23
bersemangat, bersikap konstruktif, bersyukur, bertanggung jawab, bertenggang rasa, bijaksana, cerdik, cermat, dinamis, efisien, gigih, hemat, jujur, kreatif, kukuh hati,
lugas, mandiri, mawas diri, menghargai karya orang lain, menghargai kesehatan, menghargai waktu, pemaaf, pemurah, pengabdian, pengendalian diri, produktif, rajin,
ramah tamah, rasa kasih sayang, rasa percaya diri, rela berkorban, rendah hati, sabar, setia, sikap adil, sikap hormat, sikap tertib, sopan santun, sportif, susila, tangguh,
tegas, tekun, tepat janji, terbuka, ulet”. Edi Sedyawati, 1995 : 10-29.
2. Pengertian Nilai
Istilah nilai dalam Kamus Purwadarminta yang dikemukakan kembali oleh Bambang Daroeso 1986:19 nilai valere artinya: kuat, baik, berharga dikatakan
sebagai: a. Harga dalam taksiran, misalnya nilai intan
b. Harga sesuatu, misalnya uang c. Angka Kepandaian
d. Kadar, mutu e. Sifat-sifat atau hal-hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan,
misalnya: nilai-nilai agama.
Encyclopedi Britania dalam Bambang Daroeso 1986: 20 mengartikan “ nilai itu adalah suatu penetapan atau suatu kualitas sesuatu obyek yang menyangkut suatu
jenis atau minat”. Disebutkan pula dalam Bambang Daroeso 1986: 20 bahwa yang dimaksud
dengan nilai adalah suatu penghargaan atau kualitas terhadap sesuatu hal, yang dapat dasar penentu tingkah laku seseorang, karena sesuatu atau hal itu menyenangkan
pleasant, memuaskan satifying, menarik interest, berguna usefull, menguntungkan profitable atau merupakan suatu sistem keyakinan belief.
Terkait dengan masalah nilai, Drs. Suyahmo dalam filsafat moral menyatakan bahwa nilai adanya ditentukan oleh subyek yang menilai dan obyek yang dinilai.
Sebelum ada subyek yang menilai maka benda atau barang itu tidak bernilai. Jadi
24
nilai ditentukan adanya interaksi antara subyek yang menilai, inilah yang menggabungkan subyektifisme dan obyektifisme Suyahmo 2000: 105
Walaupun dikatakan bahwa nilai diciptakan oleh subyek, namun nilai mempunyai kepribadian sendiri Gazalba 1973:459 Artinya, nilai tidak dapat
diperlakukan sewenang-wenang atau sekehendak hati karena di dalam moral tersembunyi garis persamaan nilai pada individu dan kesatuan sosial, sehingga sering
orang dapat berkata tentang segi obyektivitas nilai. Menurut Sidi Gazalba 1973: 461, penilaian subyektif dan obyektif itu
terletak dari segi mana orang menilai. Bila kita memandang sesuatu itu dari segi obyektifitas nilai, maka terbentuklah nilai obyektif, begitu pula sebaliknya, bila kita
lihat nilai dari segi diri sendiri, maka terbentuklah nilai subyektif. Bagi manusia, nilai dijadikan alasan atau motivasi dalam segala perbuatannya
dan dalam pelaksanaannya, nilai-nilai ini dijabarkan dalam bentuk kaidah atau norma, sehingga merupakan suatu perintah atau keharusan, anjuran atau larangan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai merupakan pedoman yang bersifat abstrak tentang baik buruknya, pantas atau tidaknya sikap perilaku seseorang dalam satu
komunitas masyarakat atau bangsa tertentu. Nilai menjadi pendorong, penggerak dan sekaligus pembatas tindakan manusia, sehingga dapat dikatakan bahwa nilai berperan
sebagai dasar pedoman yang menentukan kehidupan manusia yang kemudian diwujudkan secara konkrit menjadi norma moral.
3. Pengertian Moral