3
gilirannya mampu meningkatkan tingkat partisipasi publik terhadap pembangunan yang tercermin dari adanya peningkatan PAD Mardiasmo, 2002.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul : ”Pengaruh Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah
Terhadap Peningkatan Pendapatan Per Kapita Pada Pemerintahan KabupatenKota Provinsi Jawa Barat”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah :
1. Apakah terdapat pengaruh Belanja Modal terhadap Peningkatan Pendapatan
Per Kapita tahun 2010-2014 pada Pemerintahan KabupatenKota Provinsi Jawa Barat?
2. Apakah terdapat pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Peningkatan
Pendapatan Per Kapita tahun 2010-2014 pada Pemerintahan KabupatenKota Provinsi Jawa Barat?
3. Apakah belanja modal dan pendapatan asli daerah baik secara parsial maupun
simultan berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan per kapita pada Pemerintahan KabupatenKota Provinsi Jawa Barat?
4
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan penelitian ini adalah menganalisis apakah terdapat pengaruh belanja modal dan pendapatan asli daerah baik secara parsial maupun secara simultan
terhadap peningkatan pendapatan per kapita pada Pemerintahan KabupatenKota Provinsi Jawa Barat.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah: a.
Bagi peneliti, untuk menambah dan mengembangkan pengetahuan dan wawasan khususnya mengenai pengaruh belanja modal dan pendapatan asli
daerah terhadap peningkatan pendapatan per kapita. b.
Bagi peneliti lainnya, dapat menjadi bahan referensi dan dasar pengembangan dalam melakukan penelitian sejenis berikutnya,
c. Bagi Pemerintah daerah di Jawa Barat dapat menjadi bahan masukan bagi
DPRD dalam menetapkan alokasi anggaran di dalam Peraturan daerah tentang APBD.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
Dalam UU No 33 pasal 1 ayat 17, menyebutkan bahwa APBD adalah rencana keuangan tahunan Pemerintah Daerah yang dibahas dan disetujui
bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. APBD merupakan rencana keuangan tahunan daerah, dimana disatu sisi
menggambarkan anggaran pengeluaran guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek daerah dalam satu tahun anggaran dan disisi lain menggambarkan
penerimaan daerah guna membiayai pengeluaran yang telah dianggarkan. Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan No 2 paragraf 8
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat DPR
Mursyidi:2009. Moito dalam Kifliansyah, 2009:319, menyatakan APBD merupakan dokumen anggaran tahunan, maka seluruh rencana
penerimaan dan pengeluaran Pemerintah Daerah yang akan dilaksanakan pada satu tahun anggaran dicatat dalam APBD. Dengan demikian APBD
dapat menjadi cerminan kinerja dan kemampuan Pemerintah Daerah dalam membiayai dan mengelola penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan
pembangunan di daerah masing-masing pada satu tahun anggaran.
Mamesa: 2005, menyatakan
Berdasarkan pasal 64 ayat 2 Undang-undang nomor 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan daerah, maka pada orde baru APBD dapat
6
didefinisikan sebagai rencana operasional keuangan Pemda dimana pada satu pihak menggambarkan perkiraan pengeluaran setinggi-tingginya guna
membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek daerah selama satu tahun anggaran tertentu, dan pihak lain menggambarkan perkiraan dan sumber-
sumber penerimaan daerah guna menutupi pengeluaran-pengeluaran yang dimaksud.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya disingkat APBD adalah suatu rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah UU No. 17 Tahun 2003 pasal 1 butir 8 tentang Keuangan Negara. Semua Penerimaan Daerah dan Pengeluaran Daerah
harus dicatat dan dikelola dalam APBD. Penerimaan dan pengeluaran daerah tersebut adalah dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas desentralisasi. Sedangkan
penerimaan dan pengeluaran yang berkaitan dengan pelaksanaan Dekonsentrasi atau Tugas Pembantuan tidak dicatat dalam APBD.
