tingkah Laku

Nutrisi kehamilan yang buruk meningkatkan risiko kelahiran bayi prematur BBLR. Perokok dan penyalahgunaan obat-obatan berperan penting dan kemungkinan menghasilkan vasokontriksi dari uteroplasenta yang mendorong peningkatan rasio kelahiran tiba-tiba. Perawatan prenatal yang inadekuat juga sering dihubungkan dengan kelahiran prematur.1,6,8

3. Kondisi Medis Kehamilan

Sejarah kelahiran prematur pada kehamilan sebelumnya atau komplikasi perinatal menempatkan wanita pada risiko yang lebih tinggi untuk kelahiran prematur. Faktanya, kelahiran prematur pada anak pertama merupakan ramalan terbaik bagi kelahiran prematur berikutnya.6


(21)

7

Komplikasi kehamilan lain mencakup kelainan uterin dan servikal, trauma, perdarahan vagina, polyhydramnios, ruptur prematur dari membran, dan chorioamnionitis. Penyakit kehamilan akut ataupun kronis seperti infeksi saluran kemih, hipertensi , preeclampsia, dan diabetes juga merupakan faktor risiko.6

4. Faktor Janin

Kehamilan kembar, infeksi kronis janin (seperti infeksi TORCH yaitu toxoplasmosis, rubella, and cytomegalovirus),dan anomali kromosom dan kongenital merupakan faktor risiko.6

5. Polusi Udara

Paparan polusi udara seperti zat-zat ozon, karbon monoksida,dan nitrat dioksida, telah dilaporkan dalam beberapa penelitian meningkatkan risiko kelahiran prematur dalam dosis tertentu.12

6. Infeksi

Infeksi bakteri vaginosis dan intraurin merupakan faktor risiko umum dari kelahiran prematur. Bakteri vaginosis dapat meningkatkan faktor risiko kelahiran sangat prematur sebanyak dua kali lipat, dan infeksi intraurin berhubungan dengan risiko yang lebih tinggi. Infeksi yang terlokalisasi pada organ lain selain saluran reproduksi juga penting, salah satunya infeksi periodontal yang memiliki risiko lebih dari dua kali lipat untuk kelahiran prematur.12


(22)

8

2.3 Mekanisme Periodontitis sebagai Faktor yang Mempengaruhi Kelahiran Bayi Prematur Berberat Badan Lahir Rendah

Penyakit periodontal adalah kelompok penyakit infeksi yang disebabkan oleh beberapa bakteri terutama oleh bakteri gram-negatif, anaerobik, dan mikrofilik yang berkolonisasi pada daerah subgingiva.8

Dari berbagai hasil penelitian ditemukan empat bakteri yang berhubungan dengan pematangan plak dan periodontitis progresif, yaitu Bacterioides forsythus, Porphyromonas gingivalis, Actinobacillus actinomycetemcomitans,dan Treponema denticola. Bakteri-bakteri tersebut ditemukan lebih banyak jumlahnya pada perempuan yang melahirkan bayi prematur BBLR dibandingkan dengan perempuan yang melahirkan bayi normal. Bakteri tersebut mampu menghasilkan lipopolisakarida, protein, dan sitokin pemicu peradangan dalam aliran darah. Menurut Hill, bakteri tersebut merupakan bakteri genital yang terdapat pada kasus kelahiran prematur yang sama dengan bakteri pada penyakit periodontal.13

Offenbacher,dkk melakukan penelitian terhadap 124 ibu hamil dan ibu yang telah melahirkan.15 Hasil secara statistik menunjukkan bahwa penyakit periodontal merupakan faktor risiko kelahiran bayi prematur BBLR dengan odd ratio 7.9 untuk seluruh kasus kelahiran bayi prematur BBLR dan 7.5 untuk kasus kelahiran bayi pertama yang prematur BBLR.11 Dapat diartikan wanita dengan infeksi periodontal mempunyai risiko tujuh kali lebih tinggi untuk melahirkan bayi prematur BBLR.10

Kelahiran bayi prematur BBLR terjadi sebagai akibat dari infeksi dan dimediasi secara tidak langsung, terutama oleh perpindahan produk bakteri seperti endotoksin (lipopolisakarida atau LPS) dan aktivasi dari mediator inflamasi pada


(23)

9

kehamilan. Molekul aktif biologis seperti prostaglandin E2 (PGE2) dan tumor necrosis factor (TNF) terlibat dalam proses kelahiran normal. Dengan adanya proses

infeksi, level sitokin dan PGE2 menjadi meningkat yang dapat menstimulasi

terjadinya kelahiran prematur.16

Produk bakteri seperti endotoksin yang dihasilkan bakteri gram negatif,

menstimulasi produksi sitokin dan prostaglandin.14 Sitokin tertentu seperti

interleukin-1 (IL-1), interleukin-6 (IL-6), tumor necrosis factor alpha (TNF-α) menstimulasi sintesa PGE2 dari plasenta dan chorioamnion.15 Sitokin ini dapat mencapai peredaran darah, melewati membran plasenta, masuk ke cairan amnion. Pada kehamilan normal, mediator pada intra amnion meningkat secara fisiologis sampai batas ambang tercapai pada titik kelahiran, menyebabkan dilatasi servikal dan kelahiran. Produksi abnormal dari mediator pada infeksi meningkat pada saat yang tidak tepat sewaktu kehamilan menyebabkan kontraksi uterin dan ruptur prematur dari membran memicu terjadinya kelahiran bayi prematur BBLR.11


