meningkat pula. Begitu pula dengan penurunan, di tahun yang sama kedua karyawan tersebut sama-sama mengalami penurunan jumlah karyawan yang dapat
mencapai target perusahaan. Namun persentase jumlah karyawan tetap yang mencapai target perusahaan selalu lebih besar daripada persentase jumlah
karyawan outsourcing yang mencapai target perusahaan.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa jauh lebih banyak jumlah karyawan tetap yang melaksanakan tugasnya dengan baik serta dapat mencapai
target perusahaan, dibandingkan dengan karyawan outsourcing. Hal itu
menunjukkan bahwa ada perbedaan antara kinerja karyawan tetap dengan karyawan
outsourcing. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti lebih
dalam mengenai kinerja antara karyawan tetap dengan karyawan outsourcing, dan
mengambil judul penelitian ”Analisis Perbandingan Kinerja antara Karyawan Outsourcing dan Karyawan Tetap pada PT Telkom Divisi Telkom Flexi Regional
I Jl. Gaharu No. 1 Medan”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu “Apakah ada
perbedaan kinerja antara karyawan outsourcing dengan karyawan tetap pada PT
Telkom Divisi Telkom Flexi Regional I Medan dalam melaksanakan tugas- tugasnya?”
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan kinerja antara karyawan
outsourcing dengan karyawan tetap pada PT Telkom Divisi Telkom Flexi Regional I Medan.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.3.2.1 Bagi Perusahaan
Sebagai informasi bagi perusahaan mengenai perbedaan kinerja antara karyawan
outsourcing dan karyawan tetapnya. Dan kemudian menjadi bahan masukan untuk mencari solusi
dan merumuskan kebijakan dalam hal meningkatkan kualitas karyawan
outsourcing. 1.3.2.2 Bagi Peneliti Lanjutan
Sebagai bahan referensi dan informasi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian lebih lanjut di masa yang akan
datang. 1.3.3.3 Bagi Peneliti
Sebagai bahan pembelajaran untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang perbedaan kinerja antara karyawan
outsourcing dengan karyawan tetap pada PT Telkom Divisi Telkom Flexi Medan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Kinerja
2.1.1.1 Pengertian Kinerja
Kinerja adalah suatu hal yang penting untuk mengatur keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya. Setiap
organisasi penting untuk selalu melakukan penilaian terhadap kinerja karyawannya karena hal tersebut dapat dijadikan input bagi perbaikan
dan peningkatan kinerja perusahaan dikemudian hari. Kinerja merupakan penampilan hasil kerja pegawai baik secara kuantitas
maupun kualitas. Kinerja dapat berupa penampilan kerja perorangan maupun kelompok Ilyas, 1993.
Kinerja terjemahan dari “performance”, berarti :
1 Hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan
tanggungjawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum
dan sesuai dengan moral maupun etika. 2 Pencapaianprestasi seseorang berkenan dengan tugas yang diberikan
kepadanya.
3 Hasil kerja seorang pekerja, sebuah proses manajemen atau suatu organisasi secara keseluruhan, dimana hasil kerja tersebut harus
dapat ditunjukkan buktinya secara konkrit dan dapat diukur. Sedarmayanti, 2007 : 260
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara 2000:67 istilah kinerja berasal dari
job performance atau actual performance prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang, atau juga
hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang ingin dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya. Sedangkan menurut Malthis 2002 : 180 kinerja karyawan atau
kinerja sumber daya manusia adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada organisasi yang antara lain :
1 Kuantitas kerja yaitu volume kerja yang dihasilkan di bawah kondisi normal.
2 Kualitas kerja yaitu kerapian, ketelitian, keterkaitan hasil dengan tidak mengabaikan volume kerja.
3 Pemanfaatan waktu yaitu penggunaan masa kerja yang disesuaikan dengan kebijaksanaan perusahaan.
4 Kerjasama yaitu kemampuan menangani hubungan kerja
2.1.1.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Gibson 1999:53, ada tiga perangkat variabel yang mempengaruhi kinerja atau prestasi kerja seseorang, yaitu:
2.1.1.2.1 Variabel Individual, terdiri dari: 1 Kemampuan dan Keterampilan
Kondisi mental dan fisik seseorang dalam menjalankan suatu aktivitas atau pekerjaan.
