mm sehingga memberikan volume 0,04 mm
3
dan luas 0,04 mm
2
yang ekuivalen dengan 125 kotak besar. Setiap kotak berukuran medium dibagi menjadi 16 kotak
persegi kecil. Sisi dari persegi kecil panjangnya 50 mikrometer 0,05 mm. Jika di atas bagian atas tadi diletakkan suatu kaca tutup maka terbentuklah suatu ruangan
yang tingginya sama dengan 0,1 mm. Sehingga tiap persegi kecil, mempunyai volume ruangan: 0,05 x 0,05 x 0,1 mm3 = 25.10-5 mm3
Jika di bawah kaca tutup tadi dimasukkan setetes suspensi ragi, maka dapat dihitung jumlahnya dalam tiap persegi. Sehingga dapat dihitung jumlah sel dalam tiap
ml suspensi tersebut. Saat meletakkan kaca tutup di atas bilik hitung, bagian bawah dari pinggir kaca tidak boleh basah, atau larutan yang dimasukkan ke dalam bilik
hitung berlebih, karena akan menyebabkan tinggi ruang hitung akan melebihi 0,1 mm. Untuk menampung kelebihan cairan, maka pada sisi samping bilik hitung dibuat dua
saluran yang dalam. Pada bilik hitung model lama, saluran ini berbentuk lingkaran yang melingkari bilik hitung. Sedangkan pda model baru, di dalam kaca objek dibuat
dua bilik hitung yang dipisahkan satu sama lain dengan saluran.
IV. Alat dan Bahan Alat
1. Bilik Hitung 2. Pipet Tetes
3. Mikroskop
Bahan
1. Suspensi Ragi
V. Data
No .
Hasil Pengamatan Keterangan
1. Mikroba : Ragi
Media Tujuan : - Tanggal Pengamatan :
17 Oktober 2016
Pengamatan : 439 sel Sumber : Kelompok 6
VI. Analisis
Pada percobaan ini kami mengamati jumlah sel ragi dengan menggunakan bilik hitung Counting Chamber , bilik hitung yang kami gunakan adalah
Hemasitometer yang biasa digunakan dalam perhitungan sel darah. Dalam melakukan percobaan, kami diharuskan untuk menghitung jumlah sel ragi paling sedikit tiga kali
pengulangan lalu dihitung rata-rata. Hal ini bertujuan agar jumlah sel yang didapatkan dari hasil pengamatan lebih akurat karena penglihatan mata manusia memiliki
keterbatasan. Selain itu, dalam pengisian bilik hitung dengan menggunakan pipet tetes perlu diperhatikan bahwa penetasan harus searah, hanya perlu meneteskan suspensi
ragi pada salah satu sisi pinggir kaca tutup. Hal ini bertujuan untuk mencegah adanya gelembung udara dalam bilik hitung. Jika terdapat gelembung udara, lebih baik untuk
mengulang pengisian bilik hitung, karena udara akan menyulitkan pengamatan saat menggunakan mikroskop.
Dalam percobaan ini, kami menggunakan Hemasitometer karena mikroba yang akan kami amati adalah sel ragi. Hemasitometer dapat digunakan untuk
melakukan perhitungan sel secara cepat dan dapat digunakan untuk konsentrasi sel yang rendah. Makhluk hidup yang berkembang biak dengan spora antara lain paku,
jamur, ganggang dan suplir. Spora terdapat pada daun tumbuhan bagian belakang, berbentuk serbuk dan disimpan di dalam kotak spora yang disebut sporangium.
Jamur merupakan tumbuhan yang berkembang biak dengan spora. Kita tahu jamur tidak pernah berbunga apalagi berbiji, sebab biji baru ada apabila ada bunga yang
dapat dibuahi dengan cara penyerbukan. Bentuk spora serupa dengan biji, namun bentuknya sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Spora
dapat dilihat dengan bantuan alat yang disebut dengan mikroskop. Spora ini berasal dari sel yang berubah fungsi menjadi alat perkembangbiakan. Perkembangbiakan
pada jamur yang tumbuh liar di kebun terjadi pada saat spora jatuh ke tanah yang lembab dan subur. Spora yang jatuh tersebut berubah menjadi alat perkembangbiakan
dan mengisap makanan, sampai akhirnya tumbuh menjadi tumbuhan jamur yang baru
Mikapin , 2012.