(24)

10

endotoksin

Aktivasi mediator inflamatori

(IL-6 PGE2, TNF-α, IL-1)

Bayi prematur berberat badan lahir rendah

Bakteri

Level PGE2 dan TNFα meningkat

(PGE2 dan TNFα secara fisiologis +

PGE2 dan TNFα karena infeksi)

Kontraksi otot rahim dan dilatasi leher rahim meningkat Level PGE2 dan TNFα secara

fisiologis meningkat sesuai usia

Terjadinya kontraksi otot rahim dan dilatasi leher rahim

Bayi normal

2.4 Kerangka Teori

Translokasi endotoksin dan mediator inflamatori ke membran plasenta


(25)

11 2.5 Kerangka Konsep

2.6 Hipotesis

Penelitian ini menguji hipotesis null yaitu:

1. Tidak ada hubungan antara periodontitis dengan kelahiran bayi prematur berberat badan lahir rendah ditinjau dari aspek destruksi periodontal.

2. Tidak ada perbedaan tingkat destruksi periodontal pada ibu yang melahirkan bayi prematur berberat badan lahir rendah dengan ibu yang melahirakan bayi normal.

1. Usia Ibu

2. Penyakit sistemik

3. Bayi kembar

4. Perokok

5. Pengguna obat-obatan

6. Jumlah gigi

7. Infeksi pada organ lain Kedalaman saku dan

kehilangan perlekatan klinis pada ibu periodontitis

Bayi prematur berberat badan lahir rendah


(26)

12 BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian dilakukan secara observasional dengan pendekatan Cross Sectional, dimana sampel kasus dan sampel kontrol hanya diobservasi satu kali tanpa diberi perlakuan dan variabel-variabel diukur menurut keadaan atau status sewaktu diobservasi.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat

1. Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Jalan Bunga Lau Medan 2. Rumah Sakit Umum dr.Pirngadi, Jalan Prof.HM.Yamin no.47 Medan 3. Rumah Sakit Haji, Jalan Rumah Sakit Haji – Medan Estate Medan 4. Klinik Bersalin Tri Putri, Jl. Sekip Lubuk Pakam

5. Klinik Bersalin Yakin Sehat, Jl. Access Road Kuala Tanjung 3.2.2 Waktu Penelitian

November 2010 – Januari 2011

3.3 Populasi, Sampel dan Besar Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah ibu yang melahirkan bayi prematur BBLR dan ibu yang melahirkan bayi normal di RSU H.Adam Malik, RSU dr.Pirngadi, RSU Haji, Klinik Bersalin Tri Putri, dan Klinik Bersalin Yakin Sehat.


(27)

13 3.3.2 Sampel

Sampel yang diambil adalah ibu yang melahirkan bayi prematur BBLR dan ibu yang melahirkan bayi normal yang memenuhi kriteria inklusi.

Kriteria inklusi:

1. Ibu yang melahirkan bayi prematur berberat badan lahir rendah

2. Ibu yang melahirkan bayi normal

3. Usia ibu 17-34 tahun

4. Usia bayi kurang dari 1 bulan Kriteria eksklusi:

1. Perokok dan pengguna obat-obatan

2. Penderita penyakit sistemik

3. Bayi kembar

4. Jumlah gigi geligi yang ada kurang dari gigi Ramfjord yang telah ditentukan dalam rongga mulut.

5. Penyakit infeksi pada organ lain 3.3.3 Besar Sampel

Untuk mendapatkan besar sampel yang akan diambil pada penelitian ini, penulis menggunakan rumus sebagai berikut:

Dimana :

Zα = α = 0,05  Zα = 1,96

Zβ = β = 0,15  Zβ = 1,036


(28)

14 Q1 = 1 – P1 = 0,15

P2 = Proporsi periodontitis pada ibu yang melahirkan bayi normal = 0,4 Q2 = 1 – P2 = 0,6

Q = 1 – P = 0,375

20

3.4 Alat dan Bahan Penelitian 3.4.1 Alat Penelitian

1. Prob periodontal UNC-15( Kohler, Germany ) 2. Kaca mulut merk Crown-G

3. Pinset merk Franzy 4. Sonde merk Smic 5. Senter

3.4.2 Bahan Penelitian 1. Handscoon disposable

2. Masker

3. Kapas

4. Alkohol 70%

5. Povidon iodine


(29)

15

a. Bayi prematur berberat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat

badan lahir kurang dari 2500 gram dan lahir sebelum 37 minggu usia kehamilan.

b. Periodontitis adalah keadaan dimana terdapat saku periodontal dan

adanya kehilangan level perlekatan klinis.

c. Kedalaman saku adalah jarak yang diukur dari dasar saku ke krista

gingiva bebas. Pengukuran terhadap kedalaman saku dilakukan dengan mengambil nilai rata-rata dari tiap gigi dan dimasukkan di dalam kriteria kedalaman saku sesuai tabel 1.

