Dampak Kebakaran KEBAKARAN HUTAN 1.

Stickel, 1948. Pada lereng yang curam, api membakar dan menghabiskan dengan cepat tumbuhan yang dilaluinya, dan api akan menjalar lebih cepat kearah menaiki lereng. Sebaliknya api yang menjalar kebawah lereng, akan padam jika melalui daerah lembab yang sering mempunyai kadar air yang tinggi Clar dan Chatten, 1954. d. Waktu Terjadinya Kebakaran Hutan Menurut Saharjo 1999, pada pagi hari dengan suhu yang relatif rendah 18-22 o C, kelembaban relatif tinggi 95-100, maka tingkat kadar air bahan bakar juga akan relatif tinggi 40, sehingga api sukar untuk menjalar bila kebakaran berlangsung. Selain itu pola kebakaran yang terjadi relatif tidak berubah dari bentuk lingkaran ini karena kecepatan angin relatif stabil atau boleh dikatakan tidak terlalu berpengaruh. Sementara itu pada siang hari dengan suhu udara yang relatif tinggi sekitar 35 o C, kelembaban relatif 70- 80, kecepatan angin sekitar 60 metermenit, dan tentu saja kadar air bahan bakar yang relatif rendah 30, membuat proses pembakaran relatif cepat dengan berubah-ubah arah, intensitas kebakaran tinggi membuat bentuk kebakaran yang terjadi tidak beraturan. Bagi bahan bakar yang mengandung kadar air cukup tinggi 30, maka relatif memerlukan energi panas yang cukup tinggi guna mencapai temperatur penyalaan.

5. Dampak Kebakaran

Beberapa tahun terakhir kebakaran hutan terjadi hampir setiap tahun, khususnya pada musim kering. Kebakaran yang cukup besar terjadi di Kalimantan Timur yaitu pada tahun 198283 dan tahun 199798. Pada tahun 198283 kebakaran telah menghanguskan hutan sekitar 3,5 juta hektar di Kalimantan Timur dan ini merupakan rekor terbesar kebakaran hutan dunia setelah kebakaran hutan di Brazil yang mencapai 2 juta hektar pada tahun 1963 Soeriaatmadja, 1997. Menurut Chandler et,al. 1983 dan Oemijati 1986, kebakaran hutan banyak memberikan pengaruh pada areal tersebut yaitu terhadap tanah, udara, iklim terutama iklim mikro, vegetasi, margasatwa, ekosistem. Kebakaran hutan yang cukup besar seperti yang terjadi pada tahun 19971998 menimbulkan dampak yang sangat luas disamping kerugian material kayu, non kayu dan hewan. Dampak negatif yang sampai menjadi isu global adalah asap dari hasil pembakaran yang telah melintasi batas negara. Sisa pembakaran selain menimbulkan kabut asap juga mencemari udara dan meningkatkan kadar gas rumah kaca. Menuurut Hawley dan Stickel 1948, kebakaran hutan menimbulkan dampak antara lain : 1. Kerusakan terhadap pohon yang terbakar. Hal ini dikarenakan suhu kebakaran tinggi sempat membakar jaringan kambium dari pohon secara melingkar, sehingga pohon tersebut mati atau setengah mati. Pada bagian pohon yang terbakar biasanya mengalami luka yang parah sehingga sangat mudah untuk roboh. 2. Kerusakan terhadap anakan pohon. Kebakaran akan mematikan anakan pohon yang ada di hutan karena suhu yang tinggi. 3. Gangguan terhadap tanah hutan biasanya terjadi pada sifat fisik dan kimia tanah, karena dengan terbukanya tajuk hutan, sinar matahari akan langsung mengenai tanah sehingga tanah akan sulit meresapkan air dan efek panas dari api dan pengaruh abu. 4. Penurunan produktifitas hutan karena banyak kayu-kayu yang terbakar, sehingga nilainya secara ekonomis menurun. 5. Penurunan dari segi nilai rekreasi dan keindahan. 6. Turunnya kesejahteraan penduduk sekitar hutan karena sumberdaya yang sering mereka gunakan sering terbakar, sehingga kehidupan sehari-hari kurang terpenuhi. 7. Berkurangnya sumber makanan ternak yang biasanya terdapat di areal hutan, karena setelah terbakar sumber makanan tersebut sulit diperoleh. Suksesi pada areal kebakaran biasanya diawali dengan munculnya rerumputan yang diikuti oleh semak dan pepohonan. Kebakaran hutan yang hebat dapat menyebabkan matinya mikroorganisme pada kedalaman sekitar 7 cm dari permukaan tanah. Pengaruh kebakaran pada mikroorganisme invertebrata dan vertebrata berubah setiap saat, tetapi pengaruh yang paling dominan adalah mengubah habitat mereka. Besar kecilnya pengaruh tersebut tergantung pada tipe kebakaran dan tipe vegetasinya Fuller, 1991. Menurut Haeruman 1980, satwa liar yang terpengaruh secara langsung oleh kebakaran hutan adalah hewan-hewan yang mempunyai kemampuan terbatas untuk berpindah jauh atau bergerak cepat dan hewan yang hanya tahan terhadap kondisi suhu dan kelembaban tertentu seperti serangga dan amfibia. Asap tebal dari kebakaran hutan berdampak negatif karena dapat mengganggu kesehatan masyarakat terutama gangguan saluran pernapasan. Selain itu asap tebal juga mengganggu transportasi khususnya tranportasi udara disamping transportasi darat, sungai, danau, dan laut. Pada saat kebakaran hutan yang cukup besar banyak kasus penerbangan terpaksa ditunda atau dibatalkan. Sementara pada transportasi darat, sungai, danau dan laut terjadi beberapa kasus tabrakan atau kecelakaan yang menyebabkan hilangnya nyawa dan harta benda. Dampak lainnya adalah kerusakan hutan setelah terjadi kebakaran dan hilangnya margasatwa. Hutan yang terbakar berat akan sulit dipulihkan, karena struktur tanahnya mengalami kerusakan. Hilangnya tumbuh-tumbuhan menyebabkan lahan terbuka, sehingga mudah tererosi, dan tidak dapat lagi menahan banjir. Karena itu setelah hutan terbakar, sering muncul bencana banjir pada musim hujan di berbagai daerah yang hutannya terbakar. Kerugian akibat banjir tersebut juga sulit diperhitungkan. Perusakan serasah atau lapisan penutup tanah akibat ganasnya api atau mekanisme lainnya akan menyebabkan perubahan yang dramatis di dalam suplai makanan, kandungan air, suhu dan pH tanah, yang mengurangi sepertiga jumlah fauna tanah Pearse, 1946. Serasah membantu tanah dalam mempertahankan tingginya tingkat kelembaban yang bertanggung jawab terhadap kestabilan temperatur sehingga tubuh hewan yang hidup di dalam tanah tidak kehilangan kelembaban Pearse, 1946. Kebakaran hutan dapat membunuh organisme makroorganisme dan mikroorganisme tanah yang bermanfaat dalam meningkatkan kesuburan tanah. Makroorganisme tanah misalnya: cacing tanah yang dapat meningkatkan aerasi dan drainase tanah, dan mikroorganisme tanah misalnya : mikorisa yang dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara P, Zn, Cu, Ca, Mg, dan Fe akan terbunuh. Selain itu, bakteri penambat fiksasi nitrogen pada bintil-bintil akar tumbuhan Leguminosae juga akan mati sehingga laju fiksasi nitrogen akan menurun Kantor Meneg L.H., 1998; Setjamidjaja dan Wirasmoko, 1994. Mikroorganisme, seperti bakteri dekomposer yang ada pada lapisan serasah saat kebakaran pasti akan mati. Dengan temperatur yang melebihi normal akan membuat mikroorganisme mati, karena sebagian besar mikroorganisme tanah memiliki adaptasi suhu yang sempit. Namun demikian, apabila mikroorganisme tanah tersebut mampu bertahan hidup, maka ancaman berikutnya adalah terjadinya perubahan iklim mikro yang juga dapat membunuhnya. Dengan terbunuhnya mikroorganisme tanah dan dekomposer seperti telah dijelaskan di atas, maka akan mengakibatkan proses humifikasi dan dekomposisi menjadi terhenti.

B. TITIK PANAS HOTSPOT