Hemasitometer adalah perangkat awalnya dirancang untuk penghitungan sel darah. Sekarang juga digunakan untuk menghitung jenis sel serta partikel mikroskopis
lainnya. Hemositometer ini ditemukan oleh Louis-Charles Malassez dan terdiri dari tebal kaca
slide mikroskop dengan lekukan persegi panjang yang menciptakan sebuah
kamar. Ruang ini diukir dengan laser-terukir grid garis tegak lurus. Perangkat ini dibuat dengan hati-hati sehingga daerah yang dibatasi oleh garis diketahui, dan
kedalaman ruang ini juga diketahui. Oleh karena itu mungkin untuk menghitung jumlah sel atau partikel dalam volume tertentu cairan, dan dengan demikian
menghitung konsentrasi sel dalam cairan secara keseluruhan Mikapin
, 2012. Prinsip dari perhitungan Petroff-Hauser yaitu melakukan perhitungan dengan
pertolongan kotak-kotak skala, di mana dalam setiap ukuran skala seluas 1 mm
2
terdapat 25 buah kotak besar dengan luas 0,04 mm
2
, dan setiap kotak besar terdiri dari 16 kotak kecil. Alat haemocytometer digunakan di bawah mikroskop, sisinya
mempunyai ukuran 0,05 mm. Sedangkan satu kotak sedang berukuran nilai 0,2 mm.
Dan tebal nya adalah 0,1 mm. Jumlah sel per ml sampel dapat dihitung sebagai berikut:
Jumlah sel per mm
3
sampel = Jumlah sel dalam 25 kotak besar × 10,02
Jumlah sel per ml sampel = Jumlah sel per mm
3
sampel × 10
3
= Jumlah sel per kotak besar × 25 kotak× 10.02x 10
3
Jumlah sel per ml sampel = Jumlah sel per kotak besar × 25 kotak × 50 × 10
3
Jumlah sel per mL sampel = jumlah sel per kotak besar x 1,25 x 10
6
Misalnya : Didapatkan jumlah mikroba yang mau dihitung 12 sel mikroba, maka jumlah sel per ml sampel adalah: 12 × 1,25 × 10
6
= 1,5 × 10
7
Mikapin , 2012.
Sebelum pengamatan mikroorganisme yang diperiksa perlu diencerkan, jika kepadatan tinggi sel akan membuat tidak mungkin menghitung. Kebutuhan untuk
pengenceran adalah kerugian, karena setiap pengenceran menambahkan ketidakakuratan untuk pengukuran. Keuntungan metode ini adalah menjadi murah dan
cepat, membuat metode perhitungan ini yang lebih disukai dalam percobaan biologis cepat dalam yang perlu hanya ditentukan apakah kultur sel telah tumbuh seperti yang
diharapkan Rio, 2012. Haemocytometer memiliki kelemahan dan kelebihan dalam penggunaannya
dalam proses perhitungan bakteri secara langsug. Kelebihannnya antara lain ialah cepat dalam menghasilkan data dan tak perlu menunggu lama, serta datanya atau
jumlah selnya langsung didapat pada saat itu juga setelah menghitung menggunakan rumusnya, menghitung jumlah sel yang
hidup maupun yang
mati , tergantung dari
pewarna yang digunakan dan menghemat biaya. Sedangkan kelemahannya ialah tidak dapat membedakan antara sel yang mati dengan yang hidup karena perhitungannya
secara keseluruhan dan data yang dihasilkan tidak akurat karena setiap pengamat memiliki mata yang berbeda-beda dan terdapat keterbatasan dalam melihat serta
menghitung sel yang ada dalam kamar Haemocytometer. Sebaiknya menggunakan alat yang lebih canggih lagi dalam perhitungan jumlah sel karena setiap peralatan
elektronik memilki kesensitifan yang tinggi dibandingkan dengan mata manusia, seperti alat particle count Alex, 2013.
Dalam pengamatan, kami diharuskan menghitung jumlah spora dalam 5 kotak pada lokasi yang berbeda-beda. Perhitungan dalam 5 kotak yang berbeda ini bertujuan
untuk menghitung persebaran sel ragi. Apabila kita menghitung sel pada 5 kotak yang berdekatan, dikhawatirkan terjadi kesalahan dalam perhitungan karena sel spora yang
dihitung terletak pada posis yang tidak berjauhan. Selain itu, perhitungan 5 kotak juga bertujuan agar hasil yang didapatkan lebih akurat.
VII. Kesimpulan