2 Latar Belakang Kondisi di masa lalu yang mempengaruhi karakteristik
dan sikap mental seseorang, biasanya dipengaruhi oleh faktor keturunan dan pengalaman di masa lalu.
3 Demografis Kondisi kependudukan yang berlaku pada individu atau
karyawan, dimana lingkungan sekitarnya akan membentuk pola tingkah laku individu tersebut berdasarkan adat atau
norma sosial yang berlaku.
2.1.1.2.2 Variabel Organisasional, terdiri dari: 1 Sumber Daya
Sekumpulan potensi atau kemampuan organisasi yang dapat diukur dan dinilai, seperti sumber daya alam,
sumber daya manusia.
2 Kepemimpinan Suatu seni mengkoordinasi yang dilakukan oleh pimpinan
dalam memotivasi pihak lain untuk meraih tujuan yang diinginkan oleh organisasi.
3 Imbalan Balas jasa yang diterima oleh pegawai atau usaha yang
dilakukan di dalam proses aktivitas organisasi dalam jangka waktu tertentu secara intrinsik maupun ekstrinsik.
4 Struktur Hubungan wewenang dan tanggung jawab antar individu
di dalam organisasi, dengan karakteristik tertentu dan kebutuhan organisasi.
5 Desain Pekerjaan Job description yang diberikan kepada pegawai, apakah
pegawai dapat melakukan pekerjaan sesuai dengan job
description.
2.1.1.2.3 Variabel Psikologis, terdiri dari: 1 Persepsi
Suatu proses kognitif yang digunakan oleh seseorang untuk menafsirkan dan memahami dunia di sekitarnya.
2 Sikap Kesiapsiagaan mental yang dipelajari dan diorganisir
melalui pengalaman dan mempunyai pengaruh tertentu atas cara tanggap seseorang terhadap orang lain.
3 Kepribadian Pola perilaku dan proses mental yang unik, mencirikan
seseorang. 4 Belajar
Proses yang dijalani seseorang dari tahap tidak tahu menjadi tahu dan memahami sesuatu terutama yang
berhubungan dengan organisasi dan pekerjaan.
2.1.1.3 Penilaian Kinerja Sumber Daya Manusia
Menurut Yuli 2005 : 89 Penilaian kinerja atau penilaian sumber daya manusia adalah proses penilaian prestasi kerja karyawan
yang dilakukan oleh organisasi terhadap karyawannya secara sistematik dan formal berdasarkan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya.
Penilaian kinerja bertujuan untuk : 1 Meningkatkan Kemampuan Karyawan
Dengan diketahuinya peringkat keberhasilan setiap karyawan, maka akan terdorong keinginan untuk selalu meningkatkan prestasi.
Karyawan yang merasa memiliki kemampuan yang kurang disbanding rekan kerja yang lain tentu akan berupaya keras
mencapai prestasi yang terbaik. Syarat tercapainya tujuan ini adalah adanya alat-alat motivasi bagi setiap karyawan.
2 Identifikasi Faktor Penghambat Kinerja Penilaian kinerja diharapkan akan dapat diperoleh informasi
menegenai mengapa seorang karyawan memiliki perbedaan dalam hal kemampuan walaupun memiliki fasilitas kerja dan gaji yang
sama. Dan juga menemukan kendala terberat yang menghambat pencapaian prestasi yang diharapkan.
3 Menetapkan kebijakan strategis Hasil akhir dari penilaian kinerja adalah membantu manajemen
untuk merumuskan kebijakan-kebijakan dalam rangka peningkatan kinerja karyawan secara khusus dan organisasi pada umumnya.
Sebuah kebijakan akan memiliki nilai strategis apabila kebijakan tersebut dapat membawa perubahan-perubahan, seperti semakin
meningkatnya produktivitas karyawan dan minimnya faktor penghambat dan mencapai prestasi kerja.
2.1.1.4 Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia
Evaluasi kinerja sumber daya manusia senantiasa dilaksanakan oleh perusahaan-perusahaan yang pengelolaan SDM-nya professional.
Kinerja karyawan senantiasa tergantung pada berbagai hal. Menurut Umar 2002 : 101 komponen data kinerja terdiri dari : kualitas
pekerjaan, kejujuran karyawan, inisiatif, kehadiran, sikap, kerja sama, keandalan, pengetahuan tentang pekerjaan, tanggung jawab,
pemanfaatan waktu.
