Gambaran Kabupaten Jepara Setting Penelitian

60 BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Setting Penelitian

4.1.1 Gambaran Kabupaten Jepara

1. Sejarah Kota Jepara Nama Jepara berasal dari perkataan Ujung Para, Ujung Mara dan Jumpara yang kemudian menjadi Jepara, yang berarti sebuah tempat pemukiman para pedagang yang berniaga ke berbagai daerah. Menurut buku “ Sejarah Baru Dinasti Tang 618- 906 M” mencatat bahwa pada tahun 674 M seorang musafir Tiong- Hoa bernama Yi-Tsing pernah mengunjungi negeri Holling atau Keling atau Kalingga yang juga disebut Jawa atau Japa, dan diyakini berlokasi di Keling, kawasan Jepara sekarang ini, serta dipimpin oleh seorang raja wanita bernama Sima atau Ratu Shima yang dikenal sangat tegas dank eras dalam memimpin rakyatnya. Namun menurut seorang penulis Portugis bernama Tome Pires dalam bukunya “Suma Oriental”, Jepara baru dikenal pada abad ke-XV 1470 M sebagai bandar perdagangan yang kecil yang baru dihuni oleh 90-100 orang dan dipimpin oleh Aryo Timur dan berada dibawah pemerintahan Demak. Kemudian Aryo Timur digantikan oleh putranya yang bernama Pati Unus 1507-1521. Pati Unus mencoba untuk membangun Jepara menjadi daerah kota niaga. Pati Unus dikenal sangat gigih melawan penjajahan Portugis di Malaka yang menjadi mata rantai perdagangan nusantara. Setelah Pati Unus wafat digantikan oleh ipar Falatehan yang berkuasa 1521-1536. Kemudian pada tahun 1536 oleh penguasa Demak yaitu Sultan Trenggono, Jepara diserahkan kepada menantunya yaitu Pangeran Hadlirin suami dari Ratu Retno Kencono, namun pada tahun 1549 Pangeran Hadiri dibunuh oleh Aryo Penangsang akibat perebutan kekuasaan di kerajaan Demak setelah wafatnya Sultan Trenggono. Kematian orang-orang yang dikasihi membuat Ratu Retno Kencono sangat berduka dan meninggalkan kehidupan istana untuk bertapa di bukit Danaraja. Setelah terbunuhnya Aryo Penangsang oleh Sutowijoyo, Ratu Retno Kencono turun dari pertapaan dan dilantik menjadi penguasa Jepara dengan gelar “ Nimas Ratu Kalinyamat ”. Pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat 1549-1579, Jepara berkembang pesat menjadi bandar niaga utama di pulau Jawa dan menjadi pangkalan Angkatan Laut. Ratu Kalinyamat dikenal mempunyai jiwa patriotisme anti penjajahan, hal ini dibuktikan dengan pengiriman kapal perangnya ke Malaka untuk menggempur Portugis pada tahun 1551 dan 1574. Dan oleh orang Portugis dijuluki “Rainha De Jepara” atau “Senora De Rica” yang artinya Raja Jepara seorang yang sangat berkuasa dan kaya raya. Selain itu Ratu Kalinyamat juga berjasa dalam membudayakan Seni Ukir yang sekarang jadi andalan utama ekonomi Jepara, yaitu perpaduan Seni Ukir Majapahit dengan Seni Ukir Patih Bandar duwung yang berasal dari Negeri Cina. Mengacu pada semua aspek positif yang telah dibuktikan oleh Ratu Kalinyamat sehingga Jepara menjadi negeri yang makmur, kuat dan mashur, maka penetapan hari jadi Jepara mengambil waktu beliau dinobatkan sebagai penguasa Jepara, yang bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awal Tahun 956 H atau 10 April 1549, ini telah ditandai dengan Candra Sengkala “ Trus Karya Tataning Bumi” atau Terus Bekerja Keras Membangun Daerah. 