Tabel 1. KRITERIA KEDALAMAN SAKU

Kriteria Kedalaman Saku

Kisaran Skor Ringan

Sedang Berat

1-3 mm 4-5 mm

≥ 5 mm

d. Level perlekatan adalah jarak yang diukur dari dasar saku ke batas

sementum enamel.

3.6 Prosedur Penelitian

Penelitian dilakukan terhadap ibu yang melahirkan bayi prematur berberat badan lahir rendah dan ibu yang melahirkan bayi normal di RSU H.Adam Malik, RSU Pirngadi, RS Haji, Klinik Bersalin Tri Putri, dan Klinik Bersalin Yakin Sehat.

Skema alur penelitian

Mencari sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi

Meminta kesediaan sampel untuk mengikuti penelitian


(30)

16

Pemeriksaan intraoral terhadap kedua kelompok dilakukan dengan menggunakan kaca mulut dan prob periodontal. Pemeriksaan intraoral meliputi:

1. Kedalaman saku

Kedalaman saku adalah jarak yang diukur dari dasar saku ke krista gingiva bebas. Untuk mengukur kedalaman saku digunakan prob periodontal. Cara probing untuk pemeriksaan saku adalah: Selipkan prob ke dalam saku sedapat mungkin sejajar dengan poros panjang gigi dengan tetap menjaga prob berkontak dengan permukaan gigi sampai dirasakan ada tahanan. Bila terasa ada tahanan, kedalaman


(31)

17

saku yang terukur dibaca pada kalibrasi prob seberapa milimeter yang masuk ke dalam saku.

Probing dilakukan pada enam gigi Ramfjord yaitu gigi 21, 24, 36, 41, 44, dan 16. Probing dilakukan mulai dari interproksimal distal dan mesial gigi pada permukaan vestibular dicatat sebagai saku mesial, kemudian dilanjutkan pada sebelah interproksimal distal dan mesial permukaan oral dicatat sebagai saku distal, setelah itu dilakukan pada bagian tengah gigi pada permukaan vestibular dan oral dicatat sebagai saku bukal. Kedalaman saku yang diambil adalah saku yang paling dalam.

2. Kehilangan Perlekatan Klinis

Level perlekatan adalah jarak yang diukur dari dasar saku ke batas sementum enamel.

Cara pengukuran level perlekatan adalah tergantung pada level krista gingiva bebas:18

1. Apabila krista gingiva bebas (KGB) setentang dengan batas sementum enamel (BSE), maka level perlekatan adalah sama dengan kedalaman saku.

2. Apabila BSE tersingkap karena KGB migrasi ke apikal, maka perlekatan didapat dengan mengukur jarak dari dasar saku ke BSE.

3. Apabila KGB berada koronal dari BSE, maka pertama-tama diukur adalah kedalaman saku. Besarnya level perlekatan adalah kedalaman saku dikurang dengan jarak dari KGB ke BSE.


(32)

18

Pengukuran terhadap kehilangan level perlekatan dilakukan dengan mengambil nilai rata-rata dari tiap gigi dan dimasukkan di dalam kriteri Kehilangan Level Perlekatan Klinis sesuai tabel 2.

Tabel 2. KRITERIA KEHILANGAN PERLEKATAN KLINIS18

Kriteria kehilangan perlekatan klinis Rentangan skor Kehilangan perlekatan ringan

Kehilangan perlekatan sedang Kehilangan perlekatan parah

1-2 mm 3-4 mm

≥ 5 mm

3.7 Analisis data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer dengan program SPSS versi 17. Untuk memperlihatkan hubungan antara periodontitis dengan kelahiran bayi prematur berberat badan lahir rendah digunakan uji Exact Fisher’s, untuk melihat rerata perbedaan kedalaman saku ibu yang melahirkan bayi prematur BBLR dan ibu yang melahirkan bayi normal digunakan uji T dan untuk melihat perbandingan kehilangan perlekatan klinis ibu yang melahirkan bayi prematur BBLR dan ibu yang melahirkan bayi normal digunakan uji Gamma. Derajat kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Signifikansi statistik diperoleh jika nilai P<0,05.


(33)

19 BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan selama bulan November 2010 sampai Januari 2012 di Rumah Sakit Umum H.Adam Malik, Rumah Sakit Umum dr.Pirngadi, Rumah Sakit Umum Haji, Klinik Bersalin Tri Putri, dan Klinik Bersalin Yakin Sehat.. Jumlah seluruh sampel terdiri dari 45 orang. Sampel terdiri dari 17 orang ibu yang melahirkan bayi prematur BBLR sebagai kelompok kasus dan 28 orang ibu yang melahirkan bayi normal sebagai kelompok kontrol.

4.1 Data Demografis Sampel Penelitian

Data demografis sampel penelitian berdasarkan usia, tingkat pendidikan, jenis kelamin bayi, berat lahir bayi dan usia kehamilan dapat dilihat pada tabel 3,4,5,6, dan 7.