2.1.2 Outsourcing
2.1.2.1 Pengertian Outsourcing
Pada dasarnya praktik dari prinsip-prinsip outsoucing telah
diterapkan sejak revolusi industri, dimana perusahaan-perusahaan di Eropa berusaha untuk menemukan terobosan-terobosan baru dalam
memenangkan persaingan. Kemampuan untuk mengerjakan sesuatu saja tidak cukup untuk menang secara kompetitif, melainkan harus
disertai dengan kesanggupan untuk menciptakan produk paling bermutu dengan biaya terendah.
Pada tahun 1970 dan 1980, perusahaan menghadapi persaingan global, dan mengalami kesulitan karena kurangnya persiapan akibat
struktur manajemen yang bengkak. Akibatnya, resiko ketenagakerjaan pun meningkat. Tahap ini merupakan awal timbulnya pemikiran
outsourcing di dunia usaha. Sekitar tahun 1990, outsourcing mulai berperan sebagai jasa pendukung. Tingginya persaingan menuntut
manajemen perusahaan untuk melakukan perhitungan pengurangan biaya. Perusahaan mulai melakukan
outsource fungsi-fungsi yang penting bagi perusahaan akan tetapi tidak berhubungan langsung
dengan bisnis inti perusahaan. Dalam perkembangan selanjutnya,
outsourcing tidak lagi sekedar membagi risiko, melainkan berkembang lebih kompleks
menjadi alat manajemen untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
Outsourcing bukan hanya untuk menyelesaikan masalah, tetapi juga mendukung tujuan dan sasaran bisnis.
Sedangkan di Indonesia praktik outsourcing telah dikenal sejak
zaman kolonial Belanda. Praktik ini dapat dilihat dari adanya pengaturan mengenai pemborongan pekerjaan sebagaimana diatur
dalam pasal 1601b KUH Perdata. Dalam pasal itu disebutkan bahwa outsourcing pemborongan pekerjaan adalah suatu kesepakatan dua
belah pihak yang saling mengikatkan diri, untuk menyerahkan suatu pekerjaan kepada pihak lain dan pihak lainnya membayarkan sejumlah
harga. Damanik, 2007: 6-9 Di bidang ketenagakerjaan,
outsourcing dapat diterjemahkan sebagai pemanfaatan tenaga kerja untuk memproduksi atau
melaksanakan suatu pekerjaan oleh suatu perusahaan, melalui perusahaan penyediapengerah tenaga kerja Damanik 2007:3.
Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Muzni Tambusai, Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial Departemen Tenaga Kerja
dan Transmigrasi yang mendefinisikan pengertian outsourcing Alih
Daya sebagai memborongkan satu bagian atau beberapa bagian kegiatan perusahaan yang tadinya dikelola sendiri kepada perusahaan
lain yang kemudian disebut sebagai penerima pekerjaan. http:www.nakertrans.go.idarsipberitanaker29Mei2005
Istilah Outsourcing tidak ditemukan secara langsung dalam UU
No.13 tahun 2003 tentang Ketenaga-kerjaan, dalam pasal 64 UU
tersebut hanya dikatakan “Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian
pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa pekerjaburuh yang dibuat secara tertulis”.
Berdasarkan ketentuan pasal diatas, maka outsourcing atau yang
disebut dengan perjanjian pemborongan pekerjaan, outsourcing dapat
dikategorikan dalam dua kelompok, yaitu : penyerahan suatu pekerjaan oleh suatu perusahaan kepada perusahaan lain untuk dikerjakan
ditempat perusahaan lain tersebut, atau penyediaan jasa pekerja oleh perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh, yang dipekerjakan pada
perusahaan lain yang membutuhkan. Damanik, 2007 : 3
2.1.2.2 Manfaat dan Tujuan Outsourcing
Pada dasarnya pelaksanaan outsourcing mempunyai beberapa
tujuan, antara lain untuk mengembangkan kemitraan usaha, sehingga satu perusahaan tidak akan menguasai suatu kegiatan industri. Dengan
kemitraan tersebut, diharapkan akan terjadi pemerataan kesejahteraan masyarakat terutama di daerah urban, serta akan mendorong terjadinya
pendidikan dan alih teknologi dalam bidang industri dan manajemen pengelolaan pabrik.
