Pengaruh Perspektif Positive Accounting Theory, Growth Opportunities dan Operating Cash Flow Terhadap Konservatisme Akuntansi Pada Perusahaan Jasa yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2013

(1)

SKRIPSI

PENGARUH PERSFEKTIF POSITIVE ACCOUNTING THEORY, GROWTH OPPORTUNITIES DAN OPERATING CASH FLOW

TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN JASA YANG TERDAFTAR

DI BEI PERIODE 2010 - 2013

OLEH

AYU NINDI UTAMI 130522009

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa

skripsi saya berjudul “Pengaruh Perspektif Positive Accounting Theory, Growth Opportunities dan Operating Cash Flow Terhadap Konservatisme Akuntansi Pada Perusahaan Jasa Yang Terdaftar Di BEI Periode 2010-2013” adalah benar hasil karya saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 2015 Yang membuat pernyataan,

Ayu Nindi Utami NIM. 130522009


(3)

ABSTRAK

Pengaruh Perspektif Positive Accounting Theory, Growth Opportunities dan Operating Cash Flow Terhadap Konservatisme Akuntansi Pada

Perusahaan Jasa Yang Terdaftar Di BEI Periode 2010-2013

Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui pengaruh perspektif positive accounting theory (kepemilikan manajerial, kepemilikan public, leverage, Firm Size, intensitas modal), Growth Oppurtunities dan operating cash flow secara parsial maupun simultan terhadap konservatisme akuntansi perusahaan jasa yang terdaftar di BEI periode 2010-2013.

Populasi penelitian ini adalah perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013. Sampel yang diambil sebanyak 78 perusahaan, 16 diantaranya merupakan sampel yang memenuhi kriteria. Teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah purpose sampling. teknik analisis data dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepktif positive accounting theory (kepemilikan manajerial dan kepemilikan public) dan operating cash flow berpengarung negative secara parsial terhadap konservatisme akuntansi, sedangkan perspektif positive accounting theory (leverage, firm size, intensitas modal), growth oppurtunities berpengaruh positive secara parsial terhadap konservatisme akuntansi. Dan seluruh variabel independen berpengaruh signifikan secara simultan terhadap konservatisme akuntansi

Kata kunci: Positive accounting theory, growth opportunities, operating Cash Flow,


(4)

ABSTRACT

Influence of Positive Accounting Theory Perspective, Growth Opportunities and Operating Cash F low To The Accounting Conservatism In Services companies listed on the

Indonesia stock exchange periodic 2010-2013

This research aims to determine the effect of positive accounting theory perspective (managerial ownership, public ownership, leverage, Firm Size, capital intensity), Growth oppurtunities and operating cash flow partially or simultaneously toward conserva tism accounting services companies listed on the Indonesia stock exchange periodic 2010-2013.

The population of this research is the services companies listed in Indonesia stock exchange in periodic 2010-2013. The samples taken are as many as 78 companies, 16 of which are samples that meet the criteria. The technique used for sampling is purpose sampling. The data analysis technique in the research is multiple linear regression.

The results showed that positive accounting theory perspective ( managerial ownership and public ownership) and operating cash flow partially negative effect partially on accounting conservatism, while positive accounting theory perspektive (leverage, firm size and capital intensity), growth oppurtunities positive effect partially on accounting conservatism. And all independent variables simultaneously have significant influence on accounting conservatism

Keywords: Positive Accounting Theory, Growth Opportunities, Operating Cash flow, Accounting Conservatism, multiple linear regression.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Perspektif Positive Accounting Theory, Growth Opportunities dan Operating Cash Flow Terhadap Konservatisme Akuntansi Pada Perusahaan Jasa Yang Terdaftar Di BEI Periode 2010-2013”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec. Ac, Ak, CA Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak selaku Ketua Departemen

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU dan Bapak Drs. H. Hotmal Ja’far, MM,

Ak. Selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, Msi., Ak. Selaku Ketua Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak. Selaku Sekretaris Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU.

4. Bapak Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak. Selaku Dosen Pembimbing, Ibu Dra. Nurzaimah, MM, Ak. selaku Dosen Pembanding, dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, M.si, Ak. selaku Dosen Penguji yang telah memberi bimbingan, arahan, masukan dan motivasi kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Kedua orangtua tercinta, Ayahanda Marioto, SP dan Ibunda Hayati terima kasih atas dukungan dan doa serta kasih sayang yang telah diberikan selama ini kepada penulis.


(6)

Adik-adikku yang paling memotivasi penulis untuk memberikan yang terbaik dalam hidup untuk Mas Dwi dan Mas Surya tersayang terimakasi karena masih sama-sama berjuang.

6. Kepada Teman Seperjuangan Narlin, Nency dan Semua Anak Ekstensi Akuntansi13 A, sahabatku Amel, Chica, Zhee, Uwieq, juga Adik-adik Kos97 Yola, Ayuk, Anggie, Gusti, Ines, dan Tika terimakasih telah mewarnai perjalanan hidup penulis, memberikan kenangan untuk diceritakan dan telah berbagi segala hal dan terimakasih atas dukungannya. Juga terimakasih Abanda Kikie dan Abanda Samsir yang masih menjadi inspirasi penulis untuk menjadi lebih baik lagi.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Novemner 2015 Penulis

Ayu NIndi Utami 130522009


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ………. 1

1.2 Perumusan Masalah ……….. 8

1.3 Tujuan Penelitian……… 8

1.4 Manfaat Penelitian... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan………... 10

2.2 Teori Akuntansi..’……….…….. 11

2.2.1 Teori Akuntansi Positif…...……….………….………… 14

2.2.2 Hipotesis Teori Akuntansi Positif………..……... 16

2.3 Konservatisme Akuntansi..………..…... 18

2.3.1 Akuntansi Konservatif bermanfaat……….….. 20

2.3.2 Akuntansi Konservatif Tidak bermanfaat ……..…….…. 20

2.3.3 Pengukuran Konservatisme ……….…. 21

2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konservatisme Akuntansi 23 2.4.1 Kepemilikan manajerial……….... 23

2.4.2 Kepemilikan Publik……….. 25

2.4.3 Rasio Leverage………. 26

2.4.4 Ukuran Perusahaan……… 27

2.4.5 Intensitas Modal ……….. 28

2.4.6 Kesempatan Tumbuh………..…... 30

2.4.7 Cash Flow ………. 30

2.5 Penelitian Terdahulu... 31

2.6 Kerangka Konseptual……….. 37

2.7 Hipotesis Penelitian………. 40

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian………...………. 41

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ………..………... 41

3.4 Defenisi Operasiona Variabel dan Pengukuran Variabel………. 42

3.5Populasi Dan Sampel………...…….…. 48

3.6 Metode Analisis Data………... 49

3.6.1 Statistik Deskriprif……….. 50

3.6.2 Uji Asumsi Klasik……...……… 50

3.6.3 Analisis Regresi Berganda………. 55


(8)

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan………..………….. 61

4.2 Hasil Penelitian………..………. 61

4.2.1 Analisis Statistik Deskriprif……….. 63

4.2.2 Uji Asumsi Klasik………. 63

4.2.3 Pengujian Hipotesis……….…………. 68

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian……….………… 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………. 81

5.2 Keterbatasan Penelitian……….. 81

5.3 Saran………... 82

DAFTAR PUSTAKA……….……… 83


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 35

3.1 Waktu Penelitian………..……….... 42

3.2 Skala Pengukuran Variabel .……… 47

3.3 Pengambilan Keputusan ……….………. 45

4.1 Statistik Deskriptif………..………. 61

4.2 Uji Normalitas………..………. 53

4.3 Uji Asumsi Multikoliniaritas.……..……….. 54

4.4 Uji Autokorelasi………..………..……….... 55

4.5 Koefisien Determinasi……….……….. 61

4.6 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)……….. 62


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 37

4.1 Histogram Untuk Pengujian Asumsi Normalitas.……… 65

4.2 Uji Normalitas dengan Normal Probability Plot……….. 65

4.3 Uji Heteroskedasitas………. 68

4.4 Menentukan Nilai F Tabel dengan Microsoft Excel df1.……. 70 4.5 Menentukan Nilai F Tabel dengan Microsoft Excel df=56.… 74


(11)

LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman 1 Daftar Sampel Penelitian ... 87

2 Data Penelitian……… 91


(12)

ABSTRAK

Pengaruh Perspektif Positive Accounting Theory, Growth Opportunities dan Operating Cash Flow Terhadap Konservatisme Akuntansi Pada

Perusahaan Jasa Yang Terdaftar Di BEI Periode 2010-2013

Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui pengaruh perspektif positive accounting theory (kepemilikan manajerial, kepemilikan public, leverage, Firm Size, intensitas modal), Growth Oppurtunities dan operating cash flow secara parsial maupun simultan terhadap konservatisme akuntansi perusahaan jasa yang terdaftar di BEI periode 2010-2013.

Populasi penelitian ini adalah perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013. Sampel yang diambil sebanyak 78 perusahaan, 16 diantaranya merupakan sampel yang memenuhi kriteria. Teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah purpose sampling. teknik analisis data dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepktif positive accounting theory (kepemilikan manajerial dan kepemilikan public) dan operating cash flow berpengarung negative secara parsial terhadap konservatisme akuntansi, sedangkan perspektif positive accounting theory (leverage, firm size, intensitas modal), growth oppurtunities berpengaruh positive secara parsial terhadap konservatisme akuntansi. Dan seluruh variabel independen berpengaruh signifikan secara simultan terhadap konservatisme akuntansi

Kata kunci: Positive accounting theory, growth opportunities, operating Cash Flow,


(13)

ABSTRACT

Influence of Positive Accounting Theory Perspective, Growth Opportunities and Operating Cash F low To The Accounting Conservatism In Services companies listed on the

Indonesia stock exchange periodic 2010-2013

This research aims to determine the effect of positive accounting theory perspective (managerial ownership, public ownership, leverage, Firm Size, capital intensity), Growth oppurtunities and operating cash flow partially or simultaneously toward conserva tism accounting services companies listed on the Indonesia stock exchange periodic 2010-2013.

The population of this research is the services companies listed in Indonesia stock exchange in periodic 2010-2013. The samples taken are as many as 78 companies, 16 of which are samples that meet the criteria. The technique used for sampling is purpose sampling. The data analysis technique in the research is multiple linear regression.

The results showed that positive accounting theory perspective ( managerial ownership and public ownership) and operating cash flow partially negative effect partially on accounting conservatism, while positive accounting theory perspektive (leverage, firm size and capital intensity), growth oppurtunities positive effect partially on accounting conservatism. And all independent variables simultaneously have significant influence on accounting conservatism

Keywords: Positive Accounting Theory, Growth Opportunities, Operating Cash flow, Accounting Conservatism, multiple linear regression.


(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Penelitian

Laporan keuangan merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban manajemen dalam mengelola sumber daya perusahaan. Di Indonesia, laporan keuangan harus disusun berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Standar Akuntansi Keuangan (SAK) memberikan kebebasan kepada setiap perusahaan dalam memilih metode akuntansi yang digunakan. Perusahaan memilih metode akuntansi sesuai dengan kondisinya. Untuk mengantisipasi perekonomian yang tidak stabil, maka perusahan harus berhati-hati dalam menyajikan laporan keuangan. Tindakan kehati-hatian tersebut diimplikasikan dengan mengakui biaya atau rugi yang memungkinkan akan terjadi, tetapi tidak segera mengakui pendapatan atau laba yang akan datang walaupun kemungkinan terjadinya besar (Suwardjono, 2005). Bertindak hati-hati di sini dapat dicontohkan melalui pemilihan metode depresiasi yang cenderung menghasilkan beban depresiasi yang nilainya besar. Dengan demikian, nilai laba yang dilaporkan pun akan menjadi lebih kecil. Pada masa sekarang ini, konservatisme dalam dunia akuntansi menjadi suatu perdebatan yang sengit. Alasannya adalah bahwa melalui konservatisme, karakteristik kualitatif informasi akuntansi menjadi diragukan dan kualitas laba pun menjadi dipertanyakan (Sutopo, 2007).

Dalam upaya untuk menyempurnakan laporan keuangan tersebut lahirlah konsep konservatisme. Konsep ini mengakui biaya dan rugi lebih cepat, mengakui pendapatan dan untung lebih lambat, menilai aktiva dengan nilai yang terendah, dan kewajiban dengan nilai yang tertinggi (Sari dan Adhariani, 2009).

Salah satu prinsip yang dianut dalam proses pelaporan keuangan adalah prinsip konservatisme. Penggunaan prinsip ini didasarkan pada asumsi bahwa perusahaan


(15)

dihadapkan pada ketidakpastian ekonomi dimasa yang akan datang, sehingga pengukuran dan pengakuan untuk angka-angka tersebut dilakukan dengan hati-hati. Di kalangan para peneliti, prinsip konservatisme akuntansi masih dianggap sebagai prinsip yang kontroversial. Di satu sisi, konservatisme akuntansi dianggap sebagai kendala yang akan mempengaruhi kualitas laporan keuangan. Di sisi lain, konservatisme akuntansi bermanfaat untuk menghindari perilaku oportunistik manajer berkaitan dengan kontrak-kontrak yang menggunakan laporan keuangan sebagai media kontrak (Watts, 2003).

Tingkatan konservatisme dalam pelaporan keuangan dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal dan internal perusahaan. Faktor-faktor eksternal perusahaan berkaitan dengan lingkungan institusional pelaporan keuangan perusahaan seperti sistem hukum dan penegakan hukumnya serta standar akuntansi yang berlaku di suatu negara (Wardhani, 2009). Lingkungan institusional tersebut akan mempengaruhi tuntutan terhadap manajer perusahaan untuk menyajikan laporan keuangan yang berkualitas guna memberikan proteksi yang baik bagi investor. Sedangkan mengenai standar akuntansi, konservatisme telah atau mungkin masih menjadi salah satu prinsip akuntansi yang paling berpengaruh dalam akuntansi konvensional (Hellman, 2007).

Prinsip akuntansi yang berterima umum (Generally Accepted Accounting Principles) memberikan fleksibilitas bagi manajemen dalam menentukan metode maupun estimasi akuntansi yang digunakan. Fleksibilitas tersebut akan mempengaruhi perilaku manajer dalam melakukan pencatatan akuntansi dan pelaporan transaksi perusahaan (Wardhani, 2008). Manajer dapat melakukan pelaporan keuangan yang optimis maupun konservatif, akan tetapi pelaporan yang optimis serta cenderung overstate terkadang menyesatkan dan merugikan pengguna laporan keuangan. Beberapa kasus terkait hal tersebut terjadi di luar negeri dan di Indonesia, sering kali penyajian yang overstate merupakan bentuk kecurangan yang dilakukan oleh manajemen.


(16)

Penelitian yang dilakukan oleh Committee of Sponsoring Organization of the Tradeway Commission (COSO) menyebutkan bahwa lima puluh persen (50%) dari perusahaan-perusahaan di AS yang melakukan kecurangan antara tahun 1987 sampai dengan 1997 dengan cara mencatat pendapatan yang prematur atau dengan menciptakan transaksi fiktif (Arens et al, 2011). Selain itu perusahaan yang teridentifikasi melakukan kecurangan, melebihsajikan aset mereka dengan cara melebihkan penilaian aset yang ada, mencatatkan aset fiktif, atau mengkapitalisasi unsur-unsur yang seharusnya dibebankan. Hal tersebut diduga dilakukan oleh manajemen dengan maksud menghindari kerugian sebelum pajak, untuk mematuhi peraturan-peraturan agar saham perusahaan dapat diperjualbelikan di bursa saham nasional, serta meningkatkan harga saham. Motivasi tersebut dilakukan karena secara rata-rata pegawai perusahaan dan dewan direksi memiliki tiga puluh dua persen (32%) saham perusahaan (Arens et al, 2011). Salah satu contoh kasus kecurangan manajemen dengan penyajian yang overstate ialah kasus kecurangan PT. Kimia Farma.

Kasus PT. Kimia Farma merupakan salah satu bentuk kecurangan dengan penyajian yang overstated yang terjadi di Indonesia. Pada tahun 2002, terungkap kasus mark-up laporan keuangan PT. Kimia Farma yang lebih saji (overstated) laba yaitu dengan penggelembungan laba bersih tahun 2001 senilai Rp. 36,668 miliar (karena laporan keuangan yang seharusnya Rp. 99,594 miliar ditulis senilai Rp. 132 miliar). Kasus tersebut menunjukkan kurangnya kebijakan konservatisme yang diterapkan perusahaan (Rahmawati, 2010). Kurangnya konservatisme kemungkinan dapat menyesatkan para pengguna laporan keuangan.

Penerapan konservatisme dapat dijelaskan melalui konsep positive accounting theory. Teori tersebut menganut paham maksimisasi kemakmuran dan kepentingan pribadi (Ghozali dan Chariri, 2007). Dalam melakukan pilihan untuk bertindak konservatif atau tidak dapat dijelaskan melalui plan bonus hypothesis, debt covenant hypothesis, dan political cost hypothesis. Plan bonus hypothesis memprediksikan bahwa manajer akan berperilaku seiring


(17)

bonus yang akan diberikan (Alfina, 2006), sehingga manajemen akan memilih metode akuntansi yang memaksimalkan utilitasnya (Anggraeni dan Trisnawati, 2008). Komposisi kepemilikan seperti kepemilikan manajerial sangat mungkin mempengaruhi perilaku manajer seiring adanya motif bonus. Kepemilikan manajerial yang tinggi akan mengurangi keinginan manajer memperoleh bonus dari pemegang saham, dan akan lebih berfokus pada kinerja perusahaan untuk melindungi nilai investasi mereka.

Penelitian tentang konservatisme telah banyak dilakukan. Faktor-faktor yang mempengaruhi konservatisme banyak dijadikan variabel independen oleh para peneliti meliputi Struktur kepemilikan manajerial, Debt covenant, Growth opportunities dan sebagainya. Seperti penelitian Fatmariani (2008) Hasil penelitian membuktikan bahwa Struktur kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan negatif terhadap konservatisme akuntansi, Debt covenant tidak berpengaruh signifikan negatif terhadap konservatisme akuntansi, Growth opportunities berpengaruh signifikan positif terhadap konservatisme akuntansi.

Begitu juga dengan Ayu Martaning Yogi Ardina (2012) Variabel yang digunakan adalah Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Publik, Leverage, Ukuran Perusahaan dan arus kas berdasarkan hipotesis akuntansi positif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan manajeial, kepemilikan publik, leverage, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi di Indonesia. Berdasarkan penelitian ini, hanya arus kas operasi yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap konservatisme akuntansi.

Selanjutnya Dwi Astarini (2011) variabel independen yang ditelitinya adalah Struktur Kepemilikan, Debt Covenant dan Growth Opportunities Hasil pengujian regresi logistik menunjukkan bahwa variabel struktur kepemilikan (SK) berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi, Hasil pengujian regresi logistik menunjukkan bahwa variabel debt covenant (DC) tidak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi, dan Hasil pengujian regresi logistik


(18)

menunjukkan bahwa variabel growth opportunities (GROWTH) tidak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi.

Lain halnya dengan Angga Alfian (2013) variabel independen yang digunakannya adalah rasio leverage, ukuran perusahaan, intensitas modal, kepemilikan manajerial, kepemilikan publik, kesempatan tumbuh. Hasil penelitian menunjukan hanya variabel rasio leverage, intensitas modal dan kesempatan tumbuh yang menunjukan hasil berpengaruh signifikan terhadap pemilihan konservatisme akuntansi.

Perlunya telaah mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi konservatisme mendorong dilakukannya penelitian ini yang bertujuan menguji dan menganilisis penggunaan perspektif Positive Accounting Theory dalam konservatisme akuntansi perusahaan jasa pada sektor keuangan. Konservatisme dapat dijelaskan melalui tiga hipotesis yaitu plan bonus hypothesis, debt covenant hypothesis, dan political cost hypothesis. Plan bonus hypothesis dalam penelitian ini dijelaskan melaui kepemilikan manajerial dan kepemilikan publik, sedangkan debt covenant hypothesis dijelaskan menggunakan rasio leverage dan intensitas modal dan political cost hypothesis dijelaskan menggunakan firm size Selain itu, dalam peneltian ini ditambahkan mengenai pengaruh operating cash flow terhadap konservatisme akuntansi seperti pada penelitian Martani dan Dini (2010). Dan juga pengaruh kesempatan tumbuh terhadap konservatisme akuntansi pada penelitian Angga Alfian (2013). Penambahan variabel operating cash flow dilakukan karena pendapat yang kontra terhadap konservatisme seringkali mengaitkan konservatisme dengan prediksi future cash flow, sehingga dari sisi sebaliknya perlu diuji dan dianalisis mengenai pengaruh cash flow terhadap konservatisme akuntansi. Sama halnya dengan kesempatan tumbuh juga perlu diuji dari sisi sebaliknya dimana suatu kesempatan yang dimiliki perusahaan untuk memperbesar perusahaan dengan cara berinvestasi atau dengan cara membuat cadangan tersembunyi. Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat yang menyatakan esensi pertumbuhan bagi suatu perusahaan adalah


(19)

adanya kesempatan perusahaan untuk berinvestasi pada hal-hal yang menghasilkan keuntungan. Untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham dan memperbesar perusahaan, manajer dapat mengambil kesempatan investasi tersebut. Semakin besar kesempatan investasi yang menguntungkan, maka investasi yang dilakukan akan semakin besar (Chung dan Charoenwong 1991).

Berdasarkan uraian diatas maka selanjutnya peneliti bermaksud untuk melakukan pengujian – pengujian variabel berdasarkan hipotesis positive accounting theory terhadap variabel dependen konservatisme akuntansi dengan judul “Pengaruh Perspektif Positive Accounting Theory, Growth Opportunities dan Operating Cash Flow Terhadap Konservatisme Akuntansi Pada Perusahaan Jasa Yang Terdaftar Di BEI Periode 2010-2013.


(20)

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah di paparkan diatas, maka rumusan masalah yang akan di teliti dalam penelitian ini adalah :

Apakah perspektif positive accounting theory (kepemilikan manajerial, kepemilikan publik, leverage, firm size, intensitas modal), growth opportunities dan operating cash flow berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap konservatisme akuntansi perusahaan jasa yang terdaftar di BEI periode 2010-2013?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui pengaruh perspektif positive accounting theory (kepemilikan manajerial, kepemilikan publik, leverage, firm size, intensitas modal), growth opportunities dan operating cash flow secara parsial maupun simultan terhadap konservatisme akuntansi perusahaan jasa yang terdaftar di BEI periode 2010-2013.


(21)

1.4Manfaat Penelitian

Dari tujuan yang telah dijelaskan diatas, maka manfaat ini adalah:

1.4.1 Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai positive accounting theory dan hipotesis-hipotesis yang terkandung didalamnya juga mengenai prinsip konservatisme akuntansi.

1.4.2 Bagi perusahaan diharapkan dapat memberikan informasi sebagai pertimbangan perusahaan untuk melakukan pencatatan akuntansi menggunakan prinsip konservatisme atau optimisme.

1.4.3 Bagi calon investor dan kreditur diharapkan menjadi penuntun dalam membuat keputusan dalam berinvestasi dan memberikan pinjaman melalui laporan keuangan perusahaan, dengan menilai labanya apakah menggunakan prinsip konservatisme atau optimisme.

1.4.4 Bagi akademisi adalah memberi bukti empiris sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan atau bahan pembanding bagi penelitian lain yang melakukan penelitian sejenis ataupun lebih luas.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah laporan posisi keuangan yang dilaporkan kepada pihak yang berkepentingan untuk digunakan dalam mengambil keputusan dan mengetahui posisi keuangan dan pertumbuhan perusahaan pada periode tertentu.

Menurut Kieso at al (2007: 2) Laporan Keuangan adalah: “Merupakan sarana pengkomunikasian informasi laporan keuangan terhadap pihak-pihak diluar korporasi. Laporan keuangan ( financial statement ) yang sering disajikan adalah neraca, laporan laba-rugi, laporan arus kas, laporan ekuitas atau pemegang saham”.

Laporan keuangan adalah informasi keuangan yang disajikan dan disiapkan oleh manajemen dari suatu perusahaan kepada pihak internal dan eksternal, yang berisi seluruh kegiatan bisnis dari satu kesatuan usaha yang merupakan salah satu alat pertanggungjawaban dan komunikasi manajemen kepada pihak-pihak yang membutuhkannya (Astarini, 2011). Pengertian laporan keuangan menurut Baridwan (2004:4) adalah :

Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari suatu transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama satu tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan ini di buat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik saham. Disamping itu laporan keuangan juga digunakan untuk memenuhi tujuantujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak diluar perusahaan.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan dibuat sebagai bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap, dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepada manajemen. Disamping itu laporan keuangan adalah laporan yang berisi informasi mengenai posisi keuangan, hasil usaha, perubahan posisi keuangan, kewajiban dan proyeksi laba yang disusun untuk memenuhi kebutuhan dari pengguna laporan keuangan ( Astarini, 2011).


(23)

2.2 Teori Akuntansi

Akuntansi tidak dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan murni, akuntansi mungkin dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan sosial (social science). Seperti halnya ilmu sosial lainnya, konsep akuntansi tidak didasarkan pada kebenaran yang sifatnya universal (Glautier and Underdown, 1994). Konsep akuntansi mengakar pada sistem nilai masyarakat dimana akuntansi dipraktekkan. Oleh karena preskripsi akuntansi dikembangakan untuk memecahkan masalah-masalah khusus, teori yang mendasarinya juga dikembangkan berdasarkan model-model yang khusus. Secara umum, fungsi utama dari teori akuntansi adalah umtuk memberikan kerangka pengembangan ide-ide baru dan membantu proses pemilihan akuntansi (Mathews and Perera, 1993).

Vernon Kam (1986) mengemukakan fungsi dari adanya teori akuntansi sebagai berikut: 1. Menjadi pegangan bagi lembaga penyusun standar akuntansi menyusun standarnya. 2. Memberikan kerangka rujukan untuk menyelesaikan masalah akuntansi dalam hal

tidak adanya standar resmi.

3. Menentukan batas dalam hal melakukan “judgment” dalam penyusunan laporan keuangan.

4. Meningkatkan pemahaman dan keyakinan pembaca laporan terhadap informasi yang disajikan laporan keuangan.

5. Meningkatkan kualitas dapat diperbandingkan.

Sedangkan Hendriksen (1982) mengemukakan kegunaan teori akuntansi sebagai berikut:

1. Memberikan kerangka rujukan sebagai dasar untuk menilai prosedur dan praktek akuntansi.

2. Memberikan pedomen terhadap praktek dan prosedur akuntansi yang baru.

Awal perkembangan teori akuntansi menghasilkan teori normatif yang didefinisikan sebagai teori yang mengharuskan Pendekatan klasikal yang lebih menitikberatkan pada pemikiran normatif mengalami kejayaannya pada tahun 1960-an, tetapi dalam tahun 1970-an terjadi pergeseran pendekatan dalam penelitian akuntansi (Januarti, 2004).


(24)

Watts dan Zimmerman (1986) menjelaskan teori normatif yaitu teori normative berusaha menjelaskan informasi apa yang seharusnya dikomunikasikan kepada para pemakai informasi akuntansi dan bagaimana akuntansi tersebut akan disajikan. Jadi teori normative berusaha menjelaskan apa yang seharusnya dilakukan oleh akuntan dalam proses penyajian informasi keuangan kepada para pemakai dan bukan menjelaskan tentang apakah informasi keuangan itu dan mengapa hal tersebut terjadi.

Menurut Nelson dalam Anis dan Imam (2003) teori normatif sering dinamakan teori a priori (dari sebab ke akibat dan bersifat deduktif). Teori normatif bukan dihasilkan dari penelitian empiris tetapi dihasilkan dari kegiatan semi research. Sebaliknya tujuan pendekatan teori positif berusaha menguraikan dan menjelaskan apa dan bagaimana informasi keuangan disajikan serta dikomunikasikan kepada para pemakai informasi akuntansi atau dengan kata lain pendekatan teori positif bukanlah untuk memberikan anjuran mengenai bagaimana praktik akuntansi seharusnya, tetapi untuk menjelaskan mengapa praktik akuntansi mencapai bentuk seperti keadaannya sekarang (Januarti, 2004). Selain itu pendekatan teori positif sangat menekankan pentingnya penelitian empiris untuk menguji apakah teori akuntansi yang telah dikemukakan dalam banyak literatur teori akuntansi dapat menjelaskan praktikn akuntansi yang berlaku (Arif,1999).

Beberapa pemikir akuntansi dari Rochester dan Chicago mengembangkan apa yang disebut dengan Positive Accounting theory yang menjelaskan why accounting is what it is, why accountants do what they do, dan apa pengaruh dari fenomena ini terhadap manusia dan penggunaan sumber daya (Jensen,1976 dalam Anis dan Imam, 2003). Pendekatan normatif maupun positive hingga saat ini masih mendominasi dalam penelitian akuntansi. Artikel-artikel yang terbit di Jurnal The Accounting Review maupun Journal of Accounting Research, Journal of Business Research hampir semuanya menggunakan pendekatan mainstream dengan ciri khas menggunakan model matematis dan pengujian hipotesa (Januarti, 2004).


(25)

2.2.1 Teori Akuntansi Positif

Menurut Watt & Zimmerman (1986) perkembangan teori positif tidak dapat dilepaskan dari ketidakpuasan terhadap teori normative, selanjutnya dinyatakan bahwa dasar pemikiran untuk menganalisa teori akuntansi dalam pendekatan normative terlalu sederhana dan tidak memberikan dasar teoritis yang kuat. Terdapat tiga alasan mendasar terjadinya pergeseran pendekatan normatif ke positif yaitu :

1. Ketidakmampuan pendekatan normatif dalam menguji teori secara empiris, karena didasarkan 'pada premis atau asumsi yang salah sehingga tidak dapat diuji keabsahannya secara empiris.

2. Pendekatan normatif lebih banyak berfokus pada kemakmuran investor secara individual daripada kemakmuran masyarakat luas.

3. Pendekatan normatif tidak mendorong atau memungkinkan terjadinya alokasi sumber daya ekonomi secara optimal di pasar modal. Hal ini mengingat bahwa dalam system perekonomian yang mendasarkan pada mekanisme pasar, informasi akuntansi dapat menjadi alat pengendali bagi masyarakat dalam mengalokasi sumber daya ekonomi secara efisien.

Selanjutnya Watt & Zimmerman menyatakan bahwa dasar pemikiran untuk menganalisa teori akuntansi dalam pendekatan normative terlalu sederhana dan tidak memberikan dasar teoritis yang kuat. Untuk mengurangi kesenjangan dalam pendekatan normatif, Watt & Zimmerman mengembangkan pendekatan positif yang lebih berorientasi pada penelitian empiric dan menjustifikasi berbagai teknik atau metode akuntansi yang sekarang digunakan atau mencari model baru untuk pengembangan teori akuntansi dikemudian hari. Apabila teori normatif menunjukkan cara terbaik untuk melakukan sesuatu berdasar premis, norma atau standar, teori positif berusaha menjelaskan atau memprediksi fenomena nyata dan mengujinya secara empirik Godfrey et.a1 (1997) dalam Anis dan Imam (2003). Penjelasan atau prediksi dilakukan menurut kesesuaiannya dengan observasi dengan dunia nyata.

Teori akuntansi positif menurut Scott (2000) berusaha untuk membuat prediksi yang baik sesuai dengan kejadian yang nyata. Lebih lanjut Godfrey et.al (1997) dalam


(26)

Anis dan Imam (2003) menyatakan bahwa teori akuntansi positif berusaha menjawab antara lain pertanyaan berikut dari sudut pandang ekonomi. :

1. Apakah biaya yang dikeluarkan sebanding dengan manfaat yang diperoleh dalam pemilihan metode akuntansi alternatif ?

2. Apakah biaya yang diperoleh sebanding dengan manfaat yang diperoleh dalam regulasi dan proses penentuan standar akuntansi ?

3. Apa dampak laporan keuangan yang dipublikasikan pada harga saham ?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas dikembangkan teori akuntansi positif yang dapat dikelompokkan menjadi dua tahap, yaitu (Godfrey et a1,1997 dalam Anis dan lmam,2003):

1. Penelitian akuntansi dan perilaku pasar modal. Dalam tahap ini tidak dijelaskan tentang praktek akuntansi, tetapi dilakukan penelitian terhadap hubungan pengumuman laba dengan reaksi harga saham. Untuk melakukan penelitian dalam tahap ini digunakan Hipotesis Pasar Efisien (Efficiency Market Hyphothesis) (Scott,2000). Pasar modal efisien adalah pasar modal dimana harga surat-surat berharga yang diperdagangkn setiap waktu secara wajar dan merefleksikan semua informasi yang diketahui publik berkaitan dengan surat berharga dan Capital Asset Pricing Model (CAPM).

2. Penelitian dalam tahap kedua dilakukan untuk menjelaskan dan memprediksi praktek akuntansi antar perusahaan yang difokuskan pada alasan oportunistik dalam hal perusahaan memilih metode akuntansi tertentu, atau pada alasan efisiensi yaitu metode akuntansi dipilih untuk mengurangi biaya kontrak antara perusahaan dengan stakeholdernya. Alasan pertama yaitu perspektif oportunistik disebut ex-post yaitu pemilihan metode akuntansi dilakukan sesudah diketahui faktanya.

Pendekatan positif telah memberikan sumbangan yang berarti bagi pengembangan akuntansi menurut Watt Zimmerman (1986)

1. Menghasilkan pola sistematik dalam pilihan akuntansi dan memberikan penjelasan spesifik.

2. Memberikan kerangka yang jelas dalam memahami akuntansi Menunjukkan peran utama contracting cost dalam teori akuntansi.

3. Menjelaskan mengapa akuntansi digunakan dan memberikan kerangka dalam memprediksi pilihan akuntansi.

4. Mendorong riset yang relevan dengan akuntansi dan menekankan pada prediksi serta penjelasan terhadap fenomena.


(27)

Menurut Watt & Zimmerman (1986) tujuan teori akuntansi adalah untuk menjelaskan dan memprediksi praktek akuntansi. Penjelasan (explanation) menguraikan alasan mengapa suatu praktik dilakukan. Misalnya teori harus menjelaskan mengapa suatu praktek dilakukan, sebagai contoh teori harus menjelaskan mengapa perusahaan menggunakan metode FIFO dan mengapa perusahaan lain menggunakan metode Rata-rata, sedangkan prediksi (prediction) berarti teori harus mampu memprediksi berbagai phenomena praktik akuntansi yang belum dijalankan. Penomena yang belum dijalankan tidak selalu penomena yang akan datang, bisa penomena yang telah terjadi tetapi belum ada bukti secara empiris untuk menjustifikasi penomena tersebut. Indira januarti menjelaskan Sebagai contoh teori akuntansi dapat menyediakan hipotesis tentang atribut perusahaan yang menggunakan metode FIFO dengan yang menggunakan metode Rata-rata sehingga dapat diuji penggunaan data historis pada perusahaan yang menggunakan dua metode tersebut. Jadi teori merupakan pernyataan-pernyataan tentang hubungan logis (logical relationship) antara variabel atau perilaku variabel-variabel alam atau sosial yang dapat digunakan untuk menjelaskan (explanation) dan memprediksi (prediction) berbagai penomena tersebut.

Menurut Watts dan Zimmerman (1990) ada 3 hipotesis dalam teori akuntansi positif :

1. Hipotesis rencana bonus (Plan Bonus Hypothesis), Manajer perusahaan dengan bonus tertentu cenderung lebih menyukai metode yang meningkatkan laba periode berjalan. Pilihan tersebut diharapkan dapat meningkatkan nilai sekarang bonus yang akan diterima seandainya komite kompensasi dari dewan direktur tidak menyesuaikan dengan metode yang dipilih.

2. Hipotesis perjanjian hutang (Debt Convenat Hypothesis), Makin tinggi rasio hutang atau ekuitas perusahaan mkin besar kemungkinan bagi manajer untuk memilih metode akuntansi yang dapat menaikkan laba. Makin tinggi rasio hutang atau ekuitas makin dekat perusahaan dengan batas perjanjian atau peraturan kredit (Kalay, 1982). Makin tinggi batasan krdit makin besar kemungkinan penyimpangan perjanjian kredit dan pengeluaran biaya. Manajer akan memiliki metode akuntansi yang dapat menaikkan laba sehingga dapat mengendurkan batasan kredit dan mengurangi biaya kesalahan teknis.

3. Hipotesis Cost Politik (Political Cost Hypothesis), Perusahaan besar cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat mengurangi laba periodik


(28)

disbanding perusahaan kecil. Ukuran perusahaan merupakan ukuran variable proksi (proxsy) dan aspek politik. Yang mendasari hipotesi ini adalah asumsi bahwa sangat mahalnya nilai informasi bagi individu untuk menentukan apakah laba akuntansi betul-betul menunjukkan monopoli laba. Di samping itu, sangatlah mahal bagi individu untuk melaksanakan kontrak dengan pihak lain dalam proses politik dalam rangka menegakkan aturan hokum dan regulasi, yang dapat meningkatkan kesejahteraan mereka. Dengan demikian individu yang rasional cenderuang memiliki untuk tidak mengetahui informasi yang lengkap. Proses politik tidak beda jauh dengan proses pasar. Atas dasar cost informasi dan cost monitoring tersebut, manajer memiliki insentif untuk memiliki laba akuntansi tertentu dalam proses politik tersebut.

2.3 Konservatisme Akuntansi

Dalam penyajian laporan keuangan, akuntan dapat memilih metode akuntansi apa yang akan diterapkan. Dalam konservatisme, akuntan dihadapkan dalam pilihan dua atau lebih teknik akuntansi (Hardinsyah,2013).

Menurut FASB Statement of Concept No.2 dalam Sari (2004) dalam jurnal Astarini (2011:18) “Konservatisme adalah reaksi hati-hati untuk menghadapi ketidakpastian dalam mencoba memastikan bahwa ketidakpastian dan risiko pada situasi bisnis telah

dipertimbangkan.”

Tujuan dari penggunaan konsep konservatisme adalah untuk menetralisir optimisme para usahawan yang terlalu berlebihan dalam melaporkan hasil usahanya. Penerapan konsep konservatisme akan menghasilkan laba yang berfluktuatif , dimana laba yang berfluktuatif akan mengurangi daya prediksi laba untuk memprediksi aliran kas pada masa depan (Sari dan Adhariani, 2009).

Kieso dan Weygandt (2002) mendefinisikan bahwa “konservatisme merupakan suatu

prinsip kehati-hatian yang dihadapkan pada pilihan solusi yang sangat kecil kemungkinannya akan menghasilkan penetapan yang terlalu tinggi bagi aktiva dan laba. Konservatisme berarti jika ragu, maka pilihlah solusi yang sangat kecil kemungkinannya

akan menghasilkan pendapatan yang terlalu tinggi bagi aset dan laba”.

Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa konservatisme adalah berhati-hati terhadap sesuatu yang tidak pasti dengan cara menunda mengakui laba dan


(29)

mempercepat mengakui beban. Konservatisme mengakui biaya atau rugi yang mungkin terjadi, tetapi tidak segera mengakui laba yang akan datang walaupun kemungkinan terjadinya besar ( Hardinsyah, 2013).

Banyak kritik mengenai kegunaan konsep konservatisme berkaitan dengan kualitas laporan keuangan, karena penggunaan metode yang konservatif akan menghasilkan angka-angka yang cenderung bias dan tidak mencerminkan realita. Monahan (1999) menyatakan bahwa semakin konservatif metode akuntansi yang digunakan, maka nilai buku ekuitas yang dilaporkan akan semakin bias (bervariasi antar waktu). Kondisi ini mendukung simpulan bahwa laporan keuangan itu sama sekali tidak berguna karena tidak dapat mencerminkan nilai perusahaan sesungguhnya. Penman dan Zang (2002) menambahkan kritikan terhadap pendapat yang menyatakan bahwa praktik konservatisme dalam akuntansi menghasilkan laba yang berkualitas tinggi. Mereka berpendapat bahwa hubungan antara konservatisme dan kualitas laba dipengaruhi oleh pertumbuhan investasi. Jika perubahan investasi bersifat temporer, maka dampaknya terhadap laba dan tingkat kembalian (rate of return) juga temporer, dan mengakibatkan laba berkualitas rendah tidak sustainable. Pemikiran serta bukti empiris menunjukkan masih terdapat kontroversi mengenai manfaat angka-angka akuntansi yang konservatif. Terdapat dua pandangan yang bertentangan mengenai manfaat konservatisme akuntansi, yaitu:

2.3.1 Akuntansi konservatif bermanfaat

Konservatisme tetap digunakan dalam praktik akuntansi dan disiarkan untuk tetap digunakan dan terjadi peningkatan konservatisme di Amerika Serikat (Resti, 2012).

Givoly dan Hayn (2000) dalam Dewi (2004) menyatakan bahwa “Akuntansi konservatif akan menguntungkan dalam kontrak-kontrak antara pihak-pihak dalam perusahaan maupun dengan luar perusahaan karena konservatisme dapat membatasi


(30)

tindakan manajer untuk membesar besarkan laba serta memanfaatkan informasi yang

asimetri ketika menghadapi klaim atas aktiva perusahaan”. Konservatisme juga berperan

mengurangi konflik yang terjadi antara manajemen dan pemegang saham akibat kebijakan deviden yang diterapkan oleh perusahaan. Selain itu konservatisme memiliki value relevance yang digambarkan dalam laporan keuangan perusahaan bahwa perusahaan tersebut menggunakan prinsip konservatisme sehingga dapat mencerminkan nilai pasar perusahaan (Resti, 2012).

2.3.2 Akuntansi Konservatif Tidak Bermanfaat

Meskipun prinsip konservatisme telah diakui sebagai dasar menghasilkan kualitas laba yang rendah dan kurang relevan dimana konservatisme mempengaruhi kualitas angka-angka yang dilaporkan di neraca maupun laba dalam laporan laba rugi. Ketika perusahaan meningkatkan jumlah investasi, maka akuntansi konservatif akan menghasilkan perhitungan laba yang lebih rendah dibandingkan akuntansi liberal/optimis. Akuntansi konservatif juga akan menciptakan cadangan yang tidak tercatat, sehingga memungkinkan manajemen lebih leluasa melaporkan angka laba dimasa mendatang (Resti, 2012).

2.3.3 Pengukuran Konservatisme

Watts (2003) dalam Sari dan Adhariani (2009) menyatakan dalam artikelnya yang

berjudul “Conservatism in Accounting Part II: Evidence and Research Opportunities“, terdapat tiga ukuran konservatisme yaitu:

1. Earnings/stock return relation measures ,

Stock market price berusaha untuk merefleksikan perubahan nilai asset pada saat terjadinya perubahan baik perubahan atas rugi ataupun laba dalam nilai asset- stock return tetap berusaha untuk melaporkannya sesuai dengan waktunya. Basu (1997) menyatakan bahwa konservatisme menyebabkan kejadian-kejadian yang merupakan kabar buruk atau kabar baik terefleksi dalam laba yang tidak sama (asimetri waktu pengakuan). Hal ini disebabkan karena salah satu definisi konservatisme menyebutkan bahwa kejadian yang diperkirakan akan menyebabkan kerugian bagi perusahaan dan harus segera diakui sehingga mengakibatkan kabar buruk lebih cepat terefleksi dalam laba


(31)

dibandingkan kabar baik. Basu (1997) memprediksikan bahwa pengembalian saham dan earnings cenderung merefleksikan kerugian dalam periode yang sama, tapi pengembalian saham merefleksikan keuntungan lebih cepat daripada earnings.

2. Earnings/accrual measures

Ukuran konservatisme yang kedua ini menggunakan akrual, yaitu selisi antara net income dan cash flow. Net income yang digunakan adalah net income sebelum depresiasi dan amortisasi, sedangkan cash flow yang digunakan adalah cash flow operasional. Givoly dan Hayn (2002) melihat kecenderungan dari akun akrual selama beberapa tahun. Apabila terjadi akrual negative (net income lebih kecil daripada cash flow operasional) yang konsisten selama beberapa tahun, maka merupakan indikasi diterapkannya conservatism. Selain itu, Givoly membagi akrual menjadi dua, yaitu operating accrual yang merupakan jumlah akrual yang muncul dalam laporan keuangan sebagai hasil dari kegiatan operasional perusahaan dan nonoperating accrual yang merupakan jumlah akrual yang muncul diluar hasil kegiatan operasional perusahaan.

a. Operating Accruals

Berdasarkan literatur Criterion Research Group, dinyatakan bahwa Operating accrual menangkap perubahan dalam asset lancar, kas bersih dan investasi jangka pendek, dikurang dengan perubahan dalam asset lancar, utang jangka pendek bersih. Operating accrual yang utama meliputi piutang dagang dan persediaan dan kewajiban. Akun ini merupakan akun klasik yang digunakan untuk memanipulasi earnings untuk mencapai tujuan pelaporan.

b. Non Operating Accrual

Berdasarkan literatur Criterion Research Group, dinyatakan bahwa Non current (operating) accrual menangkap perbedaan dalam non-current asset, investasi non ekuitas jangka panjang bersih, dikurang perubahan dalam non-current liabilities, hutang jangka panjang bersih. Komponen non operating accrual (pada sisi asset)yang utama adalah aktiva tetap dan aktiva tidak berwujud. Terdapat subjektivitas yang cukup terlibat diawal keputusan dimana biaya dikapitalisasi baik untuk aktiva tetap dan aktiva tidak berwujud dibangun sendiri yang dapat diakui (seperti biaya pembangunan software yang dikapitalisasi) dan keputusan kemudian terkait dengan alokasi dari biaya yang dapat didepresiasi sepanjang masa manfaat asset yang manfaatnya dapat ditentukan. Non-current assets ini tergantung pada write down ketika aktiva tersebut diputuskan telah di turunkan nilainya (impaired), dan penentuan dari beberapa permanent impaeirement yang banyak melibatkan abnormal manajerial. Pada sisi kewajiban terdapat sebuah varietas dari akun-akun seperti utang jangka panjang, penangguhan pajak dan postretirement benefits yang juga merupakanmanifestasi atas estimasi dan asumsi subjektif (seperti estimasi akuntansi pension, pengembalian yang diharapkan atas asset, pertumbuhan yang diharapkan atas pertumbuhan upah pegawai, dan lain – lain).

3. Net asset measures.

Ukuran ketiga yang digunakan untuk mengetahui tingkat konservatisme dalam laporan keuangan adalah nilai aktiva yang understatement dan kewajiban yang overstatement. Salah satu model pengukurannya adalah proksi pengukuran


(32)

yang digunakan oleh Beaver dan Ryan (2000) yaitu dengan mengunakan market to bookratio yang mencerminkan nilai pasar relatif terhadap nilai buku perusahaan. Rasio yang bernilai lebih dari 1, mengindikasikan penerapan akuntansi yang konservatif karena perusahaan mencatat nilai perusahaan lebih rendah dari nilai pasarnya.

Pada penelitian ini saya menggunakan pengukuran pada point 2 pengukuran model Givoly dan Hayn (2002) dalam Widya (2004), yaitu:

Cit = NIit - CFOit Dimana:

Cit = Tingkat Konservatisme

NIit = Net Income dikurangi depresiasi dan amortisasi CFOit = Cash Flow dari kegiatan operasi

It = Perusahaan i pada periode t

Konservatisme dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala nominal, yaitu (1) konservatif dan (0) non konservatif. Jika selisih antara laba bersih dan arus kas dari aktivitas operasi bernilai negatif, maka perusahaan tersebut dikategorikan konservatif (1) dan jika hasilnya positif maka laba di kategorikan non konservatif (0). Hal ini disebabkan karena laba lebih rendah dari cash flow yang diperoleh oleh perusahaan pada periode tertentu (Dewi, 2003).

2.4Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konservatisme Akuntansi 2.4.1 Kepemilikan Manajerial

Menurut Christiawan dan Tarigan (2007) dalam Alfian (2013), kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (komisaris, direksi, dan karyawan) atau dengan kata lain manajemen tersebut sekaligus sebagai pemegang saham. Dalam laporan keuangan, keadaan ini ditunjukkan dengan besarnya persentase kepemilikan saham perusahaan oleh manajer. Oktadella (2011) dalam Alfian (2013)


(33)

menyatakan manajemen lain yang dapat memiliki saham dan dapat secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan yaitu komisaris, direksi dan karyawan

Terdapat perbedaan antara perusahaan yang memiliki kepemilikan manajerial yang tinggi dengan kepemilikan manajerial yang rendah atau bahkan tanpa kepemilikan manajerial. Pada perusahaan yang memiliki kepemilikan manajerial yang tinggi, keputusan dan aktivitas akan diselaraskan oleh kepentingan manajemen yang sekaligus menjadi pemegang saham perusahaan tersebut. Karena semakin tinggi kepemilikan manajerial, maka manajemen bukan hanya sekedar menjadi agen, namun juga menjadi pemilik perusahaan dan hal ini dapat mengurangi konflik agensi. Kepemilikan manajerial ini juga dapat membuat manajemen tidak melaporkan laba secara overstatement, karena rasa kepemilikan manajemen terhadap perusahaan. Selain itu, motif bonus atau manajemen laba dengan cara income maximation yang ingin dilakukan majemen juga berkurang, oleh karena itu pelaporan laba cenderung rendah. Hal ini dilakukan atas dasar manajemen ingin memperbesar perusahaan dengan menggunakan cadangan dana tersembunyi hasil dari pelaporan laba yang tidak overstatement. Dengan begitu, adanya peningkatan nilai perusahaan tersebut dapat membuat calon investor dan investor menilai perusahaan secara positif lalu akan menanamkan investasi di perusahaan tersebut.

Berbeda dengan perusahaan yang memiliki kepemilikan manajerial yang rendah atau bahkan tanpa kepemilikan manajerial, manajemen akan berlaku sesuai kepentingannya sebagai agen dalam perusahaan dan bukan pemegang saham. Kondisi seperti ini pelaporan laba akan mengalami overstatement karena manajer akan mengejar bonus dari laba yang dapat terpenuhi. Hal ini sesuai dengan plan bonus hypothesis, yaitu manajemen akan meningkatkan laba dengan metode yang ada demi tercapainya bonus yang akan diperoleh. Dengan demikian kinerja manajemen terlihat baik oleh pemilik atau pemegang saham yang berharap mendapatkan dividen maupun capital gain yang tinggi


(34)

atas laba yang telah dihasilkan perusahaan. Hasilnya, perusahaan akan melaporkan laba dengan nilai yang tinggi namun bukan keadaan ekonomi perusahaan yang sebenarnya.

2.4.2 Kepemilikan Publik

Menurut Deviyanti (2012), Struktur kepemilikan publik merupakan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh publik dibandingkan dengan jumlah seluruh saham yang beredar. Semakin menyebarnya kepemilikan publik maka semakin rendah pengendalian, hal ini disebabkan banyaknya pemilik saham perusahaan namun masing-masing hanya memiliki jumlah saham yang sedikit. Dengan kondisi seperti ini manajemen akan dapat dengan mudah melakukan manajemen laba karena adanya fleksibelitas dalam menyajikan informasi laporan keuangan.

Hal tersebut sesuai dengan plan bonus hypothesis, bahwa manajemen akan menaikan nilai laba agar kinerja perusahaan terlihat bagus oleh pemilik atau para pemegang saham yang mengharapkan dividen atau capital gain yang besar. Dengan begitu manajemen akan mendapatkan bonus atas kinerja tersebut, hasilnya adalah pelaporan atas laba menjadi tidak konservatif.

