Pandangan Suku Batak Karo Tentang Kebiasaan Pada Ibu Pasca Melahirkan Di Desa Sukandebi Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi Tahun 2015

(1)

PANDANGAN SUKU BATAK KARO TENTANG KEBIASAAN PADA IBU PASCA MELAHIRKAN DI DESA SUKANDEBI KECAMATAN

TIGALINGGA KABUPATEN DAIRI

FEBRIYANA SIRINGO-RINGO 145102116

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

(4)

(5)

Pandangan Suku Batak Karo Tentang Kebiasaan Pada Ibu Pasca Melahirkan Di Desa Sukandebi Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi

Abstrak

Febriyana Siringo-ringo

Latar Belakang : Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan. Dalam hal ini sangat perlu diperhatikan, tidak semua perawatan yang dilakukan menurut kebudayaan tersebut dapat diterima sepenuhnya karena tidak semua dapat menguntungkan bagi ibu dan bayinya sehingga sangat perlu perhatian untuk mengatasinya.

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui Pandangan Suku Batak Karo Tentang Kebiasaan Pada Ibu Pasca Melahirkan.

Metode Penelitian : Menggunakan desain penelitian kualitatif fenomenologi. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling dengan jumlah partisipan delapan orang.

Hasil penelitian : Diperoleh bahwa kebiasaan ibu pasca melahirkan menurut suku Batak Karo yaitu 1) upaya menjaga kesehatan tubuh terdiri dari mengolesi kuning las keseluruh tubuh, mengolesi parem keseluruh tubuh, melakukan tup (oukup) sebelum mandi, melakukan tup mata dengan bubur nasi, mengolesi tawar mentar pada ibu yang singgaren(pembengkakan), 2) upaya memperlancar ASI terdiri dari makan bubur nasi campur sira lada, makan daun terbangun dan katuk, 3) upaya untuk memperlancar keluar darah kotor dengan memakan tawar atau sembur.

Kesimpulan : Dari hasil penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa suku Batak Karo memiliki ciri khas tersendiri dan masih dilakukan sampai sekarang. Walaupun kadang yang mereka lakukan ataupun fikirkan tidak selalu benar namun hal tersebut sudah menjadi keyakinan dalam kepribadian mereka khususnya wanita dalam masa nifas.


(6)

The Viewpoint Of Batak Karo Tribe Of The Habitual On Post Maternity In Desa Sukandebi Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi

Abstract

Febriyana Siringo-ringo

The Background : Post partum (puerperal) starts after the placenta is born and ends when the tools back content such as pre-pregnancy state. Puerperal period lasts for apporoximately 6 weeks or 42 days, but as a whole will recover within 3 months. In this case the very need to be considered, not all treatments were carried out according to the culture entirely acceptable because not all can be beneficial for mother and baby so desperately need attention to adress it.

The objective of the research : To know The Viewpoint Of Batak Karo Tribe Of The Habitual On Post Maternity.

The research methodology : Used a phenomenological qualitative research design. The sampling technique is purposive sampling with eight partisipan.

The research finding : It was found that the habits of the mother postpartum according Batak Karo tribe namely, 1) efforts to maintain a healthy body consisting of smearing yellow las throughout the body, parem spread throughout the body, do tup (oukup) before showering, do tup eye with rice porridge, smearing bargaining commented on mothers singgaren (swelling), 2) efforts to facilitate breastfeeding consists of eating rice porridge mixed sira pepper,eat bangun-bangun’s leaf and katuk, 3) an attempt to smooth out the dirty blood by eating fresh or sprayed.

The conclusion : From these results it can be said that the Karo Batak tribe has its own characteristics and is still done until now. Althought sometimes they do or thinking not always true, but it has to be confidence in their personality, especially women during childbirth.


(7)

KATA PENGANTAR Syalooom….

Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Pandangan Suku Batak Karo Tentang Kebiasaan Pada Ibu Pasca Melahirkan Di Desa Sukandebi Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi Tahun 2015”.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini peneliti mendapatkan bimbingan, masukan dan arahan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep.Ns, M.Kep. selaku Ketua Program Diploma IV Bidan Pendidik pada Fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Dr.dr.M.Fidel Ganis Siregar, M.Ked.(OG), Sp.OG (K) selaku Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan karya tulis ilmiah. 4. Evi Karota Bukit, S.Kp, M.NS, selaku penguji I

5. Dr. Isti Ilmiati Fujiati, M.Sc CM-FM. M.Pd. Ked selaku penguji II

6. Junni Girsang sebagai kepala desa Desa Sukandebi yang telah memberi ijin untuk melakukan penelitian di Desa Sukandebi.

7. Seluruh Dosen dan Staf di Program Studi Diploma IV Bidan Pendidik pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.


(8)

8. Teristimewa kepada kedua orang tua dan adik-adik saya yang telah memberi kasih sayang, doa, dukungan, semangat, dan bantuan baik fisik maupun material yang sngat tidak akan bisa terbalaskan.

9. Seluruh rekan mahasiswa Program Studi Diploma IV Bidan Pendidik pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

10. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada saya dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Oleh karena itu keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, peneliti menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun demi kesmpurnaan karya tulis ilmiah penulis ini. Semoga tulisan ini dapat berguna bagi semua pihak. Tuhan Memberkati....

Medan, Juli 2015

Penulis

Febriyana Siringo-ringo NIM : 145102116


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI ...iii

DAFTAR TABEL ...vi

DAFTAR LAMPIRAN ...vii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ...1

B.Rumusan Masalah...3

C.Tujuan Penelitian ...3

D.Manfaat Penelitian ...3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Masa Nifas 1. Pengertian Nifas ...4

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas ...4

3. Tahapan Masa Nifas ...5

4. Perandan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas ...5

5. Kebijakan Program Pemerintah dalam Asuhan Masa Nifas ...6

6. Perubahan Fisiologis ...7

7. Perawatan Kebutuhan Dasar Pada Masa Nifas ...9


(10)

C.Konsep Budaya Dalam Kebiasaan Pasca Melahirkan

1. Pengertian Perspektif atau Pandangan...11

2. Konsep Sosial Budaya ...12

D.Pandangan Suku Batak Karo Tentang Kebiasaan Pasca Melahirkan 1. Suku Batak Karo di Sumatera Utara...13

2. Kebiasaan Pasca Melahirkan ...14

E. Penelitian Kualitatif Fenomenologi ...14

BAB III METODE PENELITIAN A.Desain Penelitian ...15

B.Populasi dan Sampel ...15

C.Tempat Penelitian ...16

D.Waktu Penelitian ...16

E. Etika Penelitian ...16

F. Alat Pengumpul Data ...17

G.Prosedur Pengumpulan Data ...18

H.Analisa Data ...19

I. Tingkat Keabsahan Data ...20

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ...23

B.Karakteristik Partisipan ...23

C.Pandangan Suku Batak Karo Tentang Kebiasaan Pada Ibu Pasca Melahirkan ...24


(11)

E. Keterbatasan Peneliti ...41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan ...42 B.Saran ...42

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Partisipan Penelitian

Lampiran 2 : Lembar Kuesioner Data Demografi

Lampiran 3 : Lembar Panduan Wawancara

Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara

Lampiran 5 : Surat Balasan Izin Penelitian dari Desa Sukandebi Kecamatan

Tigalingga Kabupaten Dairi

Lampiran 6 : Surat Selesai Melakukan Penelitian dari Desa Sukandebi Kecamatan

Tigalingga Kabupaten Dairi

Lampiran 7 : Daftar Riwayat Hidup


(14)

Pandangan Suku Batak Karo Tentang Kebiasaan Pada Ibu Pasca Melahirkan Di Desa Sukandebi Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi

Abstrak

Febriyana Siringo-ringo

Latar Belakang : Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan. Dalam hal ini sangat perlu diperhatikan, tidak semua perawatan yang dilakukan menurut kebudayaan tersebut dapat diterima sepenuhnya karena tidak semua dapat menguntungkan bagi ibu dan bayinya sehingga sangat perlu perhatian untuk mengatasinya.

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui Pandangan Suku Batak Karo Tentang Kebiasaan Pada Ibu Pasca Melahirkan.

Metode Penelitian : Menggunakan desain penelitian kualitatif fenomenologi. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling dengan jumlah partisipan delapan orang.

Hasil penelitian : Diperoleh bahwa kebiasaan ibu pasca melahirkan menurut suku Batak Karo yaitu 1) upaya menjaga kesehatan tubuh terdiri dari mengolesi kuning las keseluruh tubuh, mengolesi parem keseluruh tubuh, melakukan tup (oukup) sebelum mandi, melakukan tup mata dengan bubur nasi, mengolesi tawar mentar pada ibu yang singgaren(pembengkakan), 2) upaya memperlancar ASI terdiri dari makan bubur nasi campur sira lada, makan daun terbangun dan katuk, 3) upaya untuk memperlancar keluar darah kotor dengan memakan tawar atau sembur.

Kesimpulan : Dari hasil penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa suku Batak Karo memiliki ciri khas tersendiri dan masih dilakukan sampai sekarang. Walaupun kadang yang mereka lakukan ataupun fikirkan tidak selalu benar namun hal tersebut sudah menjadi keyakinan dalam kepribadian mereka khususnya wanita dalam masa nifas.


(15)

The Viewpoint Of Batak Karo Tribe Of The Habitual On Post Maternity In Desa Sukandebi Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi

Abstract

Febriyana Siringo-ringo

The Background : Post partum (puerperal) starts after the placenta is born and ends when the tools back content such as pre-pregnancy state. Puerperal period lasts for apporoximately 6 weeks or 42 days, but as a whole will recover within 3 months. In this case the very need to be considered, not all treatments were carried out according to the culture entirely acceptable because not all can be beneficial for mother and baby so desperately need attention to adress it.

