Perumusan Masalah PENDAHULUAN 1.1. Latar

cicilan dan bunga utang. Peningkatan pengeluaran pemerintah tersebut memberikan efek yang berarti bagi perekonomian.

1.2. Perumusan Masalah

Pengeluaran pemerintah baik dalam bentuk konsumsi maupun investasi merupakan salah satu komponen dalam pembentukan Produk Domestik Bruto PDB. Perkembangan pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan pemerintah dapat dilihat pada Tabel 1.2. Tabel 1.2. Perkembangan Pengeluaran Rutin dan Pengeluaran Pembangunan Pemerintah 1994-2004 Tahun Pengeluaran Rutin Milyar Rupiah Pengeluaran Pembangunan Milyar Rupiah 1994 44069,00 30691,70 1995 50435,00 28780,70 1996 61568,00 33454,30 1997 62158,80 38927,90 1998 104452,60 41567,00 1999 156755,60 45187,40 2000 162577,10 25814,80 2001 218923,30 41585,00 2002 200382,10 47414,30 2003 188584,30 65129,80 2004 237844,00 68879,00 Sumber: BPS 1994-2004 Keadaan perekonomian Indonesia sebelum krisis menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dan pada saat krisis pengeluaran pemerintah pun semakin meningkat terutama pada pos pembayaran cicilan dan bunga utang. Pembayaran cicilan dan bunga utang tersebut termasuk ke dalam pengeluaran rutin, sehingga dapat terlihat bahwa perubahan pengeluaran rutin dari tahun 1997 ke tahun 1998 mengalami peningkatan yang cukup besar. Besarnya pengeluaran pemerintah di satu sisi tidak diimbangi dengan peningkatan penerimaan pemerintah, sehingga hal tersebut membuat pemerintah mengalami kesulitan dalam mengelola anggaran negara. Oleh karena keterbatasan anggaran yang dimiliki, pemerintah melakukan pinjaman baru untuk menutup pembayaran cicilan pinjaman yang lama atau jatuh tempo Kusumastuti, 2005. Hal ini mengakibatkan akumulasi beban utang semakin bertambah. Selain itu, dana yang seharusnya digunakan untuk pembangunan sebagian dialokasikan untuk menutup beban utang sehingga pembangunan mengalami pelambatan. Adanya krisis ekonomi mendorong kondisi sosial politik dan keamanan menjadi tidak stabil, sehingga para investor swasta khususnya investor asing enggan untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Pada saat krisis, inflasi meningkat tajam yaitu mencapai 77,63 persen. Hal tersebut dikarenakan terdepresiasinya nilai tukar rupiah terhadap dolar yang mendorong peningkatan pada harga bahan bakar minyak BBM, kemudian diikuti dengan meningkatnya harga-harga barang dan jasa lainnya. Inflasi yang tinggi juga memicu biaya operasional perusahaan mengalami peningkatan, sehingga mendorong banyak perusahaan untuk melakukan pemutusan hubungan kerja PHK para karyawan. Pada akhir tahun 2004 dimana kondisi makroekonomi secara umum cukup mantap dan stabil, Indonesia diguncang oleh bencana alam yang sangat dahsyat. Terjadinya gempa bumi yang diikuti gelombang tsunami yang sangat besar pada tanggal 26 Desember 2004 melumpuhkan propinsi Aceh Darussalam dan sebagian Sumatera Utara. Beratnya kerusakan akibat peristiwa tersebut membutuhkan dana, tenaga dan waktu yang cukup lama untuk memperbaiki dan membangun daerah itu kembali. Hal ini tentunya berdampak terhadap perkembangan perekonomian Indonesia. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka permasalahan yang diteliti adalah bagaimana pengaruh pengeluaran rutin pemerintah, pengeluaran pembangunan pemerintah, investasi swasta, pekerja, dan inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek dan jangka panjang?

1.3. Tujuan Penelitian