2.4.3 Rasio Leverage

Rasio leverage ini digunakan dalam pengukuran debt convenant, yaitu suatu perjanjian utang jangka panjang. Rasio leverage adalah rasio tingkat hutang perusahaan yang digunakan untuk membiayai asset dengan maksud memperbesar perusahaan perusahaan tersebut dan menjadi pengukur keamanaan para kreditur, seperti bank atau lembaga pemberi pinjaman, untuk mengambil keputusan memberi pinjaman atau tidak. Menurut Sari dan Adhariani (2009), pembatas dari debt covenant hypothesis adalah debt/equity hypothesis yang dapat dijelaskan dengan menggunakan rasio leverage. Hipotesis tersebut dapat memprediksi manajer akan meningkatkan laba dan aset atau memilih prosedur akuntansi yang optimis. Hal itu dilakukan untuk mengurangi


(35)

kemungkinan perusahaan melanggar kontrak utangnya dan menghindari perusahaan dari biaya renegoisasi kontrak utang.

Menurut Scott (2000) dalam Alfian (2013) kesepakatan hutang sebagian berisi perjanjian yang mengharuskan peminjam memenuhi syarat dalam perjanjian hutang. Ini berarti debt convenant mungkin dapat melindungi kreditur dari peminjaman yang berlebihan atau risiko lainnya. Ini didasari dari teori Watts and Zimmerman (1990) mengenai rasio debt/equity bahwa semakin ketat batas rasio yang dipersyaratkan dalam perjanjian kontrak utang maka semakin besar kemungkinan terjadinya pelanggaran kontrak utang.

Menurut Lo (2006) kreditur mempunyai suatu hak dalam mengetahui dan mengawasi kegiatan operasional perusahaan jika perusahaan yang bersangkutan mempunyai nilai hutang yang cukup tinggi. Dengan situasi seperti itu, asimetri informasi yang terjadi antara kreditor dan manajemen dapat berkurang dan manajer tidak dapat melaporkan nilai laba secara overstatement. Alasan utamanya adalah kreditur akan meminta manajer melakukan diterapkannya metode akuntansi konservatif dalam laporan keuangan perusahaan tersebut, karena kreditur dapat terlindungi dengan adanya metode konservatif.

Ini seperti pernyataan Ahmed dan Duellman (2006) yang menyatakan semakin tinggi rasio leverage, akan menyebabkan konflik antara pemegang saham dan obligasi juga akan membesar yang dapat mempengaruhi permintaan kontraktual terhadap akuntansi yang konservatif.

2.4.4 Ukuran Perusahaan ( F irm Size )

Menurut Watts dan Zimmerman (1986), manajer memiliki kecenderungan untuk mengurangi nilai laporan laba untuk menghindari pengeluaran biaya politis yang besar. Ini disebabkan karena pemerintah menggunakan informasi berbasis akuntansi dalam


(36)

proses pengalihan kekayaan perusahaan untuk kepentingan publik. Menurut Belkaoui dan Karpik (1989) dalam Alfian (2013), biaya politis sering diproksikan dengan ukuran perusahaan.

Ukuran perusahaan merupakan kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan dengan melihat beberapa hal, salah satunya aset yang dimiliki oleh perusahaan. Ukuran perusahaan juga salah satu indikator untuk mengamati biaya politis yang harus dibayar oleh perusahaan. Menurut Bahaudin dan Wijayanti (2011) dalam Alfian (2013) , ada tiga kategori ukuran perusahaan yaitu perusahaan besar (large size), perusahaan menengah (medium size) serta perusahaan kecil (small size). Menurut Deviyanti (2012), pemerintah selaku penentu kebijakan akan lebih mengawasi perusahaan yang besar, salah satu kebijakannya adalah pajak. Semakin besar tingkat pendapatan atau penjualan perusahaan membuat semakin tinggi pula pajak yang harus dibayar. Hal tersebut membuat pemerintah akan mendorong perusahaan untuk membayar pajak yang tinggi seiring dengan laba tinggi yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Selain itu, pemerintah juga akan meminta perusahaan untuk memberikan pelayanan publik dan tanggung jawab sosial yang lebih tinggi kepada masyarakat.

Lain hal nya dengan perusahaan yang termasuk dalam kategori perusahaan kecil. Perusahaan yang masuk dalam kategori ini lebih memilih meningkatkan nilai laba dalam melakukan pelaporan laba nya. Hal ini didasari dari jumlah pajak yang dibayarkan perusahaan kecil tidak sebesar perusahaan besar dan perusahaan kecil juga tidak terlalu menjadi sorotan pemerintah. Oleh karena itu pemerintah tidak mewajibkan perusahaan kecil memberikan pelayanan publik dan tanggung jawab social yang tinggi kepada masyarakat.


(37)

2.4.5 Intensitas Modal

Intensitas merupakan kekuatan atau kemampuan, sedangkan modal adalah aset-aset, baik aset lancar maupun tidak lancar, yang dapat digunakan untuk melakukan proses produksi. Intensitas modal termasuk dalam indicator yang dapat digunakan untuk mengamati biaya politis perusahaan. Jadi dapat diartikan intensitas modal adalah kemampuan atau kekuatan perusahaan atas aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut untuk melakukan proses produksi hingga ke penjualan. Pernyataan tersebut didukung oleh Fitri (2008) dalam Alfian (2013) yang menyatakan intensitas modal disebut juga dengan rasio perputaran total aktiva (total assets turnover) atau perputaran modal (capital turnover). Intensitas modal menunjukan perbandingan antara jumlah aktiva yang digunakan dalam operasi (operating assets) dengan jumlah penjualan yang diperoleh selama periode tertentu. Jadi dengan rasio ini dapat perusahaan melihat keefisienan aktiva yang dimiliki perusahaan dalam penggunaannya.

Ada beberapa kelemahan dalam menaksir rasio intensitas modal. Munawir (1998) dalam Alfian (2013) menyatakan tiga kelemahan penggunaan rasio intensitas modal antara lain:

 Keterbatasan ruang lingkup rasio intensitas modal Rasio intensitas modal hanya menunjukan hubungan antara jumlah penjualan dengan aktiva yang dipergunakan dan tidak memberikan gambaran tentang laba yang diperoleh.  Perbedaan periode antara rasio intensitas modal dengan penjualan Jumlah

penjualan yang dihitung hanya untuk satu periode, sedangkan jumlah asset dalam operasi (total operating assets) merupakan akumulasi kekayaan perusahaan selama beberapa periode. Mungkin jika tindakan aktif (expansion) tidak segera dilakukan dapat menghasilkan tambahan penjualan, sehingga rasio pada tahun pertama adanya tindakan aktif (expansion) tersebut dapat menunjukan rasio yang rendah.

 Faktor-faktor lain yang mempengaruhi penjualan Tingkat penjualan yang diperoleh mungkin sekali dipengaruhi oleh berbagai faktor di luar kemampuan perusahaan untuk diatasi (uncontrollable). Menurut Fitri (2008), untuk menghindari kelemahan-kelemahan rasio intensitas modal tersebut, biasanya sering dihubungkan dengan tingkat profit yang diperoleh atau profit marjinnya. Profit marjin tersebut diperoleh dengan cara membagi profit yang diperoleh dengan penjualan netto.


(38)

2.4.6 Kesempatan Tumbuh (Growth Opportunities)

Kesempatan tumbuh adalah suatu kesempatan yang dimiliki perusahaan untuk memperbesar perusahaan dengan cara berinvestasi atau dengan cara membuat cadangan tersembunyi. Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Chung dan Charoenwong (1991) dalam Alfian (2013) yang menyatakan esensi pertumbuhan bagi suatu perusahaan adalah adanya kesempatan perusahaan untuk berinvestasi pada hal-hal yang menghasilkan keuntungan. Untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham dan memperbesar perusahaan, manajer dapat mengambil kesempatan investasi tersebut. Semakin besar kesempatan investasi yang menguntungkan, maka investasi yang dilakukan akan semakin besar.

Gaud et al (2005) menyatakan bahwa untuk mengidentifikasi growth opportunities adalah dengan menggunakan ratio market value to book value dari total assets. Perusahaan yang mempunyai growth opportunities yang baik akan mempunyai ratio market to book yang besar.

2.4.7 Arus Kas (Cash Flow)

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.2 mendefinisikan arus kas atau cash flow merupakan arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas. Arus kas diklasifikasikan menjadi tiga yaitu arus kas dari aktivitas operasi, arus dari aktivitas investasi, dan arus kas dari aktivitas pendanaan Kieso et al (2011). Arus kas perusahaan tercermin dalam laporan arus kas yang merupakan bagian dari laporan keuangan. Terkait dengan konservatisme, beberapa peneliti seperti Martani dan Dini (2010), Dechow dan Ge (2007), serta Ball dan Shivakumar (2005) dalam Martaning (2012) dengan sudut pandang yang berbeda-beda. Martani dan Dini (2010) menghipotesiskan bahwa arus kas dari aktivitas operasi akan berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi, hipotesis tersebut dibuktikan dengan hasil penelitiannya yang membuktikan bahwa arus


(39)

kas dari aktivitas operasi berpengaruh positif terhadap konservatisme yang baik dengan ukuran akrual maupun market value. Dechow dan Ge (2007) membuktikan bahwa cash flow berhubungan positif terhadap tingkat akrual pada perusahaan dengan tingkat penerapan akrual rendah, sehingga tingkat persistensi untuk memprediksi arus kas pada masa yang akan datang menjadi tinggi.

Menurut Martani dan Dini (2010) operating cash flow akan berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi. Hal ini dikarenakan tingginya operating cash flow mengindikasikan kinerja yang baik dari perusahaan. Pada perusahaan yang menerapkan konservatisme, operating cash flow akan membuat prediksi future cash flow yang lebih besar daripada perusahaan yang agresif. Dengan demikian, akan menarik investor untuk berinvestasi, sehingga perusahaan akan lebih konservatif ketika operating cash flow yang dihasilkan tinggi (Martani dan Dini, 2010).

2.5 Penelitian Terdahulu

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk meneliti apakah Faktor-faktor diatas berpengaruh terhadap konservetisme akuntansi diantaranya oleh Fatmariani (2008) yang

berjudul “Pengaruh Struktur Kepemilikan, Debt Covenant Dan Growth Opportunities

Terhadap Konservatisme Akuntansi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa

Efek Indonesia”. Variabel yang digunakan adalah Struktur kepemilikan manajerial, Debt

covenant, Growth opportunities terhadap Konservatisme akuntansi. Jenis penelitian ini digolongkan sebagai penelitian yang bersifat kausatif. Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 sampai 2010. Sampel ditentukan berdasarkan metode purposive sampling. Teknik analisis data dengan menggunakan regresi linear berganda. Hasil penelitian membuktikan bahwa Struktur kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan negatif terhadap konservatisme akuntansi,


(40)

Debt covenant tidak berpengaruh signifikan negatif terhadap konservatisme akuntansi, Growth opportunities berpengaruh signifikan positif terhadap konservatisme akuntansi.

Penelitian lain dilakukan oleh Ayu Martaning Yogi Ardina (2012) yang berjudul

“Penggunaan Perspektif Positive Accounting Theory Terhadap Konservatisme Akuntansi Di

Indonesia (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Tercatat Di Bursa Efek

Indonesia)”. Variabel yang digunakan adalah Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Publik, Leverage, Ukuran Perusahaan, Arus Kas terhadap Konservatisme akuntansi. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), sedangkan samplenya yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI selama 2003-2010 dan memenuhi kriteria dalam pemilihan sampel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan manajeial, kepemilikan publik, leverage, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi di Indonesia. Berdasarkan penelitian ini, hanya arus kas operasi yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap konservatisme akuntansi.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Angga Alfian (2013) yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pemilihan Konservatisme Akuntansi (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2009-2011)”. Variabel yang digunakan adalah rasio leverage, ukuran perusahaan, intensitas modal, kepemilikan manajerial, kepemilikan publik, kesempatan tumbuh terhadap konservatisme akuntansi. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dalam pemilihan sampel, dengan kriteria sampel merupakan perusahaan manufaktur yang memiliki kepemilikan saham manajerial serta publik dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2009-2011. Berdasarkan kriteria tersebut, diperoleh sampel sebanyak 108 perusahaan selama tiga tahun periode pengamatan. Namun dalam sampel tersebut terdapat outlier yang harus dikeluarkan dari sampel penelitian,


(41)

yaitu sebanyak 20. Jadi, jumlah akhir sampel yang dapat diobservasi sebanyak 88 perusahaan. Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif lalu teknik analisis yang digunakan yaitu analisis regresi berganda dan uji hipotesis menggunakan uji t, uji f serta uji koefisien determinasi. Hasil penelitian menunjukan tidak semua faktor-faktor berpengaruh signifikan terhadap pemilihan akuntansi konservatisme dalam laporan keuangan. Hanya variabel rasio leverage, intensitas modal dan kesempatan tumbuh yang menunjukan hasil berpengaruh signifikan terhadap pemilihan konservatisme akuntansi.

Adalagi penilitian yang diteliti oleh Dwi Astarini (2011) yang berjudul “Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Pilihan Perusahaan Terhadap Konservatisme Akuntansi pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam periode penelitian 2006 –

2009”. Variabel yang digunakan Struktur Kepemilikan, Debt Covenant dan Growth

Opportunities terhadap konservatisme akuntansi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 56 sampel yang diteliti ternyata hanya 47 perusahaan yang menggunakan prinsip konservatisme akuntansi. Dan dari 56 sampel perusahaan hanya 89.1% sampel yang dapat diprediksikan dengan tepat oleh model regresi logistik ini. Hasil pengujian regresi logistik menunjukkan bahwa variabel struktur kepemilikan (SK) berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi, Hasil pengujian regresi logistik menunjukkan bahwa variabel debt covenant (DC) tidak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi, dan Hasil pengujian regresi logistik menunjukkan bahwa variabel growth opportunities (GROWTH) tidak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi.

Berikut ini penelitian yang dilakukan oleh Hasnawati dan Christina Dwi Astuti (2007)

yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Akuntansi Konservatif pada Perusahaan dalam industri manufaktur dan jasa (kecuali perusahaan-perusahaan perbankan, sekuritas, asuransi, real estate dan Credit Agencies selain bank) yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama empat tahun berturut-turut, menyampaikan laporan


(42)

keuangan tahun 2002 – 2005”. Variabel yang digunakan adalah struktur kepemilikan, debt covenant, political cost, growth, dan manajemem laba terhadap konservatisme akuntansi. Hasilnya penilitiannya adalah struktur kepemilikan tidak berpengaruh terhadap konservatisme, debt covenant tidak berpengaruh terhadap konservatisme, political cost tidak berpengaruh terhadap konservatisme, growth tidak berpengaruh terhadap konservatisme dan manajemen laba tidak berpengaruh terhadap konservatisme.

Tabel 2.1

Hasil Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Temuan

1 Hasnawati dan Christina Dwi Astuti (2007)

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Akuntansi Konservatif pada Perusahaan dalam industri manufaktur dan jasa (kecuali perusahaan-perusahaan perbankan, sekuritas, asuransi, real estate dan Credit Agencies selain bank) yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta

Dependen: konservatisme akuntansi Independen: Struktur kepemilikan, debt covenant, political cost,

growth, dan manajemem laba

struktur kepemilikan tidak berpengaruh terhadap

konservatisme, debt covenant tidak berpengaruh terhadap konservatisme, political cost tidak berpengaruh terhadap konservatisme, growth tidak

berpengaruh terhadap konservatisme dan manajemen laba tidak berpengaruh terhadap konservatisme. 2 Fatmariani

(2008)

Pengaruh Struktur Kepemilikan, Debt Covenant Dan Growth Opportunities Terhadap Konservatisme

Akuntansi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Dependen : Konservatisme Akuntansi Independen: Struktur kepemilikan manajerial, Debt covenant, Growth opportunities Struktur kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan negatif terhadap konservatisme akuntansi,

Debt covenant tidak berpengaruh signifikan negatif terhadap konservatisme akuntansi, Growth opportunities berpengaruh signifikan positif terhadap konservatisme akuntansi. 3 Dwi Astarini

(2011)

Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Pilihan Perusahaan Terhadap Konservatisme Akuntansi pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek

Dependen :

Konservatisme akuntansi Independen:

Struktur Kepemilikan, Debt Covenant dan Growth Opportunities variabel struktur kepemilikan (SK) berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi,

variabel debt covenant (DC) tidak


(43)

Indonesia (BEI) dalam periode penelitian 2006 – 2009

konservatisme akuntansi, variabel growth opportunities (GROWTH) tidak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. 4 Ayu

Martaning Yogi Ardina (2012) Penggunaan Perspektif Positive Accounting Theory Terhadap Konservatisme

Akuntansi Di Indonesia (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia) Dependen: konservatisme Akuntansi Independen : Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Publik, Leverage, Ukuran Perusahaan, Arus Kas kepemilikan manajeial, kepemilikan publik, leverage, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap konservatisme

akuntansi di Indonesia. Berdasarkan penelitian ini, hanya arus kas operasi yang

berpengaruh positif dan signifikan terhadap konservatisme akuntansi 5 Angga Alfian

(2013)

Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pemilihan Konservatisme Akuntansi (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2009-2011) Dependen: konservatisme akuntansi Independen: rasio leverage, ukuran perusahaan, intensitas modal, kepemilikan manajerial, kepemilikan publik, kesempatan tumbuh ukuran perusahaan, intensitas modal, kepemilikan manajerial, kepemilikan public tidak berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi,

Hanya variabel rasio leverage, intensitas modal dan kesempatan tumbuh yang menunjukan hasil berpengaruh signifikan terhadap pemilihan konservatisme akuntansi.


(44)

2.6 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian yaitu variabel-variabel bebas dengan variabel-variabel terikat. Berdasarkan latar belakang dan tinjauan teoritis yang telah diuraikan di awal maka kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1

Variabel Independen Variabel Dependen

Perspektif Positive Accounting Theory

(X8)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Kepemilikan Manajerial (X1)

Kepemilikan Publik (X2) Leverage (X3)

Firm size (X4) Konservatisme Akuntansi

(Y) Intensitas Modal (X5)

Growth Oppurtunities (X6)


(45)

Kepemilikan manajerial menurut Susiana dan Herawaty (2007) dalam Alfian (2013:34) berpendapat bahwa kepemilikan oleh manajemen merupakan suatu mekanisme agar pihak pengelola melakukan aktivitas untuk kepentingan perusahaan, karena adanya kepemilikan manajemen pribadi dalam kepemilikan saham perusahaan.

Kepemilikan publik adalah jumlah saham perusahaan yang dimiliki publik atau masyarakat selain dari manajemen dan instutisional. Qiang (2003) dalam Alfian (2013:36) menjelaskan bahwa perusahaan dengan kepemilikan publik lebih terkonsentrasi, maka free rider akan berkurang dari investor kecil, dan kos yang dikeluarkan lebih rendah untuk mendeteksi kecurangan.

Rasio leverage Menurut Sutrisno (2003) merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar kebutuhan dana perusahaan dibelanjai dengan utang. Apabila perusahaan tidak mempunyai leverage atau leverage sama dengan nol, hal tersebut menandakan perusahaan sepenuhnya menggunakan modal sendiri tanpa menggunakan utang dalam beroperasi. Dapat disimpulkan bahwa rasio leverage adalah perbandingan tingkat hutang perusahaan yang digunakan untuk membiayai asset dengan maksud memperbesar perusahaan perusahaan tersebut.

Firm size menurut Deviyanti (2012) menyatakan perusahaan yang masuk dalam kategori besar memiliki sistem yang lebih kompleks serta profit yang lebih tinggi, hal tersebut membuat perusahaan juga menghadapi risiko yang lebih besar. Selain itu, perusahaan yang besar juga dihadapkan dengan besarnya biaya politis yang tinggi, sehingga perusahaan besar cenderung menggunakan prinsip akuntansi yang dapat mengurangi nilai laporan laba untuk mengurangi besarnya biaya politis.

Rasio intensitas modal Seperti yang dikatakan Syamsuddin (2000) dalam Alfian (2013:32), ini dapat menunjukan tingkat efisiensi penggunaan seluruh aktiva perusahaan dalam menghasilkan jumlah penjualan perusahaan. Rasio intensitas modal penting bagi


(46)

manajemen perusahaan, karena dapat menunjukan apakah aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan efisien atau tidak. Asumsi yang diberikan adalah semakin tinggi tingkat rasio intensitas modal, dapat menunjukan semakin efisien penggunaan seluruh aktiva yang digunakan dalam operasi untuk menghasilkan penjualan. Dapat disimpulkan juga bahwa dengan meningkatnya rasio intensitas modal, perusahaan dapat meningkatkan jumlah penjualan dengan jumlah asset yang sama.

Kesempatan tumbuh Menurut Baskin (1989) dalam Alfian (2013:37) Perusahaan dengan growth opportunities yang tinggi akan cenderung membutuhkan dana dalam jumlah yang cukup besar untuk membiayai pertumbuhan tersebut. Oleh karenanya perusahaan akan mempertahankan earning untuk diinvestasikan kembali pada perusahaan dan pada waktu bersamaan perusahaan diharapkan akan tetap mengandalkan pendanaan melalui utang yang lebih besar.

Cash flow dalam penelitian Dechow dan Ge (2007) dibuktikan pula bahwa cash flow berhubungan negatif dengan tingkat akrual pada perusahaan dengan tingkat penerapan akrual yang tinggi, hal ini menyebabkan tingkat persistensi untuk memprediksi arus kas pada masa yang akan datang menjadi rendah.

Definisi konservatime menurut Wibowo dalam Widya (2004) “Konservatisme merupakan prinsip yang penting dalam pelaporan keuangan agar pengakuan dan pengukuran aktiva serta laba dilakukan dengan penuh kehati-hatian, karena aktivitas ekonomi dan bisnis

dilingkupi oleh ketidakpastian.” 2.7 Hipotesis Penelitian

Dari uraian rumusan masalah, teori dan kerangka konseptual dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

Perspektif positive accounting theory (kepemilikan manajerial, kepemilikan publik, leverage, firm size),growth opportunities, dan operating cash flow berpengaruh secara


(47)

parsial maupun secara simultan terhadap konservatisme akuntansi perusahaan jasa yang terdaftar di BEI periode 2010-2013.


(1)

8

SDRA

1.71

1.08

2.50

3.57

9

ASRM

0.78

0.81

1.28

1.15

10

PNIN

0.34

0.21

0.22

0.21

11

BFIN

1.46

1.83

1.08

1.12

12

CFIN

1.68

0.60

0.43

0.52

13

MFIN

1202.43 1609.30

894.79

812.27

14

TIFA

1.23

1.05

1.08

1.24

15

KREN

3.01

2.13

2.89

3.66

16

PEGE

0.82

1.36

0.99

1.11

No

Kode Perusahaan

Operating Cash Flow

2010

2011

2012

2013

1

AGRO

0.02

1.48

-0.01

-0.06

2

BBCA

0.01

-0.10

0.06

0.01

3

BBKP

0.11

-0.06

0.04

-0.01

4

BJBR

0.14

0.04

0.09

-0.15

5

BSIM

0.06

0.07

-0.07

-0.01

6

BVIC

0.23

-0.03

0.03

-0.03

7

INPC

0.13

0.01

-0.06

0.01

8

SDRA

0.02

0.14

0.06

-0.03

9

ASRM

-0.30

0.15

0.02

0.03

10

PNIN

0.01

0.07

-0.01

-0.012

11

BFIN

-0.19

-0.27

-0.18

-0.16

12

CFIN

-0.27

-0.34

0.07

-0.12

13

MFIN

-0.05

-0.22

0.13

0.13

14


(2)

15

KREN

0.02

-0.32

-0.10

0.02

16

PEGE

-0.10

0.01

-0.47

0.08

No

Perusahaan Kode

Konservatisme Akuntansi

2010

2011

2012

2013

1

AGRO

(24,786,709,000.00) (513,804,562,735.00) 46,130,980,000.00

294,842,785,000.00

2

BBCA

(2,996,871,500,000.00) 37,599,971,500,000.00 (27,282,760,500,000.00)

(3,652,159,000,000.00)

3

BBKP

(4,764,573,000,000.00) 3,669,349,000,000.00 (2,309,149,000,000.00)

1,573,503,000,000.00

4

BJBR

(5,755,637,000,000.00) (1,793,725,000,000.00) (5,880,964,000,000.00)

11,146,980,000,000.00

5

BSIM

(765,160,000,000.00) (1,341,291,000,000.00) 1,252,728,000,000.00

230,618,000,000.00

6

BVIC

(2,338,119,087,000.00) 370,972,711,000.00 (383,073,524,000.00)

612,292,779,000.00

7

INPC

(2,133,520,366,736.00) (162,765,466,697.00) 1,319,222,000,000.00

23,246,000,000.00

8

SDRA

(37,399,956,299.00) (662,437,000,000.00) (388,013,000,000.00)

287,414,000,000.00

9

ASRM

143,153,963,305.00 (87,757,158,536.00) (17,581,243,938.00)

(21,240,390,094.00)

10

PNIN

5,840,000,000.00 (761,746,000,000.00) 41,244,000,000.00

241,115,000,000.00

11

BFIN

817,447,000,000.00 1,515,397,000,000.00 1,299,335,000,000.00

1,459,412,000,000.00

12

CFIN

759,699,254,000.00 1,667,963,724,000.00 (311,759,112,000.00)

800,816,271,000.00

13

MFIN

225,499,300,000.00 919,338,100,000.00 (419,083,000,000.00)

(397,069,000,000.00)

14

TIFA

304,114,861,000.00 189,145,055,000.00 (79,669,925,000.00)

(227,388,414,000.00)

15

KREN

1,680,758,061.00 252,390,114,204.00 83,065,966,924.00

39,001,847,990.00

16

PEGE

44,604,694,059.00 3,940,023,170.00 92,030,683,879.00


(3)

Lampiran 3

Hasil Output SPSS

Analisis Statistik Desktiptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Kepemilikan Manajerial 64 .0606 78.8103 18.577905 22.9487626

Kepemilikan Publik 64 .0245 241.1211 35.059629 30.4546836

Leverage 64 .0009 .9398 .716219 .2443184

Firm Size 64 21.9700 33.8400 29.313750 2.2974468

Intensitas Model 64 .0169 .3890 .185711 .0933993

Growth Opportunities 64 .2083 8.9470 1.728366 1.6244048

Operating Cash Flow 64 -.4745 1.4761 -.007591 .2379383

Konservatisme Akuntansi 64 -2.7283E13 3.7600E13 5.961383E10 6.2359498E12

Valid N (listwise) 64

Sumber: hasil olahan

software

SPSS

Uji Asumsi Klasik

1)

Uji Normalitas

1.

Uji statistik non parametric Kolmogorov-Smirnov (K-S)

Tabel 4.2 Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 64

Kolmogorov-Smirnov Z .583

Asymp. Sig. (2-tailed) .886

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Sumber: hasil olahan

software

SPSS


(4)

Gambar 4.1 Histogram untuk Pengujian Asumsi Normalitas

3.

Normal Probability Plot

Gambar 4.2 Uji Normalitas dengan

Normal Probability Plot

2)

Uji Asumsi Multikolinearitas

Tabel 4.2 Uji Asumsi Multikolinearitas

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

Operating Cash Flow .838 1.193

Kepemilikan Manajerial .767 1.303

Kepemilikan Publik .953 1.049

Leverage .901 1.109

Firm Size .861 1.161

Intensitas Model .703 1.422

Growth Opportunities .601 1.663

Sumber: hasil olahan

software

SPSS


(5)

Tabel 4.3 Uji Autokorelasi

Model Durbin-Watson

1 1.848

Sumber: hasil olahan

software

SPSS

4)

Uji Heteroskedastisitas

Gambar 4.3 Uji Heteroskedastisitas

Pengujian Hipotesis

1.

Analisis Koefisien Determinasi

Tabel 4.4 Koefisien Determinasi

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .808a .654 .564 1.39390

Sumber: hasil olahan

software

SPSS

2.

Uji Signifikansi Koefisien Regresi Parsial secara Menyeluruh (Uji F)


(6)

Tabel 4.5 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 98.967 7 14.138 7.277 .000a

Residual 52.460 27 1.943

Total 151.427 34

a. Predictors: (Constant), Growth Opportunities, Kepemilikan Publik, Operating Cash Flow, Leverage, Firm Size, Kepemilikan Manajerial, Intensitas Model

b. Dependent Variable: Konservatisme Akuntansi

3.

Analisis Regresi Linear Berganda dan Uji Signifikansi Koefisien Regresi Parsial

secara Individu (Uji t)

Tabel 4.5 Uji Signifikansi Koefisien Regresi Parsial Secara Individu

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -36.264 11.355 -3.194 .004

Operating Cash Flow (X1) -8.524 1.979 -.533 -4.307 .000

Kepemilikan Manajerial (X2) -.263 .128 -.266 -2.054 .049

Kepemilikan Publik (X3) -.070 .135 -.060 -.519 .608

Leverage (X4) .167 .210 .095 .796 .433

Firm Size (X5) 18.679 3.339 .683 5.594 .000

Intensitas Model (X6) .278 .333 .113 .836 .410

Growth Opportunities (X7) .184 .423 .064 .435 .667

Sumber: hasil olahan

software

SPSS


Dokumen yang terkait

Pengaruh Debt Covenant dan Growth Opportunities Terhadap Konservatisme Akuntansi pada Industri Barang-Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI

5 50 84

Pengaruh struktur kepemilikan manajerial, leverage, growth opportunities dan ukuran perusahaan terhadap konservatisme akuntansi : Studi pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014

3 44 121

Pengaruh Perspektif Positive Accounting Theory, Growth Opportunities dan Operating Cash Flow Terhadap Konservatisme Akuntansi Pada Perusahaan Jasa yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2013

1 22 99

Pengaruh Perspektif Positive Accounting Theory, Growth Opportunities dan Operating Cash Flow Terhadap Konservatisme Akuntansi Pada Perusahaan Jasa yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2013

0 0 11

Pengaruh Perspektif Positive Accounting Theory, Growth Opportunities dan Operating Cash Flow Terhadap Konservatisme Akuntansi Pada Perusahaan Jasa yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2013

0 0 2

Pengaruh Perspektif Positive Accounting Theory, Growth Opportunities dan Operating Cash Flow Terhadap Konservatisme Akuntansi Pada Perusahaan Jasa yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2013

0 0 8

Pengaruh Perspektif Positive Accounting Theory, Growth Opportunities dan Operating Cash Flow Terhadap Konservatisme Akuntansi Pada Perusahaan Jasa yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2013

0 1 26

Pengaruh Perspektif Positive Accounting Theory, Growth Opportunities dan Operating Cash Flow Terhadap Konservatisme Akuntansi Pada Perusahaan Jasa yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2013

2 9 4

Pengaruh Perspektif Positive Accounting Theory, Growth Opportunities dan Operating Cash Flow Terhadap Konservatisme Akuntansi Pada Perusahaan Jasa yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2013

0 0 13

Pengaruh Debt Covenant dan Growth Opportunities Terhadap Konservatisme Akuntansi pada Industri Barang-Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI

0 1 11