Tujuan Umum Distribusi Peminum Alkohol

8 7. Bagaimana peran petugas kesehatan dalam mengatasi pola konsumsi tuak di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara tahun 2015? 8. Bagaimana keluhan kesehatan peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara tahun 2015?

D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola dan faktor-faktor yang mendorong konsumsi tuak serta keluhan kesehatan yang dirasakan peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: a. Diketahuinya pola konsumsi tuak pada peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara tahun 2015 b. Diketahuinya tingkat pengetahuan mengenai tuak pada peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara tahun 2015 9 c. Diketahuinya sikap peminum tuak terkait konsumsi tuak di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara tahun 2015 d. Diketahuinya tradisi konsumsi tuak pada masyarakat Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara tahun 2015 e. Diketahuinya kepercayaan masyarakat terhadap tuak di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara tahun 2015 f. Diketahuinya kebiasaan keluarga mengonsumsi tuak di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara tahun 2015 g. Diketahuinya peran petugas kesehatan dalam mengatasi pola konsumsi tuak di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara tahun 2015 h. Diketahuinya keluhan kesehatan peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara tahun 2015. 10

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan acuan untuk melakukan penelitian sejenis yang lebih kompleks, seperti penelitian bivariat atau multivariat. 2. Manfaat Bagi Pemerintah dan Instansi Kesehatan Melalui penelitian ini, pemerintah dapat mengetahui faktor penyebab dominan masalah konsumsi tuak pada masyarakat Desa Lumban Siagian Jae sehingga pemerintah dapat memberikan penanggulangan yang tepat sasaran dan tepat guna dalam mengendalikan pola konsumsi tuak tersebut. 3. Manfaat Bagi Peminum Tuak Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi mengenai dampak konsumsi tuak sehingga para peminum tuak memiliki kemauan untuk mengendalikan perilaku mengonsumsi tuak.

F. Ruang Lingkup

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara pada bulan Desember 2014 sampai Mei 2015. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola dan faktor-faktor yang mendorong konsumsi tuak serta keluhan kesehatan yang 11 dirasakan peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara. Sampel yang diteliti adalah pria berusia 17 tahun ke atas yang telah mengonsumsi tuak sekurang-kurangnya selama satu tahun. Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi yang menggunakan desain studi cross sectional dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif serta metode simple random sampling untuk pengambilan sampel penelitian. 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Epidemiologi Konsumsi Alkohol

Epidemiologi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai distribusi, determinan dan perkembangan dari status atau kejadian kesehatan WHO, 2015. Konsumsi alkohol termasuk dalam cabang epidemiologi sosial, yaitu ilmu yang mempelajari status atau kejadian masalah kesehatan dengan mengintegrasikan aspek perilaku, struktur sosial, budaya, kepercayaan, agama, politik, ekonomi, demografi, biologi dan fisiologi sebagai faktor yang berpengaruh terhadap munculnya masalah kesehatan tersebut Hasanbasri, 2012. Berikut ini adalah model pendekatan epidemiologi sosial untuk menunjukkan hirarki faktor sosial yang mempengaruhi disparitas kesehatan Kaplan dalam Murti, 2009: 13 Gambar 1. Model determinan sosial hilir dan hulu bagi kesehatan individu dan kesehatan populasi Kaplan dalam Murti, 2009 Gambar di atas menunjukkan bahwa status kesehatan seseorang atau populasi bergantung kepada keadaan patofisiologi, dan patofisiologi tentunya dipengaruhi oleh lingkungan sosial, seperti tradisi, kebijakan dan sebagainya. Engel dalam Cwikel 2006 menyebutkan bahwa terapan epidemiologi yang hanya menggunakan model biomedis tidak sesuai untuk mengidentifikasi beberapa penyakit, seperti alkoholisme dan skizofrenia. Maka dari itu, epidemiologi sebaiknya mampu berbaur dengan aspek sosial sehingga tenaga 14 kesehatan tidak hanya mengetahui bakteri, jamur atau virus sebagai faktor penyebab penyakit, namun juga faktor-faktor sosial. Sebagaimana telah disebutkan bahwa epidemiologi merupakan ilmu tentang distribusi dan determinan masalah kesehatan, maka berikut ini adalah penjabaran mengenai distribusi peminum alkohol dan determinan konsumsi alkohol.

1. Distribusi Peminum Alkohol

Distribusi peminum alkohol dapat ditinjau melalui tiga variabel utama, yakni orang, tempat dan waktu.

a. Menurut Orang

Murray dan Lopez dalam Jernigan 2001 menyatakan bahwa sebesar 5 dari semua kematian di seluruh dunia yang terjadi pada usia 5 sampai 29 tahun disebabkan oleh penyalahgunaan alkohol. The Global Burden of Disease Study mendukung pernyataan tersebut dengan membuktikan bahwa penyalahgunaan alkohol jauh lebih umum terjadi di antara orang-orang muda Jernigan, 2001. Di seluruh dunia, peminum alkohol berat lebih sering ditemukan pada kelompok usia 15 sampai 19 tahun 11,7, dibandingkan dengan kelompok usia 15 tahun ke atas 7,5. Menurut jenis kelamin, proporsi peminum alkohol pada laki-laki lebih besar 21,5 dari pada perempuan 5,7 WHO, 2014. 15 Berdasarkan Riskesdas tahun 2007, diketahui bahwa prevalensi peminum alkohol di Indonesia sebesar 4,6 dimana laki-laki menyumbang persentase paling besar 4,9 dari pada perempuan 0,3. prevalensi peminum alkohol paling tinggi pada kelompok usia 25-34 tahun, yaitu 6,7 dan disusul oleh kelompok usia 15-24 tahun dan 35-44 tahun, yaitu sebesar 5,5. SDKI tahun 2012 menunjukkan bahwa berdasarkan jenis kelamin, prevalensi laki-laki jauh lebih besar 38,8 dari pada perempuan 4,6 dan berdasarkan usia, prevalensi kelompok usia 20-24 tahun lebih besar 60 dibandingkan dengan kelompok usia 15-19 tahun 33,7. Peminum alkohol, secara nasional maupun global, lebih banyak dari kalangan laki-laki dari pada perempuan. Namun, terdapat perbedaan menurut usia dimana peminum alkohol di dunia lebih banyak berasal dari kelompok usia remaja 15-19 tahun, sementara di Indonesia lebih banyak dari kelompok usia dewasa 25-34 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran untuk mengendalikan faktor risiko penyakit degeneratif pada usia dewasa di Indonesia masih rendah dibandingkan dengan seluruh dunia. 16

b. Menurut Tempat

Secara global, konsumsi alkohol paling tinggi berada di wilayah Eropa dan Amerika. Konsumsi alkohol menengah berada di wilayah Pasifik Barat dan Afrika. Selanjutnya konsumsi alkohol terendah ditemukan di Asia Tenggara dan Mediterania Timur WHO, 2014 Gambar 2. Distribusi peminum minuman keras di dunia Sumber: WHO, 2014 Menurut WHO 2014, perbedaan jumlah peminum alkohol berbeda-beda di setiap wilayah. Hal tersebut disebabkan karena interaksi berbagai faktor, baik dari faktor sosial, ekonomi, kepercayaan dan budaya. Misalnya adanya daerah yang didominasi oleh agama Islam sehingga larangan mengonsumsi alkohol sangat ditekankan. Menurut SDKI tahun 2012, di Indonesia, prevalensi peminum alkohol lebih besar berada di perkotaan 45,7 dari pada pedesaan 40,1. Sedangkan menurut Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa 17 peminum alkohol lebih banyak berada di pedesaan 5,1 dari pada di perkotaan 3,9. Hal ini juga dipengaruhi oleh adanya interaksi faktor baik internal maupun eksternal, misalnya pengetahuan atau budaya. Suhardi 2011 menyatakan bahwa daerah perkotaan dengan prevalensi peminum alkohol yang tinggi berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua Barat dan Papua. Daerah pedesaan dengan prevalensi peminum alkohol yang tinggi berada di Provinsi Sumatera Utara, Bali, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, Gorontalo dan Sulawesi Utara .

c. Menurut Waktu

Alkohol pada dasarnya dapat diminum kapan saja, tetapi terdapat beberapa waktu yang dapat meningkatkan jumlah peminum alkohol. National Single Window Indonesia 2012 menyatakan bahwa alkohol sering disajikan pada saat pesta dan perayaan, sehingga risiko meningkatnya jumlah peminum alkohol dapat terjadi pada saat seseorang mengadakan atau menghadiri pesta. Selain itu, musim liburan juga dapat meningkatkan jumlah peminum alkohol, karena sebagian orang membuat keputusan untuk berlibur dan bepergian jauh dari rumah untuk kemudian 18 membuat pesta dan menyajikan alkohol sebagai jamuan National Single Window Indonesia, 2012.

2. Determinan Konsumsi Alkohol