dialirkan ke ruangan-ruangan produksi dan laboratorium untuk digunakan.
b. Air Suling
Instalasi air suling merupakan kelanjutan dari instalasi air demineralisata yang dihubungkan dengan alat pemproses
aquadest, dengan alat ini dihasilkan air suling.
3. Boiler Steam
Air baku untuk menghasilkan uap panas adalah aqua demineralisata yang diberi tekanan melalui pompa air masuk ke filter kemudian
ditampung di dalam tangki stainless steel untuk mensuplai steam. Air dipanaskan melalui boiler hingga menjadi uap. Alat ini bekerja
secara semi otomatik dengan alat-alat pengaman yang lengkap. Udara panas yang dihasilkan dialirkan melalui pipa ke ruang-ruang
produksi yang membutuhkannya.
4. Udara Bertekanan
Udara bertekanan diperoleh dengan menggunakan alat kompresor yang bekerja secara otomatis dengan alat pressure switch.
Kompresor juga dilengkapi dengan air dryer, main line filter, mist separator
dan micro mist separator. Instalasi kompresor ini digunakan hanya pada peralatan yang memerlukan udara bertekanan.
5. Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL
Limbah dari industri farmasi harus diolah sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan agar tidak mencemari
lingkungan di sekitar industri tersebut. Limbah Lafi Ditkesad berasal
Universitas Sumatera Utara
dari proses produksi dan proses pengujian yang terbagi atas limbah padat dan limbah cair.
Pada produksi obat non betalaktam, pengolahan limbah padat dilakukan dengan menggunakan dust collector dimana limbah
berupa debu disedot dari ruang produksi dengan blower kemudian dikumpulkan dalam kantong penampung dan dibakar. Khusus untuk
limbah dari proses penyalutan tablet, terlebih dahulu diolah dengan air washer. Sedangkan limbah cair produksi non betalaktam
langsung dialirkan ke Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL. Pada produksi betalaktam, pengolahan limbah terlebih dahulu diolah
melalui air washer, dimana limbah padat debu-debu disedot oleh blower dari ruangan yang berdebu seperti ruangan strip, isi kapsul,
cetak, coating, campur dan ruang isi sirup kering, kemudian disemprot dengan air bertekanan 4 bar sehingga debu akan jatuh di
bak penampungan. Air dialirkan ke bak destruksi yang dilengkapi dengan dozing pump dan pH meter. Cairan ini didestruksi untuk
memecah cincin betalaktam dengan menggunakan larutan NaOH 0,1N yang diteteskan secara otomatis sampai diperoleh pH 9, lalu
kembali dinetralkan dengan pemberian HCl. Sedangkan limbah cair produksi obat Non Betalaktam tidak mengalami proses destruksi.
Selanjutnya, limbah hasil produksi Betalaktam dialirkan ke IPAL untuk dilakukan pengolahan lebih lanjut.
Pengolahan limbah menggunakan cara fisika, kimia dan mikrobiologi. Cara fisika dilakukan dengan cara mengendapkan
Universitas Sumatera Utara
kotoran pada bak sedimentasi. Cara kimia dilakukan dengan menambahkan koagulan PAC Poly Alumunium Chloride pada bak
koagulan dan flokulan polimer anionik pada bak flokulasi. Cara mikrobiologi dilakukan pada bak aerasi dengan cara
mengembangbiakkan bakteri aerob di dalamnya agar dapat menghancurkan zat-zat organik. Untuk menjaga pertumbuhan
bakteri ditambahkan pupuk urea atau NPK sebagai nutrisi untuk bakteri. Tahapan pengolahan air limbah di IPAL meliputi beberapa
tahap sebagai berikut dapat dilihat pada lampiran 18, halaman 95: a.
Bak Sedimentasi Awal Air limbah yang masuk dari produksi Betalaktam dari bak
destruksi maupun Non Betalaktam, laboratorium akan ditampung dan pengotornya diendapkan dalam bak ini. Dari bak
ini air mengalir ke bak pengendapan Sedimentasi pertama. b.
Bak Sedimentasi Pertama Pada tahap ini terjadi pengendapan kembali, didalam bak ini
terdapat sekat-sekat yang menghambat laju aliran air sehingga reaksi pengendapan berlangsung lama. Air limbah dari bak ini
mengalir ke bak ekualisasi. c.
Bak Ekualisasi Bak ini dilengkapi dengan pompa untuk mengendalikan
fluktuasi jumlah air kotor yang tidak merata, yaitu pada jam kerja dan di luar jam kerja. Bak ini juga disertai dengan
Universitas Sumatera Utara
pengaduk untuk mengaduk bahan-bahan organik agar tidak mengendap.
d. Bak Aerasi Aeration Tank
Air limbah masuk ke dalam bak ini dengan menggunakan pompa secara kontinyu. Di dalam bak ini terdapat bakteri aerob
yang berguna untuk menghancurkan zat-zat organik. Bak ini dilengkapi dengan aerator untuk memasukkan oksigen ke dalam
air limbah. Selain itu di dalam bak ini terdapat pengaduk yang berfungsi untuk mengaduk air limbah sehingga bakteri
menyebar merata dan menjaga agar keseluruhan air limbah mengalami kontak langsung dengan bakteri. Untuk menjaga
pertumbuhan bakteri ditambahkan pupuk ureaNPK sebagai nutrisi untuk bakteri.
e. Bak Sedimentasi KeduaBak Clarifier
Air limbah dari bak aerasi mengalir ke dalam bak clarifier. Dalam bak ini hanya terjadi proses pengendapan. Bak berbentuk
kerucut di bagian bawah untuk menampung endapan. f.
Bak Koagulasi Air dari bak clarifier masuk ke dalam bak koagulasi. Di dalam
bak ini ditambahkan koagulan PAC Poly Aluminium Chloride dengan menggunakan dozing pump yang disertai dengan
pengaduk. Konsentrasi PAC yang diteteskan dalam larutan yaitu 50 kg PAC dalam 1000 L air. Bak koagulasi berfungsi sebagai
bak penampung koagulasi.
Universitas Sumatera Utara
g. Bak Flokulasi
Dari bak koagulasi air dialirkan ke bak flokulasi yang berfungsi untuk mengendapkan endapan yang masih terbawa. Di dalam
bak ini ditambahkan polimer anionik sebagai flokulan dengan konsentrasi 1 kg polianionik dalam 1000 L air. Pada bak
flokulasi, air yang sudah jernih mengalir ke bak kontrol melalui bidang yang miring ke satu arah untuk menahan endapan dan
partikel-partikel lain yang masih terdapat dalam air limbah dari bak flokulasi. Melalui bidang miring ini, air jernih pada bak
flokulasi mengalir ke bak kontrol, sedangkan endapan yang masih terbawa akan mengendap dan masuk ke bak sedimentasi
ketiga yang merupakan bak pengendapan akhir. h.
Bak Sedimentasi Ketiga bak pengendapan akhir 1
Dari bak flokulasi, air yang masih mengandung endapan dialirkan ke dalam bak sedimentasi ketiga yang berbentuk
kerucut di bagian bawah bak. Pada bak ini diberi karung yang berfungsi sebagai penyaring untuk menampung
endapan, sedangkan air yang lebih jernih masuk ke dalam bak penampung cairan.
2 Bak Penampung Cairan
Dari bak ini air yang kemungkinan masih mengandung endapan dialirkan ke bak sedimentasi kedua untuk
dilakukan pengolahan kembali sampai limbah tersebut benar-benar bersih dari senyawa kimia yang berbahaya.
Universitas Sumatera Utara
i. Bak Bidang Miring
Bak bidang miring merupakan bagian dari bak flokulasi. Bak bidang miring ini menahan endapan dan partikel-partikel lain
yang masih terdapat dalam air limbah dari bak flokulasi. Melalui bidang miring ini, air jernih pada bak flokulasi mengalir ke bak
kontrol, sedangkan endapan yang masih terbawa akan mengendap dan masuk ke bak sedimentasi ketiga bak
pengendapan akhir. j.
Bak Kontrol Air yang sudah jernih dialirkan ke bak kontrol yang berisi ikan
sebagai kontrol biologi. Kemudian dilakukan pemeriksaan kadar COD Chemical Oxygen Demand, BOD Biological Oxygen
Demand dan TDS Total Dissolve Solid dari air yang terdapat
dalam bak kontrol ini, jika hasilnya memenuhi persyaratan maka air dapat dibuang ke saluran pembuangan akhir.
6. Air Handling System AHS