Adapun Struktur APBD berdasarkan Kepmendagri nomor 13 tahun 2006 terdiri dari 3 bagian yaitu:
1 Pendapatan Daerah, 2 Belanja Daerah,
3 Pembiayaan. Selisih antara Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah dapat mengakibatkan
terjadinya surplus atau defisit anggaran. Surplus anggaran terjadi apabila anggaran pendapatan dan belanja daerah lebih besar dari anggaran belanja daerah.
Sedangkan defisit anggaran terjadi apabila anggaran pendapatan dan belanja
7
daerah lebih kecil dari anggaran belanja daerah. Surplus dan defisit merupakan unsur dari pembiayaan Darise: 129
1. Pendapatan Daerah
Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui Rekening Kas Umum Daerah, yang menambah ekuitas dana lancar, yang merupakan
hak daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh Daerah. Pendapatan daerah terdiri atas:
1.1 Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah
berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan untuk mengumpulkan dana guna keperluan daerah yang bersangkutan
dalam membiayai kegiatannya. PAD terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. 1.2 Dana Perimbangan
Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan
daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Berdasarkan UU No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan
Pemerintahan Daerah.
8
1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Lain-lain pendapatan yang sah merupakan seluruh pendapatan daerah
selain PAD dan dana perimbangan yang meliputi: 1.
Hibah Tidak Mengikat. Hibah tidak mengikat diartikan bahwa pemberian hibah tersebut ada batas akhirnya tergantung pada
kemampuan keuangan daerah dan kebutuhan atas kegiatan tersebut dalam menunjang penyelenggaraan pemerintahan daerah. Hibah
berasal dari pemerintah, pemerintah daerah lainnya, badanlembaga,organisasi swasta dalam negeri, kelompok
masyarakatperorangan, dan lembaga luar negeri yang tidak mengikat.
2. Dana Darurat Dari Pemerintah. Dana Darurat adalah dana yang
berasal dari APBN yang dialokasikan kepada Daerah yang mengalami bencana nasional, peristiwa luar biasa, danatau krisis
solvabilitas. Dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan korban atau kerusakan akibat bencana alam.
Pemerintah mengalokasikan Dana Darurat yang berasal dari APBN untuk keperluan mendesak yang diakibatkan oleh bencana nasional
danatau peristiwa luar biasa yang tidak dapat ditanggulangi oleh Daerah dengan menggunakan sumber APBD.
3. Dana Bagi Hasil Pajak Dari Propinsi Ke Kabupaten Atau Kota.
Penganggaran dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan
9
provinsi kepada kabupatenkota atau pendapatan kabupatenkota kepada pemerintah desa atau pendapatan pemerintah daerah tertentu
kepada pemerintah daerah lainnya pada APBD memperhitungkan rencana pendapatan pada Tahun Anggaran 2011, sedangkan
pelampauan target Tahun Anggaran 2011 yang belum direalisasikan kepada pemerintah daerah dan menjadi hak pemerintah
kabupatenkota atau pemerintah desa ditampung dalam Perubahan APBD Tahun Anggaran 2012.
4. Dana Penyesuaian Dan Dana Otonomi Khusus. Dana Penyesuaian
dan Dana Otonomi Khusus adalah dana yang dialokasikan untuk membiayai pelaksanaan otonomi khusus suatu daerah, sebagaimana
ditetapkan dalam undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang otonomi khusus bagi Provinsi Papua, dan penyesuaian Otonomi
Khusus bagi Provinsi yang menerima DAU lebih kecil dari tahun anggaran sebelumnya.
5. Bantuan Keuangan Dari Propinsi Atau Dari Pemerintah Daerah
Lainnya. Pemerintah provinsi atau pemerintah kabupatenkota dapat menganggarkan bantuan keuangan kepada pemerintah daerah
lainnya dan kepada desa yang didasarkan pada pertimbangan untuk mengatasi kesenjangan fiskal, membantu pelaksanaan urusan
pemerintahan daerah yang tidak tersedia alokasi dananya, sesuai kemampuan keuangan masing-masing daerah. Pemberian bantuan
10
keuangan dapat bersifat umum dan bersifat khusus. Bantuan keuangan yang bersifat umum digunakan untuk mengatasi
kesenjangan fiskal dengan menggunakan formula antara lain variabel: pendapatan daerah, jumlah penduduk, jumlah penduduk
miskin dan luas wilayah yang ditetapkan dengan peraturan kepala daerah. Bantuan keuangan yang bersifat khusus digunakan untuk
membantu capaian kinerja program prioritas pemerintah daerahdesa penerima bantuan keuangan sesuai dengan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan penerima bantuan. Pemanfaatan bantuan keuangan yang bersifat khusus ditetapkan
terlebih dahulu oleh pemberi bantuan.
2.1.2 Belanja Modal
Belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap atau aset lainnya yang
memberi manfaat lebih dari 1 satu periode akuntansi, termasuk didalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan
atau menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan kualitas aset. Aset tetap mempunyai ciri-ciri berwujud, akan menambah aset pemerintah,
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 satu tahun, dan nilainya relatif material. Sedangkan ciri-ciri aset lainnya adalah tidak berwujud, akan menambah aset
pemerintah, mempunyai masa manfaat lebih dari 1 satu tahun, dan nilainya relatif material.
11
Belanja modal meliputi antara lain : a.
Belanja modal tanah, adalah seluruh pengeluaran yang dilakukan untuk pengadaan pembelianpembebasan penyelesaian, balik nama dan sewa tanah,
pengosongan, pengurugan, perataan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat, dan pengeluaran lainnya sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan
sampai tanah dimaksud dalam kondisi siap pakai. b.
Belanja modal peralatan dan mesin, adalah pengeluaran untuk pengadaan peralatan dan mesin yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan antara lain
biaya pembelian, biaya pengangkutan, biaya instalasi, serta biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan sampai peralatan dan mesin
tersebut siap digunakan . c.
Belanja modal gedung dan bangunan, adalah pengeluaran yang digunakan untuk pengadaanpenambahanpenggantian gedung dan bangunan sampai
dengan bangunan dan gedung dimaksud dalam kondisi siap digunakan. d.
Belanja modal jalan, irigasi, dan jaringan, adalah pengeluaran yang digunakan untuk pengadaan penambahan penggantian peningkatan pembangunan
pembuatan serta perawatan yang menambah kapasitas sampai jalan, irigasi dan jaringan dimaksud dalam kondisi siap digunakan.
e. Belanja modal lainnya, adalah pengeluaran yang digunakan untuk pengadaan
penambahanpenggantianpeningkatan pembangunanpembuatan serta perawatan terhadap fisik lainnya atau aset tetap lainnya dan aset lainnya yang
tidak dapat dikategorikan kedalam belanja modal diatas. Pengeluaran untuk
12
memperoleh aset tersebut sampai dengan siap digunakan. Belanja modal lainnya dapat digunakan untuk pengadaaan software, pengembangan website,
pengadaan lisensi yang memberikan manfaat lebih dari satu tahun baik secara swakelola maupun kontraktual.
Belanja modal lainnya dapat digunakan untuk pembangunan aset tetap renovasi yang akan diserahkan kepada entitas lain dan masih di lingkungan
pemerintah pusat. Termasuk dalam belanja ini adalah pengadaanpembelian barang-barang kesenian, dan koleksi perpustakaan.
Suatu belanja dikategorikan sebagai belanja modal apabila : 1.
Pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan aset tetap atau aset lainnya yang menambah masa umur, manfaat, dam kapasitas;
2. Pengeluaran tersebut melebihi batasan minimum kapitalisasi aset tetap atau
aset lainnya yang telah ditetapkan oleh pemerintah; 3.
Perolehan aset tetap tersebut diniatkan bukan untuk dijual atau dibagikan.
2.1.3 Pendapatan Asli Daerah PAD
Pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode anggaran tertentu UU.No 32 Tahun 2004
tentang pemerintahan daerah, pendapatan daerah berasal dari penerimaan dari dana perimbangan pusat dan daerah, juga yang berasal daerah itu sendiri yaitu
pendapatan asli daerah serta lain-lain pendapatan yang sah.