The objective of the research : To know The Viewpoint Of Batak Karo Tribe Of The Habitual On Post Maternity.

The research methodology : Used a phenomenological qualitative research design. The sampling technique is purposive sampling with eight partisipan.

The research finding : It was found that the habits of the mother postpartum according Batak Karo tribe namely, 1) efforts to maintain a healthy body consisting of smearing yellow las throughout the body, parem spread throughout the body, do tup (oukup) before showering, do tup eye with rice porridge, smearing bargaining commented on mothers singgaren (swelling), 2) efforts to facilitate breastfeeding consists of eating rice porridge mixed sira pepper,eat bangun-bangun’s leaf and katuk, 3) an attempt to smooth out the dirty blood by eating fresh or sprayed.

The conclusion : From these results it can be said that the Karo Batak tribe has its own characteristics and is still done until now. Althought sometimes they do or thinking not always true, but it has to be confidence in their personality, especially women during childbirth.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Salah satu indikator untuk menentukan derajat kesehatan suatu bangsa ditandai dengan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi. Hal ini merupakan suatu fenomena yang mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan (Saleha, S, 2009).

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan (Anggraini, Y, 2010).

Berdasarkan data SDKI (2012), AKI di Indonesia meningkat menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup (KH) dari 228 per 100.000 kelahiran hidup (KH) pada tahun 2007 (Nasional Sindonews, 2013).

Penyebab kematian ibu antara lain infeksi yang merupakan penyebab kematian terbanyak nomor dua setelah perdarahan dan diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan. Bidan dituntut untuk dapat mendeteksi dini komplikasi pada ibu nifas (Suherni, dkk, 2009).

Pada kenyataannya keadaan ini tidak hanya dapat mencakup dari aspek biologis saja tetapi juga sosiokultural. Hal ini dapat diketahui dari respon yang berbeda/ bervariasi untuk setiap masyarakat yang memiliki cara-cara khusus seperti pengobatan, larangan, dan praktek budaya yang berbeda pula (Swasono, 1998 dalam Sembiring. D 2011).


(17)

2

masing-masing kaum ibu tersebut dan seandainya mengetahui dan memahami hal-hal yang mempengaruhi status kesehatan terhadap hal itu, maka diharapkan masyarakat tidak melakukan kebiasaan atau adat istiadat yang merugikan kesehatan khususnya bagi ibu nifas (Syafruddin, 2009).

Menurut Hasil penelitian Sari (2004) pada masyarakat Karo yang menggunakan penurungi yaitu campuran sirih, bahing, merica, dan bawang putih untuk menyehatkan seluruh tubuh, memulihkan tenaga, dan memperlancar darah kotor dan dianjurkan mengkonsumsi bubur sira lada hitam, daun katu dan jantung pisang untuk memperkental dan memperlancar ASI.

Hasil penelitian Tarigan 1990 dalam Sitorus, R.F 2011 mengatakan pada budaya karo ibu diberi makanan bubur nasi yang dibubuhi garam serta merica berfungsi agar air susu ibu menjadi banyak.

Dalam hal ini sangat perlu diperhatikan, tidak semua perawatan yang dilakukan menurut kebudayaan tersebut dapat diterima sepenuhnya karena tidak semua dapat menguntungkan bagi ibu dan bayinya sehingga sangat perlu perhatian untuk mengatasinya (Swasno, 1998 dalam Sitorus, R.F 2011).

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan pada seorang ibu suku batak karo bahwa ada beberapa kebiasaan yang dilakukan suku batak karo pada ibu pasca melahirkan seperti mengolesi kuning las keseluruh tubuh setelah mandi. Hal ini bertujuan untuk memberi kehangatan kepada ibu dan meningkatkan kesehatan tubuh ibu.

Berdasarkan fenomena di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Pandangan Suku Batak Karo Tentang Kebiasaan Pada Ibu Pasca Melahirkan di Desa Sukandebi Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi Tahun 2015.


(18)

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana Pandangan Suku Batak Karo Tentang Kebiasaan Pada Ibu Pasca Melahirkan di Desa Sukandebi Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi Tahun 2015?”

C.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pandangan Suku Batak Karo tentang kebiasaan pada ibu pasca melahirkan di Desa Sukandebi Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi.

D.Manfaat Penelitian

1. Bagi Pendidikan Kebidanan

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Institusi Pendidikan Kebidanan untuk mengetahui dan menambah pengetahuan tentang kebiasaan pada ibu pasca melahirkan menurut budaya Batak Karo.

2. Bagi Pelayanan Kebidanan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pelayanan kesehatan tentang kebiasaan pada ibu pasca melahirkan dan menambah wawasan dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu pasca melahirkan tanpa meninggalkan budaya yang telah ada, tetapi perlu memperhatikan dari aspek kesehatan. 3. Penelitian Kebidanan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi awal dan dapat menjadi sumber pengetahuan pada penelitian selanjutnya tentang kebiasaan pada ibu pasca melahirkan menurut budaya, khususnya budaya Batak Karo.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Masa Nifas

1. Pengertian Nifas

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan (Anggraini, Y, 2010).

Masa Nifas atau Puerperium adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu atau 42 hari. Asuhan selama periode nifas perlu mendapat perhatian karena sekitar 60% angka kematian ibu terjadi pada periode ini (Martalina D., 2012)

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Menurut Anggraini, Y (2010) tujuan masa nifas antara lain sebagai berikut: a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis

b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan dini, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan perawatan bayi sehat.

d. Memberikan pelayanan KB e. Mendapatkan kesehatan emosi


(20)

3. Tahapan Masa Nifas

Menurut Saleha (2009) tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut:

a. Periode Immediate Postpartum

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah, dan suhu.

b. Periode Early Postpartum (24 jam – 1 minggu)

Pada fase ini bidan memastikan involusio uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik. c. Periode Late Postpartum (1 minggu – 5 minggu)

Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB.

4. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas

Menurut Anggraini, Y (2010) peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas adalah dengan cara sebagai berikut:

a. Mendukung dan memantau kesehatan fisik ibu dan bayi

b. Mendukung dan memantau kesehatan psikologis, emosi, sosial serta memberikan semangat pada ibu

c. Membantu ibu dalam menyusui bayinya

d. Membangun kepercayaan diri ibu dalam perannya sebagai ibu

e. Mendukung pendidikan kesehatan termasuk pendidikan dalam perannya sebagai orang tua


(21)

6

f. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga

g. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman h. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan dengan

ibu dan anak serta mampu melakukan kegiatan administrasi i. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan

j. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman

k. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanaknnya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas

l. Memberikan asuhan secara professional.

5. Kebijakan Program Pemerintah dalam Asuhan Masa Nifas

Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit empat kali yang bertujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi. Kunjungan dalam masa nifas antara lain :

Kunjungan pertama dilakukan pada 6-8 jam setelah persalinnan yang bertujuan untuk mencegah perdarahan, mendeteksi dan merawat penyebap lain perdarahan rujuk bila perdarahan berlanjut, memberi konseling pada ibu atau salah satu keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri, pemberian ASI 1 jam setelah Inisiasi Menyusui Dini (IMD) berhasil dilakukan, melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir, menjaga bayi tetap hangat dengan cara mencegah hipotermia.


(22)

Kunjungan kedua dilakukan 6 hari setelah persalinan yang bertujuan untuk memastikan involusio uteri berjalan normal, uterus berkontraksi fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau, menilai adanya tanda-tanda demam infeksi atau perdarahan abnormal, memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit pada payudara ibu, memberi konseling pada ibu mengenai asuhan pada tali pusat bayi, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi setiap hari.

Kunjungan ketiga dilakukan 2 minggu setelah persalinan yang memiliki tujuan yang sama dengan kunjungan ke dua.

Kunjungan ke empat dilakukan 6 minggu setelah persalinan yang bertujuan untuk menanyakan pada ibu tentang penyakit yang ia atau bayi alami, memberikan konseling untuk menggunakan KB secara dini (Anggraini, Y. 2010).

6. Perubahan Fisiologis

Menurut Anggraini, Y (2010) secara Fisiologis, seorang wanita yang telah melahirkan akan perlahan-lahan kembali seperti semula. Alat reproduksi sendiri akan pulih setelah enam minggu. Pada kondisi ini, ibu dapat hamil kembali. Yang perlu diketahui ibu hamil, keluarnya menstruasi bukanlah pertanda kembalinya kesuburan, karena sebelum mens datang, pada saat habis masa nifas, orang bisa saja hamil. Adapun perubahan-perubahan dalam masa nifas adalah sebagai berikut :

1). Perubahan Alat Reproduksi a. Involusio Uterus

Involusio atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram.


(23)

8

Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus.

b. Serviks

Segera setelah post partum bentuk serviks agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks uteri tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan servik uteri terbentuk semacam cincin. Serviks mengalami involusio bersama-sama uterus. Setelah persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks menutup.

c. Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap kendur. Setelah 3 minggu akan kembali kepada keadaan tidak hamil, rugae berangsur-angsur muncul dan labia menjadi lebih menonjol.

d. Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.

e. Rahim

Setelah melahirkan rahim akan mengecil seperti sebelum hamil, rahim setelah melahirkan teraba keras setinggi 2 jari dibawah pusar, 2


(24)

pekan setelah melahirkan rahim sudah tak teraba, 6 pekan akan seperti semula. Akan tetapi biasanya perut ibu masih terlihat buncit dan muncul garis-garis putih atau coklat berkelok.

2) Perubahan Sistem Pencernaan

Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan, dikarenakan waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan, kurang makan, haemoroid, laserasi jalan lahir. Untuk mengatasi hal tersebut dapat diberikan makanan mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup (Anggraini, Y 2010).

3) Perubahan Tanda-tanda Vital

Sesudah partus suhu tubuh dapat naik sekitar 0,5ºC dari normal dan tidak melebihi 8ºC. Sesudah dua jam pertama melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal.

