DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Abdulsyani, Sosiologi Kriminalitas, Remadja Karya CV, Bandung, 1987.
Alisjahbana, S. Takdir. 1978. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat
Bambang Poernomo . S.H, Asas - Asas Hukum Pidana, Galia Indonesia, 1982
Karjadi, M dan Soesilo, R. KUHAP. Politeia. Bogor. 1997. Marpaung, Leden. Proses Penanganan Perkara Pidana. Sinar Grafika.
Jakarta. 1992.
M. Sudradjad Bassar. S.H, Tindak - Tindak Pidana Tertentu Di Dalam KUHP, Remaja Karya CV Bandung 1986
Prinst, Darwan. Hukum Acara Pidana dalam Praktik. Djambatan. Bandung. 2002.Prakoso, Djoko.
Soekanto, Soerdjono. dan Mamudji, Sri. Penelitian Hukum Normatif. Suatu Tinjauan
Singkat. Rajawali Press. Jakarta. 2001.Soekanto Soerjono S, 1994, Metode Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP, Politeia, Bogor, 1994
B. Perundang – Undangan
Indonesia. Undang-Undang Tentang Hukum Acara Pidana KUHAP. UU No. 8, LN. No. 76 Tahun 1981, TLN. 3209.
………………….
Universitas Sumatera Utara
BAB III PERANAN PIHAK POLDA SUMATERA UTARA DALAM
MENAGGULANGI PENCURIAN KENDARAAN NERMOTOR YANG DILAKUKAN SECARA TERORGANISIR
A. Tinjauan Terhadap Unit Kendaraan Bermotor Unit Ranmor Polda Sumatra Utara
Sebagai pengemban tugas pokok kepolisian, Unit Ranmor Polda Sumatra Utara terus berupaya dalam rangka pelayanan prima kepada masyarakat, terutama
berkaitan dengan pelayanan Penyidikan Perkara secara Obyektif, Transparan, Cepat, Tepat, Tuntas dan Akuntabel. Disamping itu, Unit Ranmor juga senantiasa
melakukan inovasi lain berupa upaya dalam penyelesaian tunggakan perkara secara cepat dan tepat serta memberikan motivasi guna meningkatkan kinerja
AnggotaPenyidik dalam melayani masyarakat Unit Pencurian Kendaraan Bermotor RANMOR, bertugas melaksanakan
penyidikan tindak pidana pencurian, pemalsuan surat-surat kendaraan dan tindak pidana penipuanpenggelapan yang berhubungan dengan ranmor Roda dua
maupun Roda empat. Unit Ranmor dipimpin oleh seorang Kanit Ranmor dan dibantu oleh beberapa Kasubnit serta Bintara Administrasi Bamin yang bertugas
Membuat data tentang tempat serta waktu terjadinya curanmor guna menentukan daerah rawan curanmor serta antisipasi penanggulangannya. Melakukan tindakan
upaya paksa terhadap pelaku curanmor sesuai dengan Undang-Undang maupun prosedur yang berlaku. Dimana KanitKasubnit Ranmor Mengirimkan Laporan
hilang-temu ranmor ke Dir Lantas Polda Sumut dan Bid Telematika Polda Sumut
Universitas Sumatera Utara
secara rutin. Kanit Ranmor melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap seluruh kegiatan personil di unitnya dengan dibantu oleh Kasubnit. Tugas pokok
Satuan Ranmor adalah:
1. Satuan Kendaraan Bermotor disingkat Sat VRanmor adalah unsur
pelaksana pada Polda Sumatera Utara yang bertugas menyelenggarakan pembinaan dan pengendalian fungsi Reserse bidang Ranmor.
2. Sat VRanmor dipimpin oleh seorang Pamen berpangkat Ajun Komisaris
Besar Polisi yang bertugas menyelenggarakan pembinaan dan pengendalian fungsi Reserse pada tingkat bawah yang dalam pelaksanaan
tugasnya dibantu oleh Kanit I sd V sedangkan dalam bidang administrasi dibantu oleh Paur Mindik dan Bamin.
3. Kasat VRanmor bertugas tanggung jawab melakukan kegiatan
penyelidikan dan penyidikan terhadap gangguan kriminalitas seperti pencurian, perampasan, pemalsuan dokumen serta bentuk kejahatan
lainnya terhadap obyek kendaraan bermotor yang karena sifat, kwalitas, intensitas dan dampaknya perlu diselesaikan ditingkat Polda.
4. Melaksanakan tugas kegiatan operasi khusus dan operasi rutin Kepolisian
yang diperintahkan kepadanya. 5.
Memberikan bantuan operasional kepada Satuan wilayah Jajaran Polda Sumatera Utara.
Dasar Hukum Pelaksanaan Tugas Unit Ranmor Polda Sumatra Utara,pada Undang-Undang nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia
Universitas Sumatera Utara
Polri, ada tiga fungsi dan peran Polri yang harus dilaksanakan, yaitu sebagai berikut:
a. Pemelihara kamtibmas. b. Penegak hukum.
c. Pelindung, pengayom dan pelayan kepada masyarakat.
31
31
http:www.polri.go.idberita823
Sehingga keberadaan Polri harus menjadikan masyarakat aman dan nyaman dalam menjalani tatanan kehidupan dan penghidupannya. Penyidikan
kriminal adalah proses mengumpulkan fakta. Mirip seperti kepingan terpisah dari rangkaian teka-teki bergambar yang membentuk suatu pola atau gambar,
begitulah seorang penyidik menyatukan fakta dan bahan untuk membentuk sebuah gambaran yang bermakna dari suatu kejadian. Dugaan bahwa seseorang atau
sekelompok orang telah melakukan pelanggaran tertentu dalam kode etik kriminal harus dibuktikan melebihi keraguan yang wajar dalam sebuah peradilan
hukum. Bukti itu diperoleh dari penyidikan.
Peran penyidikan adalah menyediakan jawaban bagi pertanyaan: Siapa? Apa? Kapan? Di mana? Bagaimana? Dan terkadang, Mengapa? Ketepatan
penyidikan dan kemampuan penyidik dapat menghasilkan penuntutan yang sukses dan penghukuman bagi pelaku kejahatan atau pembebasan orang yang dituduh
dengan sewenang-wenang. Penyidikan yang tidak tepat dapat menghasilkan kegagalan penuntutan dan penghukuman terhadap orang yang keliru.
Universitas Sumatera Utara
Penyidikan adalah tugas yang sulit. Pekerjaan itu dapat terasa monoton, tanpa penghargaan, berbahaya, bermuatan politis, dan penuh konfrontasi yang
menantang kestabilan mental. Penyidik harus mampu bertindak dalam lingkungan yang kompleks agar pengaruh yang tidak berhubungan dengan tugas penyidikan
dapat menghambat kemajuan penyidikan itu. Oleh karena itu, pendidikan seorang penyidik tidak berhenti pada pendidikan formal. Penyidik harus selalu waspada
terhadap apa yang terjadi dalam komunitas, negara bagian, negara, dan dunia.
32
1. Gunakan alarm pada kendaraan Anda dan memasang kunci stang.
Unit Ranmor Polda Sumatra Utara bertanggung jawab dalam penanggulangan tindak pencurian kendaraan bermotor secara terorganisir apabila
terdapat sesuatu hal yang menyimpang dan akan diselesaikan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dalam penegakan hukum, Polri harus memperhatikan
aspek semangat penegakan hak azasi manusia, hukum dan keadilan. Sehingga personil pada Polri, selain harus cukup, memadai dan sesuai dengan karakter
kewilayahannya, juga harus memiliki dedikasi dan kinerja yang tinggi. Dan profesional. Sebab tanpa kondisi seperti ini, citra Polri di masyarakat
kewilayahannya, akan tidak baik, sehingga tatanan kehidupan dan penghidupan masyarakat akan terganggu. Cara efektif untuk menanggulangi kendaraan adalah:
2. Jika berpergian, parkirlah kendaraan Anda di tempat yang resmi dan
pastikan ada petugas yang mengawasi tempat itu, hindari parker di tepat-tempat yang sepi.
32
http:www.reskrimum.metro.polri.go.idnews.php?id=5247
Universitas Sumatera Utara
3. Jika Anda parkir di pinggir jalan sebuah kompleks perumahan, ada
baiknya Anda menyapa warga setempat yang kebetulan sedang berada di sekitar situ. Ucapkan permisi sembari berbasi-basi sedikit.
Tujuannya, agar orang itu tahu bahwa kendaraan itu milik Anda, jadi jika kendaraan Anda diutak-atik orang tak dikenal, warga setempat
langsung mengenalinya. 4.
Sebelum meninggalkan kendaraan di tempat parkir, pastikan semua pintu telah terkunci dan tidak ada barang-barang berharga di kendaraan
tersebut. 5.
Jika parkir bukan di tempat resmi, hindari parkir berlama-lama. Hal ini karena keamana di temat parker tak resmi, keamanannya kurang
terjamin.
B. Pelaksanaan Kegiatan pihak Polda Sumut Dalam Rangka Upaya Penaggulangan Pencurian Kendaraan Bermotor yang Dilakukan Secara
Terorganisir.
Sepeda motor dan mobil adalah salah satu benda yang disukai pencuri untuk dijadikan sasaran pencurian karena nilainya yang tinggi, fleksibel,
dibutuhkan banyak orang dan mudah dicuri. Pencuri ranmor motor profesional umumnya hanya membutuhkan waktu kurang dari satu menit saja dalam
menjalankan aksi kejahatannya.
Universitas Sumatera Utara
Mereka menggunakan berbagai metode modus untuk membawa kabur motor jarahan yang berhasil dikerjai. Cara atau modus operandi yang sering digunakan
oleh pencuri sepeda motor adalah seperti :
a Menggunakan kunci letter T untuk menyalakan paksa mesin motor.
b Mengangkut motor ke dalam mobil boks atau truk.
c Merusak kunci-kunci keamanan yang ada dengan trik tertentu lalu
membawa kabur motor, dll.
Waspadai pula aksi kejahatan ranmor kendaraan bermotor lainnya yang berhubungan dengan sepeda motor anda seperti pencurian helm, pencurian
aksesoris motor, dsb. Berikut ini adalah beberapa saran untuk anda dalam menghindar dan mengurangi resiko kehilangan motor.
1. Jenis – Jenis Kegiatan yang Dilakukan Pihak Polda Sumatra Utara
Untuk meminimalisir terjadinya tindak pencurian kendaraan bermotor di wilayah hukum Polda Sumatera Utara,Satuan Ranmor melakukan serangkaian
kegiatan berupa: • Edukasi dan Pemberian Informasi.
• Operasi Rutin Razia
• Penindakan
Universitas Sumatera Utara
2. Instrumen dan Perangkat Pendukung yang Digunakan Untuk
Mengulangi Pencurian Kendaraan Bermotor yang Dilakukan secara Terorganisir
C. Hambatan – hambatan yang ada dalam Upaya Polda Sumatra Utara Dalam Menaggulangi Pencurian Kendaraan Bermotor yang Terorganisir
Kasus curanmor terkadang memang karena kesempatan yang diberikan oleh pemilik kendaraan sendiri. Mereka seringkali parkir di tempat yang tidak ada
pengamanan atau penjagaan. Sehingga memungkinkan pelaku kejahatan beraksi. Karena itu masyarakat lebih berhati-hati dan waspada jika ingin memarkir
kendaraannya. Selain itu, segera lapor polisi jika kehilangan. a.
Kendala tempat kejadian perkara TKP Yang sulit dilakukan olah TKP. Hal ini berkaitan dengan
tidak segeranya korban melapor kepada polisi. TKP yang merupakan
Universitas Sumatera Utara
salah satu sarana pihak kepolisian untuk mencari petunjuk rusak karena tidak segera di tangani oleh polisi.
b. Dari pihak pelapor seringkali terlambat melapor.
Korban sebagian besar lama melaporkan, bisa 5 jam kemudian baru lapor, polisi akhirnya sulit olah TKP. Padahal,
harusnya secepat mungkin melapor supaya bisa segera operasi olah TKP.
c.
………………………………………
d.
…………………………………….
e.
…………………………………….
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Peranan Pihak Polda Sumatra Utara dalam menangani pencurian
secara terorganisir harus mengacu kepada tantangan yang dihadapi yang akan datang. Pengaruh lingkungan strategi baik global, maupun
regional terutama dengan kebijakan otonomi daerah menuntut pengetahuan mengenai karakteristik masyarakat yang berkembang.
Untuk itu maka dalam implementasi operasional tugas – tugas penyidik, selain harus propesional dalam arti mahir dan terampil
dalam menerapkan teknik dan taktik penyidikan, jangan mengenyampingkan hal penting yang harus menjadi pegangan.
2. Bahwa tindakan pencurian kendaraan bermotor secara terorganisir
berdasarkan Undang – Undang Hukum Acara Pidana dapat dijerat dengan Pasal 365 KUHAP bahwa pencurian dilakukan secara
terorganisir itu berakibat dengan matinya orang maka ancaman diperberat lagi selama-lamanya lima belas tahun, hanya saja yang
penting adalah kematian orang tersebut tidak dikehendaki oleh pencuri.
3. ……
Universitas Sumatera Utara
4. …….
B. Saran
a Bagi polisi dalam menjalankan tugas dan kewenangannya seyogyanya
dapat mengacu kepada ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku, karena dalam negara demokratis dimanapun di muka bumi ini
penegakan hukum seharusnya dilakukan oleh polisi dan tidak dipengaruhi oleh unsur-unsur lain, sehingga tidak terjadinya tumpang
tindih sebagaimana pengalaman pada era orde baru dimana fungsi penegakan hukum telah dilaksanakan oleh berbagai institusi.
b Dalam aplikasinya di lapangan justru penegakan hukum yang telah
dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan aturan yang ada, dirasakan tidak memenuhi tuntutan keadilan masyarakat sehingga menimbulkan
berbagai reaksi yang bersifat destruktif. Oleh karenanya berbagai upaya penegakan hukum yang diantaranya dilakukan oleh Polri telah
dihadapkan pada dilema yang menempatkannya pada posisi yang serba salah, padahal begitu kentalnya harapan masyarakat terhadap
kemampuan Polri untuk dapat mengatasi serta mengelola situasi transisi yang penuh dengan ketidak pastian ini untuk dapat mengarah
kepada terwujudnya stabilitas Kamtibmas yang mantap. c
…………..
Universitas Sumatera Utara
d …………….
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PENCURIAN
KENDARAAN BERMOTOR SEBAGAI KEJAHATAN TERORGANISIR DILIHAT DARI KITAB UNDANG-UNDANG
HUKUM PIDANA KUHP
A.
Tinjauan Tentang Pencurian Kendaraan Bermotor Dikaitkan Dengan Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana KUHP
Pengaruh modernisasi tidak dapat dielakan disebabkan perkembangan ilmu pengetahuan yang telah mengubah cara hidup manusia. Apalagi dalam tahap
pembangunan Nasional disegala bidang dewasa ini yang merangsang pula timbulnya perubahan nilai sosial budaya. Undang-Undang harus disesuaikan
dengan dinamika kehidupan, oleh karena itu pembuat undang-undang harus selalu “mengikuti” perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Sehubungan
dengan itu hukum pidana sedang berubah dan memang seharusnya memerlukan perubahan sesuai dengan perubahan masyarakat. Perubahan ini tidak hanya
mengenai perbuatan apa yang merupakan atau dinyatkan sebagai kejahatan, karena gagasan mengenai pidana juga telah berubah sesuai dengan perubahan-
perubahan itu sendiri terutama mengenai pandangan hidup tentang moral dan kemasyarakatan.
Mengenai tugas atau fungsi pembuat undang-undang dalam tahap ini, lebih diperinci sebagai berikut: “perencanaan atau kebijakan penanggulangan kejahatan
Universitas Sumatera Utara
yang dituangkan oleh peraturan perundang-undangan secara garis besar meliputi:
21
1. Perencanaan atau kebijakan tentang perbuatan-perbuatan terlarang apa yang
akan ditanggulangi karena di pandang membahayakan atau merugikan. 2.
Perencanaan atau kebijakan tentang sanksi apa yang dapat dikenakan terhadap pelaku perbuatan terlarang itu baik berupa pidana atau tindakan
dan sistem penerapannya. 3.
Perencanan atau kebijakan tentang prosedur atau mekanisme sistem peradilan pidana dalam rangka proses penegakan hukum pidana.”
14
Mengenai landasan yuridis hukuman dan bentuk-bentuknya telah dijelaskan dalam buku I KUHP bab ke-2 dari Pasal 10 sampai Pasal 43, yang kemudian juga
diatur lebih jauh mengenai hal-hal tertentu dalam beberapa peraturan yaitu:
1. Reglemen penjara Stb 1917 No. 708 dan telah diubah dengan LN 1948
No.77; 2.
Ordonasi pelepasan bersyarat Stb 1917 No. 749; 3.
Reglemen pendidikan paksaan Stb 1917 741;
KUHP sebagai induk atau sumber utama hukum pidana telah merinci dan merumuskan tentang bentuk-bentuk pidana yang berlaku di Indonesia. Bentuk-
bentuk pidana dalam KUHP disebutkan dalam Pasal 10 KUHP. Pidana ini juga berlaku bagi delik yang tercantum di luar KUHP, kecuali ketentuan UU itu
21
http:www.kesimpulan.com200904kebijakan-kriminal-dalam.html
14
Moeljatno, S.H., Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta,PT. Rineka Cipta, 2002, Hal. 15
Universitas Sumatera Utara
menyimpang. Dalam KUHP pidana dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu: pertama, pidana pokok dan kedua, pidana tambahan, diantaranya:
22
a. Pidana mati
Pidana pokok terdiri dari Hoofd Straffen:
b. Pidana penjara
c. Pidanan kurungan
d. Pidana denda
e. Hukuman tutupan. Hukuman ini ditambahkan ke dalam KUHP dengan
Undang - Undang Republik Yogya tahun 1946 no. 20.
Adapun pidana tambahan terdiri dari Bijkomende Straffen:
a. Pidana pencabutan hak-hak tertentu
b. Pidana perampasan barang-barang tertentu
c. Pidana pengumuman keputusan hakim.
Tindak pidana pencurian diatur dalam KUHP buku II bab XXII Pasal 362 sampai dengan Pasal 367. Untuk Pasal 362 memberi pengertian tentang pencurian, pada
Pasal 363 mengatur tentang jenis pencurian dan pencurian dengan pemberatan, Pasal 364 mengatur tentang pencurian ringan, Pasal 365 mengatur tentang
pencurian dengan kekerasan, Pasal 367 mengatur tentang pencurian dalam keluarga.
22
http:kumpulan-q.blogspot.com200901macam-macam-hukum-pidana.html
Universitas Sumatera Utara
Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHP dalam konsiderannya berupaya untuk memberikan
perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia. Akan tetapi dalam penjabaran pasal-pasal di dalam dictum serta dalam penjelasannya tidak
terakomodir ketentuan yang memuat hak dan kewajiban bagi korban secara adil. Berikut ini beberapa ketentuan dalam KUHAP yang memarjinalkan korban dan
lebih berorientasi kepada kepentingan pelaku, yaitu:
23
23
http:fahmiatjeh.blogspot.com201002sang-pemerkosa.html
a. Bab I tentang Ketentuan Umum Pasal 1 yang terdiri atas angka 1 satu
hingga 32 dan berisi tentang berbagai macam pengertian berkaitan dengan proses peradilan dengan segala aspeknya, tidak satupun yang
merumuskan pengertian tentang korban.
b. Bab VI tentang Tersangka dan Terdakwa, yang terdiri atas 19 Pasal, sarat
dengan aturan yang memberikan hak sebagai perlindungan hak asasi manusia terhadap pelaku.
c. Bab VII tentang Bantuan Hukum dalam ketentuan pasal-pasalnya
mengatur adanya beberapa hak dan kewajiban dari penasehat hukum selama proses peradilan. Hak-hak ini dapat pula dikatakan sebagai
pendukung bagi terlaksananya hak-hak dari pelaku.
Universitas Sumatera Utara
d. Bab XII tentang Ganti Kerugian dan Rehabilitasi, menunjukkan pula
adanya beberapa hak bagi pelaku sebagai wujud dari perlindungan hukum dalam proses peradilan pidana.
e. Bab XIV tentang Penyidikan juga dijumpai ketentuan-ketentuan yang
lebih berorientasi terhadap hak pelaku.
f. Dalam penjelasan dicantum dan pasal-pasal, tampak bahwa KUHAP
lebih berorientasi pada kepentingan pelaku daripada korban dan di bagian akhir dari penjelasan KUHAP disebutkan beberapa asas yang
maknanya lebih dominant bagi kepentingan pelaku daripada korban.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dapat direkomendasikan bahwa KUHAP dalam penjabaran konsideran melalui ketentuan pasal-pasalnya
seyogyanya memperhatikan secara seimbang aspek keadilan dan perlindungan harkat serta martabat korban dan pelaku.
B. Tinjauan Tentang Kejahatan Terorganisir dikaitkan dengan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP
Dengan mengacu pada definisi perbuatan pidana yang dilakukan secara terorganisir, dapat dilihat bahwa tidak ada perbedaan dengan perbuatan pidana
pada umumnya, hanya saja yang membedakan adalah dari segi subyek pelakunya yang lebih dari satu orang. Oleh karena itu perbuatan pidana yang dilakukan
secara terorganisir pembahasan dititik beratkan pada kata “terorganisir” .Jadi berdasarkan kata “terorganisir” yang menunjuk pada pelaku pada perbuatan
pidana dimaksudkan adalah dua orang lebih dan tidak terbatas maksimalnya.
Universitas Sumatera Utara
Maka berdasarkan hal tersebut perbuatan pidana yang dilakukan secara
terorganisir dibagi menjadi 2 dua yaitu:
1. Perbuatan pidana yang dilakukan secara terorganisir dengan massa yang
terbentuk secara terorganisir. Massa yang terorganisir adalah dimana dalam melakukan
perbuatan pidana yang dilakukan secara terorganisir, massa yang berbuat terbentuk secara terorganisir. Umumnya pada bentuk massa ini
dikendalikan oleh operator-operator lapangan yang mengerahkan bagaimana dan sejauhmana massa harus bertindak. Tindakan yang
dilakukan ditujukan untuk mencari keuntungan material secara kelompok dan dilakukan secara ilegal melanggar hukum.
Pada bentuk yang pertama ini massa berbuat dalam melakukan perbuatan pidana dilakukan dengan kerjasama secara fisik dan non fisik
artinya kerjasama dalam menentukan rencana yang akan dijalankan pada saat beraksi, sertadisadari dan dikehendaki terjadinya. Massa pada
bentuk ini bergerak secara sistematis dan terkordinasi satu sama lainnya dan berada dibawah satu komando, yang umumnya memiliki pemimpin
atau ketua sebagai motor penggeraknya. Pemimpin atau ketua mempunyai tanggungjawab yang besar dan penuh terhadap semua
anggotanya selama masih dibawah kewenangannya.
Universitas Sumatera Utara
Pada bentuk massa yang terorganisir dalam pembentukkannya dapat terbentuk melalui 2 cara yaitu:
24
1. Massa yang terbentuk secara terorganisir melalui organisasi,
adalah mempunyai ciri-ciri yaitu: memiliki identitasnama perkumpulan, memiliki struktur organisasi, memiliki
peraturan yang mengikat anggotanya, memiliki keuangan sendiri, berkesinambungan dan sosial oriented.
2. Massa yang terbentuk secara terorganisir tidak melalui
organisasi, adalah massa yang terorganisir hanya untuk jangka pendek atau sementara sifatnya, dan spontan dibentuk
untuk melakukan perbuatan pidana, dan apabila sudah selesai apa yang dikerjakan maka langsung bubar.
Pada bentuk yang pertama ini dalam melakukan perbuatan pidana menurut Tb Ronny Nitibaskara memiliki 3 tiga jenis perbuatan pidana atau bahasa
yang sering digunakan adalah kekerasan massa dapat dipersamakan dengan kekerasan kolektif, adapun jenis tersebut, yaitu:
25
1. Kekerasan terorganisir primitif, adalah yang pada umumnya
bersifat nonpolitis, ruang lingkup terbatas pada suatu komunitas lokal, misalnya pengeroyokan, tawuran sekolah.
24
http:images.wilystra2007.multiply.multiplycontent.comattachment0SQVKTQoKCmwAAHmS Hg81KARTIKA-BAB20II.doc?nmid=125490498
25
http:images.wilystra2007.multiply.multiplycontent.comattachment0SQVKTQoKCmwAAHmS Hg81KARTIKA-BAB20II.doc?nmid=125490498
Universitas Sumatera Utara
2. Kekerasan terorganisir reaksioner, adalah umumnya
merupakan reaksi terhadap penguasa. Pelaku dan pendukungnya tidak semata-mata berasal dari suatu komunitas
lokal, melainkan siapa saja yang merasa berkepentingan dengan tujuan kolektif yang menentang suatu kebijakansistem yang
dianggap tidak adil dan jujur. Contoh : ribuan sopir angkot mogok didukung oleh mahasiswa karena disulut oleh adanya
kenaikan retribusi dua kali dari Rp. 400 menjadi Rp. 800 yang terjadi di Bandar Lampung tahun 1996.
Sedangkan kekerasan kolektif modern, merupakan alat untuk mencapai tujuan ekonomis dan politis dari satu organisasi yang tersusun dan
terorganisir dengan baik.
2. Perbuatan pidana yang dilakukan secara terorganisir dengan massa yang
terbentuk tidak secara terorganisir. Massa yang terbentuk tidak secara terorganisir adalah massa yang melakukan
sebuah reaksi terbentuk secara spontanitas tanpa adanya sebuah perencanaan terlebih dahulu. Pada jenis massa ini jauh lebih gampang berubah menjadi
amuk massa acting mob korupsi. Adapun tindakan tentang dilakukan merupakan bentuk dari upaya untuk menarik perhatian dari publik maupun
aparat penegak hukum atas kondisi sosial yang kurang memuaskan dengan cara yang illegal. Pada bentuk kedua ini walaupun massa dalam melakukan
perbuatan pidana dengan bersama-sama yang artinya adanya kerjasama, tapi
Universitas Sumatera Utara
dalam kerjasama yang dilakukan terjadi dengan tanpa rencana sebelumnya dan kerjasamanyapun hanya sebatas pada kerjasama fisik saja tidak non fisik.
Tindak pidana pencurian dan pencurian dengan kekerasan menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana sebagai berikut:
a Pencurian biasa pasal 362 KUHP , Pencurian biasa ini terdapat didalam
Undang-Undang pidana yang dirumuskan dalam Pasal 362 KUHP yang berbunyi : ”Barang siapa yang mengambil barang, yang sama sekali atau
sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk memilik barang itu dengan melawan hukum, dipidana karena mencuri dengan pidana selama-
lamanya lima tahun atau dengan denda sebanyak-banyaknya sembilan ribu rupiah”. Dari pengertian Pasal 362 KUHP, maka unsur dari pencurian ini
adalah sebagai berikut : a. Tindakan yang dilakukan adalah ”mengambil”
R. Soesilo
mengartikan sebagai berikut : Mengambil untuk dikuasainya meksudnya untuk penelitian mengambil barang itu dan dalam arti sempit
terbatas pada penggerakan tangan dan jarijarinya, memegang barangnya dan mengalihkannya kelain tempat, maka orang itu belum dapat
dikatakan mencuri akan tetapi ia baru mencoba mencuri.
15
Yang dimaksud dengan barang pada detik ini pada dasarnya adalah setiap benda bergerak yang mempunyai nilai ekonomis. Pengertian ini
b . Yang diambil adalah ”barang”
15
R . Soesilo, KUHP Serta Komentar-nya Lengkap Pasal Demi Pasal Politeia,Sukabumi, tahun 1988, halaman 249.
Universitas Sumatera Utara
adalah wajar, karena jika tidak ada nilai ekonomisnya, sukar dapat diterima akal bahwa seseorang akan membentuk kehendaknya
mengambil sesuatu itu sedang diketahuinya bahwa yang akan diambil itu tiada nilai ekonomisnya.
c. Status barang itu ”sebagian atau seluruhnya menjadi milik orang lain
Barang yang dicuri itu sebagian atau seluruhnya harus milik orang lain, misalnya dua orang memiliki barang bersama sebuah sepeda itu,
dengan maksud untuk dimiliki sendiri. Walaupun sebagian barang itu miliknya sendiri, namun ia dapat dituntut juga dengan pasal ini.
d. Tujuan perbuatan itu adalah dengan maksud untuk memiliki barang itu dengan melawan hukum melawan hukum
Maksudnya memiliki ialah melakukan perbuatan apa saja terhadap barang itu seperti halnya seorang pemilik, apakah itu akan dijual,
dirubah bentuknya, diberikan sebagai hadiah kepada orang lain, semata-mata tergantung kepada kemauannya.
26
b Pencurian dengan Pemberatan, dinamakan juga pencurian dikualifikasi
dengan ancaman hukuman yang lebih berat jika dibandingkan dengan pencurian biasa, sesuai dengan Pasal 363 KUHP menyatakan sebagai berikut:
1. Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya tujuh tahun:
Pencurian ternak.
26
http:eprints.undip.ac.id174501Gandung_Sardjito.pdf
Universitas Sumatera Utara
Pencurian pada waktu kebakaran, peletusan, banjir, gempa bumi,
atau gempa laut, peletusan gunung berapi, kapal karam, kapal terdampar, kecelakaan kereta api, hura-hura, pemberontakan atau
bahaya perang.
Pencurian waktu malam dalam sebuah rumah atau di pekarangan tertutup yang ada rumahnya, dilakukan oleh orang yang adalah
disitu setahunya atau tiada kemauannya yang berhak.
Pencurian dilakukan oleh dua orang atau lebih bersama-sama.
Pencurian yang dilakukan untuk dapat masuk ketempat kejahatan atau untuk dapat mengambil barang yang akan dicuri itu dengan
jalan membongkar, memecah, memanjat, atau memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian-pakaian palsu.
2. Jika pencurian yang diterangkan dalam No.3 disertai dengan salah satu hal tersebut dalam No.4 dan 5, maka dijatuhkan pidana penjara selama-
lamanya sembilan tahun.
c Pencurian Ringan
Pencurian ini adalah pencurian yang dalam bentuk pokok, hanya saja barang yang dicuri tidak lebih dari dua ratus lima puluh ribu. Yang
penting diperhatikan pada pencurian ini adalah walau harga yang dicuri tidak lebih dari dua ratus lima puluh ribu rupiah namun pencuriannya
dilakukan dalam sebuah rumah atau pekarangan yang tertutup yang ada rumahnya, dan ini tidak bisa disebut dengan pencurian ringan.
Universitas Sumatera Utara
Pencurian ringan dijelaskan dalam Pasal 364 KUHP yang bunyinya sebagai berikut: ”Perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 363 point 5,
asal saja tidak dilakukan dalam sebuah rumah atau dalam pekarangan yang tertutup yang ada rumahnya, dan jika harga barang yang dicuri itu tidak
lebih dari dua ratus lima puluh ribu rupiah dipidana karena pencurian ringan, dengan pidana penjara selama-lamanya 3 bulan atau sebanyak-
banyaknya sembilan ratus rupiah”. Sesuai jenis perinciannya, maka pada pencurian ringan hukuman penjaranya juga ringan dibanding jenis
pencurian lain. Seperti diketahui bahwa pencurian ringan diancam dengan hukuman penjara selamalamanya tiga bulan dan denda sebanyak sembilan
ribu rupiah.
27
d Pencurian dengan terorganisir
Sesuai dengan pasal 365 ayat 2 KUHP, menyatakan: Dipidana penjara selama-lamanya dua belas tahun dijatuhkan:
a. Jika perbuatan itu dilakukan pada waktu malam dalam sebuah
rumah atau dipekarangan tertutup yang ada rumahnya, atau di jalan umum.
b. Jika perbuatan itu dilakukan bersama-sama oleh dua orang atau
lebih.
27
http:eprints.undip.ac.id174501Gandung_Sardjito.pdf
Universitas Sumatera Utara
c. Jika yang bersalah masuk ke tempat melakukan kejahatan itu
dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu.
d. Jika perbuatan itu berakibat ada orang luka berat.
Jika pencurian dilakukan secara terorganisir itu berakibat dengan matinya orang maka ancaman diperberat lagi selama-lamanya lima belas tahun, hanya saja
yang penting adalah kematian orang tersebut tidak dikehendaki oleh pencuri. Hukuman mati bisa dijatuhkan jika pencurian itu mengakibatkan matinya orang
luka berat dan perbuatan itu dilakuakan oleh dua orang atau lebih bersama-sama atau sesuai dengan pasal 88 KUHP yaitu : ”Mufakat jahat berwujud apabila dua
orang atau lebih bersama-sama sepakat akan melakukan kejahatan itu”. Dalam kasus-kasus perbuatan pidana yang dilakukan secara terorganisir
baik dengan massa yang terbentuk secara terorganisir dan massa yang terbentuk tidak secara terorganisir, memiliki motif dan maksud yang lebih kompleks. Motif
dan maksud memiliki makna yang berbeda, “motif” hanya menjelaskan tentang latar belakang perbuatan yang dilakukan seseorang. Jadi sifatnya menjawab
pertanyaan mengapa pelaku berbuat, sedangkan “maksud” bermakna menjelaskan tentang apa yang hendak dicapai oleh pelaku dengan perbuatannya, jadi lebih
menerangkan pada tujuan tertentu dari suatu perbuatan.
Menurut Romli Atmasasmita dengan melihat fenomena kejahatan,
kekerasan khususnya dalam hal ini perbuatan pidana yang dilakukan secara terorganisir cukup banyak terkandung perbedaan dalam motif dan maksudnya.
Selain itu, perbuatan pidana terorganisir ini juga melahirkan bentuk-bentuk
Universitas Sumatera Utara
tindakanperbuatan yang bervariatif dan kompleks sehingga sangat sulit untuk menentukan kuasa kejahatan.
28
Jadi karena sulit dan kompleksnya penyebabfaktor yang melatarbelakangi suatu perbuatan pidana yang dilakukan secara terorganisir, sehingga tidak ada
yang mutlak atau dapat disamakan antara kasus yang satu dengan kasus yang lain tentang hal-hal apa yang melatarbelakanginya. Dalam menentukan suatu kausa
kejahatan hukum pidana dalam hal ini tidak dapat menyelesaikannya sendiri maka dibutuhkan ilmu-ilmu bantu yang relevan dalam hal ini dari segi sosiologi,
kriminologi dan psikologi. Dengan mendasarkan pada ilmu-ilmu tersebut maka faktor penyebab terjadinya perbuatan pidana terorganisir adalah :
29
a. Segi sosiologi
Menurut Setiadi 1999 berbagai peneliti sosial seprti Levinson 1994, Segal, Dasery, Berry, Poortinga 1990, dan Triardis 1994, pada
umumnya menemukan bahwa kekerasan kolektif disebabkan oleh karena terjadinya ketidakpuasan atau konflik antara kelompok-kelompok dalam
suatu bangsaNegara, dan biasanya berkaitan dengan sumber daya ekonomi dan kekuasaan politik yang ada.
Pada intinya, ada kelompok yang mengalami relative deprivation, yaitu perasaan tidak puas yang didasari keyakinan bahwa kelompoknya
mendapat lebih sedikit dari yang sepantasnya diperoleh. Dalam hal ini
28
http:shevaonseven.blogspot.com201006perbuatan-pidana-yang-dilakukan-secara.html
29
http:images.wilystra2007.multiply.multiplycontent.comattachment0SQVKTQoKCmwAAHmS Hg81KARTIKA-BAB20II.doc?nmid=125490498
Universitas Sumatera Utara
bukan kelompok yang paling tertekan yang akan terlibat dalam kekerasan kolektif, tetapi mereka yang yakin bahwa mereka seharusnya dan dapat
memperoleh yang lebih baik hal itu kadang-kadang disertai dengan tidak adanya kepercayaan terhadap sistem hukum yang berlaku.
b. Kriminologi
Dari imu kriminologi perbuatan pidana terorganisir ini, dalam ilmu krimonologi dikenal dengan kekerasan kolektif dapat dijelaskan dengan
menggunakan Social Control Theory Teori Kontrol Sosial. Pengertian “Teori Kontrol”“Control Theory” menunjuk kepada
setiap perpektif yang membahas ihwal pengendalian tingkah laku manusia. Sementara itu pengertian “Teori Kontrol Sosial” atau “Social
Control Theory” menunjuk kepada pembahasan dan kejahatan dikaitkan dengan variabel-variabel yang bersifat sosiologis antara lain keluarga,
pendidikan, kelompok dominan.
30
30
http:images.wilystra2007.multiply.multiplycontent.comattachment0SQVKTQoKCmwAAHmS Hg81KARTIKA-BAB20II.doc?nmid=125490498
Pencurian ranmor paling sering dilakukan oleh jaringan kejahatan terorganisir . Ini adalah kejahatan kesempatan, maka pelaku tidak perlu menjadi
seorang kriminal, bisa saja menjadi individu yang frustrasi melihat peluang dan melompat ke atasnya. Bahkan penjahat yang bekerja untuk sindikat kejahatan
terorganisir, tergantung pada kesempatan untuk menjalankan pencurian ranmor.
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang