Gambaran Kebiasaan Konsumsi Tuak Dan Status Gizi Pada Pria Dewasa Di Desa Suka Maju Kecamtan Pahae Jae Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012

(1)

GAMBARAN KEBIASAAN KONSUMSI TUAK DAN STATUS GIZI PADA PRIA DEWASA DI DESA SUKA MAJU KECAMTAN PAHAE JAE

KABUPATEN TAPANULI UTARA TAHUN 2012

SKRIPSI Oleh :

UCI LELI MARDIA ARITONANG NIM. 081000043

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

GAMBARAN KEBIASAAN KONSUMSI TUAK DAN STATUS GIZI PADA PRIA DEWASA DI DESA SUKA MAJU KECAMTAN PAHAE JAE

KABUPATEN TAPANULI UTARA TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

UCI LELI MARDIA ARITONANG NIM. 081000043

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :

GAMBARAN KEBIASAAN KONSUMSI TUAK DAN STATUS GIZI PADA PRIA DEWASA DI DESA SUKA MAJU KECAMTAN PAHAE JAE

KABUPATEN TAPANULI UTARA TAHUN 2012

Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh : UCI LELI MARDIA ARITONANG

NIM. 081000043

Telah Diuji Dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 28 Juni 2012

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si Dra. Jumirah, Apt, MKes NIP. 19670613 199303 1 004 NIP. 19580315 198811 2 001

Penguji II Penguji III

dr. Mhd. Arifin Siregar, MS Fitri Ardiani, SKM, MPH NIP. 19581111 198703 1 004 NIP. 19820729 200812 2 002

Medan, Juli 2012

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan,

Dr. Drs. Surya Utama, MS NIP. 19610831 198903 1 001


(4)

ABSTRAK

Tuak merupakan minuman tradisional yang diperoleh dari hasil fermentasi nira dari pohon aren dan pohon kelapa. Minum tuak bagi laki-laki dewasa di masyarakat Batak Toba telah menjadi tradisi turun-temurun.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kebiasaan konsumsi tuak dan status gizi pada pria dewasa di Desa Suka Maju Kecamatan Pahae Jae Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2012. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross-sectional. Sampel penelitian terdiri atas 40 pria dewasa usia 19-55 tahun yang mengonsumsi tuak minimal 1 kali dalam seminggu. Data tentang kebiasaan konsumsi tuak diperoleh melalui wawancara langsung dan konsumsi energi dan protein diperoleh dengan menggunakan food recall. Berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) pria dewasa diperoleh melalui pengukuran.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (35%) pria dewasa di Desa Suka Maju mengonsumsi tuak dengan frekuensi 2-3 kali dalam seminggu. Akan tetapi, sebanyak 20% mereka mengonsumsi lebih dari 7 kali dalam seminggu. Sebanyak 45% mereka mengonsumsi tuak dengan kuantitas 2-3 botol (640 ml), sementara ada 17,5% pria dewasa yang mengonsumsi tuak 4 sampai 5 botol (640 ml). Sebagian besar (75%) mereka mengonsumsi tuak pada malam hari. Dalam hal kuantitas konsumsi energi dan protein pria dewasa berada pada kategori sangat rendah yaitu masing-masiing 45% dan 75%. Gambaran status gizi pria dewasa pengonsumsi tuak mayoritas berstatus gizi normal (62,5%).

Disarankan kepada pihak Puskesmas perlu melakukan penyuluhan agar tuak dikonsumsi pada saat upacara adat saja sehingga masyarakat tidak mengonsumsi tuak yang berlebihan. Selain itu perlu adanya sosialisasi Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) kepada masyarakat agar mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi. Kata kunci: kebiasaan konsumsi tuak, status gizi, pria dewasa


(5)

ABSTRACT

Tuak is a traditional drink made from fermented nira from palm and coconut trees. Drinking tuak for adult males in the Batak Toba has been a tradition from generation to generation.

This research aims to know the description of tuak consumption habits and nutritional status in adult men in Suka Maju Village of Pahae Jae Subregency of North Tapanuli Regency in 2012. This study was a descriptive with cross-sectional design. Research sample consisted of 40 adult men ages 19 to 55 years who consumed tuak at least 1 time a week. Data of tuak consumption habits gleaned through direct interviews and consumption of energy and protein was obtained by using a food recall. Weight and height adult men obtained through measurement.

The results of this research showed that the most of adult men in Suka Maju Villages (35%) consumed tuak with frequency 2-3 times a week. However, there is 20% adult men who was consumed tuak with frequancy more than 7 times a week. In addition there is 45% adult men who was consumed tuak with the quantity 2-3 bottles (640 ml). Meanwhile, there is a 17,5% adult men who was consumed tuak with the quantity 4-5 bottles (640 ml). In majority (75%) they consumed tuak at night. In this case, the quantity consumption of calory and protein for adult men was in the low categories, where in each other were 45% and 75%. In majority, the descriptive of adult men nutritional status who was consumed tuak was in normal categories (62,5%).

It is recommended to the Public Health Center to make the illumination that tuak should be consumed during a traditional ceremony so public did not consume tuak excessively. In addition, it is good to sosialize the balance nutrition general guidelines to the public to comsume the healthy and nutritious food.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Uci Leli Mardia Aritonang

Tempat/Tanggal Lahir : Simangumban, 16 November 1989

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin Jumlah Bersaudara : 6 (Enam)

Alamat Rumah : Jl. Dr. Mansyur No.86 Medan

Alamat Orang Tua :Jl. Sipirok Tarutung II Kecamatan Pahae Jae Kabupaten Tapanuli Utara

Riwayat Pendidikan

Tahun 1996 – 2002 : SD Negeri No. 173243 Aek Botik

Tahun 2002 – 2005 : Madrasah Tsanawiyah Swasta Darul Mursyid Sipirok Tahun 2005 – 2008 : Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan

Tahun 2008 – 2012 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan

Riwayat Organisasi

Tahun 2009 – 2010 : Wakil Sekretaris Umum KOHATI HMI FKM USU Tahun 2010 – 2011 : Wakil Bendahara Umum KOHATI HMI FKM USU


(7)

KATA PENGNTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul “Gambaran Kebiasaan Konsumsi Tuak dan Status Gizi pada Pria Dewasa di Desa Suka Maju Kecamatan Pahae Jae Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta, Bapak Dalen Aritonang, S. Pd dan Ibu Rosmawati Sitompul yang tiada henti memberikan kasih sayang, mendoakan penulis tiada henti, serta selalu memberikan bimbingan, arahan dan motivasi kepada penulis dalam menuliskan skripsi ini.

Selanjutnya tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU sekaligus Dosen Pembimbing I dan Ketua Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dan selalu sabar untuk memberikan dukungan dan bimbingan yang sangat menginspirasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(8)

3. Ibu Dra. Jumirah, Apt., M. Kes selaku dosen pembimbing II dan dosen penguji I yang selalu sabar dalam memberikan pengarahan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak dr. Mhd. Arifin Siregar, MS selaku dosen penguji II yang telah banyak memberikan saran yang membangun dan arahan dalam penulisan skripsi ini. 5. Ibu Fitri Ardiani, SKM, MPH selaku dosen penguji III yang telah banyak

memberikan saran yang membangun dan arahan dalam penulisan skripsi ini. 6. Ibu Ir. Evi Naria, M. Kes selaku dosen pembimbing akademik penulis.

7. Seluruh dosen dan pegawai administrasi di lingkungan FKM USU khususnya dosen Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU dan Bapak Marihot Samosir S.T. yang telah sabar memberi masukan serta membantu penulis dalam segala urusan administrasi.

8. Bapak Jamson Sinaga selaku kepala Desa Suka Maju Kecamatan Pahae Jae dan seluruh masyarakat Desa Suka Maju yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah meluangkan waktunya membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.

Selanjutnya, secara khusus penulis juga mengucapkan terima kasih yang tulus kepada :

1. Kakanda Khairunnisa Aritonang, S. Pd dan Romayanti Aritonang, S. Pd yang selalu memberikan arahan dan dukungan yang tiada henti serta adik-adikku tersayang Nona, Tiwi dan Aminul yang selalu mendoakan penulis tiada henti dalam penulisan skripsi ini.


(9)

2. Teman dekatku Roysam Azmal Sitanggang, S. Ked yang telah banyak membantu dalam memberikan saran, arahan dan motivasi yang tiada henti dalam penulisan skripsi ini.

3. Kakanda Ade Mejuliadi yang telah banyak membantu dalam memberikan saran dan motivasi yang tiada henti dalam penulisan skripsi ini.

4. Teman-temanku dari peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat Nazwa, Diza, Dewi, Diba, Tami, Riska, Kak Jannah, Kak Yusi, Dinnya, Riama, Ithy, Kak Cut, Kak Lia, Kak Rina, Kak Christine, Ervina, dan teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu dalam memberikan saran dan kritik yang membangun sehingga menambah inspirasi penulis untuk penulisan skripsi ini.

5. Sahabat-sahabatku Yuni, Anggi, Syafni, Pivit, Ayu, Lista, Ami, Nisa yang selalu memberi motivasi dan doa dalam penulisan skripsi ini.

6. Adik-adik kosku Tami, Wulan, Novi dan Arnis yang selalu memberikan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2012 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel... x

Daftar Gambar ... xii

Daftar Lampiran ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1. Tujuan Umum ... 7

1.3.2. Tujuan Khusus ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebiasaan Mengkonsumsi Tuak ... 8

2.1.1. Tuak ... 8

2.1.2. Arti Tuak bagi Suku Batak ... 9

2.1.3. Proses Pembuatan Tuak ... 10

2.1.4. Alkohol ... 11

2.1.5. Kebiasaan Konsumsi Tuak ... 12

2.2. Pengaruh Tuak (Alkohol) terhaadap Saluran Cerna ... 15

2.3. Kaitan Kebiasaan Konsumsi Tuak dengan Status Gizi ... 17

2.4. Pola Makan Orang Dewasa ... 19

2.5. Tambul ... 20

2.6. Penilaian Status Gizi ... 21

2.6.1. Indeks Massa Tubuh (IMT) ... 22

2.7. Kerangka Konsep ... 24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 25

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 25

3.3. Populasi dan Sampel ... 25

3.3.1. Populasi... 25

3.3.2. Sampel ... 26

3.4. Instrumen Penelitian ... 26

3.5. Pengumpulan Data ... 26

3.5.1. Data Primer ... 26

3.5.2. Data Sekunder ... 27

3.6. Defenisi Operasional ... 27


(11)

3.8. Pengolahan dan Analisa Data... 29

3.8.1. Pengolahan Data... 29

3.8.2. Analisa Data ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 31

4.1.1. Geografis ... 31

4.1.2. Demografi ... 31

4.2. Gambaran Karakteristik Responden ... 32

4.2.1. Umur ... 32

4.2.2. Pendidikan ... 33

4.2.3. Pekerjaan ... 34

4.3. Kebiasaan Konsumsi Tuak ... 34

4.4. Konsumsi Energi dan Protein ... 36

4.4.1. Kuantitas Konsumsi Energi ... 36

4.4.2. Kuantitas Konsumsi Protein ... 36

4.5. Status Gizi Responden ... 37

4.5.1. Status Gizi Responden Berdasarkan Kuantitas Konsumsi Energi .... 38

4.5.2. Status Gizi Responden Berdasarkan Kuantitas Konsumsi Protein .... 39

4.6. Kaitan Kebiasaan Konsumsi Tuak dan Status Gizi Pria Dewasa ... 39

4.6.1. Frekuensi Konsumsi Tuak dengan Status Gizi Pria Dewasa ... 40

4.6.2. Kuantitas Konsumsi Tuak dengan Status Gizi Pria Dewasa ... 40

4.6.3. Waktu Konsumsi Tuak dengan Status Gizi Pria Dewasa ... 41

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Pria Dewasa yang Mengonsumsi Tuak di Desa Suka Maju ... 43

