Budaya Bisnis Jepang GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM

2.1 Budaya Bisnis Jepang

Orang Jepang memulai hubungan perundingan dengan hal yang tidak berkaitan dengan topik utama yang akan diperbincangkan. Cara orang Jepang berbisnis sedikit berbeda dengan cara orang Barat. Kata “ya” yang diucapkan pengusaha Jepang tidak selalu bermakna setuju. “ya” memiliki banyak makna. Kata tersebut dapat bermakna pengusaha tersebut paham terhadap masalah yang diperbincangkan, tetapi hal itu belum tentu ia setuju atau mau menerima bisnis yang ditawarkan. Berurusan bisnis dengan orang Jepang tidak semudah berurusan bisnis dengan orang Cina. Setiap perkataan yang diucapkan orang Jepang memiliki banyak pengertian. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika banyak orang yang pertama kali berbisnis dengan orang Jepang merasa kecewa dengan perundingan yang dilakukan. Biasanya, orang Jepang memulai hubungan perundingan dengan hal yang tidak berkaitan dengan topik utama yang akan diperbincangkan. Terkadang, dengan sengaja, mereka tidak memberikan jawaban secara terus terang terhadap tawaran pengusaha yang berurusan dengannya. Akan tetapi, mereka tidak bermaksud membingungkan pengusaha asing. Sikap tersebut menunjukkan kesulitan orang Jepang untuk menolak suatu tawaran dengan kata “tidak”. Orang Jepang mempunyai cara halus untuk menolak suatu tawaran dalam bisnis. Sedapat Universitas Sumatera Utara mungkin mereka berusaha tidak melukai hati orang yang berbisnis dengan mereka. Sebaliknya, jika seseorang melukai hati orang Jepang, kesempatan untuk berbisnis lagi dengannya akan tertutup. Cara tersebut merupakan sebagian dari cara orang Jepang menunjukkan reaksinya terhadap pandangan dan pendapat yang tidak disetujuinya demi menjaga keharmonisan dan menghindari perselisihan. Orang Jepang tidak mencampur-adukkan urusan bisnis dengan pribadi. Jadi, menurut orang Jepang, jika urusan bisnis tidak berhasil, bukan berarti tidak boleh menjalin hubungan persahabatan. Orang Jepang suka bersenang-senang dan dibuat senang. Oleh karena itu, banyak urusan bisnis dengan orang Jepang diadakan di pusat-pusat hiburan. Namun, bukan berarti orang Jepang dapat disogok dengan hiburan. Mereka dapat membedakan antara pemberian pribadi dan tanggung jawab terhadap organisasi. Jadi, saat berbisnis dengan orang Jepang, seseorang harus berhati-hati agar urusan bisnis tersebut berhasil. Satu hal yang harus dipahami oleh orang yang ingin berbisnis dengan orang Jepang adalah sistem ringi, yaitu sistem pengambilan keputusan dengan mufakat. Sistem tersebut banyak memengaruhi perundingan yang dilakukan organisasi Jepang. Dalam sistem ini, suatu usul yang diajukan kepada orang Jepang, terutama usul yang menyangkut organisasi, akan dibicarakan bersama- sama sampai kesepakatan tercapai. Proses tersebut memakan waktu, tetapi mempermudah pelaksanaannya karena keputusan tersebut disetujui secara bersama. Keputusan yang dibuat oleh beberapa orang saja memang lebih cepat, tetapi akan ada kemungkinan terjadi selisih pendapat dalam pelaksanaannya. Universitas Sumatera Utara Orang yang ingin berbisnis di Jepang perlu menyesuaikan diri dengan sistem ringi. Ketika mengadakan bisnis tersebut, seseorang memerlukan kesabaran dan ketenangan. Urusan bisnis dengan orang Jepang tidak dapat diselesaikan dalam waktu singkat. Kadang-kadang perundingan tersebut memakan waktu berbulan-bulan. Begitu juga untuk membuat suatu keputusan penting. Orang Jepang sangat berhati-hati dalam membuat keputusan karena keberhasilan ataupun kegagalan suatu bisnis tergantung pada tindakan yang diambil. Orang Jepang bersifat teliti dan tidak suka terburu-buru. Oleh karena itu, saat berbisnis dengan mereka, jangan mendesak atau menekan. Sistem pengambilan keputusan yang mereka terapkan bertujuan mengurangi risiko dan menghindari masalah yang dapat mengganggu pelaksanaan suatu urusan bisnis. Keputusan kecil atau besar dianggap sama penting. Orang Jepang bersikap serius karena sikap tersebut akan memberikan manfaat pada diri mereka dan organisasi. Hal lain yang perlu diperhatikan orang yang ingin berbisnis di Jepang adalah berusaha menjalin hubungan aisatsu dengan rekan kerja dalam perusahaan dan firma. “Aisatsu” bermakna memberikan ucapan selamat, tetapi, sebenarnya ucapan tersebut bermakna dalam. Meskipun ucapan tersebut singkat, hal itu dapat mempererat hubungan bisnis dengan perusahaan Jepang. Dengan melakukan aisatsu, seseorang tidak hanya mempererat hubungan antara kedua pihak, tetapi juga menjamin masa depan mereka yang berurusan bisnis di Jepang. Sikap ramah perlu ada dalam urusan bisnis. Hindari sikap Universitas Sumatera Utara sombong dan tinggi hati karena hal itu tidak disukai bangsa Jepang dan juga bangsa mana pun di dunia. Hal yang juga perlu diketahui adalah hubungan dengan orang ketiga atau perantara biasanya lebih mudah dan mudah dilaksanakan. Tidak mungkin seseorang bisa masuk dalam suatu organisasi tanpa sokongan atau pertolongan seorang perantara. Binalah hubungan dengan banyak kenalan di Jepang dan gunakanlah hubungan tersebut untuk mempermudah urusan bisnis di sana. Hubungan bisnis dan perdagangan dengan cara itu akan memperlancar urusan bisnis dan mempersingkat waktu jika dibandingkan dengan prosedur biasa. Dalam hal ini, keberhasilan dan kegagalan bisnis seseorang juga tergantung pada berapa banyak orang Jepang yang dikenalnya dan berapa banyak orang Jepang yang mengenalinya. Universitas Sumatera Utara 2.2 Pengertian Bisnis di jepang Secara etimologi, bisnis berarti keadaan dimana seseorang atau sekelompok orang sibuk melakukan pekerjaan yang menghasilkan keuntungan. Kata bisnis sendiri memiliki tiga penggunaan, tergantung skupnya — penggunaan singular kata bisnis dapat merujuk pada badan usaha, yaitu kesatuan yuridis hukum, teknis, dan ekonomis yang bertujuan mencari laba atau keuntungan. Penggunaan yang lebih luas dapat merujuk pada sektor pasar tertentu, misalnya bisnis pertelevisian. Penggunaan yang paling luas merujuk pada seluruh aktivitas yang dilakukan oleh komunitas penyedia barang dan jasa. Meskipun demikian, definisi bisnis yang tepat masih menjadi bahan perdebatan hingga saat ini. Bisnis terdiri dari berbagai macam tipe, dan, sebagai akibatnya, bisnis dapat dikelompokkan dengan cara yang berbeda-beda. Satu dari banyak cara yang dapat digunakan adalah dengan mengelompokkan bisnis berdasarkan aktivitas yang dilakukannya dalam menghasilkan keuntungan.  Manufaktur adalah bisnis yang memproduksi produk yang berasal dari barang mentah atau komponen-komponen, kemudian dijual untuk mendapatkan keuntungan. Contoh manufaktur adalah perusahaan yang memproduksi barang fisik seperti mobil atau pipa.  Bisnis jasa adalah bisnis yang menghasilkan barang intangible, dan mendapatkan keuntungan dengan cara meminta bayaran atas jasa yang mereka berikan. Contoh bisnis jasa adalah konsultan dan psikolog. Universitas Sumatera Utara  Pengecer dan distributor adalah pihak yang berperan sebagai perantara barang antara produsen dengan konsumen. Kebanyakan toko dan perusahaan yang berorientasi-konsumen adalah distributor atau pengecer.  Bisnis pertanian dan pertambangan adalah bisnis yang memproduksi barang-barang mentah, seperti tanaman atau mineral tambang.  Bisnis finansial adalah bisnis yang mendapatkan keuntungan dari investasi dan pengelolaan modal.  Bisnis informasi adalah bisnis menghasilkan keuntungan terutama dari pejualan-kembali properti intelektual intelellectual property.  Utilitas adalah bisnis yang mengoperasikan jasa untuk publik, seperti listrik dan air, dan biasanya didanai oleh pemerintah.  Bisnis real-estate adalah bisnis yang menghasilkan keuntungan dengan cara menjual, menyewakan, dan mengembangkan properti, rumah, dan bangunan.  Bisnis transportasi adalah bisnis yang mendapatkan keuntungan dengan cara mengantarkan barang atau individu dari sebuah lokasi ke lokasi yang lain. Universitas Sumatera Utara

BAB III SISTEM KOMUNIKASI BISNIS JEPANG