Uji Kebaikan Model ECM Model Koreksi Kesalahan ECM

6.3. Pendekatan Koreksi Kesalahan

6.3.1. Uji Kebaikan Model ECM

Untuk menunjukkan bahwa model jangka pendek yang diperoleh pada penelitian ini terbebas dari masalah pelanggaran asumsi OLS, maka dilakukan uji kebaikan. Adapun hasil uji kebaikan model ECM pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Uji Autokorelasi Berdasarkan hasil uji autokorelasi dengan menggunakan Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test diketahui bahwa model jangka pendek yang diestimasi terbebas dari masalah autokorelasi. Hal ini ditunjukkan oleh nilai probabilitas ObsR-squared sebesar 1,00 yang lebih besar dari taraf nyata 10 persen Lampiran 4a. 2. Uji Heteroskedastisitas Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas baik dengan menggunakan ARCH-Test maupun White Heteroskedasticity-Test, diperoleh bahwa model jangka pendek yang diestimasi terbebas dari masalah heteroskedastisitas. Hal ini ditunjukkan oleh nilai probabilitas ObsR-squared sebesar 0,32 pada ARCH-Test dan 0,33 pada White Heteroskedasticity-Test yang lebih besar dari taraf nyata 10 persen Lampiran 4b. 3. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk memeriksa apakah error term mendekati distribusi normal. Berdasarkan hasil uji normalitas diketahui bahwa error term terdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan oleh nilai probabilitas sebesar 0,98 yang lebih besar dari taraf nyata 10 persen Lampiran 4c.

6.3.2. Model Koreksi Kesalahan ECM

Model koreksi kesalahan atau ECM digunakan untuk melihat perilaku jangka pendek dari persamaan regresi dengan mengestimasi dinamika error correction term U. Setelah diketahui bahwa model ECM terbebas dari masalah pelanggaran asumsi OLS, maka model ECM dari penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6.5. Tabel 6.5. Model Jangka Pendek Variabel Koefisien Probabilitas Pertumbuhan Ekonomi -1 0,30 0,01 Pertumbuhan Ekonomi -2 -0,27 0,08 Pengeluaran Rutin 3,55 0,08 Pengeluaran Rutin -2 -6,75 0,00 Pengeluaran Pembangunan 2,97 0,09 Pengeluaran Pembangunan -1 1,23 0,03 Investasi Swasta 1,43 0,00 Pekerja -6,97 0,01 Pekerja -2 8,17 0,00 Inflasi -0,15 0,00 Inflasi -2 -0,10 0,01 U-1 -0,58 0,01 R-squared = 0,97 Durbin-Watson stat = 1,72 Sumber : Lampiran 5 Ket : dalam first difference Hasil estimasi ECM menunjukkan nilai R-squared sebesar 0,97. Hal ini berarti model pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek dapat dijelaskan oleh variabel pengeluaran rutin pemerintah, pengeluaran pembangunan pemerintah, investasi swasta, pekerja, dan inflasi sebesar 97 persen, sedangkan sisanya sebesar 3 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Berdasarkan hasil estimasi model jangka pendek diketahui bahwa variabel pengeluaran rutin pemerintah, pengeluaran pembangunan pemerintah, investasi swasta, pekerja dan inflasi signifikan atau berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ekonomi pada taraf 10 persen serta memiliki arah yang benar sesuai dengan hipotesis awal yang diajukan. Namun variabel yang diduga berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi yaitu variabel dummy krisis ekonomi tidak signifikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek. Adapun interpretasi dari hasil estimasi tersebut yaitu secara keseluruhan pengeluaran rutin pemerintah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada jangka pendek. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa pengeluaran rutin bersifat tidak produktif dan tidak mengarah kepada investasi. Salah satu komponen dalam pengeluaran rutin adalah pengeluaran subsidi. Dalam jangka pendek pengeluaran subsidi akan mendorong terjadinya distorsi pasar yang dapat menimbulkan inefisiensi dalam perekonomian Sutriono, 2006. Adanya subsidi dari pemerintah akan menurunkan minat investor menanamkan modal karena takut kalah bersaing dengan sektor usaha yang disubsidi oleh pemerintah. Dengan menurunnya investasi tersebut berarti terjadi penurunan akumulasi modal untuk pembangunan yang pada akhirnya akan berdampak pada penurunan pertumbuhan ekonomi. Koefisien pengeluaran pembangunan pemerintah secara keseluruhan bernilai positif terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek. Pengeluaran pembangunan merupakan pengeluaran pemerintah dalam bentuk investasi. Investasi pemerintah dalam jangka pendek akan mendorong peningkatan permintaan agregat dan akan berpengaruh terhadap output. Misalnya pengeluaran pembangunan sarana pendidikan yaitu pembangunan gedung sekolah dasar. Adanya pembangunan gedung sekolah akan meningkatkan permintaan barang yang berhubungan dengan konstruksi, peralatan atau perlengkapan pendidikan, serta jasa yang terkait dengan pendidikan yang diselenggarakan. Hal ini akan mendorong produsen untuk meningkatkan produksi barang dan jasa, sehingga output meningkat dan selanjutnya mendorong pertumbuhan ekonomi. Dalam jangka pendek investasi swasta berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Menurut Samuelson dan Nordhaus, efek jangka pendek yang ditimbulkan bila terjadi perubahan besar pada investasi akan mempengaruhi permintaan agregat, yang pada akhirnya berakibat juga pada output dan kesempatan kerja Lailatussholiha, 2005. Kemudian selanjutnya akan berpengaruh terhadap peningkatan output nasional atau pertumbuhan ekonomi. Secara keseluruhan pekerja berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi pada jangka pendek. Dalam jangka pendek perusahaan tidak dapat menambah output kecuali dengan menambah penggunaan tenaga kerja Bellante dan Jackson, 1983. Dalam perekonomian agregat berlaku asumsi constant return to scale atau tingkat pengembalian skala yang konstan, maka dengan adanya tambahan jumlah pekerja dalam jangka pendek akan mendorong peningkatan output barang dan jasa, yang selanjutnya akan mendorong peningkatan output nasional, kemudian pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Dalam jangka pendek secara keseluruhan inflasi mempunyai pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Fenomena ekonomi yang terjadi di masyarakat adalah ketika pemerintah mengumumkan akan ada kenaikan harga, maka dampak psikologis masyarakat langsung timbul. Sebelum pemerintah mengumumkan secara resmi kenaikan harga misal harga BBM, ekspektasi masyarakat terhadap kenaikan harga barang-barang lain harga umum biasanya sudah melambung tinggi, terutama ekspektasi harga yang dilakukan oleh para pedagang. Efek yang timbul pada jangka pendek adalah harga-harga atau inflasi melambung tinggi pada awal-awal diterapkannya kebijakan kenaikan harga. Efek tersebut mengakibatkan masyarakat mengurangi konsumsinya sehingga mendorong penurunan konsumsi secara agregat. Penurunan konsumsi secara agregat pada selanjutnya akan menghambat pertumbuhan ekonomi Berdasarkan hasil estimasi jangka pendek diperoleh bahwa lag pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Koefisien lag pertumbuhan ekonomi sebesar 0,03 berarti apabila pertumbuhan ekonomi pada periode sebelumnya meningkat sebesar 1 persen maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat sebesar 0,03 persen. Nilai koefisien error correction term U sebesar –0,58 menunjukkan bahwa disekuilibrium periode sebelumnya terkoreksi pada periode sekarang sebesar 0,58 persen. Error correction term menunjukkan seberapa cepat ekuilibrium tercapai kembali ke keseimbangan jangka panjang.

VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1.