7
BAB II TINJAUAN TEORI
1. Biblioterapi 1.1 Defenisi
Biblioterapi merupakan tehnik komunikasi yang kreatif dengan anak. Biblioterapi juga diartikan menggunakan buku dalam proses terapeutik dan
suportif. Memberikan kesempatan pada anak untuk mengeksplorasi suatu kejadian yang hampir sama dengan kejadian yang mereka alami dengan versi berbeda agar
anak tidak terlalu terfokus terhadap kejadian tersebut dan agar anak tetap berada dalam kontrol Wong, 2008. Biblioterapi merupakan penggunaan buku atau
literatur untuk meningkatkan ekspresi perasaan, koping, pemecahan masalah atau wawasan Bulecheck et all, 2013.
1.2 Tahapan biblioterapi
Biblioterapi terdiri dari tiga tahapan, yaitu identifikasi, katarsis dan wawasan mendalam insight Suparyo, 2010 : 1 Identifikasi, anak mengidentifikasi
dirinya dengan karakter dan peristiwa yang ada pada buku, baik yang bersifat nyata ataupun fiktif. Bila bahan bacaan yang disarankan tepat, maka klien akan
mendapatkan karakter yang mirip atau mengalami peristiwa yang sama dengan dirinya. Digunakan buku yang sesuai dengan tahapan perkembangan usia anak
dan mirip dengan situasi yang dialami anak; 2 Katarsis, anak menjadi terlibat secara emosional dalam kisah dan menyalurkan emosi yang terpendam dalam
dirinya melalui diskusi atau karya seni. Selain diikuti dengan diskusi memungkinkan bagi anak yang sulit mengungkapkan perasaannya secara verbal
Universitas Sumatera Utara
menggunakan cara lain yaitu tulisan, mewarnai, menggambar, drama dengan menggunakan boneka atau bermain peran; 3 Wawasan mendalam insight, anak
menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi bisa diselesaikan. Permasalahan anak mungkin saja ditemukan dalam karakter tokoh dalam buku sehingga dalam
menyelesaikan masalah dengan mempertimbangkan langkah-langkah yang ada dalam cerita.
Menurut Wong 2008 petunjuk umum untuk menggunakan biblioterapi adalah : 1 Kaji perkembangan emosional dan kognitif perkembangan anak guna
mengkaji kesiapan anak untuk memahami pesan dari buku tersebut, 2 Kenalilah isi buku pesan atau tujuan yang terkandung dan untuk usia berapa buku itu
ditulis, 3 Bacakan buku tersebut pada anak jika anak tidak mampu membaca, 4 Eksplorasi makna buku itu bersama anak dengan cara meminta anak untuk:
menceritakan kembali isi cerita, membaca bagian khusus dengan perawat atau orang tua, membuat gambar yang berhubungan dengan cerita dan mendiskusikan
gambar tersebut, bicarakan karakter-karakternya, dan rangkum pesan moral atau makna dari cerita tersebut.
Menurut Suparyo 2010, aplikasi biblioterapi dilakukan dengan cara : 1 Mengidentifikasi kebutuhan anak. Dilakukan melalui pengamatan, berbicara
dengan orang tua, penugasan untuk menulis dan pandangan dari sekolah atau fasilitas-fasilitas yang berisi rekam hidup anak, 2 Menyesuaikan anak dengan
bahan bacaan yang tepat, 3 Memutuskan susunan waktu, sesi, serta bagaimana sesi diperkenalkan pada anak, 4 Merancang aktivitas tindak lanjut setelah
membaca seperti diskusi, menulis, menggambar atau drama, 5 Memotivasi anak
Universitas Sumatera Utara
dengan aktivitas pengenalan seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan pokok dan mulai berdiskusi tentang bacaan. Secara berkala, simpulkan yang terjadi
secara mendetail, 6 Memberi jeda waktu beberapa menit agar anak bisa merefleksikan bacaannya, 7 Mendampingi anak mengakhiri terapi melalui
diskusi dan menyusun daftar jalan keluar yang mungkin atau aktivitas lainnya.
2. Kecemasan 2.1 Defenisi