2. Kondisi Georafis Jepara sebagai salah satu kabupaten di jawa Tengah terletak pada 5°43´20,67” sampai 6°47´25, 83” LS dan 110°58´37,40 “ BT. Sebelah Barat dan Utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah Timur berbatasan dengan kabupaten Kudus dan Pati dan sebelah Selatan berbatasan dengan kabupaten Demak. Luas wilayah kabupaten Jepara tercatat 100.413,189 ha. Secara administratif kabupaten Jepara terbagi manjadi 14 wilayah kecamatan yaitu Kedung, Pecangaan, Kalinyamatan, Welahan, Mayong, Nalumsari, batealit, Jepara, Tahunan, Mlonggo, Bangsri, Kembang, Keling, karimunjawa. Adapun jarak Kabupaten Jepara dari kota-kota terdekat adalah Kudus 35 Km, Pati 59 Km, Rembang 95 Km, Blora 131 Km, Demak 45 Km BPS Kabupaten Jepara 2011. Dari data di atas dapat dilihat bahwa Jepara adalah sebuah kabupaten yang dikelilingi laut di sebelah barat dan utaranya. Kekayaan hasil laut dan alamnya inilah yang kemudian mampu mewujudkan Jepara menjadi kota pariwisata dan industri. Handoyo 2007:20 menyebutkan bahwa Jepara meskipun letaknya agak terpencil karena tidak dilewati arus kendaraan antar-kota antar-provinsi dan ini tidak termasuk jalur utama pantura, tetapi perkembangannya sebagai kota industri dan pariwisata jauh melebihi kota-kota lainnya seperti Demak, Kudus, Pati dan Rembang. 3. Kependudukan Jumlah penduduk kabupaten Jepara akhir tahun 2011 angka sementara berdasarkan hasil proyeksi adalah sebanyak 1.124.203 jiwa yang terdiri dari 561.984 laki-laki 49,99 dan 562.219 perempuan 50.01 , dimana sebaran penduduk terbanyak terdapat di kecamatan Tahunan 105.505 jiwa atau 9.38 dan jumlah penduduk paling sedikit terdapat di kecamatan Karimunjawa 8.854 jiwa atau 0.79 . Jika dilihat berdasarkan kepadatan penduduk, pada tahun 2011, kepadatan penduduk kabupaten Jepara mencapai 1.120 jiwa per km. Penduduk terpadat berada di kecamatan Jepara 3.329 jiwa per km , sedangkan kepadatan terendah berada di kecamatan Karimunjawa 124 jiwa per km . Menurut kelompok umur, sebagian besar penduduk kabupaten Jepara termasuk dalam usia produktif 15-64 tahun sebanyak 760.221 jiwa 67.62 dan selebihnya 300.220 jiwa 26.71 berusia dibawah 15 tahun dan 63.762 jiwa 5.67 berusia 65 tahun ke atas. Sedangkan menurut perinciannya jumlah warga negara asing yang tinggal di kabupaten Jepara terhitung 309 jiwa. Tabel 4.1 Penduduk Warga Negara Asing Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Jepara 2010 No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah 1. Kedung - - 2. Pecangaan - - 3. Kalinyamatan - - 4. Welahan - - 5. Mayong - - 6. Nalumsari - - 7. Batealit - - 8. Tahunan 14 2 16 9. Jepara 216 8 224 10. Mlonggo 68 1 69 11. Pakis Aji 2 - 12. Bangsri - - 13. Kembang - - 14. Keling - - 15. Donorojo - - 16. Karimunjawa - - Jumlah 309 Sumber : BPS kabupaten Jepara tahun 2010 Melihat data diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah warga negara asing yang berdomisili di Jepara cukup banyak, keberadaan warga negara asing tersebut memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian di Jepara. Warga negara asing inilah yang kemudian menguasai bisnis industri mebel di Jepara, sebagian lainnya menjadi karyawan PLTU. Daya tarik wisata dan industrinya, membuat warga negara asing berkeinginan menetap di Jepara, hal inilah yang kemudian membuat warga negara asing menikahi wanita pribumi. Perkawinan yang terjadi banyak menimbulkan tanda tanya, sebagian mereka memang menikah secara resmi, namun banyak pula yang menikah secara tidak resmi. 