Tabel 3. DATA DEMOGRAFIS IBU YANG MELAHIRKAN BAYI PREMATUR BBLR DAN IBU YANG MELAHIRKAN BAYI NORMAL BERDASARKAN USIA

Kelahiran Rentang Usia

(Tahun) Jumlah (%) Rata-rata

Standar

P

(N) Deviasi

15-19 1(6)

26,94 4,38

Prematur BBLR 20-24 4(24)

(17) 25-29 5(29)

30-34 7(41) 0,175

15-19 0(0)

28,79 4,23

Normal 20-24 5(18)

(28) 25-29 8(29)

30-34 15(53)


(34)

20

Pada tabel 3 terlihat bahwa sampel penelitian berjumlah 45 orang dan dengan rentang usia 15-34 tahun. Sampel terbanyak pada ibu yang melahirkan bayi prematur BBLR maupun normal adalah pada rentang usia 30-34 tahun yaitu masing-masing sebanyak 7 orang (41%) dan 15 orang (53%). Rerata usia ibu yang melahirkan bayi normal lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang melahirkan bayi prematur BBLR, namun perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik (p>0,05).

Tabel 4. DATA DEMOGRAFIS IBU YANG MELAHIRKAN BAYI PREMATUR BBLR DAN IBU YANG MELAHIRKAN BAYI NORMAL BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN.

Kelahiran

(N) Tingkat Pendidikan Jumlah (%)

Prematur BBLR SD 1(6)

(17) SLTP 5(29)

SLTA 9(53)

Perguruan Tinggi 2(12)

Normal SD 4(14)

(28) SLTP 8(29)

SLTA 14(50)

Perguruan Tinggi 2(7)

Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa sampel terbanyak pada ibu yang melahirkan bayi prematur BBLR maupun normal adalah pada tingkat SLTA yaitu sebanyak 9 orang (53%) 14 orang (50%).


(35)

21

Tabel 5. DATA DEMOGRAFIS BERAT BADAN LAHIR BAYI PREMATUR BBLR DAN BAYI NORMAL

Kelahiran Berat Lahir Bayi Jumlah

(%) Rata-rata

Standar

P

(N) (gram) Deviasi

Prematur BBLR < 1000 2(12)

1758.82 421.395

0.000

(17) 1000 - 1500 1(6)

1500 - 2000 9(53)

2000 - 2500 5(29)

Normal 2500 - 3000 13(47)

3110.71 406.739

(28) 3000 - 3500 11(39)

3500 - 4000 4(14)

Pada tabel 5 terlihat bahwa pada ibu yang melahirkan bayi prematur BBLR paling banyak sampel melahirkan bayi dengan berat lahir 1500-2000 gram yaitu sebanyak 9 orang (53%). Pada ibu yang melahirkan bayi normal paling banyak sampel melahirkan bayi dengan berat lahir 2500-3000 gram yaitu sebanyak 13 orang (47%).

Tabel 6. DATA DEMOGRAFIS JENIS KELAMIN BAYI PREMATUR BBLR DAN

BAYI NORMAL

Kelahiran (N) Jenis Kelamin Jumlah (%)

Prematur BBLR Perempuan 10(59)

(17) Laki-laki 7(41)

Normal Perempuan 15(54)

(28) Laki-laki 13(46)

Pada tabel 6 terlihat bahwa jenis kelamin bayi terbanyak adalah perempuan yaitu sebanyak 10 orang (59%) pada bayi prematur BBLR dan 15 orang (54%) pada bayi normal.


(36)

22

Tabel 7. DATA DEMOGRAFIS IBU YANG MELAHIRKAN BAYI PREMATUR

BBLR DAN IBU YANG MELAHIRKAN BAYI NORMAL BERDASARKAN USIA KEHAMILAN

Kelahiran (N) Usia Kehamilan (minggu) Jumlah (%)

Prematur BBLR < 27 1(6)

(17) 28-31 13(76)

32-36 3(18)

Normal 37-41 28(100)

(28) ≥42 0(0)

Pada tabel 7 terlihat bahwa ibu yang melahirkan bayi prematur BBLR usia kehamilannya terbanyak pada 28-31 minggu yaitu 13 orang (76%) dan seluruh ibu yang melahirkan bayi normal usia kehamilannya 37-41 minggu.

4.2 Kondisi Periodonsium

Kondisi periodonsium ibu yang melahirkan bayi prematur BBLR dan ibu yang melahirkan bayi normal disajikan pada tabel 8.

Tabel 8. KONDISI PERIODONSIUM IBU YANG MELAHIRKAN BAYI PREMATUR BBLR DAN IBU YANG MELAHIRKAN BAYI NORMAL

Kondisi Periodonsium Kelahiran P

Prematur BBLR (%) Normal (%)

Tidak Periodontitis 1(6) 3(11)

0,511

Periodontitis 16(94) 25(89)

Pada tabel 8 terlihat bahwa sampel terbanyak pada ibu yang melahirkan bayi prematur BBLR maupun normal menderita periodontitis yaitu 16 orang (94%) dan 25 orang (89%). Perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik (p>0,05).


