Hasil analisis sidik ragam terlihat bahwa perlakuan penyiraman dengan interval berbeda, memberikan pengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi bibit
sukun rata-rata Lampiran 1. Berikut rata-rata pertambahan tinggi bibit sukun pada pengukuran hari ke-0 sampai hari ke-88 disajikan pada Table 1.
Table 1. Pertambahan tinggi bibit sukun rata-rata pada pengukuran hari ke-0 sampai hari ke-88
Perlakuan Rata-rata
A 6,76 c
A
1
8,52 bc A
3
6,28 abc A
5
4,64 ab A
7
4,06 a Total
30,26
Keterengan: Nilai rata-rata yang diikuti notasi dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5
Table 1 menunjukkan bahwa pertambahan tinggi rata-rata yang paling besar adalah perlakuan A
1
8,52 cm dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Tetapi pada uji jarak berganda Duncan taraf 5 menunjukkan bahwa antar
perlakuan A , A
1
, A
3
, A
5
dan A
7
tidak berbeda nyata, sehingga hasilnya dianggap tidak berbeda pada setiap perlakuan.
2. Diameter Bibit Sukun
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa penyiraman pada interval berbeda berpengaruh nyata terhadap pertambahan diameter bibit sukun Lampiran 2.
Pertambahan diameter bibit sukun rata-rata mulai hari ke-0 sampai hari ke-88 dapat dilihat pada Gambar 3.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3. Pertambahan diameter sukun rata-rata hari ke-0 sampai hari ke-88
Keterangan: A
= Penyiraman 2 kali sehari A
1
= Penyiraman 1 kali sehari A
3
= Penyiraman 1 kali dalam 3 hari A
5
= Penyiraman 1 kali dalam 5 hari A
7
= Penyiraman 1 kali dalam 7 hari A
9
= Penyiraman 1 kali dalam 9 hari A
11
= Penyiraman 1 kali dalam 11 hari A
13
= Penyiraman 1 kali dalam 13 hari A
15
= Penyiraman 1 kali dalam 15 hari A
17
= Penyiraman 1 kali dalam 17 hari A
19
= Penyiraman 1 kali dalam 19 hari A
21
= Penyiraman 1 kali dalam 21 hari
Berdasarkan Gambar 3 hasil pengamatan diameter dari hari ke-0 sampai hari ke-88 menunjukkan adanya pertambahan ukuran untuk diameter.
Pertambahan ukuran diameter terbesar diantara semua perlakuan adalah perlakuan A
3
yaitu 0,336 cm. Akan tetapi pada hari ke-12 sampai hari ke-88 akhir pengamatan, bibit sukun pada perlakuan A
9
, 11
11
, A
`13
, A
15
, A
17
, A
19
dan A
21
sudah ada yang mati pada beberapa ulangan Lampiran 7. Berikut grafik rata-rata pertambahan diameter bibit sukun yang disajikan pada Gambar 4.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4. Grafik rata-rata diameter sukun hari ke-0 sampai hari ke-88
Keterangan: A
= Penyiraman 2 kali sehari A
1
= Penyiraman 1 kali sehari A
3
= Penyiraman 1 kali dalam 3 hari A
5
= Penyiraman 1 kali dalam 5 hari A
7
= Penyiraman 1 kali dalam 7 hari A
9
= Penyiraman 1 kali dalam 9 hari A
11
= Penyiraman 1 kali dalam 11 hari A
13
= Penyiraman 1 kali dalam 13 hari A
15
= Penyiraman 1 kali dalam 15 hari A
17
= Penyiraman 1 kali dalam 17 hari A
19
= Penyiraman 1 kali dalam 19 hari A
21
= Penyiraman 1 kali dalam 21 hari
Hasil analisis sidik ragam terlihat bahwa perlakuan penyiraman dengan interval berbeda, memberikan pengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi bibit
sukun rata-rata Lampiran 2. Berikut pertambahan tinggi bibit sukun rata-rata pada pengukuran hari ke-0 sampai hari ke-88 disajikan pada Table 2.
Table 2. Pertambahan diameter bibit sukun rata-rata pada pengukuran hari ke-0 sampai hari ke-88
Perlakuan Rata-rata
A 0,266 ab
A
1
0,296 b A
3
0,336 b A
5
0,242 ab A
7
0,172 a Total
1,312
Keterengan: Nilai rata-rata yang diikuti notasi dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5
Universitas Sumatera Utara
Table 2 menunjukkan bahwa pertambahan diameter rata-rata yang paling besar adalah perlakuan A
3
0,336 cm dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Tetapi pada uji jarak berganda Duncan taraf 5 menunjukkan bahwa antar
perlakuan A , A
1
, A
3
, A
5
dan A
7
tidak berbeda nyata, sehingga hasilnya dianggap tidak berbeda pada setiap perlakuan.
3. Jumlah Daun Bibit Sukun