4. Agama Dilihat dari banyaknya pemeluk agama, masyarakat Kabupaten Jepara mayoritas beragama Islam yaitu mencapai 96 dari total jumlah penduduk, selebihnya pemeluk agama Kristen dan katolik sebesar 2.40, pemeluk agama Hindu 0.24 dan Budha sebesar 0.70 BPS Kabupaten Jepara tahun 2010. Jumlah penduduk Jepara yang mayoritas Islam dapat disimpulkan adanya kehidupan yang religius. Termasuk dua pelaku kawin kontrak dalam penelitian ini juga beragama Islam, dan oleh karena kawin kontrak dalam syari‟at Islam termasuk dalam bentuk perkawinan terlarang karena berdampak negatif bagi pihak wanita. Selain itu kawin kontrak juga dianggap sebagai perdagangan wanita. Agar terlihat sah dimata masyarakat, pelaku kawin kontrak menggunakan kedok agama dengan cara menikah sirri. Meskipun golongan syi‟ah menghalalkan kawin mut‟ah, namun masyarakat Indonesia umumnya menganut paham sunni yang cenderung melarang adanya praktek kawin kontrak dengan alasan apapun. 5. Kondisi Ekonomi Di Jepara terdapat 4 empat sektor ekonomi yang prospektif dapat dikembangkan, antara lain : a. Sektor Industri Pengolahan b. Sektor Pariwisata c. Sektor Pertanian d. Sektor perdagangan Sektor industri merupakan tiang penyangga utama di Kabupaten Jepara. Sektor ini dibedakan dalam kelompok industry besar, industri sedang dan kerajinan rumah tangga. Data yang diperoleh dari dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan penanaman modal, tahun 2010 ada 13.827 buah perusahaan industri atau unit di Kabupaten Jepara. Menurut kantor Dinas Tenaga- Kerja, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Jepara, banyaknya pencari kerja yang terdapat sampai dengan tahun 2010 sebanyak 26.418 orang. Sebagian besar dari pencari kerja tersebut berpendidikan Sarjana Muda keatas 57,55, setingkat SLTA 39,05, selebihnya 3,40 berpendidikan setingkat SD dan SLTP BPS Kabupaten Jepara tahun 2011. Sedangkan penduduk kabupaten Jepara berdasarkan lapangan usaha sektor tahun 2010 telah terjadi penyusutan kontribusi sektor industri. Data dari hasil Sakernas 2010 sebagian besar berusaha bekerja di sektor industri 46,85 dan pertanian 18,66, selebihnya berusaha bekerja di sektor pertambangan, listrik, konstruksi, keuangan dan jasa-jasa. Industri mebel ukir adalah salah satu jenis industri yang berkembang menjadi industri furniture merupakan industry andalan kabupaten Jepara. Bahkan tidak berlebihan jika dikatakan bahwa industry mebel ukir merupakan pilar penyangga, atau bahkan nafas kehidupan bagi masyarakat Jepara. Indikator sederhana untuk melihat betapa berperannya sektor ini Nampak pada penyerapan tenaga kerja tahun 2001 tercatat sebanyak 85.250 tenaga kerja yang terserap oleh industri mebel. Ini belum termasuk penyerapan sektor lain yang bergantung pada industri mebel. Jumlah unit usaha yang terdaftar mencapai 3.593 buah dan sekitar 15.000 kegiatan home Industri dengan basis mebel ukir yang kemudian berkembang pada berbagai jenis industry kayu olahan. Ekspor dari hasil mebel dan furniture dari Jepara ini telah merambah 71 negara tujuan di lima benua dengan nilai ekspor sebesar Rp 2,4 triliyun pada tahun 2001 www.Jeparakab.go.id Berkembangnya Kota Jepara dari keempat sektor industri yang prospektif yaitu sektor perdagangan, pertanian utamanya adalah sektor industri mebel dan pariwisata telah membawa Jepara sebagai kota kecil yang etrkenal dan produktif tidak hanya di dalam negeri namun hingga keluar negeri. Kemasyuran mebel dan ukir Jepara inilah salah satu hal yang kemudian menarik investor asing datang ke Jepara untuk turut berwirauasha dan akhirnya banyak merajai perindustrian Jepara. Kemudian untuk mendapatkan legalitas demi usahanya, mereka menghalalkan segala cara yang salah satunya adalah dengan melakukan kawin kontrak berkedok kawin siri. Hal ini dilakukan untuk mempermudah investor asing mendirikan ijin usaha, membeli tanah, mendirikan bangunan dan lain-lain. 6. Kondisi sosial-kultural Kondisi sosial kultural di Jepara dipengaruhi oleh keadaan ekonomi masyarakat. Mayoritas masyarakat Jepara berkecimpung dalam dunia industri mebel. Industri ini dianggap lebih menjanjikan kehidupan yang lebih baik jika dibandingkan dengan jenis pekerjaan lain. Berkembangnya industri mebel membawa dampak pada bidang pembangunan kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat Jepara. Keberadaan industri mebel yang semakin maju pada masyarakat Jepara inilah yang kemudian banyak mengubah pola pikir masyarakat menjadi matrealistis, menilai segala sesuatu hanya dari uang. Kedudukan sosial dalam masyarakat dinilai dari seberapa banyak harta yang dimilikinya. Budaya matrealistis melahirkan perilaku-perilaku yang hanya mementingkan uang semata termasuk beberapa kasus kawin kontrak yang terjadi pada masyarakat Jepara beberapa tahun belakangan ini. Secara berkala dan berkelanjutan usaha kerajinan mebel ukir Jepara menjadi usaha yang turun temurun dalam keluarga dan membentuk suatu sistem sosial tersendiri. Status sosial mereka sebagai borjuis dengan tingginya materi yang dimilikinya dan keberhasilan dalam usaha mebel ukirnya. Perubahan sikap, nilai sosial dan gaya hidup yang dimiliki para pengusaha ukir Jepara berbeda dengan masyarakat sekitar. Gaya hidup yang terjadi akibat pergeseran budaya jawa yang terkontaminasi budaya barat terlihat dari cara berpakaian perempuan-perempuan Jepara yang lebih terbuka. Selain itu gaya hidup konsumtif pun terlihat dari beberapa narasumber yang notabennya senang berbelanja barang-barang yang dapat mempercantik diri mereka. Mulai dari sepatu hingga pakaian yang tentunya bermerk. Melalui pakaian dan gaya hidup sehari-hari akan menunjukkan kedudukan mereka di mata masyarakat. Berdasarkan Sejarah kota Jepara yang identik dengan Ratu kalinyamat atas jasanya membudayakan seni ukir, membuat kota Jepara hingga saat ini dikenal dengan industri mebelnya. Terkenal dengan kota ukir adalah salah satu pembuktian bahwa seni ukir merupakan andalan di sektor ekonomi Jepara. Letak georafis Jepara yang dikelilingi oleh laut pun semakin menambah kekayaan alam Bumi Kartini ini. Keunikan seni ukir yang memadukan pola Majapahit dengan Patih Bandar Duwung yang berasal dari negeri Cina berhasil memikat para investor asing untuk datang ke Jepara. Hal ini terlihat dari data penduduk tahun 2010. dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah warga negara asing yang berdomisili di Jepara cukup banyak, keberadaan warga negara asing tersebut memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian di Jepara. Warga negara asing inilah yang kemudian menguasai bisnis industri mebel di Jepara, sebagian lainnya menjadi karyawan PLTU. Daya tarik wisata dan industrinya, membuat warga negara asing berkeinginan menetap di Jepara, hal inilah yang kemudian membuat warga negara asing menikahi wanita pribumi. Perkawinan yang terjadi banyak menimbulkan tanda tanya, sebagian mereka memang menikah secara resmi, namun banyak pula yang menikah secara tidak resmi.

4.2 Pelaksanaan Penelitian