(37)

23 4.3 Kedalaman Saku

Distribusi kedalaman saku ibu yang melahirkan bayi prematur BBLR dan ibu yang melahirkan bayi normal disajikan pada tabel 9.

Tabel 9. DISTRIBUSI KEDALAMAN SAKU IBU YANG MELAHIRKAN BAYI PREMATUR BBLR DAN IBU YANG MELAHIRKAN BAYI NORMAL

Kelahiran

Periodontitis Tidak Periodontitis

Kedalaman Saku Kedalaman Saku

Ringan Sedang Parah Ringan Sedang Parah

Prematur BBLR 16 0 0 1 0 0

Normal 25 0 0 3 0 0

Pada tabel 9 terlihat bahwa kedalaman saku ringan pada ibu dengan periodontitis yang melahirkan bayi prematur BBLR 16 orang dan normal 25 orang. Kedalaman saku ringan pada ibu tanpa periodontitis yang melahirkan bayi prematur BBLR 1 orang dan normal 3 orang.

Perbandingan rerata kedalaman saku ibu yang melahirkan bayi prematur BBLR dengan ibu yang melahirkan bayi normal akan disajikan pada tabel 10.

Tabel 10. RERATA KEDALAMAN SAKU PADA IBU YANG MELAHIRKAN BAYI PREMATUR BBLR DAN IBU YANG MELAHIRKAN BAYI NORMAL

Kelahiran (N)

Kedalaman saku

P

Rerata Standar

Deviasi

Prematur BBLR (17) 2.4494 0.49870

0.072


(38)

24

Pada tabel 10 terlihat bahwa rerata kedalaman saku ibu yang melahirkan bayi prematur BBLR lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang melahirkan bayi normal, namun perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik (p>0,05).

4.4 Kehilangan Perlekatan Klinis

Distribusi kehilangan perlekatan klinis ibu yang melahirkan bayi prematur BBLR dan ibu yang melahirkan bayi normal disajikan pada tabel 11.

Tabel 11. DISTRIBUSI KEHILANGAN PERLEKATAN KLINIS IBU YANG MELAHIRKAN BAYI PREMATUR BBLR DAN IBU YANG MELAHIRKAN BAYI NORMAL

Kehilangan Perlekatan Kelahiran P

Prematur BBLR (%) Normal (%)

Tidak Ada 1(6) 3(11)

0,006

Ringan 8(47) 23(82)

Sedang 8(47) 2(7)

Parah 0(0) 0(0)

Pada tabel 11 terlihat bahwa pada ibu yang melahirkan bayi prematur BBLR sampel terbanyak memiliki kehilangan perlekatan klinis ringan dan sedang yaitu sebanyak 8 orang (47%). Pada ibu yang melahirkan bayi normal sampel terbanyak memiliki kehilangan perlekatan klinis ringan yaitu sebanyak 23 orang (82%). Perbedaan kehilangan perlekatan ibu yang melahirkan bayi prematur BBLR dan normal tersebut bermakna secara statistik (p<0,05).

Perbandingan rerata kehilangan perlekatan klinis ibu yang melahirkan bayi prematur BBLR dengan ibu yang melahirkan bayi normal akan disajikan pada tabel 12.


(39)

25

Tabel 12. RERATA KEHILANGAN PERLEKATAN KLINIS IBU YANG MELAHIRKAN BAYI PREMATUR BBLR DAN IBU YANG MELAHIRKAN BAYI NORMAL

Kelahiran (N)

Kehilangan Perlekatan

P

Rerata Standar

Deviasi

Prematur BBLR (17) 2.5918 1.01955

0.000

Normal (17) 1.4686 0.74385

Dari tabel 12 terlihat bahwa rerata kehilangan perlekatan klinis ibu yang melahirkan bayi prematur BBLR lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang melahirkan bayi normal. Perbedaan tersebut bermakna secara statistik (p<0,05).


(40)

26 BAB 5 PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara periodontitis dengan kelahiran bayi prematur BBLR dan untuk mengetahui perbedaan tingkat destruksi periodontal antara ibu yang melahirkan bayi prematur BBLR dengan ibu yang melahirkan bayi normal.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas sampel pada ibu yang melahirkan bayi prematur BBLR maupun ibu yang melahirkan bayi normal menderita periodontitis. Hasil penelitian ini tidak bermakna secara statistik. Rata-rata kedalaman saku ibu yang melahirkan bayi prematur BBLR lebih tinggi daripada ibu yang melahirkan bayi normal namun perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik. Sedangkan rata-rata kehilangan perlekatan klinis ibu yang melahirkan bayi prematur BBLR lebih tinggi daripada ibu yang melahirkan bayi normal dan perbedaan tersebut bermakna secara statistik.

Tidak adanya hubungan yang bermakna antara periodontitis dengan kelahiran bayi prematur BBLR ini kemungkinan disebabkan oleh jumlah sampel yang terlalu sedikit serta jumlah sampel antara ibu yang melahirkan bayi prematur BBLR dan ibu yang melahirkan bayi normal yang tidak seimbang. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Davenport dkk yang menemukan tidak ada hubungan antara

penyakit periodontal dengan kelahiran bayi prematur BBLR.7 Penelitian

Lohsoonthorn dkk juga menemukan tidak adanya hubungan antara penyakit periodontal dengan kelahiran bayi prematur BBLR.3 Selain itu, penelitian Nabet dkk


(41)

27

juga menemukan tidak adanya hubungan antara periodontitis dengan kelahiran bayi prematur, sebaliknya penelitian Nabet dkk ini menemukan bahwa periodontitis meningkatkan risiko kelahiran prematur bersama-sama dengan pre-eklampsia.5

Tidak adanya hubungan yang bermakna pada kedalaman saku kemungkinan menunjukkan bahwa kedalaman saku hanya dilihat sebagai indikator dari banyaknya inflamasi.18 Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lunardelli dan Peres yang menemukan bahwa saku periodontal tidak berhubungan dengan kelahiran bayi prematur BBLR.19

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara kehilangan perlekatan klinis ibu yang melahirkan bayi prematur BBLR dan ibu yang melahirkan bayi normal. Kehilangan perlekatan klinis merupakan jarak yang diukur dari batas semento enamel ke dasar saku. Jarak tersebut menunjukkan seberapa banyak jaringan pendukung yang hilang dan merupakan penentu penting untuk melihat terjadi tidaknya suatu penyakit periodontal.20 Kelahiran bayi prematur BBLR terjadi sebagai akibat dari infeksi dan dimediasi secara tidak langsung, terutama oleh perpindahan produk bakteri seperti endotoksin (lipopolisakarida atau LPS) dan aktivasi dari mediator inflamasi pada kehamilan. Molekul aktif biologis seperti prostaglandin E2 (PGE2) dan tumor necrosis factor (TNF) terlibat dalam proses kelahiran normal. Dengan adanya proses infeksi, level sitokin dan PGE2 menjadi meningkat yang dapat menstimulasi terjadinya kelahiran bayi prematur BBLR.16


(42)

28 BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara periodontitis dengan kelahiran bayi prematur BBLR dan terdapat perbedaan tingkat destruksi periodontal antara ibu yang melahirkan bayi prematur BBLR dan ibu yang melahirkan bayi normal. Rata-rata kedalaman saku ibu yang melahirkan bayi prematur BBLR lebih tinggi daripada ibu yang melahirkan bayi normal, namun perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik. Sedangkan rata-rata kehilangan perlekatan klinis ibu yang melahirkan bayi prematur BBLR lebih tinggi daripada ibu yang melahirkan bayi normal dan perbedaan tersebut bermakna secara statistik.

Untuk menjaga dan meningkatkan tingkat kebersihan rongga mulut pada ibu hamil dapat dilakukan melalui program kebersihan rongga mulut selama kehamilan. Program kebersihan rongga mulut pada ibu hamil dapat membantu menjaga kesehatan rongga mulut selama kehamilan dan mencegah timbul serta berkembangnya penyakit periodontal sehingga menurunkan risiko terjadinya kelahiran bayi prematur BBLR. Sebagai bahan pertimbangan untuk peneliti selanjutnya, sebaiknya sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut dan hubungannya dengan bayi yang dilahirkan. Selain itu, pada saat melakukan penelitian, sebaiknya menunggu sampai kondisi ibu memungkinkan untuk dilakukan pemeriksaan. Kondisi ibu yang lemah setelah melahirkan dapat meningkatkan resiko infeksi pada saat dilakukan


(43)

29

pemeriksaan. Dokter gigi juga dapat melakukan kerjasama dengan dokter ahli kandungan, sehingga dokter ahli kandungan dapat memberikan nasehat serta motivasi kepada ibu hamil untuk menjaga kesehatan rongga mulutnya. Dengan ini, ibu hamil lebih termotivasi untuk menjaga kesehatan gigi dan mulutnya sehingga bayi yang akan dilahirkan dapat terhindar dari risiko kelahiran bayi prematur BBLR.


(44)

30

DAFTAR RUJUKAN

1. Marakoglu I, Gursoy UK, Marakoglu K, Cakmak H, Ataoglu T. Periodontitis as

a risk factor for preterm low birth weight. Yonsen Med J 2008; 49(2): 200-3. 2. Retnoningrum D. Gingivitis pada ibu hamil sebagai faktor risiko terjadinya bayi

berat badan lahir rendah kurang bulan di RS dr. Kariadi Semarang.

3. Lohsoonthorn V, Kungsadalpipob K, Chanchareonsuk P, Limpongsanurak S,

Vanichjakvong O, Sutdhibhisai S,et al. Is maternal periodontal disease a risk factor for preterm delivery?. Am J Epidemiol 2009; 169(6): 731-9.

4. Paska HD. Kelainan periodontal maternal sebagai faktor risiko terjadinya bayi berat lahir rendah kurang bulan. (23 Okt 2010).

5. Nabet C, Lelong N, Colombier ML, Sixou M, Musset AM, Goffinet F, Kaminski.

Maternal periodontitis and causes of preterm birth: the case–control epipap study. J Clin Periodontol 2010; 37: 37–45.

6. Green TP, Franklin WH, Tanz RR,eds. Pediatrics just the facts. Singapore : Mc

Graw Hill, 2005: 93-4.

7. Davenport ES, Williams CECS, Sterne JAC, Murad S, Sivapaathasundram V,

Curtis MA. Maternal periodontal disease and preterm lowbirth weight : case-control study. J Dent Res 2002; 81(5): 313-8.


(45)

31

8. Lopez NJ, Smith PC, Gutierrezz J. Higher risk of preterm birth and low bitrh

weight in women with periodontal disease.J Den Res 2002; 81(1): 58-63.

9. Jeffcoat MK, Geurs NC, Reddy MS, Cliver SP, Goldenberg RL, Hauth JC.

Periodontal infection and preterm birth. Amwrican Dental Association 2001; 132: 875-80.

10.McGaw T. Periodontal disease and preterm delivery of low birth weight infants. J Can Dent Assoc 2002; 68(3);165-9.

11.Lee HTT. Maternal periodontal disease and preterm birth. Thesis. Thailand:

Mahidol University, 2007: 16-35.

12.Johansson S. Very preterm birth - etiological aspects and short and long term outcomes. Thesis. Stockholm: Karolinska Institutet, 2008: 9-12.

13.Zubardiah L, Dewi MD. Kelahiran prematur dan berat bayi lahir rendah pada

perempuan hamil dengan penyakit periodontal. J Dentika 2003;8:113-8.

14.Mokeem SA, Molla GN, Al-Jewair TS. The prevalence and relationship between

periodontal disease and preterm low birth weight infants at king khalid university hospital in riyadh, saudi arabia. JCDP 2004; 5(2):1-12.

15.Yeo BK, Lim LP, Paquette DW, Williams RC. Periodontal disease-the

emergence of a risk for systemic conditions: pre-term low birth weight. Ann Acad Med Singapore 2005;34:111-6.

16.Rose LF, Genco RJ, Cohen DW, Mealey BL. Periodontal medicine. London: B.C

Decker Inc.,2000: 156-7.

17.Armitage GC. Development of a classification system for periodontal disease and conditions. Ann Periodontol 1999;4(1):1-6.


(46)

32

18.Watts TLP. Periodontics in practice. United Kingdom: Martin Dunitz Ltd, 2000: 106-7.

19.Lundardelli AN, Peres MA. Is there an association between periodontal disease, prematurity and low birth weight?: a population based study. J Clin Periodontol 2005;32(9):938-46.

20.Scheid RC. Woelfel’s dental anatomy: it’s relevant to dentistry. Seventh edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins, 2002: 291.


(1)

juga menemukan tidak adanya hubungan antara periodontitis dengan kelahiran bayi prematur, sebaliknya penelitian Nabet dkk ini menemukan bahwa periodontitis meningkatkan risiko kelahiran prematur bersama-sama dengan pre-eklampsia.5

Tidak adanya hubungan yang bermakna pada kedalaman saku kemungkinan menunjukkan bahwa kedalaman saku hanya dilihat sebagai indikator dari banyaknya inflamasi.18 Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lunardelli dan Peres yang menemukan bahwa saku periodontal tidak berhubungan dengan kelahiran bayi prematur BBLR.19

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara kehilangan perlekatan klinis ibu yang melahirkan bayi prematur BBLR dan ibu yang melahirkan bayi normal. Kehilangan perlekatan klinis merupakan jarak yang diukur dari batas semento enamel ke dasar saku. Jarak tersebut menunjukkan seberapa banyak jaringan pendukung yang hilang dan merupakan penentu penting untuk melihat terjadi tidaknya suatu penyakit periodontal.20 Kelahiran bayi prematur BBLR terjadi sebagai akibat dari infeksi dan dimediasi secara tidak langsung, terutama oleh perpindahan produk bakteri seperti endotoksin (lipopolisakarida atau LPS) dan aktivasi dari mediator inflamasi pada kehamilan. Molekul aktif biologis seperti prostaglandin E2 (PGE2) dan tumor necrosis factor (TNF) terlibat dalam proses kelahiran normal. Dengan adanya proses infeksi, level sitokin dan PGE2 menjadi meningkat yang dapat menstimulasi terjadinya kelahiran bayi prematur BBLR.16


(2)

28 BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara periodontitis dengan kelahiran bayi prematur BBLR dan terdapat perbedaan tingkat destruksi periodontal antara ibu yang melahirkan bayi prematur BBLR dan ibu yang melahirkan bayi normal. Rata-rata kedalaman saku ibu yang melahirkan bayi prematur BBLR lebih tinggi daripada ibu yang melahirkan bayi normal, namun perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik. Sedangkan rata-rata kehilangan perlekatan klinis ibu yang melahirkan bayi prematur BBLR lebih tinggi daripada ibu yang melahirkan bayi normal dan perbedaan tersebut bermakna secara statistik.

Untuk menjaga dan meningkatkan tingkat kebersihan rongga mulut pada ibu hamil dapat dilakukan melalui program kebersihan rongga mulut selama kehamilan. Program kebersihan rongga mulut pada ibu hamil dapat membantu menjaga kesehatan rongga mulut selama kehamilan dan mencegah timbul serta berkembangnya penyakit periodontal sehingga menurunkan risiko terjadinya kelahiran bayi prematur BBLR. Sebagai bahan pertimbangan untuk peneliti selanjutnya, sebaiknya sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut dan hubungannya dengan bayi yang dilahirkan. Selain itu, pada saat melakukan penelitian, sebaiknya menunggu sampai kondisi ibu memungkinkan untuk dilakukan pemeriksaan. Kondisi ibu yang lemah setelah melahirkan dapat meningkatkan resiko infeksi pada saat dilakukan


(3)

pemeriksaan. Dokter gigi juga dapat melakukan kerjasama dengan dokter ahli kandungan, sehingga dokter ahli kandungan dapat memberikan nasehat serta motivasi kepada ibu hamil untuk menjaga kesehatan rongga mulutnya. Dengan ini, ibu hamil lebih termotivasi untuk menjaga kesehatan gigi dan mulutnya sehingga bayi yang akan dilahirkan dapat terhindar dari risiko kelahiran bayi prematur BBLR.


(4)

30

DAFTAR RUJUKAN

1. Marakoglu I, Gursoy UK, Marakoglu K, Cakmak H, Ataoglu T. Periodontitis as a risk factor for preterm low birth weight. Yonsen Med J 2008; 49(2): 200-3. 2. Retnoningrum D. Gingivitis pada ibu hamil sebagai faktor risiko terjadinya bayi

berat badan lahir rendah kurang bulan di RS dr. Kariadi Semarang.

3. Lohsoonthorn V, Kungsadalpipob K, Chanchareonsuk P, Limpongsanurak S, Vanichjakvong O, Sutdhibhisai S,et al. Is maternal periodontal disease a risk factor for preterm delivery?. Am J Epidemiol 2009; 169(6): 731-9.

4. Paska HD. Kelainan periodontal maternal sebagai faktor risiko terjadinya bayi berat lahir rendah kurang bulan. (23 Okt 2010).

5. Nabet C, Lelong N, Colombier ML, Sixou M, Musset AM, Goffinet F, Kaminski. Maternal periodontitis and causes of preterm birth: the case–control epipap study. J Clin Periodontol 2010; 37: 37–45.

6. Green TP, Franklin WH, Tanz RR,eds. Pediatrics just the facts. Singapore : Mc Graw Hill, 2005: 93-4.

7. Davenport ES, Williams CECS, Sterne JAC, Murad S, Sivapaathasundram V, Curtis MA. Maternal periodontal disease and preterm lowbirth weight : case-control study. J Dent Res 2002; 81(5): 313-8.


(5)

8. Lopez NJ, Smith PC, Gutierrezz J. Higher risk of preterm birth and low bitrh weight in women with periodontal disease.J Den Res 2002; 81(1): 58-63.

9. Jeffcoat MK, Geurs NC, Reddy MS, Cliver SP, Goldenberg RL, Hauth JC. Periodontal infection and preterm birth. Amwrican Dental Association 2001; 132: 875-80.

10.McGaw T. Periodontal disease and preterm delivery of low birth weight infants. J Can Dent Assoc 2002; 68(3);165-9.

11.Lee HTT. Maternal periodontal disease and preterm birth. Thesis. Thailand: Mahidol University, 2007: 16-35.

12.Johansson S. Very preterm birth - etiological aspects and short and long term outcomes. Thesis. Stockholm: Karolinska Institutet, 2008: 9-12.

13.Zubardiah L, Dewi MD. Kelahiran prematur dan berat bayi lahir rendah pada perempuan hamil dengan penyakit periodontal. J Dentika 2003;8:113-8.

14.Mokeem SA, Molla GN, Al-Jewair TS. The prevalence and relationship between periodontal disease and preterm low birth weight infants at king khalid university hospital in riyadh, saudi arabia. JCDP 2004; 5(2):1-12.

15.Yeo BK, Lim LP, Paquette DW, Williams RC. Periodontal disease-the emergence of a risk for systemic conditions: pre-term low birth weight. Ann Acad Med Singapore 2005;34:111-6.

16.Rose LF, Genco RJ, Cohen DW, Mealey BL. Periodontal medicine. London: B.C Decker Inc.,2000: 156-7.

17.Armitage GC. Development of a classification system for periodontal disease and conditions. Ann Periodontol 1999;4(1):1-6.


(6)

32

18.Watts TLP. Periodontics in practice. United Kingdom: Martin Dunitz Ltd, 2000: 106-7.

19.Lundardelli AN, Peres MA. Is there an association between periodontal disease, prematurity and low birth weight?: a population based study. J Clin Periodontol 2005;32(9):938-46.

20.Scheid RC. Woelfel’s dental anatomy: it’s relevant to dentistry. Seventh edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins, 2002: 291.