Dari sisi pemerintah, pelaksanaan outsourcing memberikan
manfaat untuk mengembangkan dan mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat dan pertumbuhan ekonomi nasional melalui pengembangan
kegiatan usaha kecil menengah dan koperasi. Secara tidak langsung, hal ini dapat mengurangi beban pemerintah kota dalam penyediaan fasilitas
umum seperti transportasi, listrik, telepon, air dan pelaksanaan ketertiban umum, karena telah diambil alih oleh perusahaan
outsourcing. Sedangkan dari visi bisnis itu sendiri, banyak manfaat
outsourcing bagi perusahaan, antara lain untuk : 1 Meningkatkan fokus perusahaan
2 Memanfaatkan kemampuan kelas dunia 3 Mempercepat keuntungan yang diperoleh dari
reengineering 4 Membagi resiko
5 Sumber daya sendiri dapat dipergunakan untuk kebutuhan- kebutuhan lain
6 Menciptakan dana segar 7 Mengurangi dan mengendalikan biaya operasi
8 Memperoleh sumber daya yang tidak dimiliki sendiri 9 Memecahkan masalah yang sulit dikendalikan atau dikelola.
Pilihan outsourcing oleh perusahaan merupakan satu langkah
untuk menerapkan spesialisasi, sehingga produk atau layanan yang diberikan menjadi lebih bermutu dan efisien. Dalam hal ini perusahaan
hanya akan mengurus bisnis utamanya, sedangkan bisnis pendukung diserahkan kepada pihak ketiga, karena justru pekerjaan-pekerjaan kecil
yang banyak menyita waktu dan pikiran pengusaha.
Adapun Tujuan utama pelaksanaan Outsourcing:
1 Melaksanakan anjuran Pemerintah dalam mengembangkan kemitraan agar perusahaan tidak menguasai kegiatan industri
dari hulu ke hilir 2 Meningkatkan
pemerataan kesejahteraan masyarakat terutama di daerah suburban
3 Mendorong terjadinya proses pendidikan alih teknologi dalam bidang industri managemen pengelolaan pabrik.
4 Mengurangi kegiatan pemusatan industri di perkotaan yang dapat menimbulkan gangguan kerawanan sosial, keamanan
konflik perburuhan. Selain menghasilkan keuntungan,
outsourcing juga membawa dampak negatif, yaitu terjadinya restrukturisasi kegiatan industri secara
nasional yang akan mengakibatkan keresahan di kalangan usaha kecil menengah. Restrukturisasi tersebut dapat mengakibatkan hilangnya
kesempatan usaha kecil menengah UKM dalam berusaha, karena semua kegiatan industri akan dipusatkan di perusahaan induk.
Penggunaan mesin-mesin juga akan semakin marak untuk mencapai tujuan efisiensi perusahaan, akibatnya kesempatan kerja menjadi
berkurang yang tentu saja berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi secara nasional.
2.1.2 Perbedaan Karyawan Outsourcing dengan Karyawan Tetap
Menurut Wiwiek Wijarnati dalam artikel “Hubungan Karyawan” http:www.portalhr.com
. Definisi dan ketentuan yang berlaku untuk karyawan kontrak adalah sbb:
1 Karyawan kontrak dipekerjakan oleh perusahaan untuk jangka waktu tertentu saja, waktunya terbatas maksimal hanya 3 tahun.
2 Hubungan kerja antara perusahaan dan karyawan kontrak dituangkan dalam “Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu”
3 Perusahaan tidak dapat mensyaratkan adanya masa percobaan 4 Status karyawan kontrak hanya dapat diterapkan untuk pekerjaan
tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu :
- Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya. - Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang
tidak terlalu lama dan paling lama 3 tiga tahun ; - Pekerjaan yang bersifat musiman; atau
- Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau
penjajakan. 5 Untuk pekerjaan yang bersifat tetap, tidak dapat diberlakukan status
karyawan kontrak. 6 Apabila salah satu pihak mengakhiri hubungan kerja sebelum
berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian kerja
waktu tertentu, atau berakhirnya hubungan kerja bukan karena terjadinya pelanggaran terhadap ketentuan yang telah disepakati
bersama, maka pihak yang mengakhiri hubungan kerja diwajibkan membayar ganti rugi kepada pihak lainnya sebesar gaji karyawan
sampai batas waktu berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja 7 Jika setelah kontrak kemudian perusahaan menetapkan yang
bersangkutan menjadi karyawan tetap, maka masa kontrak tidak dihitung sebagai masa kerja.
