Fungsi sebagai alat pendidik anak

sumber kemakmuran desa. Setiap tahunnya masyarakat memberikan sesaji sebagai rasa terima kasih atas kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat yan berupa acara nyadran desa. Masyrakat mewariskan aturan-aturan tentang hubungan manusia dengan leluhur desa kepada generasi penerus melalui tradisi nyadran tersebut. Masyarakat meyakini dan menggunakan kepercayaan lamating kewan dalam kehidupan, sebenarnya tanpa disadari masyarakat telah mengesahkan pranata-pranata kebudayaan yang ditinggalkan nenek moyang. Masyarakat tidak pernah mempermasalahkan apa yang ada pada kepercayaan tersebut. Sebenarnya pola pikir orang Jawa merupakan pedoman hidup masyarakat Desa Sunggingsari. Hal ini terbukti bahwa ajaran-ajaran kemasyarakatan yang disampaikan oleh para leluhur masih dipatuhi dan ditaati oleh masyarakat Desa Sunggingsari.

4.2.3 Fungsi sebagai alat pendidik anak

Kepercayaan lamating kewan yang merupakan hasil dari kebudayaan nenek moyang selalu diajarkan kepada generasi penerus atau cucu-cucunya sampai sekarang. Melalui kebudayaan semacam ini orangtua dapat mengajarkan kepada anak-anaknya akan aturan-aturan yang ada dalam kebudayaan tersebut. Kemajuan jaman dewasa ini dalam segala hal menjadikan semacam ketakutan tersendiri bagi orangtua dalam mengawasi anak-anaknya. Hal seperti ini sudah saatnya kebudayaan yang ada dijadikan sarana dalam mendidik anak agar memiliki pedoman hidup sesuai dengan falsafah nenek moyang. Salah satu simbol lamating kewan yang ada di masyarakat Desa Sunggingsari menyebutkan bahwa ayam jago yang berkokok pada malam hari pitik kluruk ing wayah wengi dimaknai sebagi pratanda ana bocah wadon metheng sakdurunge nikah utawa ana wong demenan pertanda ada orang hamil sebelum nikah atau orang berbuat mesum. Dari simbol dan makna tersebut dapat dilihat bahwa secara diam- diam orangtua telah mendidik anaknya dalam sisi moral. Simbol pitik kluruk ing wayah wengi memberikan ajaran pendidikan tentang hubungan pria dan wanita sebelum menikah. Simbol tersebut seakan memberikan peringatan kepada para remaja untuk tidak berhubungan menyalahi aturan. Misalnya, apabila jam 9 malam maka pasangan muda-mudi harus pulang. Pertanda semacam tersebut merupakan sebuah media dalam mendidik anak agar mengerti akan norma-norma yang ada. Simbol seperti diatas akan membuat anak berfikir tentang hal yang buruk apabila menyalahi aturannya. Hal yang sama dapat dilihat dalam simbol manuk prenjak muni ing pojok payoning omah burung prenjak berkicau di pojok emperan rumah. pratanda kang duwe omah bakal katekan lelara pertanda pemilik rumah akan terkena penyakit. Apabila dilihat secara seksama simbol ini memberikan pelajaran kepada anak tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan rumah untuk menghindari segala jenis penyakit. Burung prenjak yang bertengger di emperan rumah akan membawa kotoran yang dapat menyebabkan penyakit, sehingga pemilik rumah harus segera membersihkan kotoran-kotoran yang dibawa burung tersebut. Oleh sebab itu orangtua selalu memberikan perintah kepada anaknya agar setiap pagi membersihkan halaman rumah agar terhindar dari segala penyakit. Simbol ula mlebu omah ular masuk rumah secara tidak langsung memberikan pelajaran kepada anak tentang pentingnya menepati janji atau nadzar. Masyarakat memiliki ungkapan janji adalah hutang, dan hutang harus dibayar. Masyarakat memaknai simbol ula mlebu omah sebagai pertanda bahwa yang mempunyai rumah memiliki janji atau nadzar yang belum dilaksanakan, sehingga kedatangan ular tersebut untuk mengingatkan kepada manusia akan janji yang pernah diucapkannya. Orangtua akan memberikan pelajaran-pelajaran kepada anaknya melalui media-media seperti ini karena mereka merasa dengan media kebudayaan anak akan merasa takut untuk melanggarnya. Kepercayaan lamating kewan merupakan media dalam mendidik anak. Melalui sarana kebudayaan seperti ini orangtua berharap anak lebih mudah dalam menangkap ajaran-ajaran dalam hidup. Masyarakat Desa Sunggingsari yang masih eksis dengan kepercayaan lamating kewan menunjukkan bahwa proses pewarisan ke generasi penerus berjalan dengan baik tanpa ada kendala.

4.2.4 Fungsi Pemaksa dan Pengawas Norma Masyarakat