2. Pembahasan 2.1 Kecemasan Responden Sebelum Diberikan Biblioterapi
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata anak usia sekolah mengalami kecemasan sebelum diberikan biblioterapi. Terdapat 27 anak 84,4
mengalami cemas ringan, 5 anak 15,6 mengalami cemas sedang, rata-rata responden memiliki skor kecemasan sebelum diberikan biblioterapi 2,16.
Penelitian ini menunjukkan anak usia sekolah yang menjalani rawat inap banyak mengalami kecemasan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hart dan
Bossert,1994 dalam Wong 2008, kecemasan anak selama hospitalisasi terjadi karena adanya stresor berupa perpisahan dengan keluarga, kehilangan kendali, dan
ketakutan akan perlukaan terhadap anggota tubuh. Anak akan menunjukkan berbagai perilaku sebagai reaksi terhadap
pengalaman hospitalisasi. Reaksi tersebut sangat individual dan sangat bergantung pada tahapan usia perkembangan anak, pengalaman sebelumnya terhadap sakit,
sistem pendukung yang tersedia dan kemampuan koping yang dimiliki Supartini, 2004.
2.2 Kecemasan Responden Sesudah Diberikan Biblioterapi
Berdasarkan hasil penelitian setelah diberikan biblioterapi diketahui bahwa rata-rata anak usia sekolah mengalami penurunan skor kecemasan. Terdapat 4
anak 12,5 mengalami cemas ringan, dan terdapat 28 anak 28,5 tidak cemas. Rata-rata responden memiliki skor kecemasan setelah diberikan
biblioterapi 1,12.
Universitas Sumatera Utara
Anak yang dirawat dirumah sakit memungkinkan juga mengalami kecemasan sosial akibat pikiran negatif tentang penyakit dan kondisi lingkungan
rumah sakit. Biblioterapi dapat digunakan dalam terapi kelompok sosial semua usia sekolah yang dirawat dirumah sakit, yang menjalani rawat jalan ataupun saat
berkunjung kedokter Austin, 2010. Dengan membaca, anak dapat lebih mengeksplorasi, berimajinasi dan memperluas pengetahuan Hockenberry
Wilson, 2009. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Wong 2008, bahwa biblioterapi
merupakan tehnik komunikasi pada anak yang juga diartikan menggunakan buku dalam proses terapeutik dan suportif. Memberikan kesempatan pada anak untuk
mengeksplorasi suatu kejadian yang hampir sama dengan kejadian yang mereka alami dengan versi berbeda agar anak tidak terlalu terfokus terhadap kejadian
tersebut dan agar anak tetap berada dalam kontrol.
2.3 Perubahan Kecemasan Anak Usia Sekolah yang Dirawat Inap Sebelum dan Sesudah Pemberian Biblioterapi
Hasil penelitian ini diketahui dari 32 anak terdapat 30 orang anak yang skor kecemasannya lebih kecil setelah intervensi dibandingkan sebelum
intervensi. Dimana sebelum intervensi ada 25 anak dengan cemas ringan dan 5 anak dengan cemas sedang kemudian mengalami penurunan kecemasan menjadi
tidak cemas sesudah intervensi. Dan terdapat 2 anak yang skor kecemasannya sama sebelum dan sesudah intervensi. Dari hasil pengecekan ulang data, peneliti
menemukan bahwa 2 anak tersebut belum pernah dirawat inap sebelumnya. Menurut Aidar 2011, seorang anak bila menghadapi lingkungan yang baru
Universitas Sumatera Utara
dikenal akan mengalami perasaan takut, cemas apalagi bila harus menjalani rawat inap. Selain itu menurut Supartini 2004, pengalaman anak sebelumnya terhadap
proses sakit dan dirawat juga sangat berpengaruh. Menurut Elfira 2011, anak yang sakit dan harus dirawat dirumah sakit akan mengalami masa sulit karena
tidak dapat melakukan kebiasaan seperti biasanya. Lingkungan dan orang-orang asing, perawatan dan berbagai prosedur yang dijalani oleh anak merupakan
sumber stresor, kecewa dan cemas, terutama untuk anak yang pertama kali dirawat di rumah sakit.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,001 p 0,05. Sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh biblioterapi terhadap kecemasan anak yang
dirawat inap. Perubahan respon kecemasan antara sebelum dan sesudah pemberian biblioterapi ditunjukkan dengan penurunan nilai tingkat kecemasan
anak. Menurut Stuart 2006, dalam pandangan interpersonal, kecemasan berhubungan dengan perkembangan trauma seperti akibat perpisahan dan
kehilangan. Apabila pemahaman anak tentang penyakit, perpisahan dan cidera tubuh selama dirawat meningkat, diharapkan akan menurunkan ancaman
integritas fisik maka akan mengurangi stimulasi syaraf otonom mengeluarkan adrenalin sehingga respon fisik dan psikologis kecemasan akan menurun. Apabila
tingkat kecemasan anak selama hospitalisasi menurun, maka anak akan menjadi lebih kooperatif dalam menjalani perawatan dan anak menjadi lebih nyaman
sehingga akan mempercepat proses penyembuhan pasien anak. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Apriliawati 2011 dengan tujuan
mengidentifikasi pengaruh biblioterapi terhadap tingkat kecemasan anak yang
Universitas Sumatera Utara
menjalani hospitalisasi di Rumah Sakit Islam Jakarta, dengan jumlah responden 15 anak pada kelompok kontrol dan 15 anak pada kelompok intervensi.
Didapatkan hasil yaitu terdapat pengaruh biblioterapi terhadap penurunan tingkat kecemasan anak usia sekolah yang menjalani hospitalisasi dimana setiap anak
yang mendapatkan biblioterapi maka tingkat kecemasannya akan menurun 6,005 setelah dikontrol oleh variabel tingkat kecemasan sebelum intervensi, usia anak
dan pengalaman dirawat sebelumnya. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu pada desain penelitian yang hanya menggunakan satu kelompok intervensi.
Penelitian lainnya yang mendukung dilakukan oleh Schneider 2012 dengan tujuan mengidentifikasi pengaruh biblioterapi terhadap penurunan
kecemasan anak penderita kanker sebelum dan sesudah intervensi, dengan jumlah responden 21 orang terdiri dari 12 laki-laki dan 9 perempuan dan didapatkan hasil
yaitu terdapat penurunan kecemasan langsung segera setelah pemberian biblioterapi dan penurunan yang signifikan didapat setelah beberapa bulan
intervensi dengan meninggalkan buku pada anak.
3. Keterbatasan Penelitian