pada tahun 2008 sebesar 10,43 dan 11,19 pada tahun 2009. Begitu juga dengan nilai CAR tertinggi juga mengalami kenaikan. Dengan demikian
perubahan tarif pajak berpengaruh positif terhadap Capital perbankan. Namun hal ini berbanding terbaik saat terjadi penurunan tarif pajak
penghasilan sebesar 25 pasal 17 ayat 2a pada tahun 2010 nilai CAR terendah adalah 9,92 yang lebih kecil dari tahun 2009.
b. Assets
Assets Quality meliputi semua aktiva dalam rupiah maupun valuta asing dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan
fungsinya yang meliputi penanaman dana pada bank lain. Indikator yang digunakan adalah RORA. Yang digunakan bank untuk mengoptimalkan
aktiva yang dimiliki dalam memperoleh laba. Tabel 4.3 Nilai RORA Perusahaan Sampel
No. Nama Bank
RORA 2008
2009 2010
1. Agroniaga
16.47 13.32
21.73 2.
ICB Bumiputera 14.03
13.43 13.16
3. Ekonomi Raharja
10.61 11.02
12.74 4.
BCA 12.06
12.12 12.07
5. BNI
14.31 14.61
13.21 6.
Nusantara Parahyangan 11.47
13.39 11.46
7. QNB Kesawan
11.23 11.21
12.41 8.
Mandiri 14.59
16.07 13.06
9. CIMB Niaga
13.35 13.48
12.22 10.
BII 15.57
15.39 15.19
11. Windu
12.23 10.64
5.92 12.
Mega 13.74
11.66 12.29
13. Panin Bank
12.46 12.49
13.48 14.
Saudara 19.97
16.68 16.95
15. Artha Graha
11.98 12.98
11.72 Sumber: Data yang Diolah, 2013
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa variabel RORA terendah untuk tahun sebelum perubahan tarif pajak tunggal yaitu tahun
2008 adalah Bank Ekonomi Raharja sebesar 10,61 artinya setiap Rp. 1,- pinjaman dan surat berharga membentuk penghasilan Rp 0,1061. RORA
tertinggi tahun 2008 adalah Bank Saudara sebesar 19,97 artinya setiap Rp. 1,- pinjaman dan surat berharga membentuk penghasilan Rp 0,1997.
Variabel RORA terendah untuk tahun sesudah perubahan tarif pajak tunggal yaitu tahun 2009 adalah Bank Windu sebesar 10,64 artinya
setiap Rp. 1,- pinjaman dan surat berharga membentuk penghasilan Rp 0,1064. RORA tertinggi tahun 2009 adalah Bank Saudara bernilai 16,68
artinya setiap Rp. 1,- pinjaman dan surat berharga membentuk penghasilan Rp 0,1668. Tahun 2010 variabel RORA terendah untuk tahun sesudah
penurunan tarif pajak tunggal yaitu tahun 2010 adalah Bank Windu sebesar 5,92 artinya setiap Rp. 1,- pinjaman dan surat berharga membentuk
penghasilan Rp 0,0592. RORA tertinggi tahun 2010 adalah Bank Agroniaga sebesar 21,73 artinya setiap Rp. 1,- pinjaman dan surat berharga membentuk
penghasilan Rp 0,2173. Tabel 4.4 Hasil Analisis Deskriptif RORA
No. Kriteria
Hasil Rasio RORA Jumlah perusahaan sampel
2008 2009
2010 1.
Sehat 15,5
12 13
13 2.
Tidak sehat 15,5
3 2
2 Sumber: Data yang diolah, 2013
Dilihat dari Tabel 4.4 bahwa dari tahun 2008 ke tahun 2009 mengalami peningkatan karena bank yang dikategorikan sehat sebanyak 13
bank pada tahun 2009 dari 12 bank pada tahun 2008 karena memiliki nilai RORA 15,5. Namun hal tersebut berbeda dengan penurunan tarif pajak
tunggal pasal 17 ayat 2a karena jumlah bank yang dikategorikan tetap sebanyak 12 bank. Dapat dilihat pada Tabel 4.3 nilai tertinggi RORA pada
tahun 2010 sebesar 21,73 yang lebih besar dari tahun 2009 sebesar 16,68. Sehingga menjelaskan bahwa kemampuan bank tahun 2010 dalam
mengoptimalkan aktiva beresiko yang dimiliki untuk memperoleh laba kotor mengalami penurunan karena nilai RORA lebih dari 15,5 menyatakan
bank tidak sehat.
c. Management