Definisi dan ketentuan yang berlaku untuk karyawan tetap adalah sbb: 1 Tak ada batasan jangka waktu lamanya bekerja
2 Hubungan kerja antara perusahaan dan karyawan kontrak dituangkan dalam “Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tidak Tertentu”
3 Perusahaan dapat mensyaratkan masa percobaan maksimal 3 bulan. 4 Masa kerja dihitung sejak masa percobaan.
5 Jika terjadi pemutusan hubungan kerja bukan karena pelanggaran berat atau karyawan mengundurkan diri maka karyawan tetap
mendapatkan uang pesangon, uang penghargaan masa kerja bagi karyawan yang bekerja minimal 3 tahun dan uang penggantian hak
sesuai UU yang berlaku.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Ayu P 2009 berjudul Analisis Perbedaan Antara Kinerja Karyawan
Outsourcing dengan Kinerja Karyawan Tetap bagian produksi pada PT Berlina Pandaan, menyimpulkan bahwa kinerja karyawan tetap
secara signifikan lebih baik daripada kinerja karyawan outsourcing pada bagian
produksi PT Berlina Pandaan, setelah dilakukan pengujian teruji kebenarannya. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai signifikansi dua arah sebesar 0,000, sehingga
lebih kecil dari level of significant 0,05. Rata-rata kinerja karyawan tetap sebesar 3,555 sedangkan kinerja karyawan
outsourcing sebesar 3,125. Penelitian yang dilakukan oleh Monica Theodora 2010 berjudul Analisis
Perbandingan Kinerja Antara Pegawai Tetap dengan Karyawan Outsourcing
Studi Pada Kantor PT PLN Persero Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan Sumatera Utara, Aceh dan Riau di Medan menyimpulkan bahwa terdapat
perbedaan persepsi tentang kondisi kerja antara pegawai tetap dengan karyawan outsourcing. Pada responden pegawai tetap persentase jawaban terbesar ada pada
kategori Tinggi yakni 97,26, lalu diikuti oleh kategori Sedang, yakni 2,74 dan yang terakhir pada kategori Rendah yang hanya 0. Dan pada responden
karyawan outsourcing, persentase jawaban terbesar ada pada kategori Sedang,
yaitu 50,68, kemudian diikuti oleh kategori Rendah yaitu 49,32, sedangkan pada kategori Tinggi hanya 0. Adanya perbedaan persepsi antara responden
Pegawai Tetap dengan Karyawan Outsourcing, disebabkan karena adanya
perbedaan status kedua kelompok tenaga kerja dalam PT PLN Persero PIKITRING SUAR, Medan.
2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual bertujuan untuk mengemukakan secara umum mengenai objek penelitian yang dilakukan dalam kerangka dari variabel yang akan diteliti.
Kerangka konseptual yang baik akan menjelaskan secara teoritis variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel
independen dan dependen Sugiyono, 2004. Kinerja sumber daya manusia adalah hasil kerja dari segala sesuatu yang
dikerjakan oleh seorang karyawan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Dimana dalam penelitian ini akan dibandingkan hasil kerja dari karyawan tetap
dengan hasil kerja dari karyawan outsourcing sesuai dengan tanggung jawab dan
kemampuan kerja mereka. Untuk indikator kinerja yang akan digunakan dalam penelitian ini, akan
dikombinasikan dari indikator-indikator menurut Malthis 2002:78, menurut Simamora 2001:415, dan menurut Umar 2002:101. Namun tidak semua
indikator digunakan, tetapi hanya sebagian, sesuai dengan kondisi dan keadaan karyawan serta lingkungan kerja PT Telkom Divisi Telkom Flexi Regional I Jl.
Gaharu No. 1 Medan. Hal ini dilakukan agar indikator penelitian ini bisa sesuai dengan kenyataan yang ada, sehingga penelitian ini dapat mendekati ketepatan
yang diharapkan. Maka berdasarkan kombinasi tersebut dan disesuaikan dengan situasi tempat
penelitian, maka indikator kinerja karyawan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari kualitas kerja, kejujuran karyawan, kehadiran, sikap, kerjasama,
tanggung jawab, pemanfaatan waktu, dan pencapaian target.
Berdasarkan pokok pikiran diatas maka diperoleh kerangka konseptual sebagai berikut :
Sumber : Malthis 2002, Hendri Simamora 2001, Umar 2002 diolah Gambar 1.1 : Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis