didukung oleh pendapat Sugiyono. Menurut Sugiyono 2015:107 penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari
pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Pengontrolan terhadap variabel dilakukan oleh peneliti. Pengontrolan
kemampuan belajar siswa didapatkan dari analisis hasi pretest siswa. Berdasarkan hasil pretest siswa, didapatkan hasil rata-rata yang hampir sama. Selain itu, dari
analisis hasil pretest, hasi pretest menunjukkan bahwa siswa memiliki hasil pretest dengan distribusi yang normal serta varians yang sama. Maka dapat
disimpulkan bahwa sampel berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen.
Pengontrolan terhadap sekolah, dilakukan dengan pemilihan populasi didasarkan pada sekolah yang memiliki gugus yang sama. Sehingga iklim serta
lingkungan siswa tidak jauh berbeda. Pengontrolan terhadap perlakuan adalah dilakukan dengan pemilihan
materi pembelajaran dan model pembelajran yang akan diterapkan. Selain itu pengontrolan terhadap perlakuan juga termasuk pertemuan dalam pemberian
perlakuan. Perlakuan yang diberikan pada sampel yaitu sama, 4 kali pertemuan pada kelas kontrol dan 4 kali pertemuna pada kelas eksperimen.
4.2.2 Analisis Hasil Posttest
Setelah diberikan perlakuan berupa model pembelajaran Cooperative Script pada kelas eksperimen dan model konvensional pada kelas kontrol, peneliti
memberikan posttest pada kedua kelas tersebut. Rata-rata nilai hasil posttest siswa kelas kontrol adalah 66.89, sedangkan rata-rata nilai hasil posttest siswa kelas
eksperimen adalah 86.50. Hasil posttest menunjukan bahwa hasil belajar IPA materi sumber daya alam pada kelas kontrol dan kelas eksperimen berdistribusi
normal dan memiliki varians homogen. Setelah melakukan uji normalitas dan homogenitas, dilanjutkan dengan pengujian hipotesis akhir dengan bantuan SPSS
versi 20 untuk menjawab hipotesis. Untuk menjawab hipotesis tersebut, rumus yang digunakan adalah Independent Sample T Test.
Dari hasil pengujian dengan Independent Sample T Test didapatkan harga t
hitung
9,667 lebih besar dibanding t
tabel
2,0066. Hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar IPA materi sumber daya alam kelas eksperimen lebih
tinggi dibanding kelas kontrol. Dengan demikian, model pembelajaran Cooperative Script lebih efektif diterapkan dalam pembelajaran IPA materi
sumber daya alam. Perolehan rata-rata posttest kelas kontrol sebesar 66,89, menunjukkan N-
Gain sebesar 0,5856 berada pada kategori sedang. Sedangkan rata-rata posttest kelas eksperimen sebesar 86,50, menunjukkan N-Gain sebesar 0,7388 berada pada
kategori tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa peningkatan pretest ke posttest pada kelas eksperimen lebih tinggi dibanding dengan peningkatan pada kelas
kontrol. Hasil uji ini memperkuat penerimaan hipotesis, bahwa hasil belajar IPA materi sumber daya alam dengan model Cooperative Script lebih dari
menggunakan model konvensional. Rata-rata hasil posttest siswa kelas kontrol sebesar 66,89 tergolong rendah.
Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah proses pembelajaran pada kelas kontrol masih menggunakan model konvensional. Model
konvensional merupakan model pembelajaran yang berpusat pada guru. Sehingga dalam proses pembelajarannya siswa cenderung pasif. Pada pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan model konvensional, guru berperan aktif menyampaikan materi dengan menggunakan metode ceramah. Sedangkan siswa
menerima materi dengan mendengarkan informasi yang diberikan oleh guru. Pelaksanaan pembelajaran tersebut dinilai kurang efektif karena siswa tidak
terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Siswa hanya memperhatikan penjelasan guru tanpa proses penemuan informasi sendiri.
Kondisi kelas yang menggunakan model pembelajaran konvensional terkadang juga tidak kondusif, hal tersebut dikarenakan oleh siswa mulai bosan
mendengarkan penjelasan guru. Guru terkadang menerapkan metode diskusi dalam pelaksanaan pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas siswa, namun
dalam pelaksanaannya diskusi kelompok yang terdiri dari 4 atau lima siswa tidak berjalan dengan baik. Hanya siswa siswa tertentu saja yang terlibat aktif dalam
diskusi. Sedangkan siswa lain belum memiliki tanggung jawab akan tugas yang diberikan oleh guru.
Sedangkan perolehan rata-rata posttest di kelas eksperimen sebesar 86.50 tergolong tinggi. Hal tersebut merupakan dampak dari pemberian perlakuan
berupa penerapan model Cooperative Script. Pemilihan model tersebut berpijak pada teori belajar konstruktivisme. Rifa‟i dan Anni 2012: 114 mengemukakan
bahwa teori belajar konstruktivisme memfokuskan pada siswa mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri melalui interaksi dengan lingkungannya.
Pelaksanaan model pembelajaran Cooperative Script sesuai dengan asumsi mengenai teori belajar konstruktivisme. Asumsi tersebut adalah sebagai berikut:
1 pengetahuan secara fisik dikosntruksikan oleh siswa yang terlibat dalam belajar aktif; 2 pengetahuan secara simbolik dikonstruksikan oleh siswa yang
membuat representasi atas kegiatannya sendiri; 3 pengetahuan secara sosial dikonstruksikan oleh siswa yang menyampaikan maknanya pada orang lain; 4
pengetahuan secara teoritik dikonstruksikan oleh siswa yang mencoba menjelaskan objek yang benar benar tidak dipahaminya.
Penerpan model pembelajaran Cooperative Script tidak hanya menitik beratkan pada hasil belajar siswa pada ranah kognitif saja. Melainkan pada ranah
afektif dan psikomotor. Peningkatan hasil belajar pada ranah kognitif ditunjukkan dari hasil posttest siswa, pemberian perlakuan dengan model pembelajaran
Cooperative Script juga memiliki beberapa kelebihan. Kelebihan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: Menurut Huda 2014: 214, kelebihan model
pembelajaran cooperative script adalah sebagai berikut; 1 menumbuhkan ide-ide atau gagasan baru; 2 mengajarkan siswa untuk percaya pada kemampuannya
sendiri untuk mendapatkan informasi dari berfikir dan mencari informasi dari sumber belajar yang lain; 3 membantu siswa untuk saling menghormati satu
sama lain; 4 memotivasi siswa untuk mengungkapkan pemikirannya; 5 memudahkan siswa untuk berdiskusi dan melakukan interaksi sosial; 6 melatih
siswa untuk bertanggung jawab; 7 meningkatkan kemampuan berfikir kreatif. Pada pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative
Script siswa diajak untuk bekerja sama secara berpasangan. Pada pelaksanaannya
siswa diajak untuk membuat rangkuman serta mempresentasikan hasil rangkumannya didepan pasangannya. Sehingga siswa memiliki tanggung jawab
dengan dirinya sendiri. Karena dari hasil refleksi dengan guru sebelum melaksanakan penelitian, penerapan diskusi kelompok, dengan jumlah siswa 4
– 5, tidak semua anggota kelompok bertanggung jawab akan tugas yang dierikan
oleh guru. Namun, hanya beberapa siswa saja yang mengerjakan tugas dari guru. Hal tersebut menunjukkan tanggung jawab siswa rendah.
Model pembelajaran Cooperative Script mendorong siswa untuk menumbuhkan gagasan dan ide-ide baru serta meningkatkan kemampuan berfikir
kreatif. Hal tersebut ditunjukkan dari proses pelaksanaan siswa ketika membaca dan membuat rangkuman dari materi pelajaran. Dengan membuat rangkuman,
siswa belajar untuk menuangkan ide ide serta gagasannya dalam bentuk tulisan. Namun, pada pelaksanaan tahap ini, guru harus menjelaskan kepada siswa definisi
dari rangkuman serta membimbing siswa untuk membuat rangkuman dengan menggunakan bahasanya sendiri. Sehingga siswa dapat memahami apa yang ia
tulis, bukan hanya sekedar menyalin teks wacana yang diberikan oleh guru. Kelebihan yang lain adalah memupuk kepercayaan diri siswa, hal tersebut
ditunjukkan dari tahap pelaksanaan model, yakni siswa diajak untuk membaca ringkasan didepan pasangannya. Selain memupuk kepercayaan diri siswa, pada
tahap ini siswa juga dapat meningkatkan interaksi dengan pasangannya serta dapat menumbuhkan rasa saling menghargai dan saling menghormati sesama. Karena,
pada tahap ini siswa diajak untuk menanggapi hasil rangkuman dari pasangan, serta mengutarakan kekurangan dari hasil rangkuman pasangannya.
Hal tersebut relevan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Darmania 2014. Hasil penelitian tersebut menunjukkan rata-rata hasil belajar
IPS pada siswa kelas V yang menggunakan model pembelajaran Cooperative Script lebih tinggi dari rata-rata belajar IPS pada siswa yang menggunakan model
konvensional. Selain itu.berdasarkan uji hipotesis uji-t menggunakan t-tes polled varian diperoleh thitung data posttest
sebesar 1,710 dan ttabel α = 5dan dk = 54 sebesar 1.703 sehingga thitung ttabel 1,710 1.703 bearti Ha diterima.
Penelitian lain yang dilakukan oleh K.D Asriyani 2013 yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Script Berbantuan Peta Pikiran
Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa kelas IV SD Busung Biru. Hasil dari penelitian adalah 1 hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran
kooperatif script berbantuan peta pikiran berada pada tingkat kategori sangat tinggi diatas rata-rata sebesar 31,56, 2 hasil belajar IPA siswa setelah
mengikuti pembelajaran yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional berada pada tingkat kategori sedang diatas rata-rata sebesar 22,97, 3 terdapat
perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif script berbantuan
peta pikiran dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran konvensional thitung = 13,84 t
tabel
= 2,00. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan serta penelitian sebelumnya yang
mendukung dapat diketahui bahwa model Cooperative Script efektif diterapkan dalam pembelajaran IPA, terutama pada materi sumber daya alam.
4. 3 IMPLIKASI HASIL PENELITIAN
Implikasi hasil penelitian adalah keterlibatan hasil penelitian dengan manfaat yang diharpakan. Implikasi hasil penelitian meliputi implikasi secara
teoritis, praktis, dan pedagogis.
4.3.1 Implikasi Teoritis