5.2. Kebiasaan Konsumsi Tuak pada Pria Dewasa ... 44

5.3. Konsumsi Energi dan Protein pada Pria Dewasa ... 50

5.4. Status Gizi Pria Dewasa yang Mengonsumsi Tuak ... 51

5.5. Kaitan Kebiasaan Konsumsi Tuak dan Status Gizi Pria Dewasa ... 53

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 55

6.2. Saran ... 56 DAFTAR PUSTAKA


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia ... 23 Tabel 3.1. Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia ... 29 Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Suka

Maju Kecamatan Pahae Jae Tahun 2012 ... 31 Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama di Desa Suka Maju

Kecamatan Pahae Jae Tahun 2012 ... 32 Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku di Desa Suka Maju

Kecamatan Pahae Jae Tahun 2012 ... 32 Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Desa Suka Maju

Tahun 2012 ... 33 Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Desa Suka Maju

Tahun 2012 ... 33 Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Tahun 2012 ... 34 Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi, Kuantitas dan Waktu Responden Konsumsi

Tak di Desa Suka Maju Tahun 2012 ... 35 Tabel 4.8. Distribusi Tingkat Konsumsi Energi Responden di Desa Suka Maju

Tahun 2012 ... 36 Tabel 4.9. Distribusi Tingkat Konsumsi Protein Responden di Desa Suka Maju

Tahun 2012 ... 37 Tabel 4.10. Distribusi Status Gizi Responden di Desa Suka Maju Tahun 2012 . .37 Tabel 4.11. Tabulasi Silang antara Kuantitas Konsumsi Energi dan Status Gizi

Responden di Desa Suka Maju Tahun 2012 ... 38 Tabel 4.12. Tabulasi Silang antara Kuantitas Konsumsi Protein dan Status Gizi

Responden di Desa Suka Maju Tahun 2012 ... 39 Tabel 4.13. Tabulasi Silang antara Frekuensi Konsumsi Tuak dengan Status Gizi


(13)

Tabel 4.14. Tabulasi Silang antara Kuantitas Konsumsi Tuak dengan Status Gizi Responden di Desa Suka Maju Tahun 2012 ... 41 Tabel 4.15. Tabulasi Silang antara Waktu Konsumsi Tuak dengan Status Gizi


(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 24


(15)

DAFTAR LAMPIRAN 1. Kuesioner Penelitian

2. Formulir Food Recall 24 jam

3. Master data Kebiasaan Konsumsi Tuak dan Status Gizi Pria Dewasa di Desa Suka Maju Kecamatan Pahae Jae Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012

4. Ouput Hasil Tabulasi Silang

5. Tingkat Kecukupan Energi dan Protein pada Pria Dewasa di Desa Suka Maju Kecamatan Pahae Jae Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012

6. Dokumentasi Penelitian

7. Surat Keterangan Telah Selesai Melaksanakan Penelitian di Desa Suka Maju Kecamatan Pahae Jae Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012


(16)

ABSTRAK

Tuak merupakan minuman tradisional yang diperoleh dari hasil fermentasi nira dari pohon aren dan pohon kelapa. Minum tuak bagi laki-laki dewasa di masyarakat Batak Toba telah menjadi tradisi turun-temurun.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kebiasaan konsumsi tuak dan status gizi pada pria dewasa di Desa Suka Maju Kecamatan Pahae Jae Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2012. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross-sectional. Sampel penelitian terdiri atas 40 pria dewasa usia 19-55 tahun yang mengonsumsi tuak minimal 1 kali dalam seminggu. Data tentang kebiasaan konsumsi tuak diperoleh melalui wawancara langsung dan konsumsi energi dan protein diperoleh dengan menggunakan food recall. Berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) pria dewasa diperoleh melalui pengukuran.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (35%) pria dewasa di Desa Suka Maju mengonsumsi tuak dengan frekuensi 2-3 kali dalam seminggu. Akan tetapi, sebanyak 20% mereka mengonsumsi lebih dari 7 kali dalam seminggu. Sebanyak 45% mereka mengonsumsi tuak dengan kuantitas 2-3 botol (640 ml), sementara ada 17,5% pria dewasa yang mengonsumsi tuak 4 sampai 5 botol (640 ml). Sebagian besar (75%) mereka mengonsumsi tuak pada malam hari. Dalam hal kuantitas konsumsi energi dan protein pria dewasa berada pada kategori sangat rendah yaitu masing-masiing 45% dan 75%. Gambaran status gizi pria dewasa pengonsumsi tuak mayoritas berstatus gizi normal (62,5%).

Disarankan kepada pihak Puskesmas perlu melakukan penyuluhan agar tuak dikonsumsi pada saat upacara adat saja sehingga masyarakat tidak mengonsumsi tuak yang berlebihan. Selain itu perlu adanya sosialisasi Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) kepada masyarakat agar mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi. Kata kunci: kebiasaan konsumsi tuak, status gizi, pria dewasa


(17)

ABSTRACT

Tuak is a traditional drink made from fermented nira from palm and coconut trees. Drinking tuak for adult males in the Batak Toba has been a tradition from generation to generation.

This research aims to know the description of tuak consumption habits and nutritional status in adult men in Suka Maju Village of Pahae Jae Subregency of North Tapanuli Regency in 2012. This study was a descriptive with cross-sectional design. Research sample consisted of 40 adult men ages 19 to 55 years who consumed tuak at least 1 time a week. Data of tuak consumption habits gleaned through direct interviews and consumption of energy and protein was obtained by using a food recall. Weight and height adult men obtained through measurement.

The results of this research showed that the most of adult men in Suka Maju Villages (35%) consumed tuak with frequency 2-3 times a week. However, there is 20% adult men who was consumed tuak with frequancy more than 7 times a week. In addition there is 45% adult men who was consumed tuak with the quantity 2-3 bottles (640 ml). Meanwhile, there is a 17,5% adult men who was consumed tuak with the quantity 4-5 bottles (640 ml). In majority (75%) they consumed tuak at night. In this case, the quantity consumption of calory and protein for adult men was in the low categories, where in each other were 45% and 75%. In majority, the descriptive of adult men nutritional status who was consumed tuak was in normal categories (62,5%).

It is recommended to the Public Health Center to make the illumination that tuak should be consumed during a traditional ceremony so public did not consume tuak excessively. In addition, it is good to sosialize the balance nutrition general guidelines to the public to comsume the healthy and nutritious food.


(18)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Status gizi yang diartikan sebagai keadaan kesehatan fisik seseorang atau sekelompok orang yang ditentukan dengan salah satu atau kombinasi dari ukuran-ukuran gizi tertentu. Masalah gizi terjadi akibat dari ketidakseimbangan gizi yang masuk ke dalam tubuh seseorang, sehingga dapat terjadi kurang gizi dan gizi lebih, kedua masalah ini dapat mengakibatkan status kesehatan juga buruk.

Persoalan kurang gizi disebabkan karena tidak tersedianya zat-zat gizi dalam kualitas dan kuantitas yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh sedangkan gizi lebih disebabkan karena zat-zat gizi dalam tubuh melebihi kebutuhan tubuh. Kecukupan zat-zat gizi ini pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi, dan makanan yang dikonsumsi pada gilirannya amat ditentukan oleh kebiasaan yang bertalian dengan makanan. Kebiasaan makan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan makanan telah ditanamkan sejak awal pertumbuhan manusia yang berakar dalam setiap kebudayaan manusia. Oleh sebab itu, berbicara mengenai kebiasaan makan berarti juga berbicara mengenai kebudayaan masyarakat (Hendra, 2008).

Kebiasaan pemberian makanan yang terjadi karena kekurangtahuan, tahyul, dan adanya kepercayaan yang salah, dalam beberapa hal haruslah dianggap sebgai faktor yang bertanggung jawab dalam memperberat masalah gizi masyarakat, karena sebagian diketahui bahwa kebiasaan makan dalam anggota kelompok memberikan dampak pada distribusi makanan antar anggota kelompok dan mutu serta jumlah


(19)

anggota hampir selalu didasarkan pada status hubungan anggota, bukan atas dasar pertimbangan-pertimbangan gizi (Khumaidi,1994). Pada dasarnya ada dua faktor utama yang memengaruhi kebiasaan makan manusia, yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor instrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam diri manusia itu sendiri seperti asosiasi emosional, keadaan jasmani, keadaan jiwa dan penilaian terhadap makanan, sedangkan faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari luar diri manusia seperti lingkungan sosial, alam, budaya, agama dan ekonomi.

Di daerah Pulau Sumatra bagian utara terutama di Tapanuli Utara merupakan tempat berdiamnya suku Batak Toba. Suku Batak merupakan salah satu dari sekian banyak suku-suku yang ada di Indonesia dan mempunyai tingkat kebudayaan yang tinggi pula. Suku Batak dalam kemajemukannya memiliki cara hidup yang berbeda dari suku-suku lain. Dalam hal tertentu orang Batak sangat terikat oleh adat istiadat mereka dan itu tidak meluntur sekalipun mereka hidup di luar kampung halamannya.

Orang Batak juga sangat senang dalam berkumpul, bila orang Batak terutama kaum laki-laki berkumpul biasanya mereka senang untuk minum tuak.Di sekitar tempat orang Batak biasanya banyak warung tuak atau yang lebih dikenal dengan lapo tuak, kebiasaan minum tuak merupakan salah satu kebudayaan batak.

Alkohol adalah bahan yang mempunyai efek farmakologik dan cenderung menimbulkan ketergantungan serta dapat berinteraksi dengan obat lain. Dalam minuman beralkohol terdapat etil alkohol atau etanol berupa cairan jernih, tidak berwarna dan rasanya pahit. Alkohol dapat diperoleh melalui proses fermentasi oleh mikroorganisme, gula, sari buah, biji-bijian, madu, umbi-umbian dan getah kaktus. Di Indonesia ada beberapa minuman yang mengandung kadar alkohol seperti bir,


(20)

wiski,brandy, minuman tradisional seperti ciu, saguer dan tuak, masing-masing minuman tersebut mengandung kadar alkohol yang berbeda-beda (Tiur, 2008).

Menurut catatan arkeologik, minuman beralkohol sudah dikenal manusia sejak kurang lebih 5000 tahun yang lalu. Alkohol merupakan penekan susunan saraf pusat tertua , dan bersama-sama kafein dan nikotin merupakan zat kimia yang paling banyak digunakan manusia. Alkohol paling berbahaya dibandingkan kafein dan nikotin. Minuman beralkohol merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari pada kebudayaan tertentu sehingga istilah drinking mempunyai arti minum minuman keras atau minuman beralkohol (Joewana,1989).

Tuak merupakan minuman tradisional yang dijumpai pada beberapa daerah di Sumatera Utara, yang diperoleh dari hasil fermentasi nira aren dan nira kelapa. Tuak sebagai minuman tradisional telah menjadi turun-temurun, dimana konsumsi tuak sangat sulit dihilangkan dari kebiasaan masyarakat. Tuak berposisi sebagai minuman khas Batak Toba, karena meminum tuak bagi orang batak adalah sebagai lambang pergaulan dan simbol secara adat.

Tuak diproduksi secara tradisional, sehingga sulit untuk mengetahui dan mengontrol kadar alkohol yang ada di dalam minuman tersebut. Tetapi secara umum Sunanto (1993) melaporkan bahwa tuak hasil fermentasi nira aren yang diperdagangkan dan dikonsumsi di Sumatera Utara rata-rata mengandung alkohol 4 %. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 151/A/SK/V/81 bahwa minuman atau obat tradisional yang tergolong dalam minuman keras adalah yang mengandung alkohol > 1 %. Dengan demikian tuak merupakan minuman beralkohol yang tidak jauh berbeda dengan minuman keras lainnya. Berdasarkan konsentrasi alkohol yang


(21)

terkandung dalam tuak tersebut maka diduga bahwa masyarakat yang mengkonsumsi secara terus-menerus akan dapat menimbulkan gangguan kesehatan.

Berdasarkan data Riskesdas Desember 2007 Sumatera Utara (16.864 RT) prevalensi konsumsi alkohol 12 bulan terakhir adalah 6.1% dan prevalensi konsumsi alkohol 1 bulan terakhir adalah 4,4%. Sedangkan di Tapanuli Utara (640 RT) prevalensi konsumsi alkohol 12 bulan terakhir adalah 17.8% dan prevalensi konsumsi alkohol 1 bulan terakhir adalah 13,9%. Berdasarkan daerah, di Sumatera Utara prevalensi peminum alkohol 12 bulan terakhir lebih tinggi pada daerah pedesaan sebesar 7.7% dan konsumsi alkohol 1 bulan terakhir adalah 5,5% sedangkan di perkotaan prevalensi peminum alkohol 12 bulan terakhir sebesar 4,2% dan konsumsi alkohol 1 bulan terakhir adalah 3,0%.

Konsumsi alkohol dalam jumlah sedikit tidak terlalu berpengaruh terhadap status gizi. Penelitian Breslow (2005) menyatakan bahwa konsumsi minuman beralkohol dengan kuantitas sedikit tidak mempengaruhi IMT. Hal ini berarti status gizi berada pada batas normal.

Mengkonsumsi alkohol terlalu sering dengan kuantitas yang banyak dapat merusak organ-organ tubuh, kemudian dapat merusak sistem dari organ-organ tersebut terutama pada gastrointestinal. Kerusakan pada gastrointestinal trsebut menyebabkan rusaknya saluran usus, gastritis, diare dan mual muntah. Keempat hal tersebut memengaruhi penyerapan zat-zat gizi oleh tubuh sehingga dapat menyebabkan gejala-gejala kurang gizi. Konsumsi alkohol yang berlebihan juga dapat menyebabkan nafsu makan berkurang, karena ada rasa kenyang akibat adanya etanol yang terkandung di dalam alkohol. Etanol memiliki kandungan energi yang


(22)

tinggi, yaitu menghasilkan kira-kira 7,1 kkal/g pada oksidasi, nilai ini terletak di antara senyawa karbohidrat dan lemak. Hal inilah yang menyebabkan pola makan terganggu dan kebutuhan tubuh akan zat-zat gizi tidak terpenuhi, sehingga dapat mengakibatkan kurang gizi.

Di sisi lain, minuman beralkohol dapat meningkatkan risiko obesitas. Hal ini dikarenakan minuman beralkohol adalah energi padat dan tidak dapat menggantikan makanan, melainkan ditambahkan ke total asupan energi harian. Selain itu, penghambatan oksidasi karbohidrat dan lemak berpotensi meningkatkan penyimpanan lemak di dalam tubuh.

Berdasarkan penelitian Tolstrub (1997) pada 25.325 pria dan 24.552 wanita usia 50-65 tahun di Denmark ada hubungan positif antara jumlah alkohol yang dikonsumsi dengan kejadian obesitas.

Hal ini sejalan dengan penelitian Wannamethee dan Shaper (2003) pada 6.832 pria dewasa muda di Inggris bahwa pria peminum alkohol berat (konsumsi alkohol lebih dari 30 gram) menunjukkan berat badan dan indeks massa tubuh tertinggi.

Penduduk Desa Suka Maju sebagian besar bermatapencaharian bertani. Mereka memenuhi kebutuhan pokok dengan menjual hasil pertanian. Setiap sore setelah pulang dari sawah atau ladang kaum laki-laki langsung ke lapo tuak untuk meminum tuak yang disertai dengan tambul (sejenis cemilan) yaitu daging babi, ular, anjing dan biawak baik itu dijadikan sop ataupun digoreng. Biaasanya mereka meminum tuak sambil bernyayi, berbincang-bincang membahas masalah adat, kondisi ladang, politik, maupun masalah-masalah yang terjadi di Desa Suka Maju.


(23)

Kebiasaan minum tuak yang dijumpai di lapo-lapo tuak di Desa Suka Maju, cenderung tidak sesuai dengan yang seharusnya. Tuak seharusnya hanya diminum dalam prosesi adat, misalnya pernikahan atau kematian. Itupun tak lebih dari satu gelas saja, dan sebaiknya diminum siang hari setelah makan. Sementara mereka minum tuak dengan jumlah lebih dari satu gelas bahkan lebih dari 5 gelas untuk sekali minum. Biasanya mereka membeli tuak per botol bir , satu botol bir bisa berisi dua stengah gelas tuak. Bahkan kebanyakan dari mereka mengkonsumsi tuak sebelum makan, padahal kandungan alkohol dalam tuak tersebut cukup besar. Pria lebih sering mengkonsumsi alkohol daripada wanita baik di negara berkembang maupun di negara maju, termasuk di Desa Suka Maju khususnya sebagai daerah penelitian. Berdasarkan hasil survei awal di lapangan, peneliti melihat pria dengan kebiasaan konsumsi tuak di Desa Suka Maju kurus akibat konsumsi tuak yang berlebihan dan ada juga yang memiliki berat badan lebih. Sebagian dari mereka ada yang menderita gastritis, diare dan sirosis hati.

Oleh karena itu, perhatian terhadap kebiasaan konsumsi tuak dan masalah status gizi adalah hal yang penting. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis ingin mengetahui gambaran kebiasaan konsumsi tuak dan status gizi pada pria dewasa di Desa Suka Maju Kecamatan Pahae Jae Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2012.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana gambaran kebiasaan konsumsi tuak dan status gizi pada pria dewasa di Desa Suka Maju Kecamatan Pahae Jae Tapanuli Utaara tahun 2012”.


(24)

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1.Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran kebiasaan konsumsi tuak dan status gizi pada pria dewasa di Desa Suka Maju Kecamatan Pahae Jae Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2012.

1.3.2.Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui frekuensi konsumsi tuak pada pria dewasa di Desa Suka Maju Kecamatan Pahae Jae Kabupaten Tapanuli Utara.

2. Untuk mengetahui kuantitas konsumsi tuak pada pria dewasa di Desa Suka Maju Kecamatan Pahae Jae Kabupaten Tapanuli Utara.

3. Untuk mengetahui waktu konsumsi tuak pada pria dewasa di Desa Suka Maju Kecamatan Pahae Jae Kabupaten Tapanuli Utara.

4. Untuk mengetahui kuantitas energi dan protein yang dikonsumsi oleh pria dewasa yang mengonsumsi tuak di Desa Suka Maju Kecamatan Pahae Jae Kabupaten Tapanuli Utara

1.4.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah agar masyarakat mengetahui dampak dan bahaya konsumsi tuak yang berlebihan terhadap kesehatan yang bisa berpengaruh terhadap status gizi, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi penduduk Desa Suka Maju untuk merubah kebiasaan mereka.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kebiasaan Mengkonsumsi Tuak

2.1.1. Tuak

Tuak adah minuman beralkohol khas Batak, yang terbuat dari batang kelapa atau batang aren yang di ambil airnya kemudian dicampurkan dengan raru. Ada juga tuak yang tidak dicampur dengan raru atau yang disebut dengan tuak tangkasan, tuak ini dahulu dipakai untuk upacara adat (Ikagemi, 1997).

Menurut Siahaan (1982), tuak tangkasan berasal dari mayang bagot yang mana pohon bagot ini dulunya berasal dari seorang putri yang bernama Putri si boru Sorbajati yang dipaksa orang tuanya kawin dengan seorang laki-laki cacat yang tidak disukainya. Tetapi karena tekanan orang tua yang sudah menerima uang mahar, si boru Sorbajati meminta agar dibunyikan gendang dimana dia menari dan akan menentukan sikap. Sewaktu menari di rumah, tiba-tiba dia melompat ke halaman sehingga terbenam ke dalam tanah. Kemudian dia menjelma tumbuh sebagai pohon bagot, sehingga tuak itu disebut aek (air) Sorbajati. Karena perbuatan bunuh diri itu dianggap sebagai perbuatan terlarang, maka tuak tidak dimasukkan pada sajian untuk Dewata. Tuak hanya menjadi sajian untuk roh-roh nenek moyang.

Dahulu tuak bukanlah sebuah minuman yang dapat diperdagangkan tetapi hanya untuk diminum sendiri, sesudah zaman nomensen maka perubahan terjadi dimana tuak sudah mulai diperdagangkan. Laki laki batak pada masa lampau sesudah bekerja di sawah ataupun diladang mereka kemudian berkumpul melepaskan lelah sambil bercerita-cerita. Saat itu dari pihak keluarga ada saja yang menyuguhkan tuak,


(26)

percakapan mereka dapat melingkupi hal-hal yang berhubungan dengan adat, politik, keluarga, agama, masalah pertanian, maupun masalah-masalah lainnya,serta sekaligus tempat untuk menanamkan pengetahuan terhadap budaya Batak.

Dalam perkembangan selanjutnya terasa bahwa tempat-tempat berkumpul orang Batak sudah tidak ideal lagi, serta lingkungan sudah tidak lagi mendukung untuk memberikan tuak secara gratis kepada masyarakat, maka timbullah istilah lapo yang berasal dari kata lepau dan yang berarti kedai tempat berjualan dan yang mana kedai ini lebih terkenal dengan istilah lapo tuak, di lapo inilah orang batak biasanya bertemu selepas pulang bekerja untuk bersantai sambil bercerita,bernyanyi dan sambil menikmati tuak dan tambul diantaranya daging babi, anjing, biawak dan ular. Tambul ini disajikan oleh pemilik lapo atau dibawa sendiri oleh peminum yang datang ke lapo tersebut.

2.1.2. Arti Tuak bagi Suku Batak

Tuak adalah minuman penting di kawasan Tapanuli Utara diminum waktu santai, pesta, kelahiran anak, perkawinan, kematian, musyawarah dan juga sebagai obat.

Orang yang baru pulang bekerja terutama kaum laki-laki biasanya akan singgah terlebih dahulu di lapo tuak, sambil bersantai dan berbincang bincang dengan rekan kerjanya. Biasanya Suku Batak dalam sebuah pesta akan menghadirkan tuak, menurut mereka seandainya orang minum tuak akan semakin lancar dalam berbicara dan orang tersebut akan dapat mengungkapkan apapun yang ada dalam perasaannya.


(27)

Tuak mempunyai arti yang khusus bagi Suku Batak karena tuak dapat digunakan sebagai sarana keakraban, sebagai pengungkapan rasa terima kasih dan juga minuman persahabatan.

Pada masa lampau, ibu-ibu yang sedang hamil atau baru melahirkan akan diberikan tuak untuk diminum dengan harapan ASI (Air Susu Ibu) dapat keluar dengan banyak. Hal ini akan menyebabkan anak yang dilahirkan menjadi kuat karena tidak kehabisan ASI sebelum waktunya . Selain itu ibu-ibu yang baru melahirkan juga diberi makanan berupa ayam cincang yang dicampur dengan tuak, makanan tersebut diberi nama bangun-bangun, manfaatnya agar ibu-ibu yang baru melahirkan menjadi pulih kembali kekuatannya. Namun sekarang sudah tidak diberi lagi, dengan alasan meminum tuak dapat mengakibatkan perasaan pening pada ibu-ibu yang mengkonsumsinya.

2.1.3. Proses Pembuatan Tuak

Proses pembuatan tuak dibagi menjadi dua yaitu ada tuak yang terbuat dari batang aren dan batang kelapa, masing-masing pembuat tuak atau yang disebut dengan paragat mempunyai resep masing-masing dalam membuat tuak, biasanya resep ini akan turun-temurun kepada anak-anak pembuat tuak tersebut.

Tuak yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Tapanuli Utara adalah tuak yang terbuat dari batang aren atau dalam bahasa bataknya bagot. Tuak merupakan sadapan yang diambil dari mayang enau atau aren (Arenga pinnata). Kalau dalam bahasa Indonesia, sadapan dari enau atau aren disebut nira. Komponen utama nira adalah air (88,85 %), karbohidrat dalam bentuk sukrosa (10,02%), protein (0,23%),


(28)

lemak (0,02%), dan mineral (0,03%) yaitu kalsium dan fosfor. Kerusakan nira disebabkan akibat aktivitas bakteri (Acetobacter sp) dan khamir (Saccharomyces sp) yang dapat memfermentasi sukrosa menjadi alkohol (Halim, 2008).

Tuak yang ditampung pagi hari dikumpulkan, setelah uji coba rasanya, paragat memasukkan ke dalam bak tuak sejenis kulit kayu yang disebut raru supaya cocok rasanya. Kadar alkohol dalam tuak yang dibiarkan lama sebanyak 10 % (Mustafa,1983), sedangkan menurut Sunanto (1993) kadar alkohol (etanol) dalam tuak yang diperdagangkan dan dikonsumsi di Sumatera Utara rata- rata 4 %.

Komposisi zat gizi setiap satu gelas tuak adalah energi (110,0 kkal), protein (1,3 gr), alkohol (10,3 gr), lemak (0,52 gr), kalsium (10,4 mg) dan fosfor (83,2 mg). Sedangkan untuk alkohol dapat menghasilkan 7,1 kkal/ gr alkohol dalam setiap oksidasinya.

2.1.4. Alkohol

Alkohol adalah zat yang diperoleh atas peragian atau fermentasi madu, gula, sari buah atau umbi-umbian. Dari peragian tersebut akan diperoleh alkohol mencapai 15% tetapi dengan proses penyulingan atau destilasi dapat dihasilkan kadar alkohol yang lebih tinggi bahkan mencapai 100% (Joewana,1989).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 86/Menkes/Per/IV/77 tentang minuman keras, minuman beralkohol dikategorikan sebagai minuman keras dan dibagi menjadi 3 golongan berdasarkan persentase kandungan etanol volume per volume pada suhu 200C. Minuman dengan kadar etanol 1 -5 % dikategorikan sebagai minuman keras golongan A, minuman dengan kadar etanol lebih dari 5 % sampai


(29)

dengan 20 % tergolong minuman keras golongan B sedangkan minuman dengan kadar etanol golongan C mengandung etanol lebih dari 20 % sampai 55 %.

Substansi alkohol yang biasa diminum adalah golongan etanol atau etil alkohol dengan rumus kimia CH3CH2OH. Etanol merupakan cairan yang jernih tidak berwarna, terasa membakar pada mulut dan tenggorokan bila ditelan. Etanol mudah sekali larut dalam air dan sangat potensial untuk menghambat sistem saraf pusat (Darmono, 2008).

Menurut Sipahutar (2009) yang mengutip pendapat Neinstein, etanol adalah bentuk molekul sederhana dari alkohol yang sangat mudah diserap dalam saluran pencernaan mulai dari mulut, esofagus, lambung, sampai usus halus. Daerah saluran pencernaan yang paling banyak menyerap alkohol adalah bagian proksimal usus halus, disini juga diserap vitamin B yang larut dalam air, kemudian dengan cepat beredar dalam darah. Minum minuman beralkohol berarti mengkonsumsi antara 10-12 gram etanol.

Mengkomsumsi alkohol dalam jumlah yang banyak akan menyebabkan ketergantungan dan toleransi terhadap jumlah dari alkohol yang dikomsumsi. Konsumsi alkohol dalam jangka yang lama dan jumlah yang berlebihan bisa merusak berbagai organ di tubuh terutama hati, ginjal, otak dan jantung. Alkohol cenderung menyebabkan toleransi, teratur minum lebih dari 2 gelas alkohol per hari, bisa mengkomsumsi alkohol lebih banyak dari non-alkoholik tanpa mengalami intoksikasi (Arnold, 1985).


(30)

2.1.5. Kebiasaan Konsumsi Tuak

Sejauh ini belum ada ketentuan atau standar yang menegaskan tentang tingkat keamanan peminum alkohol, namun Woteki dan Thomas (1992) mengelompokkan peminum alkohol secara sederhana dalam 3 kelompok :

1. Kelompok pertama adalah peminum ringan (linght drinker) yaitu mereka yang mengkomsumsi antara 0,28 s/d 5,9 gram atau ekuivalen dengan minum 1 botol bir atau kurang.

2. Kelompok kedua adalah peminum menengah (moderate drink). Kelompok ini mengkomsumsi antara 6,2 s/d 27,7 gram alkohol atau setara dengan 1 s/d 4 botol bir per hari.

3. Kelompok ketiga adalah peminum berat (heavy drinker) yang mengkomsumsi lebih dari 28 gram alkohol per hari atau lebih dari 4 botol bir sehari.

Di daerah Tapanuli Utara, biasanya laki-laki yang telah menyelesaikan kerjanya berkumpul di lapo tuak pada sore hari. Mereka berbincang-bincang, menyanyi, bermain kartu, bermain catur sambil minum tuak. Pada umumnya seorang petani bisa minum tuak beberapa gelas sehari.

Menurut Joewana (1989) , alkohol yang terdapat dalam tuak, sejak di mulut sudah diabsorbsi oleh selaput lendir. Karena mudah menguap, alkohol juga masuk kedalam tubuh melalui paru-paru walaupun dalam jumlah yang kecil. Alkohol diabsorpsi melalui dinding gastrointestinal, terutama bila kondisi lambung kosong. Tetapi lokasi yang paling efektif dalam penyerapan alkohol pada usus kecil. Kondisi lambung dalam keadaan kosong dan terisi sangat penting dalam pengaturan absorpsi alkohol. Pada lambung keadaan kosong, absorpsi sempurna terjadi dalam waktu 1


(31)

atau 2 jam, tetapi pada lambung keadaan berisi penuh makanan absorpsi terjadi sampai 6 jam.

Setelah diabsorpsi, alkohol akan didistribusikan ke semua jaringan dan cairan tubuh. Kecepatan alkohol sampai pada aliran darah bergantung pada beberapa faktor antara lain, banyak dan macamnya makanan yang ada dilambung, jenis dan kadar alkohol dalam tuak tersebut dan situasi di mana tuak diminum. Setelah masuk aliran darah, alkohol akan diedarkan ke seluruh tubuh, mencapai semua jaringan sel manusia. Oleh karena alkohol larut dalam air, maka jaringan yang mengandung banyak air akan mendapat bagian alkohol yang banyak pula. Alkohol dimetabolisir dalam hepar menjadi karbon dioksida, air dan asetaldehida yang selanjutnya menjadi asetat. Sebanyak 10% alkohol yang dikonsumsi manusia akan diekresikan melalui urin dan paru-paru tanpa mengalami perubahan, sedangkan yang lain dioksidasi menghasilkan energi dan panas (Joewana, 1989).

Alkohol sangat berpengaruh terhadap makhluk hidup, terutama karena peranannya sebagai pelarut lipida. Kemampuannya melarutkan lipida yang terdapat dalam membran sel memungkinkannya dengan cepat masuk ke dalam sel-sel dan menghancurkan struktur sel tersebut. Oleh karena itu, alkohol dianggap toksik atau racun, sama halnya dengan alkohol yang terkandung dalam tuak (Almatsier, 2004).

Penelitian yang dilakukan oleh Breslow dan Smothers peneliti dari Institutes of Health's National Institute on Alcohol Abuse and Alcoholism (NIAAA), Amerika Serikat, pada tahun 2005 menemukan bahwa pria dan wanita yang mengonsumsi minuman beralkohol dalam kuantitas sedikit dan teratur (1 kali per hari dalam 3-7 hari per minggu) memiliki IMT terendah bisa termasuk kategori normal atau kurus,


(32)

sedangkan mereka yang meminum minuman beralkohol dalam kuantitas banyak dan tidak teratur memiliki IMT tertinggi yang termasuk kategori kelebihan berat badan tingkat ringan atau berat (gemuk). Hal ini berarti IMT seseorang yang terbiasa mengkonsumsi minuman beralkohol diduga berhubungan dengan seberapa banyak dan seberapa sering mereka meminumnya.

Menurut Breslow (2005), pengaruh mengkonsumsi minuman beralkohol terhadap IMT seseorang didasari atas dua faktor, yaitu jumlah konsumsi minuman beralkohol sehari dan frekuensi konsumsi minuman beralkohol sehari. Berdasarkan IMT tersebut maka dapat dikategorikan status gizi seseorang yang menkonsumsi alkohol.

2.2.Pengaruh Tuak (alkohol) terhadap Saluran Cerna

Para peminum berat dalam jangka panjang berisiko terkena peradangan kronis pada saluran pencernaannya, khususnya lambung. Pasien yang sering meminum alkohol akan dengan mudah ditemui kelainan pada lambungnya. Peradangan kronis yang terjadi pada saluran pencernaan akan membentuk erosi sampai tukak usus dan menyebabkan perubahan struktur dalam usus sampai akhirnya berubah menjadi sel-sel ganas (kanker). Peradangan kronis juga sering kali berlanjut menjadi penciutan hati (sirosis). Komplikasi lanjutannya bisa bermacam-macam, seperti pembengkakan pada perut, perdarahan pada saluran cerna sampai kanker usus besar ( Syam, 2012).

Berdasarkan penelitian oleh Palmer yang dikutip oleh Siregar (2000), menunjukkan terjadinya hiperemi mukosa lambung dan erosi di dalam perut pasien dewasa muda yang secara akut mengalami intoksikasi oleh olkohol, terjadi penurunan


(33)

pengosongan isi lambung, nausea dan vomitus. Juga dapat terjadi perdarahan berat pada lambung yang dapat mengacam jiwa pasien. Efek kronis menunjukkan hubungan perubahan fungsional pada usus diinduksi oleh konsumsi etanol yang mengakibatkan keracunan. Hal ini terdapat pada lebih dari sepertiga kelompok alkoholik. Juga terdapat malabsorbsi glukosa, lemak, asam amino, dan vitamin B12.

Alkohol yang terdapat dalam tuak secara akut mempengaruhi motilitas esofagus, memperburuk refluks esofagus sehingga dapat terjadi pneumonia karena aspirasi. Sejauh ini tidak ada bukti bahwa bahwa alkohol mempengaruhi sekresi asam lambung, tetapi alkohol jelas merusak selaput lendir lambung sehingga dapat menimbulkan gastritis dan pendarahan lambung. Alkohol secara akut maupun kronis mengubah morfologi dan struktur intraseluler saluran pencernaan sehingga memperburuk fungsi usus halus untuk menyerap sari makanan sehingga mengakibatkan kondisi kurang gizi. Perubahan struktur intraseluler itu juga dapat menyebabkan diare (Joewana, 1989).

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare yaitu gangguan sekresi akibat rangsangan tertentu pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Rangsangan yang menyebabkan gangguan sekresi adalah akibat perubahan intraseluler pada usus yang mengkonsumsi alkohol. Gangguan motilitas usus juga merupakan mekanisme penyebab diare, hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare (Prastowo, 2009).


(34)

Dari mekanisme tersebut dapat menyebabkan kehilangan air dan elektrolit atau terjadi dehidrasi, semakin lama ini berlangsung maka dapat menurunkan secara drastis berat badan penderita. Ketika diare nafsu makan akan berkurang sehingga masukan makanan kurang sedangkan pengeluaran terus bertambah, hal ini dapat mengakibatkan kondisi kurang gizi karena kelaparan. Kemudian diperparah dengan mual dan muntah, apa pun yang dimakan akan dimuntahkan sebelum zat-zat gizi diserap tubuh, nutrisi yang dibutuhkan tubuh tidak tercukupi sehingga mempengaruhi status gizi (Joewana, 1989).

2.3.Kaitan Kebiasaan Konsumsi Tuak dengan Status Gizi

Sebuah penelitian di Inggris tahun 2003 dari 7608 laki-laki telah menemukan bahwa peminum alkohol berat dikaitkan dengan peningkatan risiko obesitas. Alkohol dikaitkan dengan perkembangan kejadian obesitas untuk sejumlah alasan. Minuman beralkohol adalah energi padat dan tidak dapat menggantikan makanan melainkan ditambahkan ke total asupan energi harian. Selain itu, penghambatan oksidasi karbohidrat dan lemak berpotensi meningkatkan penyimpanan lemak, oleh sebab itu dapat meningkatkan risiko obesitas (gemuk). Berdasarkan penelitaian tersebut dapat diketahui bahwa konsumsi alkohol dengan kuantitas yang banyak secara positif mempengaruhi status gizi peminumnya ( Tolstrup, et al, 2008)

Frekuensi dan kuantitas konsumsi tuak (alkohol) sangat mempengaruhi metabolisme dan toksisitas alkohol terhadap tubuh manusia. Para ahli banyak berpendapat mengenai akibat yang ditimbulkan etanol, diantaranya bahwa etanol akan menekan sistem saraf pusat secara tidak teratur tergantung dari jumlah yang dicerna, dikatakan pula bahwa etanol secara akut akan menimbulkan oedema pada


(35)

otak serta oedema pada saluran gastrointestinal (Hernawati, 2011). Setelah alkohol diabsorbsi maka akan terjadi ganguan atau kerusakan pada sel-sel jaringan tubuh manusia.

Menurut Syam, spesialis penyakit dalam dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dampak buruk dari kebiasaan minum alkohol akan mengenai berbagai organ di dalam tubuh, mulai dari otak, mulut, saluran cerna, sampai ke usus besar. Selain itu, penggunaan alkohol dalam waktu singkat dan berlebihan bisa menyebabkan terjadinya keracunan alkohol atau intoksikasi alkohol yang bisa membahayakan nyawa. Intoksikasi terjadi jika jumlah alkohol yang dikonsumsi di atas ambang batas toleransi orang tersebut sehingga memicu gangguan fisik dan mental.

Gangguan-gangguan yang terjadi dalam sistem pencernaan akibat konsumsi alkohol yang berlebihan dapat mengganggu proses percenaan makanan dalam tubuh sehingga zat-zat gizi yang seharusnya diserap tubuh tidak sesuai dengan yang dikonsumsi. Para pemabuk berat biasanya kurang memperhatikan lagi asupan gizi yang masuk ke tubuhnya atau mengganggu jadwal makan yang normal, disebabkan nafsu makan yang berkurang. Hal ini lah yang juga memperburuk kondisi tubuh mereka, asupan yang dikonsumsi tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh akan zat-zat gizi sehingga semakin lama hal itu terus berlangsung terjadilah masalah gizi yaitu kurang gizi (kurus). Sedangkan penikmat tuak yang pada dasarnya kurang gizi disertai dengan penyakit semakin memperparah keadaannya dan berujung pada kematian.


(36)

Jika para pecandu tuak tetap mengkonsumsi tuak dengan frekuensi dan kuantitas tinggi serta telah dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama, pastinya akan mempengaruhi status gizi pecandu alkohol tersebut, dan dapat mengakibatkan terjadinya penyakit-penyakit kronis lain yang dapat mengganggu proses metabolisme dalam tubuh dan akhirnya dapat menurunkan fungsi organ tubuh.

2.4. Pola Makan Orang Dewasa

Menu makan untuk orang dewasa yakni dengan komposisi atau jenis makanan yang hendaknya dikonsumsi dalam sehari yakni :

1. Makanan yang bervariasi dengan sekurang-kurangnya 1 piring nasi dengan ½ mangkok sayuran dan ¾ buah, untuk memenuhi semua zat gizi yang diperlukan hendaknya memilih makanan-makanan yang berbeda dari setiap kelompok makanan.

2. Memilih makanan dengan lemak tidak melebihi 30%kkal, mengurangi makanan yang mengandung lemak.

Selain menu makanan, perlu juga diperhatikan dan diterapkan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Dalam PUGS susunan makanan yang dianjurkan adalah menjamin keseimbangan zat gizi. Hal ini dapat dicapai dengan mengonsumsi beraneka ragam makanan tiap hari, tiap makanan dapat saling melengkapi dalam zat gizi yang di masyarakat luas sebagai pedoman praktis untuk mengatur makanan sehari-hari yang seimbang dan aman guna mencapai dan mempertahankan status gizi yang baik dan kesehatan yang optimal. Ketiga belas pesan dasar tersebut adalah sebagai berikut :


(37)

1. Makanlah aneka ragam makanan. Sebagai sumber zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh setiap harinya.

2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi. Energi diperlukan untuk mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan dan melekukan aktifitas fisik. 3. Makanlah makanan sumber karbohidrat, setengan dari kebutuhan energi.

Karbohidrat merupakan energi utama bagi manusia.

4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kebutuhan energi. Untuk mengurangi terjadinya penimbunan lemak dalam tubuh.

5. Gunakan garam beryodium. Yang berguna untuk mengatur perkembangan dan pertumbuhan.

6. Makanlah makanan sumber zat besi. Berguna sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut elektron di dalam sel.

7. Berikan ASI saja kepada bayi sampai umur 4 bulan.

8. Biasakan makan pagi. Sarapan pagi dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk meningkatkan kadar gula darah, sebagai sumber energi.

9. Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya. 10.Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur.

11.Hindari minuman beralkohol. Dapat menyebabkan penyakit kanker dan jantung. 12.Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan. Makanan yang terhindar dari

bahan pencemar, racun, dan bahan berbahaya lainnya.

13.Bacalah label pada makanan yang dikemas. Menghindari makanan yang telah lewat tanggal kadaluarsa (Almatsier, 2004).


(38)

2.5. Tambul

Tambul adalah istilah yang digunakan oleh masyarakat suku Batak Toba sebagai makanan penyerta pada waktu minum tuak. Jenis tambul yang sering dikonsumsi adalah berupa daging hewan yang direbus atau digoreng. Tambul ini bisa saja disajikan oleh pemilik lapo tuak atau dibawa sendiri oleh peminum.

Jenis tambul yang biasa dikonsumsi oleh pria dewasa Desa Suka Maju adalah daging ular, biawak, dan babi. Ketiga jenis binatang ini mengandung protein yang tinggi, sehingga binatang ini dapat dijadikan sebagai sumber protein bagi sebagian orang.

Selain sebagai tambul, daging ular dan biawak diyakini oleh masyarakat di Makassar dapat meningkatkan libido pria, vitalitas dan sebagai obat kulit. Memakan daging ular dan biawak juga mempunyai kebanggan tersendiri bagi penikmatnya (Sutomo , 2004).

2.6. Penilaian Status Gizi

Menurut Supariasa (2002), status gizi adalah suatu keadaan seseorang sebagai akibat dari keseimbangan antara zat-zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan penggunaan zat-zat tersebut oleh tubuh untuk pertambahan produksi energi dan proses tubuh. Status gizi optimal akan tercapai apabila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi.

Keadaan gizi dapat berupa gizi kurang, gizi baik atau normal maupun gizi lebih. Kekurangan salah satu zat gizi dapat menimbulkan konsekuensi berupa penyakit defisiensi. Bila kekurangan dalam batas marginal dapat menimbulkan gangguan yang sifatnya lebih ringan atau menurunkan kemampuan fungsional,


(39)

misalnya kekurang vitamin B1 dapat menyebabkan badan cepat merasa lelah. Kekurangan zat besi dapat menurunkan prestasi kerja dan prestasi belajar, selain turunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi. Karena itu untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal mutlak diperlukan sejumlah zat gizi yang harus didapatkan dari makanan dalam jumlah sesuai dengan yang dianjurkan setiap hari. Untuk dapat memenuhi kebutuhan akan zat gizi, diperlukan konsumsi makanan yang seimbang baik jumlah maupun kualitasnya. Faktor gaya hidup dan pola makan yang terlanjur salah merupakan penyebab defisiensi unsur gizi tertentu yang sering terjadi. Minum minuman keras adalah faktor lain yang memepengaruhi penyerapan zat gizi dalam tubuh.

Peran dan kedudukan penilaian status gizi adalah untuk mengetahui status gizi, yaitu ada tidaknya malnutrisi pada individu atau masyarakat. Karena terjadinya kesakitan dan kematian terkait dengan status gizi maka dengan melakukan PSG pada individu atau masyarakat kita akan dapat mengetahui kelainan tersebut. Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.

2.6.1. Indeks Massa Tubuh (IMT)

Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (usia diatas 18 tahun) merupakan masalah penting, karena selain mempunyai risiko penyakit– penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Oleh karena itu, pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan. Salah satu cara adalah mempertahankan berat badan yang ideal atau normal.


(40)

Berat badan yang berada dibawah batas minimum dinyatakan sebagai under weight atau “kekurusan”, dan berat badan yang berada diatas batas maksimum dinyatakan sebagai over weight atau “kegemukan”. Orang-orang yang berada di bawah ukuran berat normal mempunyai risiko terhadap penyakit infeksi, sementara yang berada diatas ukuran normal mempunyai risiko tinggi terhadap penyakit degeneratif.

Di Indonesia batasan berat badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan IMT. IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang.

Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18 tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan. Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut :

Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO, yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Batas ambang normal laki-laki adalah 20,1 – 25,0 dan untuk perempuan adalah 18,7 – 23,8. Untuk kepentingan pemantauan dan tingkat defisiensi energi atau kegemukan, lebih lanjut FAO/WHO menyarankan menggunakan satu batas ambang antara laki-laki dan perempuan. Ketentuan yang digunakan adalah menggunakan ambang batas laki-laki

IMT = ���������� (��)


(41)

untuk kategori kurus tingkat berat dan menggukan ambang batas pada perempuan untuk kategori gemuk tingkat berat.

Tabel 2.1. Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia

Kategori IMT

Kurus

Kekurangan berat badan tingkat berat <17,0 Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,5

Normal >18,5 – 25,0

Gemuk

Kelebihan berat badan tingkat ringan >25,0 – 27,0 Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0 Sumber : Supariasa, 2002


(42)

2.7.Kerangka Konsep

Kerangka konsep gambaran kebiasaan konsumsi tuak dan status gizi pada pria dewasa di Desa Suka Maju dapat dilihat pada skema berikut:

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Dari kerangka konsep di atas ingin dilihat bagaimana kebiasaan konsumsi tuak yaitu frekuensi dan kuantitas tuak yang dikonsumsi serta waktu pria dewasa mengkonsumsi tuak dan menggambarkan konsumsi energi dan protein, selain itu ingin mengetahui status gizi pria dewasa yang memiliki kebiasaan konsumsi tuak tersebut.

Kebiasaan Konsumsi Tuak : - Frekuensi Konsumsi Tuak - Kuantitas Konsumsi Tuak - Waktu Konsumsi Tuak

Status Gizi pada Pria Dewasa

Kuantitas Konsumsi Energi dan Protein


(43)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yaitu memberikan gambaran tentang kebiasaan konsumsi tuak dan status gizi pada pria dewasa usia 20 tahun sampai 55 tahun. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional, yaitu penelitian yang mengamati subjek dengan pendekatan suatu saat.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Suka Maju Kecamatan Pahae Jae Kabupaten Tapanuli Utara. Alasan pemilihan lokasi ini karena umumnya penduduk khususnya pria dewasa memiliki kebiasaan konsumsi tuak sehingga lokasi ini memadai untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan sampel penelitian serta lokasi ini juga dikenal oleh peneliti sehingga mempermudah proses penelitian. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari-Mei tahun 2012.

3.3.Populasi dan Sampel 3.3.1.Populasi

Populasi adalah seluruh pria dewasa dengan usia 20 tahun sampai 55 tahun yang mengkonsumsi tuak minimal 1 kali dalam seminggu di Desa Suka Maju Kecamatan Pahae Jae Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2012. Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan peneliti pada bulan Februari tahun 2012, di daerah ini pria dewasa dengan usia 20 tahun sampai 55 tahun yang mengkonsumsi tuak minimal 1 kali dalam seminggu yaitu berjumlah 40 orang. Data ini diperoleh dengan melakukan kunjungan ke 3 (tiga) lapo tuak dan menanyakan langsung kepada pemilik


(44)

lapo jumlah orang yang meminum tuak di lapo tersebut. Lapo pertama berjumlah 14 orang, lapo kedua berjumlah 16 orang dan lapo ketiga berjumlah 10 orang, sehingga jumlah seluruhnya 40 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi (total sampling) yaitu sebanyak 40 orang.

3.4.Instrumen Penelitian 1. Kuesioner

2. Formulir food recall

3. Daftar komposisi bahan makanan (DKBM) 4. Daftar kecukupan gizi yang dianjurkan (DKGA) 5. Angka Kecukupan Gizi (AKG)

6. Alat ukur tinggi badan (microtoice) 7. Alat timbang berat badan (weight scale) 3.5.Pengumpulan Data

3.5.1. Data primer

Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang berisi daftar pertanyaan terbuka dengan metode wawancara mendalam. Data primer meliputi identitas responden (nama, umur, berat badan, tinggi badan, pendidikan dan pekerjaan), kebiasaan konsumsi tuak (mengenai frekuensi konsumsi, kuantitas konsumsi dan waktu konsumsi), konsumsi energi dan protein dan status gizi yang dapat ditentukan dengan melihat IMT.


(45)

3.5.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari kantor Kepala Desa Suka Maju yaitu mengenai gambaran umum Desa Suka Maju Kecamatan Pahae Jae dan data lain yang dianggap mendukung.

3.6. Defenisi Operasional

1. Kebiasaan konsumsi tuak adalah cara responden dalam mengkonsumsi tuak yang meliputi frekuensi konsumsi tuak, kuantitas konsumsi tuak dan waktu konsumsi tuak.

a. Frekuensi konsumsi tuak adalah keacapan tuak dikonsumsi oleh pria dewasa dalam satu minggu.

b. Kuantitas konsumsi tuak adalah banyaknya tuak yang dikonsumsi oleh pria dewasa per botol bir dalam 1 kali minum.

c. Waktu konsumsi tuak adalah saat dimana tuak dikonsumsi.

2. Konsumsi energi dan protein adalah banyaknya rata-rata energi (kkal) dan protein (gr) yang dikonsumsi responden dalam sehari.

3. Status gizi pria dewasa adalah suatu keadaan yang dapat memberikan petunjuk tentang keadaan gizi pria dewasa dengan kebiasaan konsumsi tuak yang diukur melalui IMT.

4. Pria dewasa adalah pria yang berusia 20 tahun sampai 55 tahun yang mengkonsumsi tuak pada saat penelitian.


(46)

3.7. Aspek Pengukuran

1. Kebiasaan konsumsi tuak dilihat dari frekuensi konsumsi, kuantitas konsumsi dan waktu konsumsi tuak yang didapat dari hasil wawancara langsung.

2. Metode food recall 24 jam selama 2 hari dikonversikan menjadi zat gizi (energi dan protein) dan dihitung zat gizi yang dikonsumsi, hasilnya dibandingkan dengan DKGA, dengan menggunakan rumus :

�� = �

�� � 100%

Keterangan : TK : Tingkat Kecukupan

K : Konsumsi

KC : Kecukupan yang dianjurkan

Setelah Tingkat Kecukupan diperoleh dalam bentuk persen, selanjutnya hasil persentase tersebut dikategorikan sesuai DKGA (Depkes, 2002) terdiri atas :

- Bila Tingkat Kecukupan > 115% : Sangat Tinggi - Bila Tingkat Kecukupan 106 – 115% : Tinggi

- Bila Tingkat Kecukupan 95 – 105% : Cukup/sesuai dengan Standar - Bila Tingkat Kecukupan 85 – 94% : Rendah

- Bila Tingkat Kecukupan < 85% : Sangat Rendah

3. Status gizi pria dewasa dengan kebiasaan konsumsi tuak dinilai dengan cara pengukuran IMT, namun sebelumnya berat badan dan tinggi badan harus diketahui agar indeks massa tubuh dapat dihitung. Berat badan dan tinggi


(47)

badan dapat diketahui melalui pengukuran langsung terhadap pria dewasa. Pengukuran IMT dapat dilakukan dengan rumus berikut ini :

Setelah dihitung indeks massa tubuh pria dewasa, kemudian ditetapkanlah status gizi pria dewasa tersebut dengan kategori pada tabel berikut :

Tabel 3.1. Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia

Kategori IMT

Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0 Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0-18,5

Normal >18,5-25,0

Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan >25,0-27,0 Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0 Sumber : Supariasa, 2002

3.8. Pengolahan dan Analisis Data 3.8.1. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan tahapan sebagai berikut:

1. Editing

Editing dilakukan untuk memeriksa kebenaran dan kelengkapan jawaban atas pertanyaan. Jika terdapat jawaban yang belum lengkap, atau terdapat kesalahan maka data harus dilengkapi dengan wawancara kembali terhadap responden

2. Tabulating

Memindahkan data dari daftar pertanyaan ke dalam tabel-tabel yang telah dipersiapkan, mempermudah analisi data dan pengambilan kesimpulan dimana data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

IMT = ���������� (��)


(48)

3.8.2. Analisis Data

Data dianalisis secara deskriptif, disajikan dalam bentuk tabel-tabel distribusi dengan melihat persentase dari data tersebut dengan bantuan software komputer.


(49)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1.Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Geografis

Desa Suka Maju merupakan salah satu desa yang ada di wilayah Kecamatan Pahae Jae Kabupaten Tapanuli Utara yang memiliki luas wilayah 1.976 Ha dengan batas wilayah yaitu sebelah utara berbatasan dengan Desa Setia, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Simangumban Julu dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Purba Tua. Desa Suka Maju terdiri dari dua dusun yaitu Dusun I Tarutung Dua dan Dusun II Sitonggi-tonggi.

4.1.2. Demografi

Desa Suka Maju mempunyai jumlah penduduk sebanyak 885 jiwa, terdiri dari 423 jiwa laki-laki dan 462 jiwa perempuan serta jumlah kepala keluarga sebanyak 206 KK.

Tabel. 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Suka Maju Kecamatan Pahae Jae Tahun 2011

Kelompok Umur (tahun) n %

0-9 186 21

10-19 200 23

20-49 334 39

50-59 81 9

≥ 60 84 9

Total 885 100


(50)

Berdasarkan Tabel 4.1. dapat diketahui bahwa sebaran umur penduduk paling banyak terdapat pada kelompok umur 20-49 tahun yaitu sebesar 39% dan paling sedikit pada kelompok umur 50-59 dan 60 tahun ke atas yaitu sebesar 9%.

Tabel. 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama di Desa Suka Maju Kecamatan Pahae Jae Tahun 2011

Agama n %

Islam 332 37,5

Kristen Protestan 568 62,5

Total 885 100,0

Sumber : BPS Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011

Dari Tabel 4.2. dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk di Desa Suka maju adalah beragama Kristen Protestan yaitu sebanyak 568 orang atau 62,3%.

Tabel. 4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku di Desa Suka Maju Kecamatan Pahae Jae Tahun 2011

Suku n %

Batak Toba 869 98,2

Batak Mandailing 10 1,1

Jawa 6 0,7

Total 885 100,0

Sumber : BPS Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011

Dari Tabel 4.3. dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk di Desa Suka Maju adalah suku Batak Toba yaitu 869 orang atau 98,2% , sedangkan suku Jawa hanya 0,7%.


(51)

4.2.Gambaran Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil wawancara dengan 40 responden, maka diperoleh karakteristik responden berdasarkan umur, pendidikan dan pekerjaan.

4.2.1. Umur

Gambaran distribusi pria yang mengonsumsi tuak berdasarkan umur pria dewasa dari usia 20 tahun sampai 55 tahun di Desa Suka Maju dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Berdasarkan Tabel 4.4. dapat diketahui bahwa jumlah responden terbanyak terdapat pada kelompok umur32-37 tahun, yaitu sebanyak 12 responden (30%) dan yang paling sedikit terdapat pada kelompok umur 44-49 tahun yaitu 4 responden (10%). Dengan demikian berarti sebagian besar responden yang mengkonsumsi tuak berada dalam usia produktif.

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Desa Suka Maju Tahun 2012

Umur Responden (Tahun) n %

20-25 5 12,5

26-31 5 12,5

32-37 12 30,0

38-43 6 15,0

44-49 4 10,0

50-55 8 20,0


(52)

4.2.2. Pendidikan

Gambaran distribusi responden berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Desa Suka Maju Tahun 2012

Pendidikan n %

SD 15 37,5

SLTP 9 22,5

SLTA 16 40,0

Total 40 100,0

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa berdasarkan jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh, sebagian besar responden menamatkan pendidikannya pada jenjang SLTA yaitu sebnyak 16 responden (40,0%) dan yang paling sedikit adalah SLTP yaitu 9 orang (22,5%). Dengan demikian berarti responden yang mengonsumsi tuak adalah dari semua tingkat pendidikan baik itu tingkat pendidikan yang paling tinggi maupun yang paling rendah.

4.2.3. Pekerjaan

Gambaran distribusi responden berdasarkan jenis pekerjaan di Desa Suka Maju dapat dilihat pada tabel berikut:


(53)

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Desa Suka Maju Tahun 2012

Pekerjaan n %

Petani 23 57,5

Wiraswasta 13 32,5

Kuli Bangunan 4 10,0

Total 40 100,0

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa mayoritas pekerjaan responden yang mengonsumsi tuak adalah petani dengan jumlah sebanyak 23 responden (57,5%). Hal ini sesuai dengan keadaan geografis daerah tempat tinggal responden yang berada di dataran tinggi.

4.3. Kebiasaan Konsumsi Tuak

Kebiasaan responden dalam mengonsumsi tuak dapat dilihat dari frekuensi konsumsi tuak, kuantitas konsumsi tuak dan waktu konsumsi tuak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar frekuensi responden dalam mengonsumsi tuak adalah 2-3 kali/minggu, kuantitas konsumsi tuak terbanyak adalah 2-3 botol bir setiap kali minum dan untuk waktu konsumsi tuak yang paling bnyak adalah pada malam hari.

Distribusi responden berdasarkan kebiasaan konsumsi tuak dapat dilihat pada Tabel 4.7.


(54)

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi, Kuantitas dan Waktu Responden Berdasarkan Konsumsi Tuak di Desa Suka Maju Tahun 2012

Kebiasaan Konsumsi

Tuak Kategori n %

Frekuensi Konsumsi (kali/mgg)

<2 6 15,0

2-3 14 35,0

4-5 7 17,5

6-7 8 20,0

>7 5 12,5

Total 40 100,0

Kuantitas Konsumsi (botol bir)

1/2 5 12,5

1 10 25,0

2-3 18 45,0

4-5 7 17,5

Total 40 100,0

Waktu Konsumsi

Siang 2 5,0

Sore 2 5,0

Malam 30 75,0

Pagi dan sore 2 5,0

Pagi dan malam 1 2,5

Sore dan malam 3 7,5

Total 40 100,0

Dari tabel 4.7. dapat dilihat bahwa mayoritas responden mengonsumsi tuak dalam satu minggu adalah 2-3 kali/minggu dengan jumlah sebanyak 14 responden (35%), bahkan ada yang mengonsumsi tuak lebih dari 7 kali/minggu yaitu 5 responden (12,5%). Untuk kuantitas tuak yang dikonsumsi responden, sebagian besar


(55)

responden mengonsumsi 2-3 botol bir tuak setiap 1 kali minum dengan jumlah sebanyak 18 responden (45%), bahkan ada yang mengonsumsi tuak sebanyak 4-5 botol bir setiap 1 kali minum yaitu 7 responden (17,5%). Sedangkan hanya 5 responden (12,5%) yang mengonsumsi tuak sebanyak ½ botol bir setiap kali minum. Ini berarti mayoritas responden mengonsumsi tuak dengan kuantitas yang banyak setiap kali minum. Tuak ini umumnya dikonsumsi oleh responden pada malam hari dengan jumlah sebanyak 30 orang (75%) dan waktu-waktu yang lain hanya sebagian kecil seperti pada pagi, siang dan sore hari. Setiap responden mempunyai waktu masing-masing yang tetap dalam meminum tuak.

4.4.Konsumsi Energi dan Protein 4.4.1. Kuantitas Konsumsi Energi

Pola makan pria dewasa yang memiliki kebiasaan konsumsi tuak berdasarkan kuantitas energi yang dikonsumsi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.8. Distribusi Tingkat Konsumsi Energi Responden di Desa Suka Maju Tahun 2012

Tingkat Konsumsi Energi n %

Sangat Tinggi 5 12,5

Tinggi 4 10,0

Cukup/Sesuai Standar 6 15,0

Rendah 7 17,5

Sangat Rendah 18 45,0

Total 40 100,0

Dari tabel 4.8. dapat diketahui bahwa kuantitas rata-rata konsumsi energi yang didapat dari makanan yang dikonsumsi responden sangat rendah (<85%)


(56)

dibandingkan dengan kuantitas konsumsi energi yang dianjurkan yaitu sebanyak 18 responden (45%). Hal ini dapat dilihat dari hasil food recall 24 jam yang menunjukkan bahwa rata-rata tingkat konsumsi energi responden ialah sebesar 1930,7 kkal sedangkan rata-rata tingkat konsumsi energi per orang/hari yang dianjurkan yaitu sebesar 2265,6 kkal.

4.4.2. Kuantitas Konsumsi Protein

Pola makan pria dewasa yang memiliki kebiasaan konsumsi tuak berdasarkan kuantitas protein yang dikonsumsi dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9. Distribusi Tingkat Konsumsi Protein Responden di Desa Suka Maju Tahun 2012

Tingkat Konsumsi Protein n %

Sangat Tinggi 1 2,5

Tinggi 2 5,0

Cukup/Sesuai Standar 2 5,0

Rendah 5 12,5

Sangat Rendah 30 75,0

Total 40 100,0

Dari Tabel 4.9. dapat diketahui bahwa kuantitas rata-rata konsumsi protein responden sangat rendah (<85%) dibandingkan dengan kuantitas konsumsi protein yang dianjurkan yaitu sebanyak 30 responden (75%). Hal ini dapat dilihat dari hasil food recall 24 jam yang menunjukkan bahwa rata-rata tingkat konsumsi protein responden sebesar 44,1 gram sedangkan rata-rata tingkat konsumsi protein perorang/hari yang dianjurkan yaitu sebesar 57,1 gram . Responden yang mengonsumsi protein sesuai standar hanya 2 responden (5%).


(57)

4.5.Status Gizi Responden

Status gizi responden diperoleh dengan menggunakan IMT dimana berat badan (kg) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (m) responden. Hasil pengukuran status gizi responden berdasarkan IMT dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.10. Distribusi Status Gizi Responden di Desa Suka Maju Tahun 2012

Status Gizi n %

Kurus 7 17,5

Normal 25 62,5

Gemuk 8 20,0

Total 40 100,0

Dari Tabel 4.10. dapat diketahui bahwa dari 40 responden yang diteliti sebagian besar memiliki IMT normal antara 18,5 sampai 25. Dengan demikian dapat dilihat bahwa responden tersebut memiliki status gizi yang normal dengan jumlah sebanyak 25 responden (62,5%). Selain itu sebanyak 7 responden (17%) yang memiliki IMT <18,5, artinya responden berstatus gizi kurus dan sebanyak 8 responden (20%) yang memiliki IMT >25 yang berarti responden berstatus gizi gemuk.

4.5.1. Status Gizi Responden Berdasarkan Kuantitas Konsumsi Energi

Gambaran hasil tabulasi silang antara kuantitas energi yang dikonsumsi dengan status gizi pria dewasa dapat dilihat pada tabel berikut:


(58)

Tabel 4.11. Tabulasi Silang antara Kuantitas Konsumsi Energi dengan Status Gizi Responden di Desa Suka Maju Tahun 2012

Kuantitas Konsumsi Energi

Status Gizi

Total %

Kurus Normal Gemuk

n % n % n %

Sangat Tinggi

4 80,0 1 20,0 0 0,0 5 100,0

Tinggi 2 50,0 2 50,0 0 0,0 4 100,0

Cukup/ Sesuai Standar

1 16,7 5 83,3 0 0,0 6 100,0

Rendah 0 0,0 5 71,4 2 28,6 7 100,0

Sangat Rendah

0 0,0 12 66,7 6 33,3 18 100,0

Total 7 17,5 25 62,5 8 20,0 40 100,0

Dari Tabel 4.11. dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang mengonsumsi tuak di Desa Suka Maju kuantitas energi yang dikonsumsi sangat rendah yaitu 18 responden (45%) baik pada responden dengan status gizi normal dan gemuk. Terdapat 5 responden (100%) dengan kuantitas konsumsi energi sangat tinggi namun responden memiliki status gizi kurus dan normal.


(59)

4.5.2.Status Gizi Responden Berdasarkan Kuantitas Konsumsi Protein

Tabel. 4.12. Tabulasi Silang antara Kuantitas Konsumsi Protein dengan Status Gizi Responden di Desa Suka Maju Tahun 2012

Kuantitas Konsumsi Protein

Status Gizi

Total %

Kurus Normal Gemuk

n % n % n %

Sangat Tinggi 0 0,0 1 100,0 0 0,0 1 100,0

Tinggi 0 0,0 2 100,0 0 0,0 2 100,0

Cukup/

Sesuai Standar

1 50,0 1 50,0 0 0,0 2 100,0

Rendah 2 40,0 3 60,0 0 0,0 5 100,0

Sangat Rendah 4 13,3 18 60,0 8 26,7 30 100,0

Total 7 17,5 25 62,5 8 20,0 40 100,0

Dari Tabel 4.12. dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang mengonsumsi tuak di Desa Suka Maju jumlah protein yang dikonsumsi sangat rendah yaitu sebanyak 30 responden (75%) baik pada responden dengan status gizi kurus, normal dan gemuk. Hal ini disebabkan masih minimnya pengetahuan responden tentang kandungan gizi dalam makanan.

4.6.Kaitan Kebiasaan Konsumsi Tuak dan Status Gizi

Kaitan kebiasaan konsumsi tuak dengan status gizi dapat dilihat dari hasil tabulasi silang antara frekuensi konsumsi tuak, kuantitas konsumsi tuak dan waktu konsumsi tuak dengan status gizi.


(60)

4.6.1. Frekuensi Konsumsi Tuak dengan Status Gizi Pria Dewasa

Gambaran hasil tabulasi silang antara frekuensi konsumsi tuak dengan status gizi responden dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.13. Tabulasi Silang antara Frekuensi Konsumsi Tuak dengan Status Gizi Responden di Desa Suka Maju Tahun 2012

Frekuensi Konsumsi

Tuak (kali/mgg)

Status Gizi

Total %

Kurus Normal Gemuk

n % n % n %

<2 0 0,0 5 83,3 1 16,7 6 100,0

2-3 4 28,6 5 35,7 5 35,7 14 100,0

4-5 1 14,3 5 71,4 1 14,3 7 100,0

6-7 1 12,5 6 75,0 1 12,5 8 100,0

>7 1 20,0 4 80,0 0 0,0 5 100,0

Total 7 17,5 25 62,5 8 20,0 40 100,0

Dari Tabel 4.13. diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang mengonsumsi tuak di Desa Suka Maju mengonsumsi tuak 2-3 kali/minggu yaitu 14 responden baik pada responden dengan status gizi kurus, normal dan gemuk. Namun terdapat 1 responden (20%) yang mengonsumsi tuak dengan frekuensi >7 kali/minggu (2 kali sehari) memiliki status gizi kurus. Dari hasil statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh p(0,447) > 0,05 yang berarti tidak ada hubungan antara frekuensi konsumsi tuak dengan status gizi pada pria dewasa yang mengonsumsi tuak.


(61)

4.6.2. Kuantitas Konsumsi Tuak dengan Status Gizi Pria Dewasa

Dari Tabel 4.14. dapat dilihat hasil tabulasi silang antara kuantitas konsumsi tuak setiap kali minum dengan status gizi responden.

Tabel 4.14. Tabulasi Silang antara Kuantitas Konsumsi Tuak dengan Status Gizi Responden di Desa Suka Maju Tahun 2012

Kuantitas Konsumsi

Tuak (botol bir)

Status Gizi

Total %

Kurus Normal Gemuk

n % n % n %

½ 1 20,0 3 60,0 1 20,0 5 100,0

1 1 10,0 7 70,0 2 20,0 10 100,0

2-3 3 16,7 11 61,1 4 22,2 18 100,0

4-5 2 28,6 4 57,1 1 14,3 7 100,0

Total 7 17,5 25 62,5 8 20,0 40 100,0

Berdasarkan Tabel 4.14. dapat diketahui bahwa sebagian besar responden di Desa Suka Maju mengonsumsi tuak 2-3 botol bir setiap kali minum yaitu 18 responden baik pada responden dengan status gizi, normal dan gemuk. Akan tetatpi, terdapat 2 responden (28,6%) yang mengonsumsi tuak sebanyak 4-5 botol bir setiap kali minum memiliki status gizi kurus. Dari hasil statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh p(0,980) > 0,05 yang berarti tidak ada hubungan antara kuantitas konsumsi tuak dengan status gizi pada pria dewasa yang mengonsumsi tuak. 4.6.3. Waktu Konsumsi Tuak dengan Status Gizi Pria Dewasa

Dari Tabel 4.15 dapat dilihat gambaran hasil tabulasi silang antara waktu konsumsi tuak dengan status gizi responden. Berdasarkan hasil tersebut diketahui


(62)

bahwa sebagian besar responden yang mengonsumsi tuak di Desa Suka Maju mengonsumsi tuak pada malam hari yaitu 30 responden baik pada responden dengan status gizi kurus, normal dan gemuk. Ada 23,3% responden yang mengonsumsi tuak pada malam hari memiliki status gizi gemuk. Hal ini terjadi karena setelah mengonsumsi tuak, pria dewasa langsung tidur tidak ada aktifitas fisik lagi sehingga kalori yang terkandung pada tuak tidak dipakai oleh tubuh, oleh karena itu terjadi penumpukan didalam tubuh. Dari hasil statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh p(0,166) > 0,05 yang berarti tidak ada hubungan antara waktu konsumsi tuak dengan status gizi pada pria dewasa yang mengonsumsi tuak.

Tabel 4.15. Tabulasi Silang antara Waktu Konsumsi Tuak dengan Status Gizi Responden di Desa Suka Maju Tahun 2012

Waktu Konsumsi

Tuak

Status Gizi

Total %

Kurus Normal Gemuk

n % n % n %

Siang 0 0,0 2 100,0 0 0,0 2 100,0

Sore 1 50,0 1 50,0 0 0,0 2 100,0

Malam 4 13,0 19 63,3 7 23,3 30 100,0

Pagi dan

Sore 2 100,0 0 0,0 0 0,0 2 100,0

Pagi dan

malam 0 0,0 1 100,0 0 0,0 1 100,0

Sore dan

malam 0 0,0 2 66,7 1 33,3 3 100,0


(63)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Pria Dewasa yang Mengonsumsi Tuak di Desa Suka Maju Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 40 responden diperoleh bahwa sebagian besar responden yang mengonsumsi tuak berumur 32 sampai 37 tahun sebesar 30%, sedangkan responden dengan umur termuda yaitu 20 sampai 25 tahun hanya sedikit jumlahnya yaitu sebesar 12,5%. Hal ini sesuai dengan penelitian Sipahutar (2009), bahwa sebagian besar penikmat alkohol yang berada pada tingkat pengguna tetap berada pada umur 20 tahun ke atas dan yang masih dalam usia produktif. Menurut Harimurti (2009), kelompok usia dengan presentasi pengguna alkohol tertinggi adalah usia antara 20-35 tahun. Seperti kita ketahui usia ini sangat diperlukan dalam peningkatan sumber daya manusia terutama untuk pembangunan kesehatan. Hal ini sesuai dengan penelitian Pane (2007), bahwa dengan adanya kebiasaan minum tuak dan memakan tambul yang akan mengakibatkan ketergantungan karena kandungan alkohol dalam tuak meningkatkan kadar dopamin pada otak yang menyebabkan rasa senang dan relaksasi sehingga ketagihan untuk merasakannya kembali, sedangkan tambul juga memiliki kenikmatan saat dikonsumsi bersama tuak dan keyakinan terhadap tambul tersebut membuat mereka ingin selalu mengonsumsinya. Hal demikian mempengaruhi pikiran sehingga kinerja berkurang dan ini merupakan penghambat pembangunan kesehatan.

Untuk tingkat pendidikan terakhir paling banyak pria dewasa yang mengonsumsi tuak berpendidikan SLTA sebanyak 40%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tidak mempengaruhi kebiasaan konsumsi tuak. Sebagian besar


(64)

pekerjaan pria dewasa adalah petani sebesar 57,5%. Pada umumnya pria dewasa di Desa Suka Maju bertani coklat, padi dan karet. Bertani inilah yang menjadi mata pencaharian utama mereka. Dari hasil wawancara, kebanyakan pria dewasa setelah pulang dari ladang pria dewasa menyempatkan minum tuak di lapo tuak untuk menghilangkan letih dan memulihkan tenaga setelah bekerja.

5.2. Kebiasaan Konsumsi Tuak pada Pria Dewasa

Di Desa Suka Maju, biasanya laki-laki yang menyelesaikan kerjanya berkumpul di lapo tuak. Mereka berbincag-bincang, menyanyi, bermain kartu dan catur sambil minum tuak, harga tuak dihitung Rp 2000 per botol birnya. Laki-laki yang muda maupun yang tua minum tuak di lapo tuak tetapi jarang terdapat perempuan yang minum tuak, kecuali pemilik lapo atau istrinya. Pada zaman dulu saat orang-orang sibuk bekerja di sawah atau di ladang biasanya ada yang membawa tuak secara suka rela, pada saat itu tuak berfungsi sebagai minuman persahabatan dan untuk mempererat hubungan.

Sekarang minum tuak itu sudah menjadi kebiasaan bagi mereka, ada yang merasa bahwa harus mengonsumsi setidaknya 1 kali seminggu bahkan ada yang merasa bahwa minum tuak sudah menjadi kebutuhan sehari-hari. Jika tidak dikonsumsi merasa ada yang kurang.

Berdasarkan hasil penelitian yang tertera pada Tabel 4.7. sebesar 35% pria dewasa memiliki frekuensi konsumsi tuak 2 sampai 3 kali per minggu. Bahkan ada yang mengonsumsi tuak lebih dari 7 kali per minggu yaitu sebanyak 12,5%, berdasarkan hasil wawancara dengan pria dewasa diketahui bahwa pria dewasa tersebut minum tuak 2 kali dalam sehari, pagi sebelum bekerja supaya lebih semangat


(1)

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 14.153a 10 .166

Likelihood Ratio 13.211 10 .212

Linear-by-Linear Association .208 1 .649

N of Valid Cases 40


(2)

Lampiran 5

Tingkat Kecukupan Energi dan Protein pada Pria Dewasa

di Desa Suka Maju Kecamtan Pahae Jae Kabupaten Tapanuli Utara

Tahun 2012

No Nama Umur

(thn) BB (kg) Konsumsi Energi (kkal) Konsumsi Protein (gr) Kec. Energi (kkal) Kec. Protein (gr)

Tingkat Kec. Energi (%) Kategori Tingkat Kec. Protein (%) Kategori

1 Tapalan Gultom 32 62 1438,7 49,6 2350,0 60,0 61 Sangat rendah 83 Sangat rendah

2 Sinun A. Sianturi 37 59 1371,6 44,9 2236,3 57,1 61 Sangat rendah 79 Sangat rendah

3 Janiasih Siagian 48 35 2000,4 25,4 1326,6 33,9 151 Sangat Tinggi 75 Sangat rendah

4 Parlagutan Gultom 50 53 1500,1 29,3 1923,4 51,3 78 Sangat rendah 57 Sangat rendah

5 Pangadilan Gultom 47 81 1541,6 65,3 3070,2 78,4 50 Sangat rendah 83 Sangat rendah

6 Umar Sitompul 25 56 1913,3 40,4 2550,0 60,0 75 Sangat rendah 67 Sangat rendah

7 Bangso Simanjuntak 55 50 950,6 51,3 1814,5 48,4 52 Sangat rendah 106 Tinggi

8 Edwin Siagian 43 49 1992,1 33,8 1857,3 47,4 107 Tinggi 71 Sangat rendah

9 Pirgong Pasaribu 54 50 1486,0 34,0 1814,5 48,4 82 Sangat rendah 70 Sangat rendah

10 Jonsen Sitompul 40 54 1985,4 42,0 2046,8 52,3 97 Cukup/ Sesuai

Standar 80 Sangat rendah

11 Jemanson Siahaan 23 60 1981,0 39,8 2732,1 64,3 73 Sangat rendah 62 Sangat rendah

12 Andi Sitompul 33 51 1990,0 37,0 1933,1 49,4 103 Rendah 75 Sangat rendah

13 Jamson Sinaga 42 73 2035,0 40,1 2766,9 70,7 74 Sangat rendah 57 Sangat rendah

14 Ardin Simanjuntak 55 55 2135,3 46,6 1996,0 53,2 107 Tinggi 87 Rendah

15 Ramlan Siregar 54 45 2035,0 35,7 1633,1 43,6 125 Sangat Tinggi 82 Sangat rendah

16 Ramli Gultom 51 75 2135,1 30,2 2721,8 72,6 78 Sangat rendah 42 Sangat rendah


(3)

Aritonang

19 Jamin Sinaga 32 62 2156,9 46,0 2350,0 60,0 92 Rendah 77 Sangat rendah

20 Marudut Siahaan 52 62 2035,2 47,5 2250,0 60,0 90 Rendah 79 Sangat rendah

21 Rinson Situmeang 49 65 2135,0 44,4 2463,7 62,9 87 Rendah 71 Sangat rendah

22 Anggiat Tarihoran 29 45 1938,0 39,3 2049,1 48,2 95 Cukup/ Sesuai

Standar 82 Sangat rendah

23 Advent Aritonang 29 60 2035,1 47,5 2732,1 64,3 74 Sangat rendah 74 Sangat rendah

24 Rapaulihon Siregar 23 53 2029,3 62,3 2413,4 56,8 84 Sangat rendah 110 Tinggi

25 Misran Rajagukguk 39 58 2211,9 47,6 2198,4 56,1 101 Cukup/ Sesuai

Standar 85 Rendah

26 Martua Ganda H 32 52 1770,1 48,4 1971,0 50,3 90 Rendah 96 Cukup/ Sesuai

Standar

27 Hendra S. Simamora 20 50 1406,1 83,5 2276,8 53,6 62 Sangat rendah 156 Tinggi

28 David Napitupulu 35 68 2048,1 38,8 2577,4 65,8 79 Sangat rendah 59 Sangat rendah

29 Rizal Gultom 32 75 2458,1 48,7 2842,7 72,6 86 Rendah 67 Sangat rendah

30 Tunggul Gultom 43 81 2145,6 46,2 3070,2 78,4 70 Sangat rendah 59 Sangat rendah

31 Rian Gultom 25 62 1974,4 43,7 2823,2 66,4 70 Sangat rendah 66 Sangat rendah

32 Gusar Panggabean 53 81 1109,7 44,5 2939,5 78,4 38 Sangat rendah 57 Sangat rendah

33 Rizki N. Panggabean 27 45 2043,1 39,7 2049,1 48,2 100 Cukup/ Sesuai

Standar 82 Sangat rendah

34 Manjalo Gultom 36 50 2048,0 40,2 1895,2 48,4 108 Tinggi 83 Sangat rendah

35 Sabar Gultom 26 53 2197,6 45,3 2413,4 56,8 91 Rendah 80 Sangat rendah

36 Sahata Sitompul 45 52 2305,0 41,6 1971,0 50,3 117 Sangat Tinggi 83 Sangat rendah

37 Kristian Saragih 35 55 2143,1 47,3 2084,7 53,2 103 Cukup/ Sesuai


(4)

38 Tunas Hutajulu 36 46 2202,0 44,6 1743,6 44,5 126 Sangat Tinggi 100 Cukup/ Sesuai Standar

39 Jonne Aritonang 37 47 2009,4 42,9 1781,5 45,5 113 Tinggi 94 Rendah

40 Parlaungan Simamora 33 49 2227,1 40,2 1857,3 47,4 120 Tinggi 85 Rendah


(5)

Lampiran 6

Dokumentasi Penelitian


(6)

Dokumen yang terkait

Gambaran Konsumsi Buah Pinang, Kejadian Kecacingan Dan Status Gizi Siswa Di Sd 175750 Desa Pardamean Nainggolan Kecamatan Pahae Jae Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013

0 0 17

Gambaran Konsumsi Buah Pinang, Kejadian Kecacingan Dan Status Gizi Siswa Di Sd 175750 Desa Pardamean Nainggolan Kecamatan Pahae Jae Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013

0 0 2

Gambaran Konsumsi Buah Pinang, Kejadian Kecacingan Dan Status Gizi Siswa Di Sd 175750 Desa Pardamean Nainggolan Kecamatan Pahae Jae Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013

0 0 7

Gambaran Konsumsi Buah Pinang, Kejadian Kecacingan Dan Status Gizi Siswa Di Sd 175750 Desa Pardamean Nainggolan Kecamatan Pahae Jae Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013

0 2 15

Gambaran Konsumsi Buah Pinang, Kejadian Kecacingan Dan Status Gizi Siswa Di Sd 175750 Desa Pardamean Nainggolan Kecamatan Pahae Jae Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013

0 0 3

Gambaran Konsumsi Buah Pinang, Kejadian Kecacingan Dan Status Gizi Siswa Di Sd 175750 Desa Pardamean Nainggolan Kecamatan Pahae Jae Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013

0 0 36

d. Sarjana 6. Pekerjaan - Gambaran Kebiasaan Konsumsi Tuak Dan Status Gizi Pada Pria Dewasa Di Desa Suka Maju Kecamtan Pahae Jae Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012

0 0 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebiasaan Mengkonsumsi Tuak 2.1.1. Tuak - Gambaran Kebiasaan Konsumsi Tuak Dan Status Gizi Pada Pria Dewasa Di Desa Suka Maju Kecamtan Pahae Jae Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012

0 0 18

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Gambaran Kebiasaan Konsumsi Tuak Dan Status Gizi Pada Pria Dewasa Di Desa Suka Maju Kecamtan Pahae Jae Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012

0 2 7

GAMBARAN KEBIASAAN KONSUMSI TUAK DAN STATUS GIZI PADA PRIA DEWASA DI DESA SUKA MAJU KECAMTAN PAHAE JAE KABUPATEN TAPANULI UTARA TAHUN 2012 SKRIPSI

0 0 15