Denyut nadi umumnya labil dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan pernafasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali seperti keadaan semula. Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum namun akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak terjadi penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam setengah bulan tanpa pengobatan (Saleha, 2009).

7. Perawatan Kebutuhan Dasar Pada Masa Nifas

Pada mereka yang melahirkan secara normal, tidak ada pantangan diet. Dua jam setelah melahirkan perempuan boleh minum dan makan seperti biasa bila ingin. Kebutuhan nutrisi pada masa menyusui meningkat 25 % yaitu untuk produksi ASI dan memenuhi kebutuhan cairan yang meningkat tiga kali dari


(25)

10

biasanya. Penambahan kalori pada ibu menyusui sebanyak 500 kkal tiap hari. Makanan yang dikonsumsi ibu berguna untuk melakukan aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses produksi ASI serta sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangannya (Anggraini, Y. 2010).

Pada masa nifas, perempuan sebaiknya melakukan ambulansi dini yaitu beberapa jam setelah melahirkan, segera bangun dari tempat tidur dan bergerak, agar lebih kuat dan lebih baik. Gangguan berkemih dan buang air besar juga dapat teratasi.

Ibu diminta buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum. Jika dalam 8 jam postpartum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100 cc maka dilakukan kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih penuh, tidak perlu menunggau 8 jam untuk kateterisasi. Penyebab terjadinya kesulitan berkemih pada ibu postpartum adalah karena berkurangnya tekanan intraabdominal, otot-otot perut masih lemah, edema dan uretra, dinding kandung kemih kurang sensitif (Saleha, 2009).

Ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar (defekasi) setelah hari kedua postpartum. Jika hari ketiga belum juga BAB maka perlu diberi obat pencahar per oral atau per rektal. Jika setelah pemberian obat pencahar masih belum bisa BAB maka dilakukan klisma (huknah).

Pada masa postpartum seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air, daerah sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke


(26)

belakang kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasihati ibu membersihkan vulva setiap kali selesai buang air kecil atau besar. Sarankan ibu mengganti pembalut setidaknya dua kali sehari. Sarankan ibu mencuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya (Anggrainni, Y. 2010). Perawatan payudara dengan melakukan masase pada payudara dengan mencuci tangan sebelum melakukan masase, menuangkan minyak pada kedua belah telapak tangan secukupnya dan masase dilakukan (Saleha, 2009).

B.Ibu

Ibu adalah sasaran utama pelayanan kebidanan ibu yang sehat akan melahirkan bayi yang sehat. Masalah kesehatan dimulai sejak terjadinya konsepsi bayi, balita yang sehat akan menjadi modal utama dalam pembentukan generasi yang kuat, berkualitas, dan produktif dimasa yang akan datang (Soeparman, 2008).

Ibu juga sebagai individu juga memberi konstribusi yang penting bagi kesehatan dan kesejahteraan keluarga di masyarakat. Sebagai wanita ibu dapat berperan diberbagai sector. Sebagai bagian keluarga maka ibu dan anak yang sehat merupakan sasaran pelayanan atau asuhan kebidanan di Indonesia (Soeparman, 2008).

C.Konsep Budaya Dalam Kebiasaan Pasca Melahirkan 1. Pengertian Persfektif atau Pandangan

Dalam Khairunnisa (2011) persfektif atau cara pandang, yang merupakan pandangan dari sudut satuan bahasa sebagaimana satuan itu berhubungan dengan yang lain.


(27)

12

2. Konsep Sosial Budaya

Budaya bukan hal yang statis melainkan bersifat dinamis dan selalu berubah. Praktik budaya yang diingat individu dan praktik dari negara atau tempat asal mereka sering kali berbeda dari praktik yang sedang terjadi di tempat yang sama pada saat ini (Varney, dkk, 2006).

Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum dan istiadat (menurut EB. Taylor). Sedangkan menurut Selo Soemardjan Soelaeman Soemadi adalah semua hasil karya, rasa cipta, masyarakat yang berfungsi sebagai tempat berlindung, kebutuhan makanan dan minum, pakaian dan perhiasan (Syafrudin 2009).

Sistem nilai budaya adalah konsepsi-konsepsi tentang nilai yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar anggota masyarakat, dan berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi sikap mental, cara berfikir, dan tingkah laku mereka. Sistem nilai budaya tersebut adalah hasil pengalaman hidup yang berlangsung dalam kurun waktu yang lama, sehingga menjadi kebiasaan yang berpola. Sistem nilai budaya yang sudah berpola itu meliputi segala aspek nilai kehidupan masyarakat. Kehidupan masyarakat adalah pola kehidupan yang berkelompok dalam bentuk-bentuk tertentu (Muhammad, 2008 dalam Sitorus, R.F 2011).

Kebudayaan maupun adat istiadat dalam masyarakat indonesia ada yang menguntungkan, dan ada pula yang merugikan bagi status kesehatan ibu hamil, ibu bersalin maupun nifas (Syafruddin, 2009).

Faktor yang paling mempengaruhi status kesehatan masyarakat terutama bagi ibu hamil, bersalin, dan nifas adalah lingkungan juga pendidikan dari masing-masing dari kaum ibu tersebut dan seandainya mengetahui dan


(28)

memahami hal-hal yang mempengaruhi status kesehatan terhadap hal itu, maka diharapkan masyarakat tidak melakukan kebiasaan atau adat istiadat yang merugikan kesehatan khususnya bagi ibu nifas (Syafruddin, 2009).

D. Pandangan Suku Batak Karo Tentang Kebiasaan Pasca Melahirkan 1. Suku Batak Karo di Sumatera Utara

Masyarakat Karo sendiri menempati dataran tinggi Karo dan disebut sebagai Taneh Karo. Pengertian dari Taneh Karo sebenarnya bukan hanya mencakup orang Karo yang berdiam di daerah Kabupaten Karo sekarang saja. Melainkan mencakup juga orang-orang Karo yang sudah lama berdiam atau menetap di daerah-daerah garis besar Karo, jauh sebelum Belanda menjajah wilayah asli suku Karo seperti Kabupaten Deli Serdang, Langkat, Simalungun, Dairi, Aceh Tenggara, Kotamadya Binjai dan Ibukota, Medan bahkan tidak menutup kemungkinan di berbagai tempat di kepulauan Nusantara ini. Seluruh perpaduan suku Karo diikat oleh suatu dialek (bahasa) yang dapat dimengerti mulai dari Langkat, Deli Serdang dan dataran tinggi Karo sampai ke Tanah Alas (Aceh Tenggara).

Pondasi utama masyarakat Karo adalah adat istiadat yakni tradisi dalam membangun suatu hubungan, menentukan keputusan-keputusan (runggu) dan melaksanakan hal tertentu sesuai hukum adat. Adat memiliki sanksi-sanksi supranatural dimana apabila dilanggar maka akan menimbulkan malapetaka dalam satu atau lain bentuk dan apabila dipatuhi kewajiban-kewajibannya tentunya akan menjamin nasib atau tuah yang baik. Adatlah yang memberikan daya lekat sosial dan norma-norma dan sanksi-sanksi dalam kehidupan sehari-hari (Ginting Leo Joosten. 2014).


(29)

14

2. Kebiasaan Pasca Melahirkan

Menurut beberapa ibu suku Batak Karo yang pernah melahirkan kebiasaan yang dilakukan adalah :

a. Mengolesi kuning las keseluruh badan agar tubuh ibu tetep hangat dan sehat

b. Mengolesi parem keseluruh badan agar tubuh hangat dan sehat c. Melakukan tup dengan rebusan daun serai dan jeruk purut d. Setiap makan bubur nasi harus menggunakan sira lada

E. Penelitian kualitatif Fenomenologi

Fenomenologi diartikan sebagai pengalaman subjektif atau pengalaman fenomenologika l, suatu studi tentang kesadaran dari perspektif pokok dari seseorang (Husserl). Istilah fenomenologi sering digunakan sebagai anggapan umum untuk menunjukkan pada pengalaman subjektif dari berbagai jenis dan tipe subjek yang ditemui. Dalam arti yang lebih khusus, istilah ini mengacu pada penelitian terdisiplin tentang kesadaran dari perspektif pertama seseorang (Moleong, 2012).

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Dalam penelitian kualitatif metode yang biasanya dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen. Penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau sekelompok orang (Moleong, 2012).


(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif fenomenologi yaitu untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian (misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan), secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2010).

Sesuai dengan tujuan penelitian, penelitian kualitatif fenomenologi bertujuan untuk mengetahui bagaimana pandangan suku Batak Karo tentang kebiasaan pada ibu pasca melahirkan.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu suku Batak Karo yang pernah melahirkan dan berada di Desa Sukandebi Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi tahun 2015.

2. Sampel

Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah delapan orang, karena menurut Polit (2004) ciri dari penelitian fenomenologi adalah

penelitian yang menggunakan sampel dalam jumlah yang kecil yaitu sepuluh atau lebih kecil dan dari sampel tersebut sudah dapat memenuhi saturasi data. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling


(31)

16

sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun kriteria sampel penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Ibu Suku Batak Karo yang pernah mendapat atau melakukan kebiasaan pada ibu pasca melahirkan

b. Dapat berbahasa Indonesia

c. Bersedia menjadi partisipan dalam penelitian.

C.Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukandebi Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena adanya populasi yang mencukupi untuk dijadikan partisipan.

D.Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai dari Maret 2015 sampai Mei 2015.

E.Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengajukan surat permohonan kepada ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan kepada Kepala Desa Sukandebi agar dapat memperoleh persetujuan penelitian. Menetapkan orang-orang yang diteliti bukan sebagai “objek” melainkan orang yang derajatnya sama dengan peneliti. Menghargai, menghormati dan patuh semua peraturan yang ada di Desa Sukandebi. Memegang segala rahasia yang berkaitan dengan informasi yang diberikan. Informasi tentang informan tidak dipublikasikan bila informan tidak


(32)

menghendaki, termasuk nama informan tidak akan diantumkan dalam laporan penelitian. Peneliti dalam merekrut informan terlebih dahulu, memberikan informed consent, yaitu memberi tahu secara jujur maksud dan tujuan terkait dengan tujuan penelitian pada informan dengan sejelas-jelasnya. Selama dan sesudah penelitian privacy tetap dijaga, semua informan diperlakukan sama, nama informan diganti dengan nomor, peneliti akan menjaga kerahasiaan informasi yang diberikan dan hanya digunakan untuk kegiatan penelitian serta tidak akan dipublikasikan tanpa izin informan. Selama pengambilan data peneliti memberi kenyamanan pada informan dengan mengambil tempat wawancara sesuai dengan keinginan informan. Sehingga informan dapat leluasa tanpa ada pengaruh lingkungan untuk mengungkapkan informasi yang diketahuinya.

F. Alat Pengumpulan Data

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai instrument penelitian (Sugiyono, 2013). Dengan dibantu oleh ku esioner data demografi dan panduan wawancara.

Peneliti sebagai instrumen penelitian karena peneliti sebagai alat pengumpul data. Peneliti harus dapat beradaptasi, sehingga dapat diterima oleh partisipan dan lingkungannya agar mampu mengungkap data yang tersembunyi melalui bahasa tutur, bahasa tubuh, perilaku maupun ungkapan-ungkapan yang berkembang di lingkungan partisipan. Peneliti menggunakan dua cara pengumpulan data yaitu panduan wawancara mendalam (indept interview) berupa pertanyaan seputar kebiasaan pasca melahirkan menurut pandangan suku Batak Karo menggunakan alat perekam suara. Dan dengan bantuan kuesioner data


(33)

18

demografi yang berisi tentang data umum partisipan pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yaitu : umur, agama, pendidikan dan pekerjaan.

G.Prosedur Pengumpulan Data

Setelah mendapat izin dari Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara untuk melakukan penelitian, maka peneliti langsung mendatangi kepala desa Sukandebi Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi untuk meminta izin melakukan survey pendahuluan. Kemudian peneliti langsung mengumpulkan data untuk memperoleh data awal (survey pendahuluan) calon partisipan yang akan diwawancara untuk dijadikan sampel. Pada penelitian ini, partisipan diperoleh dari desa Sukandebi Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi, peneliti mengambil data untuk memperoleh data calon partisipan.

Peneliti melakukan pilot study, sebelum melakukan wawancara terhadap partisipan pertama yang bertujuan sebagai latihan dalam melakukan teknik wawancara. Pilot study dilakukan pada 1 orang partisipan dan partisipan tersebut dibuat dalam bentuk transkip dan ditentukan tema-tema yang dihasilkan dari wawancara mendalam tersebut, selanjutnya dikonsultasikan dengan pembimbing untuk melihat proses wawancara yang dimulai dengan probing sampai menganalisis data serta melanjutkan penelitian selanjutnya.

Setelah pilot study dilakukan, peneliti melakukan pendekatan kepada calon partisipan untuk mendapat persetujuan sebagai sampel penelitian. Untuk setiap partisipan yang diperoleh, peneliti melakukan prolonged engangement kepada partisipan sebanyak 2 kali (setiap kunjungan lamanya 30-45 menit) kunjungan ke rumah masing-masing partisipan. Setelah kunjungan awal tersebut peneliti merasa cukup dekat dengan partisipan, kemudian peneliti membuat janji dengan


(34)

partisipan mengenai waktu wawancara, maka wawancara dilakukan sesuai waktu yang telah disepakati. Pendekatan yang dilakukan peneliti bertujuan untuk meningkatkan hubungan saling percaya antara peneliti dan partisipan.

Peneliti terlebih dahulu menjelaskan maksud dan tujuan wawancara yang akan dilakukan, kemudian memberikan lembaran informed consent untuk ditandatangani apabila bersedia menjadi partisipan dalam penelitian ini. Peneliti memberikan kuesioner data demografi untuk diisi oleh partisipan dan panduan wawancara yang berisi beberapa pertanyaan untuk terlebih dahulu dipahami oleh partisipan. Partisipan diberi waktu untuk memahami pertanyaan dan mengingat kembali peristiwa yang dialaminya hingga pada waktu wawancara partisipan dapat mengungkapkan hal-hal yang dialaminya secara jelas.

Dalam melakukan wawancara, peneliti merekam hasil wawancara dengan menggunakan alat perekam suara. Setelah selesai wawancara pada setiap partisipan dengan lama 30-40 menit, peneliti langsung membuat transkip hasil wawancara, kemudian melakukan analisis data. Jika ada hal-hal yang kurang jelas maka dilakukan wawancara ulang. Selanjutnya peneliti menganalisis data yang ditemukan dan mengelompokkan data, kemudian diuraikan ke dalam bentuk narasi dari semua konsep kelompok kategori konsep. Peneliti membahas hasil penelitian sesuai dengan analisa data yang akan dilakukan, pengumpulan data dihentikan setelah saturasi data diperoleh, kemudian peneliti melakukan member check.

H.Analisis Data

Setelah melakukan wawancara dengan partisipan, peneliti segera melakukan transkrip hasil rekaman untuk selanjutnya dianalisa. Analisa data


(35)

20

dilakukan secara stimulan dengan proses pengumpulan data. Adapun tahap proses analisa yang dilakukan dengan cara membaca berulang-ulang transkrip yang telah dibuat setelah itu membuat pernyataan yang penting (significant staitment). Mengelompokkan pernyataan-pernyataan penting yang sejenis sehingga diperoleh beberapa pernyataan kelompok. Membaca kembali pernyataan-pernyataan sejenis disetiap kelompok sehingga ditemukan tema dari kelompok pernyataan tersebut. Setelah diperoleh beberapa tema dari tiap-tiap kelompok, kemudian disajikan dalam bentuk narasi.

Adapun tahapan proses analisa data menggunakan metode miles dan huberman 1984 dalam Khairunnisa 2011 adalah sebagai berikut :

a. Membuat analisis data dari yang sudah ada dan sedang berlangsung, kemudian membaca hasil analisis dan memilih pertanyaan-pertanyaan penting yang diungkapkan oleh partisipan.

b. Mengelompokkan pertanyaan-pertanyaan penting yang sejenis sehingga diperoleh beberapa pertanyaan kelompok (reduksi data)

c. Membaca kembali pertanyaan-pertanyaan sejenis di setiap kelompok sehingga ditemuka tema dari kelompok pertanyaan tersebut

d. Setelah diperoleh beberapa tema dari tiap-tiap kelompok, kemudian disajikan dalam bentuk narasi (verifikasi data).

I. Tingkat Keabsahan Data

Hasil penelitian diharapkan mempunyai data yang akurat dan dapat dipercaya, sehingga hasil penelitian tersebut benar-benar dapat menjadi sebuah karangan ilmiah yang bisa dipertanggung jawabkan tanpa adanya manipulasi atau pemalsuan data. Untuk itu perlu adanya cara agar penelitian tersebut memenuhi keabsahan data. Ada beberapa kriteria yang dipenuhi, sebagaimana menurut


(36)

Moleong, 2010 bahwa tingkat kepercayaan hasil penelitian dapat dicapai jika peneliti berpegangan pada empat kriteria, meliputi :

1. Kepercayaan (credibility)

Pada dasarnya menggantikan konsep validitas internal dalam nonkualitatif. Kriterium ini berfungsi; (a) melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai, (b) menunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.

2. Keterahilan (tranferability)

Konsep validitas ini menyatakan bahwa generalisasi suatu penemuan dapat berlaku atau diterapkan pada semua konteks dalam populasi yang sama atas dasar penemuan yang diperoleh pada sampel yang secara representative mewakili populasi tersebut. Untuk melakukan pengalihan tersebut seorang peneliti hendaknya mencari dan mengumpulkan data kejadian empiris tentang kesamaan konteks. Dengan demikian peneliti bertanggung jawab untuk menyediakan data deskriptif secukupnya jika ia ingin membuat keputusan tentang pengalihan tersebut

3. Kebergantungan (dependability)

Konsep kebergantungan lebih luas daripada reabilitas. Hal tersebut disebabkan oleh peninjauannya dari segi bahwa konsep itu memperhitungkan segala-galanya, yaitu yang ada pada reabilitas itu sendiri ditambah faktor-faktor lainnya yang tersangkut dan bagaimana hal itu dibicarakan dalam konteks pemeriksaan.


(37)

22

4. Kepastian (comfirmability)

Disini pemastian bahwa sesuatu itu objektif dan tidak bergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapat, dan penemuan seseorang. Dapatlah dikatakan bahwa pengalaman seseorag itu subjektif sedangkan jika disepakati oleh beberapa aatau banyak orang, barulah dikatakan objektif.


(38)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan tentang bagaimana pandangan suku batak karo tentang kebiasaan pada ibu pasca melahirkan. Kedelapan partisipan berdomisili di Desa Sukandebi Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi yang memiliki karakteristik berbeda-beda. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dengan menggunakan alat perekam suara.

B. Karakteristik Partisipan

Kedelapan partisipan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah partisipan yang sesuai dengan kriteria yaitu : Ibu Suku Batak Karo yang pernah melakukan kebiasaan pada ibu pasca melahirkan, dapat berbahasa Indonesia, dan bersedia menjadi partisipan dalam penelitian. Dari kuesioner data demografi diperoleh bahwa kedelapan partisipan berusia 30 – 67 tahun. Enam orang partisipan beragama khatolik, satu orang beragama kristen protestan dan satu orang beragama islam. Lima orang patisipan berpendidikan SD, satu orang berpendidikan SMP, satu orang berpendidikan SMU, dan satu orang berpendidikan Sarjana. Dari kedelapan partisipan lima orang bekerja sebagai petani, dua orang bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga dan satu orang bekerja sebagai PNS. Kedelapan partisipan menceritakan bagaimana pandangan suku batak karo tentang kebiasaan pada ibu pasca melahirkan.


(39)

24

Tabel 4.1 Karakteristik Partisipan

Karakteristik Partisipan Frekuensi (n) Persentase (%) Umur

30 – 40 40 – 50 50 – 60 60 – 70 Agama Khatolik Kristen Protestan Islam Pendidikan SD SMP SMU S1 Pekerjaan Petani IRT PNS 2 3 1 2 6 1 1 5 1 1 1 5 2 1 25% 37,5% 12,5% 25% 75% 12,5% 12,5% 62,5% 12,5% 12,5% 12,5% 62,5% 25% 12,5%

C. Pandangan suku Batak Karo tentang kebiasaan pada ibu pasca melahirkan Dari hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara kepada ibu bersuku Batak Karo memiliki ciri khas tersendiri mengenai kebiasaan pada ibu pasca melahirkan yang meliputi : (a) Upaya menjaga kesehatan tubuh dengan cara mengolesi kuning las keseluruh tubuh, mengolesi parem keseluruh tubuh, melakukan tup (oukup) sebelum mandi, melakukan tup mata dengan bubur nasi, mengolesi tawar mentar ke tubuh ibu yang mengalami singgaren


(40)

bubur nasi campur sira lada memakan sayuran terbangun dan daun katuk saat makan, (c) Upaya untuk mempercepat keluar darah kotor yaitu dengan cara memakan tawar atau sembur. Dibawah ini akan dipaparkan lebih jelasnya. a. Upaya menjaga kesehatan tubuh

Berbagai kelompok masyarakat juga memiliki cara-cara maupun kebiasaan mereka saat pasca melahirkan. Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap partisipan, suku Batak Karo mempunyai upaya menjaga kesehatan tubuh dengan cara mengolesi kuning las keseluruh tubuh, mengolesi parem keseluruh tubuh, melakukan tup (oukup) sebelum mandi, melakukan tup mata dengan bubur nasi, mengolesi tawar mentar ke tubuh ibu yang mengalami singgaren (pembengkakan).

1. Mengolesi kuning las keseluruh tubuh

Mengolesi kuning las keseluruh tubuh berdasarkan hasil wawancara empat orang partisipan yang mengatakan kuning las dapat menghangatkan badan ibu. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan berikut :

“Setelah melahirkan pakai kuning las supaya badan kita terasa ringan, kelua r semua keringa t da ri bada n kita . Terbua t da ri bera s, ja he, banyaklah, setelah mandi kuning las itu diolesi semua keseluruh badan”

(Partisipan 4, L 9 - 17) “Setelah melahirkan pakai kuning las supaya badan hangat, sehatlah ja dinya . Itu terbua t da ri ja he ba ta k, kemiri, la da , ba wa ng putih, dihaluskan semuanya kemudian dioleskan ke seluruh badan ibu”


(41)

26 “Kalau setelah melahirkan sehabis mandi pakai kuning las supaya sehat ba dan ibunya . Lempuya ng, ja he, la da kemiri, semua ba han diha luska n kemudia n dioleskan keseluruh tubuh ibu”

(Partisipan 7, L 9 - 14) “Kalau ibu setelah melahirkan pakai kuning las supaya badan ibu ha nga t, ngga k ba u a mis ibunya . Itu da ri merica , ja he ba ta k, kemiri dihaluskan semuanya terus dioleskanlah keseluruh badan ibunya”

(Partisipan 8, L9-16) 2. Mengolesi parem keseluruh tubuh

Dari hasil wawancara diperoleh tiga orang partisipan mengatakan bahwa mengolesi parem keseluruh tubuh dapat membuat tubuh semakin sehat dan tidak mudah masuk angin. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan berikut :

“Kalau udah melahirkan kita buat parem Parem itu untuk membuat tubuh kita seha t, rempa hnya da ri ba wa ng mera h, ba wa ng putih, kencur semua kita giling, diha luskan trus dikasi a ir da n dioleskan ke seluruh badan”

(Partisipan 1, L9-11) “Pakai parem Itu guna nya supa ya ibu cepa t seha t, badan hangatlah, jadi ga k muda h ma suk a ngin. Pa rem itu oba t lua r, oba t lua r ya ng berupa kuning yang dioleskan ke tubuh ibu”

(Partisipan 2, L 25 - 29) “Setelah melahirkan pakai parem parem itu untuk menghangatkan ba dan. Ba hannya itu da ri ba wa ng putih, lempuya ng diha luskan terus dioleskan ke seluruh badan setelah mandi”


(42)

(Partisipan 5, L 9 - 14) 3. Melakukan tup (oukup) sebelum mandi

Dari hasil wawancara diperoleh enam orang partisipan mengatakan bahwa melakukan tup (oukup) sebelum mandi dapat membuat tubuh menjadi kuat. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan berikut :

“Air mandinya di oukupkan, bahannya ada dari serai, ada juga dari da un jeruk purut, dima sa k dulu a irnya sa mpa i mendidih terus sebelum ma ndi dioukupka n dulu pa da ibunya . Ibunya dudukla h dia tas kursi terus dia nta ra kedua ka ki ibu dileta kka n a ir ya ng sudah dima sa k ta di, trus ba dan kita di tutup denga n ka in a tau selimut sa mbil penutup a ir itu dibuka perlaha n-laha n, setela h tubuh kita berkeringa t ba ru bisa dibuka penutup ba dan. Kemudia n ma ndi dan setelah mandi ba da nnya di paremkan lagi”

(Partisipan 2, L 43 - 50) “Kalau udah 3 atau 4 hari gitu ertup (oukup) katanya orang karo. Dia mbilla h da un lengkua s, da un kunyit, da un jeruk purut, daun sera i, da un a sa m cika la gak ta u a ku apa baha sa indonesianya itu dek. Kemudia n direbus la itu semua dengan a ir sa mpa i mendidih. Setela h mendidih a irnya itu dileta kka n dia nta ra kedua ka ki ibu terus ba da n ibu ditutupi denga n selimut, supaya keringa tnya kelua r setela h keringa t kelua r selimutnya dibuka , itu juga guna nya supaya ibunya ngga k pening -pening”


(43)

28 “Iya dek pake ertup Hmmm...ertup itu air sama daun serai direbus sa mpa i mendidih terus a irnya itu dileta kka n dia ntara kedua kaki, kemudia n ba da n kita ditutup dengan selimut supa ya ua p a ir yang ta di meresa p ketubuh ibunya Supa ya ba dannya keringa ta n ja di kotora n -kotoran yang ada dalam tubuh keluar semua gak masuk angin juga”

(Partisipan 5, L 32 - 39)

“Ada juga ertub, ertub itu air direbus sama daun jeruk purut, da un sera i juga bisa , terus dima sa k sa mpa i mendidih kemudia n di tubka n (ua pka n) ke ba da n ibu denga n ca ra meleta kka n a ir mendidih tadi di a nta ra ka ki ibu, kemudia n ba da nnya ditutup denga n selimut a tau ka in supa ya ua p a irnya itu meresap ke bada n ibu sa mpa i keringa tan ba ru selimutnya dibuka . Ja di a irnya suda h disia pkan sebelum mandi Supaya ba da n ringan, jadi enaklah”

(Partisipan 6, L 15 - 24) “Ada juga ertub supaya badan ibu sehat, ringan jadi segarlah. Pakai da un jeruk purut, da un sera i, a ta u da un sirih pun bisa , da un ini direbus denga n a ir sa mpa i mendidih setela h a irnya mendidih, a ir itu di leta kka n dia nta ra kedua ka ki ibu, trus ba da nnya ditutup denga n selimut sa mbil penutup periuknya dibuka sikit-sikit supa ya uap a irnya kena k ke ba da n ibu ja di disera p

(Partisipan 7, L 37 - 46) “Kebiasaan lainnya ertup, itu dari daun jeruk purut atau daun serai pun bisa direbus dengan a ir sa mpa i mendidih. Setela h a ir rebusa nnya


(44)

mendidihka n a ir itu dileta kkan dia nta ra kedua kaki ibunya , terus ba da n ibu ditutup denga n selimut supa ya ua p a irnya itu meresa p ke tubuh ibu sa mbil penutup a ir itu dibuka sikit-sikit sa mpa i semua ua pnya ha bis sua pay ba da nnya ngga k bengkak, nggak tera sa bera t, ja di ringa nla h pera sannya dek. Ka rena ka n ka la u setelah mela hirkan ba da n kita bera t gitu, jadi setelah pakai gitu jadi ringanlah badan kita itu.”

(Partisipan 8, L 41- 53)

4. Melakukan tup mata dengan bubur nasi

Dari hasil wawancara diperoleh dua orang partisipan mengatakan bahwa melakukan tup mata dengan bubur nasi bermanfaat agar wajah tidak bengkak dan penglihatan tidak kabur. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan sebagai berikut :

Kemudia n buburnya dibua t keda la m piring. Sebelum ma kan, bubur itu di tupkan dulu sa ma ibunya supa ya keringa tan ibunya . Kegunaa nnya supa ya wa ja h ibunya tida k bengka k dan pengliha ta nnya tida k ka bur, ka rena ka dangka n setela h mela hirka n ma u bengka k wa ja hnya .

(Partisipan 2, L 14 - 22) Terus na si buburnya itu juga bisa ditup ka n sa ma ibunya , ca ra nya sa ma juga ka ya k ta di, ba da n ibunya ditutup terus buburnya dia du k- a duk sa mpa i a ga k ha nga t kemudia n penutupnya dibuka terus buburnya dima ka n. Kegunaa nnya supa ya wa ja h ibu ngga k bengka k, pengliha ta n ibu pun sega r ngga k ka bur.


(45)

30

5. Mengolesi tawar mentar ke tubuh ibu yang mengalami singgaren (pembengkakan)

Dari hasil wawancara diperoleh tiga orang partisipan mengatakan bahwa Mengolesi tawar mentar ke tubuh ibu yang mengalami singgaren (pembengkakan) dapat memberi rasa dingin. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan sebagai berikut :

Ta pi kuning la s da n tup ini ngga k bisa dilakukan ibu ya ng ada singga rennya (pembengka ka n) ka rena inikan pa na s, ja di ka lau dipa ke na nti bisa ja di ma kin dema m ibunya , ta pi ka la u ngga k ada bisa pa ke kuning las dan tup itu. Pa ke ta wa r menta r la h ka la u ada singga rnya Tepung, ba wa ng mera h, ingil-ingil (sejenis tumbuha n pa ku ya ng dingin), ba nya kla h ba ha n-ba hannya , ja di ka la u ada singgarnya pake ta wa r ini nggak ka mbuh na nti singga rnya ka rna dingin. Setela h ma ndi diolesi keseluruh tubuh ibunya

(Partisipan 6, L 28 – 39) Ta pi ka la u ibu ya ng punya sa kit singga r(pembengka ka n) ngga k boleh pa ka i kuning la s Ka rena ka n ka la u sa kit singga r ba da n kita dema m ja di ka la u kita ka si pa ka i kuning la s ma kin dema m na nti ibunya , kuning la s itu ka n bua t hanga t Pa ka i ta wa r menta r a ja ka la u a da sin gga rnya Tepung bera s, kencur, ba wa ng mera h, diha luska n kemudia n dioleska n keseluruh tubuh ibunya setela h mandi

(Partisipan 7, L 16 – 25) Ka la u ibu ya ng sa kit singga r ngga k boleh pa ka i kuning la s, ka rena nanti ja di ma kin sa kit ibunya . Pa ka i ta wa r menta r a ja diolesi keseluruh tubuh ibu, ta wa r ini ka pa n a ja pun bisa dipa ke, setela h mandi juga bisa


(46)

(Partisipan 8, L 22 – 29) b. Upaya pengeluaran air susu ibu (ASI)

Dari hasil wawancara diperoleh kedelapan partisipan berpandapat makan bubur nasi campur sira lada dan memakan sayuran terbangun dan daun katuk saat makan dapat memperlancar ASI. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan sebagia berikut :

1. Makan bubur nasi campur sira lada

Dari hasil wawancara diperoleh kedelapan partisipan mengatakan bahwa makan bubur nasi dicampur sira lada dapat memperlancar ASI ibu. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan sebagai berikut :

“Supaya air susu lancar kita dikasi bubur nasi, dakdak katanya suku karo, sira la da itu dika si la da (merica ) da n ga ra m, sebelumnya kita gongseng la da (merica ) da n ga ra mnya sa mpa i ma ta ng kemudia n kita tumbuk sampai halus dan kita campur kedalam bubur itu”

(Partisipan 1, L 26 - 34) “Kebiasaan suku batak karo setelah melahirkan dikasi makan bubur, buburnya itu dika si sa nta n kelapa , dika si merica giling, itu dica mpur ke buburnya, itu gunanya untuk memperlancar ASI”

(Partisipan 2, L 9 - 10) “Kalau orang karo dikasi makan dakdak. Dakdak itu beras dimasak sa mpa i ka ya k bubur terus dika si sira la da . Itu dika si ga ra m dan merica dica mpurka n ke bubur ibunya supaya ASI ibu lancar”

(Partisipan 3, L 16 - 22) “Makan bubur dicampur lada dan garam supaya air susu cepat lancar dan banyak”


(47)

32

(Partisipan 4, L 29 - 31) “Terus ibunya juga dikasih makan bubur dicampur merica, garam sama sa nta n kelapa supa ya ASI nya la nca r, ba nya k, hanga t terus ja di a naknya ga masuk angin minumnya”

(Partisipan 5, L 21 - 25) “Terus makan bubur nasi dicampur garam dan merica biar lancar ASI nya”

(Partisipan 6, L 41-42) “Makan bubur nasi Beras yang di masak jadi bubur kemudian dicampur denga n lada (merica ) dan gara m supaya air susu ibu lancar, banyak keluarnya”

(Partisipan 7, L 27 - 32) “Makan nasi bubur Buburnya dikasi santan, garam dan merica Supaya a si ibu ha nga t untuk a na knya dan la nca r a sinya , kental. Makanya tadi dika si santa n da n merica itu supa ya ASI ibunya tetap ha nga t, ngga k ma suk a ngin. Ka n ka da ng a danya ba yi muntah ka la u menyusu itu ka rna ASI ibunya masuk angin”

(Partisipan 8, L 31 - 38) 2. Memakan sayuran terbangun (bangun-bangun) dan daun katuk

Dari hasil wawancara diperoleh dua orang partisipan yang memakan sayur terbangun dan katuk untuk memperlancar ASI. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan sebagia berikut :

“Sayurnya dibuat terbangun supaya air susu cepat lancar dan banyak” (Partisipan 4, L 29 - 31) “Daun nasi-na si itu ja di sayurnya dibuat biar lancar ASI nya”


(48)

(Partisipan 6, L 41 - 42) c. Upaya untuk mempercepat keluar darah kotor

Dari hasil wawancara diperoleh enam orang partisipan mengatakan bahwa memakan tawar atau sembur untuk memperlancar keluarnya darah kotor. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan sebagia berikut :

1. Memakan tawar atau sembur

“Ada, makan tawar dek. Tawar itu bukan sejenis sembur tapi itu terbuat dari a sa m cika la ditumbuk ha lus ta pi ka la u rempah-rempa h la innya a ku lupa dek. Itu ka da ng bisa dica mpur dengan teh ma nis, bisa juga dima kan gitu a ja sikit, supa ya cepa t bersih da ra h kotornya”

(Partisipan 1, L 59 - 64) “Jamu itu kalau orang karo tawar namanya. Itulah tawar tadi di campur ke teh ma nis a ta u dima ka n gitu a ja pun bisa nya supa ya cepa t bersih da ra h kotornya”

(Partisipan 2, L 87 - 90)

“Makan sembur. Sembur sakituda namanya. Da ri ja he ba ta k, ba wa ng putih, burle, dibua t la da (merica ) diha luska n, dijemur, ka la u mau ma ka n di a mbil sedikit, itulah dimakan biar lancar darah kotornya”

(Partisipan 3, L 65 - 69) “Makan tawar dicampur dengan teh manispun bisa supaya cepat bersih nanti da ra h kotornya . Ba ha nnya da ri la da , ja he, rempa h-rempah, kurang tau pula k aku semuanya”


(49)

34

(Partisipan 4, L 35 - 38)

“Makan tawar supaya cepat bersih darah kotornya. Kami beli dek tawarnya, kura ng ta u a ku baha nnya , ka lau sa a t ma ka n bisa dica mpurka n ke buburnya atau kedalam sayurnya”

(Partisipan 6, L 46 - 50)

“Aaaa makan tawar pun bisa supaya lancar darah kotornya keluar”

(Partisipan 8, L 40)

D.Pembahasan

Sejak hamil sampai sesudah melahirkan, seorang wanita perlu melakukan langkah-langkah perawatan agar pada saat hamil maupun setelah melahirkan berada dalam kondisi yang sehat (Muskibin, I. 2005). Perawatan pasca salin sangat penting dilakukan demi terjaminnya kesehatan ibu dan anak yang dilahirkannya. Walaupun persalinan berlangsung di pusat pelayanan kesehatan, RS atau klinik bersalin tidak jarang sekembalinya ke rumah, para wanita yang baru melahirkan itu menjalani perawatan secara tradisional sesuai dengan identitas kebudayaan masing-masing. Hal ini juga ditemukan pada suku Batak Karo yang masih mempertahankan tradisi leluhurnya walaupun sudah berbaur dengan kelompok-kelompok masyarakat yang memiliki kultur berbeda, tetapi dari hasil penelitian yang didapatkan bahwa masyarakat Batak Karo masih melakukan perawatan setelah melahirkan sesuai dengan tradisi mereka. Mereka masih memegang erat tradisi leluhurnya tentang kebiasaan dalam perawatan pasca melahirkan.


(50)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan bahwa terdapat nilai-nilai yang mendasari praktek budaya suku Batak Karo pada masa nifas yang menyatakan kebiasaan yang dilakukan berhubungan dengan kesehatan dimasa tua nanti.

1. Upaya menjaga kesehatan tubuh

Pada banyak kebudayaan, wanita yang baru melahirkan dianggap berada dalam kondisi dingin, berbeda halnya dengan saat ketika ia sedang hamil, yang berada dalam kondisi panas. Maka dalam kondisi dingin setelah melahirkan sang ibu dianggap memerlukan pemanasan (Swasono, 1997 dalam Sitorus, R.F. 2011).

Berdasarkan hasil penelitian, empat ibu yang melakukan kebiasaan pasca melahirkan sesuai dengan kepercayaan tradisi suku Batak Karo yaitu dengan cara mengolesi kuning las keseluruh tubuh untuk menjaga kondisi tubuh tetap sehat dan kuat. Kuning adalah salah satu obat tradisional Karo yang dilakukan dalam penyembuhan penyakit dan perawatan kesehatan (Bangun, R. 2009).

Sistem medis naturalistik mengakui adanya suatu keseimbangan. Kesehatan ada karena unsur-unsur yang tepat dalam tubuh seperti panas, dingin, cairan tubuh berada dalam keadaan seimbang menurut usia dan kondisi individu dalam lingkungan alamiah dan sosialnya. Apabila keseimbangan terganggu maka timbullah penyakit. Penyakit naturalistik inilah yang akan disembuhkan melalui cara-cara modern maupun tradisional. Pada umumnya dilakukan dengan pengobatan tradisional karena menggunakan ramuan secara alami. Demikian halnya dengan obat-obatan tradisional Karo seperti kuning (Bangun, R. 2009).


(51)

36

Sesuai dengan pernyataan berikut : Pada masyarakat Karo dikenal berbagai jenis kuning dan salah satunya adalah kuning melas. Obat ini memiliki sifat melas atau panas karena terbuat dari bahan dasar seperti jahe, merica, kencur, bawang merah dan bawang putih. Adapun kegunaan dari kuning melas biasanya digunakan untuk menghangatkan sekaligus mengembalikan kesegaran tubuh (Karo Herbal, 2014).

Kebiasaan-kebiasaan yang sering juga dilakukan ibu-ibu suku Batak Karo yaitu mengolesi parem ke seluruh tubuh ibu. Parem tersebut tidak jauh beda dengan kuning las yang memiliki kegunaan yang sama untuk meningkatkan kesehatan tubuh ibu serta memberi kehangatan pada ibu. Bahan untuk pembuatan parem berasal dari ramuan-ramuan yang terdiri dari jahe, kencur dan tepung beras, kemudian semuanya dihaluskan kemudian dijemur. Sebelum menggunakan atau mengolesi ke tubuh terlebih dahulu parem dibasahi dengan air.

Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh tiga orang ibu suku Batak Karo yang mengatakan parem dapat membuat tubuh semakin sehat dan tidak mudah masuk angin. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut : kandungan kencur yang merupakan tumbuhan Zingiberaceae digolongkan sebagi tanaman jenis empon-empon yang mempunyai daging buah paling lunak dan tidak berserat, merupakan tanaman kecil yang tumbuh subur di daerah dataran rendah atau pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak terlalu banyak air, banyak dikenal sebagai tanaman yang berguna untuk mencegah masuk angin (Mursito, 2001 dalam Juliana, 2010).

Selain itu ibu suku Batak Karo juga menggunakan tup (oukup) sebelum mandi. Ibu suku Batak Karo mengatakan melakukan tup (oukup) dapat


(52)

membuat tubuh kita semakin kuat dan sehat. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut : Oukup adalah sauna tradisional suku Karo yang memanfaatkan keanekaragaman jenis tumbuhan sebagai ramuannya untuk kesehatan pasca melahirkan. Dahulu oukup dilakukan dengan memasak air yang telah dicampur dengan beragam rempah hingga mendidih dalam sebuah kuali besar. Uap yang muncul dari proses itu akan diserap oleh tubuh. Biasanya hal ini dilakukan wanita karo yang baru melahirkan agar sehat dan segar kembali (Daeli, Walifour. G, 2011).

Mandi uap air rebusan ramuan setiap hari merupakan perawatan pasca persalinan yang bertujuan untuk mengembalikan kondisi panas tubuh ibu (Syafruddin, 2009).

Terapi uap berfungsi memperlancar aliran darah. Hal ini akan sekaligus memperlancar suplai nutrisi ke seluruh tubuh. Selama proses mandi uap, aliran darah ke kulit meningkat dari 5-10% menjadi 50-70%. Peningkatan aliran darah ini sekaligus membawa nutrisi penting ke kulit dan jaringan, menstimulasi aktivitas seluluer dan pertumbuhan sel-sel. Selain itu, kandungan minyak atsiri yang terdapat di dalam ramuan oukup mampu membuat kulit menjadi bersih, merangsang sirkulasi darah, serta membantu mengeluarkan bahan bersifat racun dari sel dan jaringan (Sutawijaya, 2010 dalam Daeli, Walifour. G, 2011).

Selama melakukan oukup seseorang akan merasa haus, lapar, dan pengeluaran keringat hingga kira-kira dua kali lipat, peningkatan volume plasma dan menurunnya kehilangan garam dalam keringat dan urin hampir tidak ada yang dapat menyebabkan tubuh kekurangan cairan dan apabila asupan cairan tidak dapat mengimbangi pengeluarannya mengakibatkan


(53)

38

terjadinya dehidrasi. Dehidrasi menyebabkan hilangnya elektrolit dari tubuh, terutama natrium dan kalium. Jika terjadi kekurangan elektrolit, air tidak dapat berpindah dari cadangannya di dalam sel ke dalam darah. Sehingga jumlah air dalam aliran darah berkurang. Tekanan darah dapat menurun, yang menyebabkan perasaan melayang atau seakan-akan hendak pingsan, terutama jika sedang berdiri. Jika kehilangan air dan elektrolit terus berlanjut, tekanan darah bisa turun sangat rendah, menyebabkan syok dan kerusakan yang berat pada berbagai organ dalam, seperti ginjal dan otak.

Saat melakukan oukup resiko terkena dehidrasi sangat besar, maka sebelum dan sesudah melakukan oukup seorang pengguna harus memaksimalkan cairan tubuhnya dengan minum air secukupnya.

Upaya menjaga kesehatan lainnya yaitu dengan melakukan tup mata dengan bubur nasi, kebiasaan ini dilakukan ibu pasca melahirkan karena memiliki manfaat agar penglihatan ibu tetap segar dan tidak kabur. Hal tersebut tidak benar karena penyebab mata rabun adalah faktor usia dan lensa mata tidak dapat memipih sehingga tidak dapat melihat jauh dengan jelas (Fortuna, 2007).

Mengolesi tawar mentar ke tubuh ibu yang mengalami singgaren (pembengkakan) juga merupakan kebiasaan suku Batak Karo pada ibu pasca melahirkan. Dimana ibu yang mengalami singgaren (pembengkakan) merasa demam atau badannya hangat sehingga perlu ramuan yang dingin untuk menetralkan keadaan tubuh ibu.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Bangun, R. 2009 yaitu cara menggunakan tawar mentar (kuning dingin) terlebih dahulu kuning dilarutkan dengan air dingin, lalu dioleskan ke bagian tubuh yang sakit. Kuning ini


(54)

bermanfaat untuk mengobati patah tulang, terkilir, bagian tubuh yang tiba -tiba saja bengkak dan sakit dengan sendirinya, dan melancarkan peredaran darah. Kuning ini bisa digunakan pada saat kapan saja bilamana bagian tubuh terasa sakit dan membutuhkan pengobatan.

2. Upaya pengeluaran air susu ibu (ASI) Dari hasil penelitian yang dilakukan, untuk memperlancar dan

memperbanyak air susu ibu dalam perawatan pasca melahirkan ibu suku Batak Karo mengkonsumsi bubur nasi campur sira lada. Sira (garam) lada (merica) yang biasanya dicampur dengan bubur bertujuan untuk memperbanyak ASI ibu. Bubur nasi ini dikonsumsi ibu pasca melahirkan.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sari (2004) pada masyarakat Karo yang dianjurkan mengkonsumsi bubur sira lada hitam, daun katuk dan jantung pisang untuk memperkental dan memperlancar ASI.

Selain itu masyarakat Karo memiliki kebiasaan mengkonsumsi daun terbangun (bangun-bangun) karena menurut mereka daun ini sangat membantu ibu dalam menyusui bayinya.

Khasiat bangun-bangun bagi ibu pasca persalinan telah dibuktikan beberapa penelitian. Penelitian Damanik tentang “manfaat tradisi dan kepercayaan wanita Simalungun yang sedang menyusui dalam mengkonsumsi daun torbangun (bangun-bangun)”, menunjukkan mengkonsumsi daun torbangun selam satu bulan setelah melahirkan terbukti dapat meningkatkan prouksi ASI, menyegarkan kondisi fisik dan dapat merangsang nafsu makan (Omtatok dalam Juliana, 2010).

Hasil penelitian Panjaitan, H. 2010 mengatakan bahwa salah satu tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional adalah daun bangun-bangun


(55)

40

yang merupakan satu tanaman yang secara turun-temurun digunakan masyarakat Sumatera Utara sebagai menu sayuran sehari-hari bagi ibu-ibu yang baru melahirkan untuk memperlancar ASI

Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, bergizi seimbang, terutama kebutuhan protein dan karbohidrat, tidak cukup hanya mengkonsumsi bubur sira lada dan bangun-bangun.

Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-persiapan pada kelenjar-kelenjar mamma untuk menghadapi masa laktasi. Perubahan yang terdapat pada kedua mamma antara lain : 1) proliferasi jaringan, terutama kelenjar-kelenjar dan alveolus mamma dan lemak, 2) pada duktus laktiferus terdapat cairan yang kadng-kadang dapat dikeluarkan, cairan tersebut berwarna kuning (kolostrum), 3) hipervaskularisasi terdapat pada permukaan maupun pada bagian dalam mamma. Pembuluh-pembuluh vena berdilatasi dan tampak dengan jelas, 4) setelah partus, pengaruh menekan dari estrogen dan progesteron terhadap hipofisis hilang. Timbul pengaruh hormon-hormon hipofisis kembali, antara lain Lactogenic hormone (prolaktin) yang akan dihasilkan pula. Mamma yang telah dipersiapkan pada masa hamil terpenuhi, dengan akibat kelenjar-kelenjar berisi air susu. Pengaruh oksitosin mengakibatkan mioepitelium kelenjar-kelenjar berisi air susu berkontraksi, sehingga pengeluaran air susu dilaksanakan. Umumnya produksi air susu berlangsung betul pada hari ke-2 sampai ke-3 postpartum (Manurung Y, D 2010 dalam Rachimhadhi, dkk, 2002).

3. Upaya untuk mempercepat keluar darah kotor

Untuk mempercepat pengeluarkan darah kotor, dalam perawatan pasca melahirkan ibu suku Batak Karo memiliki kebiasaan yaitu dengan cara


(56)

memakan tawar atau sembur yang terdiri dari jahe batak (bahing), bawang putih, burle, lada, semuanya dihaluskan kemudian dijemur. Setiap ibu makan tawar ini akan dicarpur sedikit dengan bubur atau bisa dicampur dengan teh manis atau air putih.

Lama masa nifas bisa berbeda-beda pada setiap ibu. Darah akan cepat berhenti apabila jumlah yang keluar memang sedikit tetapi optimal, atau keluar sekaligus banyak dan berhenti sebelum 40 hari.

Cara penggunaan tawar mbentar sendiri dapat dilakukan dengan dua cara berbeda, yaitu cara pertama mencampurkan tawar mbentar dengan air putih, kemudian dioleskan pada bagian kulit yang terasa gatal. Cara penggunaan kedua tawar mbentar dapat langsung dimakan dan hal ini ditujukan untuk mengobati berbagai penyakit dalam, seperti penyakit lambung dan lain sebagainya (Herbal Karo, 2014).

E.Keterbatasan Peneliti

Dalam penelitian kualitatif fenomenologi, dimana peneliti merupakan sebagai instrumen penelitian. Oleh karena itu untuk dapat menjadi instrumen penelitian, maka peneliti harus memiliki kemampuan untuk melakukan wawancara mendalam. Pada penelitian ini, peneliti tidak memiliki banyak pengalaman dalam melakukan wawancara sehingga secara tidak langsung mempengaruhi hasil penelitian ini karena dengan kemampuan wawancara yang sangat minim maka ada beberapa hal yang seharusnya dapat diketahui lebih banyak dari partisipan tidak tergali oleh peneliti sehingga hasil penelitian ini mungkin belum mencapai seluruh aspek yang diinginkan.


(57)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh peneliti dari kedelapan partisipan mengenai pandangan suku Batak Karo tentang kebiasaan pada ibu pasca melahirkan yaitu : 1) Upaya menjaga kesehatan tubuh dengan cara mengolesi kuning las keseluruh tubuh, mengolesi parem keseluruh tubuh, melakukan tup (oukup) sebelum mandi, melakukan tup mata dengan bubur nasi, mengolesi tawar mentar pada ibu yang singgaren (pembengkakan), 2) Upaya pengeluaran air susu ibu (ASI) antara lain: makan bubur nasi campur sira lada, memakan sayuran terbangun dan daun katuk, 3) Upaya untuk mempercepat keluar darah kotor yaitu dengan cara memakan tawar atau sembur.

Dari hasil penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa suku Batak Karo memiliki ciri khas tersendiri dan masih dilakukan sampai sekarang. Walaupun kadang yang mereka lakukan ataupun fikirkan tidak selalu benar namun hal tersebut sudah menjadi keyakinan dalam kepribadian mereka khususnya wanita dalam masa nifas.

B.Saran

1. Bagi Pendidikan Kebidanan

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Institusi Pendidikan Kebidanan untuk mengetahui dan menambah pengetahuan tentang kebiasaan pada ibu pasca melahirkan menurut budaya Batak Karo.


(58)

2. Bagi Pelayanan Kebidanan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pelayanan kesehatan tentang kebiasaan pada ibu pasca melahirkan dan menambah wawasan dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu pasca melahirkan tanpa meninggalkan budaya yang telah ada, tetapi perlu memperhatikan dari aspek kesehatan.

3. Penelitian Kebidanan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi awal dan dapat menjadi sumber pengetahuan pada penelitian selanjutnya tentang kebiasaan pada ibu pasca melahirkan menurut budaya, khususnya budaya Batak Karo.


(59)

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E.R, Wulandari, D. (2009). Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta . Mitra Cendikia Offset

Anggraini, Y. (2010). Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka Rihama Bangun, R. (2009). Kuning Pada Masyarakat Karo. Medan: Universitas Sumatera

Utara

Daeli, Walifour. G. (2011). Pengalaman Penggunaan Terapi Tradisional Oukup : Studi Fenomenologi (Skripsi). Medan : Universitas Sumatera Utara Fortuna. (2009). Write Comment Optik da n Ga ngguan Pa da Ma ta.

http://optikfortuna.com?p=304 diakses tanggal 13 juni 2015 jam 10.00 Ginting Leo Joosten. (2014). Mengenal Lebih Dekat Budaya Karo. Medan : Bina

Media Perintis

Herbal Karo. (2014). http://karoherbal.blogspot.com/2014/01/mengenal-tawar-mbentar-obat-tradisional.html diakses tanggal 03 mei 2015 jam 12.13 Juliana. (2010). Pera watan Postpartum Menurut Perspektif Budaya Aceh. Medan :

Universitas Sumatera Utara

Khairunnisa. (2011). Persfektif Suku Jawa Terhadap Kehamilan. Medan : Universitas Sumatera Utara

Manurung, Y,D. (2010). Pera watan Postpartum Menurut Persfektif Budaya Jawa . Medan : Universitas Sumatera Utara

Martalina, Dewi. (2012). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta : Pustaka Belajar

Moleong, L.J. (2012). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Muskibin, I. (2005). Panduan Bagi Ibu Hamil dan Melahirkan. Jakarta : Mitra Pustaka

Nasional Sindonews. (2013). https://www.google.com/?gws_rd=ssl#q=data+sdki Panjaitan, H. (2010). Uji Daya Antibakteri dan Antioksidan dari Ekstrak Etanol

Da un Ba ngun-ba ngun. Medan : Universitas Sumatera Utara Polit, F. (2009). Nursing Research Principles and Methods, 7th edition

Saleha, S. (2009). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika Sari, N. (2004). Pera watan Post Partum Menurut Perspektif Budaya Karo. Medan:

Universitas Sumetera Utara


(60)

Sitorus, R. F. (2011). Perawatan Pasca Salin Menurut Persepsi Budaya Batak Toba . Medan : Universitas Sumatera Utara

Soeparman. (2008). Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC

Sugiyono. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&B. Bandung : Alfabeta

Suherni, Hesty.W, Anita.R. (2009). Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya Syafrudin. (2009). Sosial Budaya Dasar Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta :

Trans Info Media

tentang+angka+kematian+ibu diakses tanggal 22 januari jam 18:30 Varney. (2006). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 1. Jakarta : EGC


(61)

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

Pandangan Suku Batak Karo Tentang Kebiasaan Pada Ibu Pasca

Melahirkan di Desa Sukandebi Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi Tahun 2015

Oleh :

Febriyana Siringo-ringo

Saya adalah mahasiswa Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pandangan suku Batak Karo tentang kebiasaan pada ibu pasca melahirkan di Desa Sukandebi Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi tahun 2015. Untuk keperluan tersebut, saya memohon kesediaan ibu untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini. Saya juga memohon kesediaan ibu dalam melakukan wawancara tentang kebiasaan suku Batak Karo pada ibu pasca melahirkan. Saya menjamin kerahasiaan jawaban dan identitas ibu. Informasi yang ibu berikan hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu kebidanan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud lain.

Jika ibu bersedia menjadi peserta penelitian ini, silahkan menandatangani kolom dibawah ini sebagai bukti kesukarelaan ibu.

Terima kasih atas partisipasi ibu dalam penelitian ini.


(62)

KUESIONER DATA DEMOGRAFI

Petunjuk Pengisian :

1. Semua pertanyaan harus di jawab

2. Berikan tanda checklist () pada kotak yang telah disediakan dan isilah titik-titik jika ada pertanyaan yang harus dijawab

3. Setiap pertanyaan dijawab hanya dengan satu jawaban yang sesuai menurut ibu.

1. Usia : ... tahun 2. Agama : ( ) Islam

( ) Katholik

( ) Kristen Protestan ( ) Budha

( ) Hindu 3. Tingkat pendidikan : ( ) SD

( ) SMP ( ) SMU ( ) Diploma ( ) Sarjana 4. Pekerjaan Ibu : ( ) IRT

( ) Petani ( ) Wiraswasta ( ) PNS


(63)

PANDUAN WAWANCARA

1. Coba ibu ceritakan bagaimana kebiasaan suku batak karo pada ibu pasca melahirkan?

2. Mengapa ibu melakukan kebiasaan tersebut?

3. Manfaat apa yang ibu rasakan setelah melakukan kebiasaan tersebut? 4. Apa saja pantangan yang tidak boleh dilakukan setelah melahirkan ?


(64)

(65)

(66)

(67)

(68)

(69)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Febriyana Siringo-ringo

Tempat/ Tanggal Lahir : Sukandebi, 14 Februari 1994

Agama : Katholik

Alamat : Desa Sukandebi, Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi

Anak Ke : 1 (satu) dari 4 (empat) bersaudara DATA ORANG TUA

Nama Ayah : M. Siringo-ringo

Pekerjaan : Wiraswasta

Nama Ibu : L. Simanjuntak

Pekerjaan : PNS

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 1999 – 2005 : SD Negeri 030316 Sukandebi Tahun 2005 – 2008 : SMP Negeri 1 Tigalingga Tahun 2008 – 2011 : SMA St. Petrus Sidikalang Tahun 2011 – 2014 : STIKes Medistra Lubuk Pakam


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Febriyana Siringo-ringo Tempat/ Tanggal Lahir : Sukandebi, 14 Februari 1994 Agama : Katholik

Alamat : Desa Sukandebi, Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi

Anak Ke : 1 (satu) dari 4 (empat) bersaudara DATA ORANG TUA

Nama Ayah : M. Siringo-ringo Pekerjaan : Wiraswasta Nama Ibu : L. Simanjuntak Pekerjaan : PNS

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 1999 – 2005 : SD Negeri 030316 Sukandebi Tahun 2005 – 2008 : SMP Negeri 1 Tigalingga Tahun 2008 – 2011 : SMA St. Petrus Sidikalang Tahun 2011 – 2014 : STIKes Medistra Lubuk Pakam