Tingkat kemandirian ibu dalam merawat diri dan bayinya selama periode nifas dini

mulai dari kematangan fisik, psikis dan kognitif seseorang. Hal ini menunjukkan perkembangan kemampuan untuk belajar dan bentuk perilaku pengajaran yang dibutuhkan Potter Perry, 2006. Rentang usia 23-28 tahun dianggap masa yang paling baik bagi seseorang untuk memiliki anak, karena tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi pada masa nifas. Pada usia ibu muda perawatan pascabersalin yang dilakukan akan berbeda dengan ibu yang memiliki usia lebih tua, dimana ibu yang berusia lebih dari 35 tahun merasa bahwa merawat bayi baru lahir melelahkan secara fisik. Sebagai perbandingan dengan ibu dewasa, ibu remaja memiliki pengetahuan yang terbatas tentang perkembangan anak. Pengetahuan yang terbatas ini dapat membuat remaja tidak memberi respon yang tepat terhadap bayi mereka. Remaja juga dapat mengalami kesulitan dalam menerima perubahan citra diri dan menyesuaikan peran-peran baru yang berhubungan dengan tanggung jawab merawat bayi Bobak, 2004.

2.2 Tingkat kemandirian ibu dalam merawat diri dan bayinya selama periode nifas dini

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa kemandirian ibu nifas dalam merawat diri dan bayinya selama periode nifas dini di Klinik Bersalin Kasih Ibu Sejati Medan secara keseluruhan adalah baik 87,1. Dalam penelitian ini ibu nifas memiliki kemandirian yang baik dalam merawat diri dan bayinya tanpa bantuan kemungkinan karena lebih dari setengah responden adalah multipara yang telah berpengalaman dalam hal merawat diri dan bayinya saat Universitas Sumatera Utara nifas. Bobak 2004 mengatakan bahwa melalui pengalaman di masa lalu dapat memberikan pengaruh pada perilaku ibu untuk melakukan perawatan diri pascasalin. Sedangkan Nolan 2004 mempunyai pendapat lain tentang kemandirian ibu nifas, merawat diri dan bayi pascasalin dapat diperoleh dari membaca buku ataupun belajar dengan mendengarkan pengalaman orang lain yang pernah melahirkan sebelumnya. Selain itu juga ditemukan kemampuan ibu nifas berada dalam kategori sedang 12,9. Dalam penelitian ini ibu nifas memiliki tingkat kemandirian yang sedang dalam merawat diri dan bayinya saat nifas. Dalam hal ini ibu nifas dibantu oleh perawat ataupun suamikeluarga karena suamikeluarga merasa memiliki tanggung jawab untuk membantu memulihkan kondisi ibu setelah melahirkan. Menurut Simkin 2008 ibu primipara biasanya melakukan perawatan diri pascasalin dengan seseorang yang dapat membimbingnya dalam merawat diri maupun bayinya. Orang yang dapat membantunya terutama adalah orang yang berpengaruh besar dalam kehidupannya seperti suami, keluargakerabat terdekat atau doktertenaga kesehatan. Swasono 1998 juga mengungkapkan bahwa keluarga berperan sebagai sistem pendukung yang kuat bagi anggota-anggotanya, khususnya dalam penanganan masalah kesehatan keluarga. Bila salah satu anggota keluarga sakit atau mengalami perubahan kondisi kesehatan, seperti halnya ibu nifas, maka anggota keluarga yang lain akan berusaha untuk membantu memulihkan kondisi kesehatan anggota keluarga tersebut ke kondisi semula. Walaupun secara keseluruhan kemandirian ibu nifas berada dalam kategori yang baik namun bila dilihat dari kemandirian ibu nifas secara rinci untuk setiap pernyataan ada beberapa pernyataan yang menjawab tidak mandiri adalah Universitas Sumatera Utara pernyataan tentang kemandirian ibu untuk perawatan tali pusat dan memandikan bayi. Pernyataan kemandirian ibu melakukan perawatan tali pusat bayi. Sebanyak 80,6 mengatakan tidak dapat melakukan perawatan tali pusat bayi secara mandiri. Responden mengatakan bahwa hal tersebut merupakan tugas perawatbidan yang dilakukan sampai tali pusat putus. Menurut Musbikin 2004 mengatakan bahwa sebagian ibu khawatir dan takut merawat tali pusat bayinya karena merawat tali pusat merupakan pengalaman baru dan mungkin mereka merasa ngeri melihat tali pusat yang masih basah dan seolah-olah akan mudah terluka bila tersentuh sesuatu sehingga takut menyakitinya. Untuk pernyataan kemandirian ibu memandikan bayi. Responden mengatakan takut untuk memandikan bayinya dan hal itu merupakan tugas bidanperawat. Menurut Danuatmaja 2003 hampir setiap ibu merasa takut memandikan bayinya. Namun yang terpenting adalah prinsip dalam memandikan bayi yang harus diperhatikan adalah jangan sampai bayi kedinginan serta kemasukkan air ke hidung, mulut atau telinga yang dapat mengakibatkan bayi aspirasi Hidayat, 2008. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan saran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian ibu dalam merawat diri dan bayinya selama periode nifas dini di Klinik Bersalin Kasih Ibu Sejati.

1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian ibu yaitu pengetahuan, motivasi, budaya, kepercayaan, pengalaman dan usia, ada dua faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kemandirian yaitu usia dengan nilai signifikansi 0,032 P 0,05 dan pengalaman dengan nilai signifikansi 0,046 P 0,05. Selain itu hasil penelitian menunjukkan tingkat kemandirian ibu dalam merawat diri dan bayinya selama periode nifas dini berada pada kategori baik 87,1 dan sedang 12,9. Pengetahuan mempengaruhi tingkat kemandirian ibu sebab kedalaman dan keluasan pengetahuan tentang merawat diri dan bayi selama periode nifas dini akan menuntun seseorang untuk dapat melakukan perawatan diri secara mandiri mulai dari perawatan vulva, mobilisasi, pemenuhan diet, eliminasi urine, defekasi hingga perawatan payudara, serta mampu merawat bayinya sendiri baik memandikan bayi, merawat tali pusat, mengganti popok maupun pemberian ASI. Motivasi mempengaruhi tingkat kemandirian ibu sebab keinginan kuat menjadi seorang ibu yang baik dapat menjadikan seseorang untuk melakukan Universitas Sumatera Utara