adalah penting. 2. Cinta Posesif
: Pecinta posesif sangat emosional, pencemburu, dan terobsesi dengan kekasihnya.
3. Cinta Kawan Sejati : Cinta adalah intimasi yang menyenangkan yang secara perlahan tumbuh dari persahabatan, saling berbagi dan
saling membuka diri. 4. Cinta Pragmatis
: Ini adalah “cinta yang mencari-cari pasangan yang cocok dan tujuannya adalah menjalin hubungan yang baik, agar
masing-masing pihak terpenuhi semua kebutuhan dasarnya.
5. Cinta Altruistik : Gaya cinta ini adalah merawat, member, dan memaafkan
tanpa syarat. 6. Cinta Permainan
: Tidak ada hubungan yang berlangsung lama dan biasanya berakhir setelah muncul kejemuan.
2.2.3 Teori Segitiga Cinta The Love Triangle
Teori mengenai segitiga cinta ini di kembangkan oleh seorang psikolog asal Amerika, Sternberg dalam DeFrain, 2000: 262. Dalam teori segitiga cinta
ini Sternberg mengemukakan tiga komponen yang menyusun bangunan segitiga cinta diantara dua insan yang sedang didera asmara. Ketiga unsur pembangun
segitiga cinta tersebut ialah: komitmen commitment, keintimankemesraan intimacy, dan hasrat atau gairah passion.
Kompoenen pertama ialah komitmen, yang diartikan segabai kesadaran seseorang untuk mempertahankan hubungannya dengan orang lain. Bagian ini
akan berkembang dari masa kemasa. Awalnya memang lambat, namun akan meningkat lebih cepat jika hubungan yang terbentuk di rasa layak untuk
dipertahankan. Jika hubungan memburuk, maka komitmen akan menghilang. Seseorang akan memperlihatkan komitmennya ketika hubungan mereka
menunjukkan kemajuan. Misalnya saja dari berpacaran menjadi bertunangan, atau dari bertunangan menjadi menikah.
Keintiman atau kemesraan menjadi unsur kedua dari bangunan segitiga cinta Sternberg. Dalam ikatan percintaan, keintiman atau kemesraan ini
mengikutsertakan berbagai perasaan individu, serta memerlukan adanya dukungan emosional. Biasanya, keintiman menuntut adanya keterbukaan dari masing-
masing pihak. Seperti kesediaan untuk saling berbagi mengenai kondisi masing- masing, mendiskusikan permasalahan yang sedang dialami, atau sekadar
menceritakan aktivitas yang mereka lakukan hari itu. Meskipun demikian, sebagian orang merasa tidak sepakat jika mereka harus merelakan semua
“bagiannya” untuk diketahui pasangannya. Hal ini dikarenakan, individu tersebut beranggapan akan merugi jika ternyata orang yang ia cintai saat ini kelak
bukanlah partner abadinya dalam menjalani hidup. Tapi umumnya dalam hubungan intim semacam ini, hampir setiap sisi dari masing-masing pasangan
akan menjadi bahan untuk saling bertukar pikiran dan berdiskusi. Secara bertahap keintiman atau kemesraan yang bertambah semakin dekat akan memperdalam
hubungan di antara dua orang insan yang sedang berkasih sayang. Dengan saling terbuka dan memberi kepercayaan, mudah menerima masukan, seseorang dapat
membangun hubungan intim yang kuat. Dan pada kenyataannya, seseorang yang
merasa lemah, terluka, sendiri, akan memperoleh dukungan dan kekuatannya kembali saat ia mencintai seseorang.
Terakhir, unsur yang ketiga dari segitiga cinta adalah hasrat atau birahi yang diekspresikan melalui sentuhan, ciuman, kemesraan, atau perilaku-perilaku lain
yang mengekspresikan interaksi seksual. Intensitas munculnya dorongan birahi dapat berkembang dengan cepat namun juga dapat memudar dengan sekejap pula.
Karena pada dasarnya, dorongan birahi ini lebih menyerupai perilaku kecanduan obat. Ketika dorongan birahi ini memudar, atau bahkan berakhir, maka individu
akan mengalami kondisi depresi dan mudah marah. Lebih lanjut, kombinasi dari ketiga dimensi cinta ini diidentifikasi Sternberg
dapat membentuk delapan tipe hubunngan percintaan di antara dua insan, kedelapan bentuk ini ialah:
Jika hubungan antara pasangan di bangun tanpa adanya cinta non love, maka sejatinya hubungan ini terbentuk tanpa menghadirkan komitmen, keintiman,
bahkan dorongan birahi sekalipun diantara keduanya. Berikutnya adalah rasa suka
Non-Love
Consummate Love Companiote Love
Fatuos Love Romantic Love
Liking Infatuation
Empty Love
Gambar 2.1. Eight Types of Love Relathionship. Sumber: The Psychology of Love edited by R. Sternberg dalam Olson DeFrain 2000: 263
liking yang muncul karena adanya keintiman dari hubungan percintaan seseorang, tapi dalam relasi ini sebenarnya juga tidak terdapat birahi maupun
komitmen yang menyertai. Bentuk selanjutnya adalah mencintai dengan tergila- gila mencintai secara berlebihan infatuation. Wujud relasi infatuation ini
muncul karena faktor dorongan birahi semata saja. Segitiga cinta yang keempat ialah cinta hampa empty love, yang di dalamnya terdapat komitmen tapi miskin
dorongan birahi dan komitmen. Kemudian, cinta romantis romantic love adalah bentuk segitiga cinta yang memiliki keintiman dan dorongan birahi di dalamnya,
namun komitmen yang terbentuk dari segitiga cinta ini sangatlah kurang. Keenam, Sternberg juga menemukan bentuk cinta tolol fatuous love yang terjadi karena
pasangan yang bercinta hanya bersedia untuk berkomitmen atas dasar dorongan nafsu. Namun ternyata, dalam bentuk cinta ini sesungguhnya tidak terbina
keintiman yang sebenarnya. Rasa cinta kepada teman yang mewarnai relasi diantara dua insan yang bercinta ini disebut sebagai companionate love rasa cinta
kepada teman, cinta semacam ini biasanya dirasakan oleh sepasang suami-istri yang telah lama menikah. Bentuk companionate love ini memanglah sarat
komitmen dan keintiman, tapi hanya sedikit saja dorongan birahi yang menyertainya. Terakhir, bentuk bangunan segitiga cinta yang sempurna
consummate love. Gambaran segitiga cinta ini dibangun atas tiga unsur yang lengkap, dimana komitmen, keintiman, dorongan birahi kesemuanya muncul
dalam relasi cinta ini. Dan bentuk segitiga cinta yang terakhir ini adalah impian
dari sebagian besar pasangan suami-istri yang menikah.
2.3 Kawin Kontrak