13
Perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah adalah sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan bertanggung jawab
dalam rangka pendanaan penyelenggaraan desentralisasi, dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah serta besaran
penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas pembantuan. UU.No 32 Tahun 2004. Pengertian pendapatan asli daerah menurut Undang-Undang No. 28 Tahun
2009 yaitu sumber keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Menurut Nurcholis 2007:182, “pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperopleh daerah dari penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, laba
perusahaan daerah, dan lain-lain yang sah”. Dari beberapa pendapat di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
pendapatan asli daerah adalah semua penerimaan keuangan suatu daerah, dimana penerimaan keuangan itu bersumber dari potensi-potensi yang ada di daerah
tersebut misalnya pajak daerah, retribusi daerah dan lain-lain, serta penerimaan keuangan tersebut diatur oleh peraturan daerah.
Adapun sumber-sumber pendapatan asli menurut Undang-Undang RI No.32 Tahun 2004 yaitu :
14
1. Pendapatan asli daerah PAD yang terdiri dari :
1 Hasil pajak daerah yaitu Pungutan daerah menurut peraturan yang
ditetapkan oleh daerah untuk pembiayaan rumah tangganya sebagai badan hukum publik. Pajak daerah sebagai pungutan yang dilakukan pemerintah
daerah yang hasilnya digunakan untu pengeluaran umum yang balas jasanya tidak langsung diberikan sedang pelaksanannya bisa dapat
dipaksakan. 2
Hasil retribusi daerah yaitu pungutan yang telah secara sah menjadi pungutan daerah sebagai pembayaran pemakaian atau karena memperoleh
jasa atau karena memperoleh jasa pekerjaan, usaha atau milik pemerintah daerah bersangkutan. Retribusi daerah mempunyai sifat-sifat yaitu
pelaksanaannya bersifat ekonomis, ada imbalan langsung walau harus memenuhi persyaratan-persyaratan formil dan materiil, tetapi ada
alternatif untuk mau tidak membayar, merupakan pungutan yang sifatnya budgetetairnya tidak menonjol, dalam hal-hal tertentu retribusi daerah
adalah pengembalian biaya yang telah dikeluarkan oleh pemerintah daerah
untuk memenuhi permintaan anggota masyarakat.
3 Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan. Hasil perusahaan milik daerah merupakan pendapatan daerah dari keuntungan bersih perusahaan daerah yang berupa dana
pembangunan daerah dan bagian untuk anggaran belanja daerah yang disetor ke kas daerah, baik perusahaan daerah yang dipisahkan,sesuai
15
dengan motif pendirian dan pengelolaan, maka sifat perusahaan dareah adalah suatu kesatuan produksi yang bersifat menambah pendapatan
daerah, memberi jasa, menyelenggarakan kemamfaatan umum, dan memperkembangkan perekonomian daerah.
4 Lain-lain pendapatan daerah yang sah ialah pendapatan-pendapatan yang
tidak termasuk dalam jenis-jenis pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan dinas-dinas. Lain-lain usaha daerah yang sah
mempunyai sifat yang pembuka bagi pemerintah daerah untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan baik berupa materi dalam kegitan tersebut
bertujuan untuk menunjang,melapangkan, atau memantapkan suatu kebijakan daerah disuatu bidang tertentu.
2. Dana perimbangan diperoleh melalui bagian pendapatan daerah dari
penerimaan pajak bumi dan bangunan baik dari pedesaan, perkotaan, pertambangan sumber daya alam dan serta bea perolehan hak atas tanah dan
bangunan. Dana perimbangan terdiri atas dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus.
3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah adalah pendapatan daerah dari sumber
lain misalnya sumbangan pihak ketiga kepada daerah yang dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.
Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengeloalaan
16
kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Pendapatan Asli Daerah PAD merupakan salah satu komponen sumber
pendapatan daerah sebagaimana yang telah diatur dalam pasal 79 Undang- Undang nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, berdasarkan pasal 79
UU 221999 disimpulkan bahwa sesuatu yang diperoleh pemerintah daerah yang dapat diukur dengan uang karena kewenangan otoritas yang diberikan
masyarakat dapat berupa hasil pajak daerah dan retribusi daerah. Sumber pendapatan daerah terdiri dari hasil pajak daerah dan hasil retribusi daerah.
2.1.4 Pendapatan Perkapita
Pendapatan perkapita merupakan indikator yang digunakan secara luas untuk mengukur tingkat kesejahteraan suatu masyarakat. Walaupun demikian harus
diakui bahwa tingkat kesejahteraan suatu masyarakat yang diukur menggunakan indikator pendapatan per kapita mengandung beberapa kelemahan karena hanya
memberi indikator rata – rata. Pendapatan perkapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu
negara. Pendapatan perkapita didapatkan dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah penduduk negara tersebut. Pendapatan
perkapita juga merefleksikan PDB perkapita.
2.1.4.1 Indikator Kesejahteraan Negara
Angka pendapatan perkapita merupakan ukuran yang paling dapat diandalkan untuk melihat tingkat kesejahteraan suatu negara. Ini disebabkan
17
karena pendapatan perkapita telah mencakup faktor jumlah penduduk sehingga secara langsung menunjukkan tingkat kemakmuran, sementara
komponen pendapatan nasional lainnya seperti GNP, GDP, dan sebagainya belum menunjukkan tingkat kemakmuran masyarakat secara langsung
karena tidak memperhitungkan faktor jumlah penduduk.
2.1.4.2 Standar Pertumbuhan Kemakmuran Negara
Pendapatan perkapita merupakan standar umum untuk
membandingkan tingkat kemakmuran atau kesejahteraan suatu negara dari tahun ke tahun. Apabila pendapatan perkapita meningkat, maka dapat
dikatakan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat meningkat. Namun, untuk memastikan apakah kesejahteraan masyarakat memang benar-benar
meningkat, kita harus memperhitungkan pendapatan perkapita secara riil, yaitu peningkatan pendapatan perkapita dibandingkan dengan tingkat
kenaikan harga atau inflasi.
2.1.4.3 Pembanding Tingkat Kemakmuran Antarnegara
Selain sebagai pembanding tingkat kemakmuran suatu negara dari tahun ke tahun,pendapatan perkapita juga umum digunakan sebagai
pembanding tingkat kemakmuran antar negara yang satu dengan lainnya. Dengan menetapkan standar pendapatan perkapita, maka negara-negara di
dunia dapat dikelompokkan ke dalam negara berpendapatan rendah, menengah, atau tinggi.
18
Secara ringkas, dapat disimpulkan beberapa manfaat dari perhitungan pendapatan perkapita, yaitu:
1. Mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat suatu negara dari waktu
ke waktu. 2.
Membandingkan tingkat kesejahteraan antara negara satu dengan lainnya.
3. Sebagai pedoman bagi pemerintah dalam membuat kebijakan
ekonomi. 4.
Mengelompokkan berbagai negara ke dalam beberapa tingkat pendapatan.
Bank Dunia World Bank pada tahun 2001 telah mengelompokkan negara-negara diseluruh dunia menjadi lima kelompok
berdasarkan pendapatan perkapitanya, yaitu: 1.
Kelompok negara berpendapatan rendah low income economies, yaitu negara-negara yang memiliki PNB perkapita US520 atau kurang.
2. Kelompok negara berpendapatan menengah bawah lower-middle income
economies, yaitu negara-negara yang memiliki PNB perkapita sekitar US1740.
3. Kelompok negara berpendapatan menengah middle income economies,
yaitu negara-negara yang memiliki PNB perkapita sekitar US2990.
19
4. Kelompok negara berpendapatan menengah atas upper-middle income
economies, yaitu negara-negara yang memiliki PNB perkapita sekitar US4870.
5. Kelompok negara berpendapatan tinggi high income economies, yaitu
negara-negara yang mempunyai PNB perkapita sekitar US25.480.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Hasil dari beberapa peneliti akan digunakan sebagai bahan referensi dan perbandingan dalam penelitian ini, antara lain adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Nama
Judul Variabel
Hasil penelitian
1 Ramayanti,
Maya 2011 Pengaruh
Pendapatan Asli Daerah
dan Transfer Pemerintah
Pusat Terhadap Pendapatan
Perkapita Masyarakat
KabupatenKot a di Propinsi
Sumatera
Utara Independen
-Pendapatan Asli Daerah
-Transfer Pemerintah
Pusat Dependen
-Pendapatan Per Kapita
1. Secara parsial dapat diambil
kesimpulan, bahwa
Pendapatan Asli Daerah
berpengaruh signifikan
terhadap peningkatan
Pendapatan Per Kapita,
sedangkan transfer
pemerintah pusat tidak
berpengaruh signifikan.
2. Secara simultan, dapat
diambil kesimpulan
bahwa
20
Pendapatan Asli Daerah dan
transfer pemerintah pusat
berpengaruh signifikan
terhadap peningkatan
Pendapatan Per Kapita.
3. Angka R sguare atau
koefisien determinasi
adalah 0.555. Hal in berarti
bahwa 55,5 variasi atau
perubahan dalam Pendapatan Per
kapita dapat dijelaskan oleh
variasi atau perubahan dari
Pendapatan Asli Daerah dan
transfer pemerintah
pusat, sedangkan sisanya sebesar
45,5 dijelaskan oleh sebab-sebab
lain yang tidak dimasukkan
dalam penelitian ini.
2 Maharani S,
Nisa 2011 Pengaruh
Realisasi Belanja Daerah
dan Angkatan Kerja
Terhadap Independen
-Realisasi Belanja
Daerah -Angkatan
Kerja 1. Realisasi
belanja tidak langsung
berpengaruh secara langsung
terhadap output
21
Output dan Pendapatan Per
Kapita Dependen
-Pendapatan Per Kapita
dan berpengaruh secara tidak
langsung terhadap
pendapatan per kapita melalui
output. 2. Realisasi
belanja langsung memiliki
pengaruh langsung
terhadap output dan pengaruh
tidak langsung terhadap
pendapatan per kapita melalui
output. 3. Tenaga kerja
mempunyai pengaruh
langsung terhadap output
dan pendapatan per kapita,
namun pengaruh langsung
terhadap pendapatan per
kapita memiliki pengaruh yang
negatif. 4. Output
berpengaruh langsung secara
positif terhadap pendapatan per
kapita.
3 Sinaga, Dika
Nivardo 2015
Pengaruh Pendapatan
Asli Daerah, Independen
-Pendapatan Asli Daerah
1. Secara simultanPendapa
tan Asli Daerah
22
Dana Alokasi Umum dan
Belanja Modal terhadap
Pendapatan Perkapita pada
Kabupaten dan Kota di
Sumatera Utara
-DAU -Belanja
Modal Dependen
-Pendapatan Per Kapita
PAD, Dana Alokasi Umum
DAU, dan Belanja Modal
berpengaruh signifikan
terhadap Pendapatan
Perkapita pada Kabupaten dan
Kota di Sumatera Utara.
2. Secara parsial variabel
Pendapatan Asli Daerah
berpengaruh signifikan
terhadap Pendapatan
Perkapita pada Kabupaten dan
Kota di Sumatera Utara.
Sedangkan variabel Dana
Alokasi Umum dan Belanja
Modal secara parsial tidak
berpengaruh dengan tingkat
alpha 5 terhadap
Pendapatan Perkapita pada
Kabupaten dan Kota di
Sumatera Utara. 3. Nilai R Square
atau Koefesien Determinasi
23
sebesar 0,599 yang berarti
bahwa 59,9 faktor-faktor
Pendapatan Perkapita dapat
dijelaskan oleh Pendapatan Asli
Daerah, Dana Alokasi Umum,
dan Belanja Modal,
sedangkan 30,1 dijelaskan
oleh faktor- faktor lain yang
tidak diteliti dalam penelitian
ini.
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis 2.3.1 Kerangka Konseptual Penelitian