1. Penderita mampu menari sesuai dengan irama yang telah diajarka oleh
guru. 2.
Penderita mampu mengekspresikan lewat sebuah tarian. 3.
Siswa tuna grahita ringan mampu dan berani memperlihatkan kemampuannya dihadapan semua orang.
Foto No.12 : Siswa tuna grahita ringan pentas perpisahan kelas VI th..2009
Foto Nina Saputri, 20 Oktober 2010 Foto No.12: dapat dilihat hasil dari pembelajaran lewat kegiatan ekstra
kurikuler tari, siswa-siswa tuna grahita ringan mampu tammpil pentas di panggung dengan baik saat pentas perpisahan kelas VI tahun 2009 di gedung SLB
C Widya Bhakti Semarang. Siswa tuna grahita ringan sangat senang sekali dan semangat dalam menari, ditambah lagi dengan mengenakan busana lengkap
sekilas nampak seperti siswa yang dengan keadaan normal.
4.3.2 Perubahan Psikologi
Perubahan psikologi yang diharapkan tidak hanya guru tetapi orang tua dan kepala sekolah setelah mengikuti kegiatan ekstra kurikuler tari adalah:
1. Anak tuna grahita ringan yang pada awalnya seorang pemarah menjadi
lebih dapat mengendelikan emosinya dalam bergerk. 2.
Anak yang pemalu menjadi lebih berani dalam segala hal di depan umum terutama dalam hal bergerak dan berani menampilkan dan berekspresi
dihadapan teman, guru, orang tua bahkan masyarakat umum. 3.
Siswa tuna grahita ringan yang paada awalnya penakut menjadi pemberani dan santai dalam melakukan gerakan tari.
Dalam perubahan psikologi yang diharapkan dalam kegiatan ekstra kurikuler tari, dan setelah mengalami proses dalam kegiatan belajar akhirnya
siswa dapat membentuk sikap menumbuhkan rasa percaya diri dan percaya pada teman sendiri serta mampu bekerja sama satu sama lainnya yang kemudian di
wujudkan dalam pementasan-pementasan yang di selenggarakan oleh SLB C Widya Bhakti Semarang maupun dari Departemen Sosial, meskipun nanti pada
saat pentas pun siswa-siswa tuna grahita rungan masih di tuntun oleh guru pengampunya.
4.3.3 Perubahan Kemampuan Fisik
Kemampuan fisik pada anak-anak tuna grahita ringan, pada dasarnya sama seperti dengan anak-anak normal lainnya, hanya saja terkadang anak-anak
tuna grahita memiliki luka atau cacat yang tidak nampak tetapi membawa hal yang sangat berpengaruh besar pada perkembangan daya pikirnya. Seperti dapat
di contohkan bahwa salah satu siswa yang mempunyai kelainan pada luttnya yang mengakibatkan anak tersebut takut untuk berjongkok, setelah mengikuti kegiatan
ekstra kurikuler hasilnya sedikit demi sedikit anak tersebut mampu dan tidak takut lagi jika melakukan gerakan berjongkok.
Akan tetapi jika dilihat dari sisi kemampuan bergeraknya anak-anak tuna grahita ringan dilakukan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, sehingga
anak tuna grahita ringan dapat bergerak sesuai dengan keinginan guru walaupun terbatas dalam melakukan gerakan dan tidak menjadi masalah, yang terpenting
anak tuna grahita ringan mau dan bisa melakukan aktivitas menari.
81
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan