Perubahan Fungsi Sosial Kopi Gayo (Studi Deskripsi Perubahan Penyajian Gaya Hidup di Desa Blang Tampu Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam )

(1)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

DAFTAR INFORMAN

1. Informan pertama peneliti adalah sabran dan sipeneliti memanggilnya dengan sebutan cik (paman), cik sabran berusia 32 tahun berprofesi sebagai satpol PP di daerah pondok baru bener meriah, belliau sudah 8 tahun mengabdi sebagi honor di satpol PP cik sabran tinggal di Desa Blang Tampu Kec. Bukit Kab. Bener meriah sudah menikah dan memiliki 2 orang putra, anak pertama bernama fahada berusia 7 tahun dan saat ini sudah masuk di bangku sekolah dasar (SD) dan anak kedua bernama wali masih berusia 3 tahun, istri cik sabran bernama indah yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga sekaligus menjaga warung kecil-kecilan milik mereka, kehidupan mereka sederhana, biasanya setelah pulang dari bekerja cik sabran pergi kekebun kopi miliknya dan dari hasil kopi itu juga lah untuk menambah pemasukan perekonomian mereka.

2. Informan kedua peneliti adalah Musyawira Putra peneliti juga memanggilnya dengan sebutan cik “cik sawir”, saat ini dia berusia 26 tahun, cik sawir tinggal di Desa Kenawat Kabupaten aceh tengah pekerjaannya adalah petani kopi, cik sawir menekuni profesinya sebagai petani sudah dari sejak kecil, dari kecil dia sudah ikut memabntu orangtuannya untuk berkebun kopi sampai saat ini. Cik sawir belum menikah dia masih tingggal bersama kedua orangtuanya


(2)

3. Informan ketiga peneliti adalah payudi dan biasanya peneliti memanggilnya dengan sebutan Cik Payudi, cik payudi berusia 29 Tahun ,cik payudi adalah salah satu karyawan yang bekerja di salah satu koperasi petani kopi yang biasanya disebut dengan ASKOGO (assotiation kopi gayo) cik payudi sudah bekerja di koperasi ini sekitar 7 tahun cik payudi Desa Blang tampu kec. Bukit kab. Bener meriah beliau sudah menikah dan suudah memiliki satu orang putri yang berusia 14 bulan, istrinya bernama ramidah yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga, selain bekerja di koperasi petani cik payudi bekerjadi kebun kopi miliknya.

4. Informan keempat peneliti adalah Winsyawira dan peneliti memanggilnya dengan sebutan cik win, cik win berusia 43 Tahun cik win tinggal di Desa Blang tampu kec. Bukit kab. Bener meriah sudah menikah dan sudah memiliki dua orang putri bernama Nafisa sebagai anak pertama yang saat ini sudah memasuki sekolah dasar (SD) dan anak kedua bernama Qanita yang saat ini berusia 3 Tahun, istri dari cik win Bernama Ramlah yang berprofesi sabagai guru SD disalah satu sekolah dasar negeri di bener meriah.dan cik win sendiri berprofesi sebagai petani kopi, sama seperti informan peneliti sebelumnya cik win juga sudah bertani sejak dari kecil bersama orang tuanya.

5. Informan kelima adalah awan Abdullah, awan saat ini berusia 75 Tahun, beliau pensiunan bulok, beliau tinggal Desa Blang Tampu Kec. Bukit Kab. Bener Meriah awan abdullah salah satu petani serta penikmat kopi dari jaman dahulu, saat ini awan Abdullah tinggal berdua bersama istrinya karna semua anak-anaknya sudah berkeluarga.


(3)

6. Informan keenam peneliti adalah jusnah dan peneliti memanggilnya dengan sebutan bik jus, bik jus berusia 37 Tahun dia tingggal di Desa Kenawat Kec. Takengon. Kabupaten Aceh Tengah, beliau berprofesi sebagai ibu rumah tangga, sudah menikah dan memiliki 2 orang anak satu orang putri yang bernama Afni berusia 11 Tahun saat ini masih duduk di bangku sekolah dasar, dan anak kedua seorang putra bernama zainul yang masih berusia 7 bulan bik jus adalah salah saeorang penikmat kopi dan juga mengetahui proses penyajian kopi tradisional, serta pembudidayaan kopi, sebab nik jus selain sebagai penikmat kopi beliau juga sebagai petani kopi.


(4)

Lampiran 2


(5)

Foto 2. Pembuatan Lubang bibit kopi arabika


(6)

Foto 4. Bibit kopi arabika yang sudah ditana


(7)

Foto 6. Daun kopi arabika


(8)

Foto 8. Gelondongan ( biji kopi)


(9)

Foto 10. Mesin tradisonal penggling kopi

g

Foto 10. Mesin tradisonal penggling kopidari sudut samping


(10)

Foto11. Gambar mesin penggiling kopi dari sisi depan


(11)

Gambar 13. Informan jusnah


(12)

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Asano, Atshuhiro.

2005. Community–Identity Construction In Galatians Exegetical. Social-Anthropological and Socio-Historical Studies. London. T&T

Clark International. Auge, Marc

1995. Non Place. Introduction to an Anthropology of Supermodernity. Translate by Jhon Howe. London. Verso.

Bps Aceh Tengah

2014. aceh tengah dalam angka. Bener Meriah. BPS. Cahyono. Ari,

2012 Analisis Pengaruh Kepemimpinan,motivasi dan Budaya Organisasi terhadap kinerja dosen dan karyawan Di Universitas Pawytan Daha Kediri,Jurnal Ilmu Manajemen, Revitalisai Vol 1 No.1. Clifford. James.

1992 On Ethnographic Allegory dalam James Clifford and George. E

Marcus(eds) Writing Culture. The Poetic And Politic Of Ethnography.

California: University Of California Press. Fahrizal.Muhammad.

2014. Kedai Kopi. Studi Etnografi Aktifitas dan peran Perumnas Simalingkar Kota Medan. Skripsi Antropologi sosial Universitas Sumattera Utara

Fika. Okiriswandi.

2013. Gaya hidup santai. ADLN perpustakaan universitas airlangga. Tidak dipublikasikan


(14)

Fitrianto, Andri.

2013. Perubahan Makna dan Fungsi Reog Banjarharjo.Dalam kedidupan masyarakat.Studi Kasus Desa Banjarharjo Kec. Banjarharjo Kab.Brebes. Skripsi Universitas Negeri Semarang.

Lumintang, Juliana.

2015. Pengaruh Perubahan Sosial Terhadap Kemajuan

Pembangunan Masyarakat Di Desa Tara-Tara I, dalam e-jurnal acta diurna vol IV. No.2.

Marzali. Amri .

2005. Antropologidan Pembangunan Indonesia. Jakarta: Kencana Nurazizi. Reza Dwiyan,

2013.Citra Merek Kedai Kopi Sebagai Nilai Tanda Konsumsi Gaya Hidup Kedai Klinik Kopi Gg.Madu Koro Jl.Kaliurang Km 7,5 Sleman. Skripsi Malang Universitas Brawijaya.

Ritzer, George,

2014.Teori Sosiologi. Dari teori sosiologi klasik sampai perkembangan mutakhir teori social postmodern. Bantul: Kreasi

Wacana. Rosul.

2010. menikmati Kopi sampai mati. Studi sosiologi atas pergerseran

pola konsumsi di Yogyakarta. Skripsi program studi sosiologi fakultas

ilmu social dan humaniora universitas islam sunan kalijaga Yogyakarta.


(15)

Soekanto. Soedjono,

1994. Pokok-pokok sosiologi Hukum. Jakarta, Raja Grafindo persada. Spradley, james P.

1997. Metode Etnografi. Yogyakarta: PT tiara Wacana Subandy, Idi Ibrahim,.

1997. Lifestyle ecstasy. Kebudayaan pop dalam masyarakat komoditas indonesia. Bandung . Jalan Sutera.

Tambunan.Firman januari

2013.Petani Kopi (Variasi Pola Tanam Kopi Robusta Di Desa Poling Anank-Anak Kec.Silima Pungga-Pungga Kab.Dairi.Skripsi Antropologi Universitas Sumatera Utara.

Yahmadi.M,

2005. Pemasaran Kopi Indonesia Di Pasar Global Buletin No.6 AEKI Jawa timur.

Sumber Internet:

Artikel.Budaya Orang Gayo Dan PengaruhGlobalisasi (Diakses tanggal 6 September 2016)

.Artikel - Kopi Arabika Aceh Gayo.( diakses tanggal 16 september 2016 .Atjehpost.blogspot. ( diakses tanggal 24 Oktober 2016)

.Artikel.Tahun 2012, TahunKebangkitan Kopi ArabikaGayo. (diakses tanggal 24 oktober 2016)

Bps.acehtengah catatan jumlah kopi arabika dan kopi robusta.(diakses tanggal 24 oktober 2016

LintasGayo.(diakses Tanggal 24 Oktober 2016)


(16)

BAB III

KOPI GAYO DI DESA BLANG TAMPU

3.1 Pandangan masyarakat Gayo terhadap fungsi kopi

Berbagai macam cara pandang masyarakat gayo terhadap perubahan fungsi kopi Gayo, baik itu terkait dengan tata cara perubahan penyajian dan bagaimana masyarakat menikmati kopi. Perubahan-perubahan yang terjadi tidak terlepas oleh perkembangan tekhnologi yang semakin modern, sehingga membawa dampak terhadap perubahan pada sistem pengelolahan dan penyajian.

Alat ini merupakan salah satu alat tradisional yang digunakan para petani kopi untuk menumbuk kopi yang sudah kering. Kopi sedikit demi sedikit di masukan kedalam lesung dan di tumbuk secara perlahan sampai kopi halus seperti bubuk. Menurut informan peneliti bahwa pada jaman dahulu masyarakat rata- rata menggunakan lesung untuk menghaluskan kopi, karna jaman dahulu belum ada mesin penghalus kopi


(17)

Memang sedikit menguras tenaga ketika menumbuk kopi dengan menggunakan lesung, tapi rata-rata masyarakat sudah terbiasa menggukan alat ini, jadi tidak masalah ketika harus menumbuk kopi dengan alat ini.(bik,jus 37 Tahun). Akan tetapi denganperkembangan jaman yang semakin modern adanya suatu pemikiran-pemikiran untuk menciptakan suatu alat modern peenghalus kopi yang akan membuat masyarakat semakin dimanjakan dengan alat tersebut.

Di bahwa ini adalah salah satu mesin penggiling kopi yang sudah modern, cara menggunakannya juga sangat sederhana pertama menghidupkan mesinnya dengan bahan bakar solar ,kemudian kopi yang sudah kering dan di gongseng dimasukan kedalam corong yang sudah ada, tidak harus menunggu waktu yang lama kopi pun hancur dalam waktu beberapa detik saja begitulah seterusnya sampai biji kopi habis menjadi bubuk.


(18)

Dengan adanya mesin penggiling kopi ini membuat pekerjaan para petani kopi semakin cepat dan lebih praktis. Masyarakat tidak lagi di repotkan dengan alat tumbukan kopi yang membutuhkan waktu lama untuk menumbuknya menjadi bubuk. Memang tidak semua masyarakat memliki alat tersebut. Di daerah bener meriah ada beberapa tempat yang menyediakan alat mesing penggiling kopi, jadi setiap masyarakat yang akan menggilling kopi bisa langsung datang ketempat penggilingan tersebut dalam 1 kilogram kopi untuk di giling dikenakan biaya Rp.10.000,-.

Mesin Grinder merupakan alat penggiling biji kopi kering, saat ini alat itu sudah banyak digunakan pada caffe-caffe modern untuk menhancurkan biji kopi yang sudah kering menjadi bubuk. Alat ini cukup praktis untuk digunakan, biasanya mesin grinder digunakan untuk mengigiling kopi yang memiliki kualitas terbaik yaitu kopi yang berjenis arabika, alat ini sangat mudah digunakan hanya dengan menyambungkannya ke llistrik, dan memasukan biji kopi kedalam corong, bubuk kopi pun perlahan-lahan keluar

Gambar 3.3 Mesin Penggiling Biji Kopi ( Grinder)

Mesin pengupas kulit kopi ini merupakan alat yang sudah modern, cara penggunaannya dengan memasukkan biji kopi yang masih merah kedalam corong


(19)

dan menghidupkan mesinnya dengan bahan bakar solar. Kemudian kopi yang dimasukkan kedalam corong tersebut sedikit demi sedikit disirami air supaya mempemudah proses kerja penggiling tersebut. Alat ini sangat diperlukan oleh para petani kopi untuk mempermudah cara kerja tani dalam proses pengulitan biji kopi. Alat ini juga sudah di modifikasi menjadi yang lebih bagus lagi dengan bahan yang lebih bagus dan harganya cukup mahal.

Melihat pekembangan alat-alat penyaji kopi yang semakin modern membuat para pemilik caffe semakin dimanjakan dengan alat yang ada, dengan mudah mereka dapat menggunakan mesin tersebut untuk menyajikan kopi dengan cita rasa yang nikmat, dengan sekejap mereka dapat mengelolah biji kopi yang menjadibubuk dan mengelolahnya menjadi minuman modern lagi dengan racikan- racikan tangan dari seorang barista, seorang barista dapat menciptakan suatu minuman yang membuat penikmatnya menjadi ketagihan untuk meminumnya.


(20)

Bayangkan saja semenjak caffe-caffe modern di bangun banyak masyarakat khusnya kalangan anak muda berbondong-bondong pergi menikmati kopi di caffesalahsatu alasannya karena kopi yang di tawarkan di caffe selain rasannya yang menarik tampilan dari secangkir gelas kopi sangat unik dengan tampilan gambar menarik.dan hal itu membuat kita menyempatkan untuk memfoto minuman dan mempostingkan foto tersebut ke media sosial seperti banyak di lakukan anak-anak muda jaman sekarang. Semua itu tidak terlepas oleh tangan-tangan cantik seorang barista, caffetidak akan mungkin bisa berjalan tanpa adanya seorang barista yang handal dalam memainkan dan meracik secangkir kopi.

Aku suka minum di caffe kadang dalam seminggu aku mau sampai tiga kali nongkrong di caffe bareng temen-temen sambil berdiskusi tentang pelajaran gitu, selain tempat nya yang nyaman, aku suka dengan cara barista dalam menyajikan kopi, jadi setiap ke cafe ini aku mengambil posisi duduk tidak jauh dari barista alasannya supaya bisa melihat gaya barista memainkan dan meracik secangkir kopi, dan menurut saya itu sangat mengagumkan.

Ternyata penyajian kopi unik dapat membuat penarik terhadap konsumen, mungkin bisa saja mereka tidak begitu menyukai kopi, btapi karena melihat cara penyajian yang dilakukan cukup menarik, sehingga orang yang berkunjung tertarik dan duduk untuk melihat penyajian tersebut dan secara tidak langsung ada keinginan tersendiri dalam diri untuk memesan secangkir kopi yang telah dicampur denngan berbagai macam racikan dan keinginan itu muncul karena adanya rasa penasaran ketika melihat seorang barista memainkan aksinya dalam menyajikan secangkir kopi.


(21)

3.2. Makna Kopi Bagi Masyarakat Gayo

Menurut dari pendapat informan peneliti yang bernama Cik Sabran kopi Gayo memiliki makna yang cukup luas dan cukup sulit untuk dijelaskan, menurutnya kopi Gayo merupakan minuman yang sudah ada sejak dari dulu, dan sudah menjadi minuman yang wajib bagi masyarakat Gayo, kenapa dikatakan minuman yang wajib,mereka mengatakan bahwa kopi itu sudah seperti minuman yang mendarah daging bagi mereka, jadi ketika satu hari saja tidak minum kopi seperti ada yang kurang, begitu juga jika ada tamu yang datang berkunjung kerumah,mereka wajib menyajikan minuman kopi untuk tamu terkecuali mereka meminta minuman lain, mengapa harus kopi? Karenaselain kopi merupakan minuman yang wajib dan turun temurun, kopi juga memiliki makna yang khusus bagi mereka alasannya

jika kami sebagai tuan rumah hanya menyediakan air putih kepada tamu. seperti diibaratkan kami tidak senang dengan kedatangan tamu tersebut bisa dikatakan pelit. Akan tetapi jika kami menyajikan kopi kepada tamu kami tersebut, itu menandakan bahwa kami senang dengan kedatangan mereka.

Menyajikan kopi kepada tamu yang datang sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Gayo. Selain itu juga sebenarnya adanya keinginan hati untuk menunjukkan kepada tamu yang datang bahwa kopi merupakan ciri khas dari daerah Gayo, maka dari itu wajib bagi masyrakat Gayo untuk selalu menyediakan bubuk kopi di dalam rumah, walaupun pemilik rumah tidak menyukai atau tidak bisa minum kopi setidaknya persiapan bubuk kopi di dapur ada, tujuannya untuk menjaga-jaga jika ada tamu luar yang datang.

Gini loh ipak, kalau kami ada tamu yang berkunjung, sebagai hidangan yang kami tawarkan pasti kopi. Kalau bukan kopi, pasti ada seperti rasa malu yang seolah


(22)

disematkan sama kami, seperti menyindir kalau tuan rumahnya itu pelit. Makanya ada yang kurang kalau tidak ada kopi.

Bagi orang Gayo khususnya masyarakat Desa Blang Tampu, menikmati kopi tidak sekedar menikmati wangi dan rasa yang nikmat. Namun menikmati kopi berkaitan juga dengan cara mereka untuk menghormati tamu. Penghormatan ini tercermin dari cara mereka untuk memberikan sajian kopi ketika ada kunjungan tamu.

Kalau kami ipak dalam sajian kepada tamu disitulah kehangatan akan terjadi. Kehangatan itu bukan saja kehangatan yang muncul ketika kami meminum kopi saja, namun ketika proses menunggu kopi itu hingga hangat disitulah perbincangan, hangat, saling sapa dan bertukar senyum terjadi.

Meminum kopi bagi orang gayo juga tidak hanya tentang bagaimana menikmati kopi. Namun ketika proses bertamu dan menghormati tamu, kehangatan dalam perbincangan juga terjadi. Hal ini berjalan apa adanya tanpa proses yang dibuat-buat, disaat ada secangkir kopi yang tersaji maka akan tersaji pula sebuah perbincangan yang tidak kalah hangatnya dengan secangkir kopi tersebut.

Bagi masyarakat Desa Blang Tampu ada waktu-waktu yang tepat untuk menikmati kopi. Waktu tersebut menjadi waktu yang tepat bagi mereka untuk menimati sajian kopi waktu-waktu ini tidak seperti sebuah ritual yang mengharuskan bagaimana mereka menikmati kopi namun sebagai pilihan yang tepat dari rentetan hari untuk sejenak menikmati kopi. Waktu tersebut adalah waktu pagi sebelum berangkat bekerja dan waktu senja atau sore ketika selesai dari segala bentuk aktifitas.


(23)

“Gini loh kalau sebelum kerja kalau gak minum kopi pasti ada yang kurang kayak pusing-pusing, ngantuk, gak bersemangatlah ipak. Ibaratnya gini, kopi itu ibarat nasi kalau nasi itu buat kenyang kalau kopi itu ya jadi pelengkap tapi gak lengkap kalau gak ada kopi”.

Bagi masyarakat Desa Blang Tampu menikmati kopi di pagi hari menjadi sebuah keharusan. Terutama bagi bapak-bapak yang hendak bekerja. Mereka terbiasa menikmati kopi pagi untuk menghilangkan dinginnya pagi di dataran tinggi Gayo. Udara yang menusuk kulit kala pagi akan sejenak hilang sehangat kopi yang mereka nikmati. Kopi juga menjadi penyemangat pagi mereka untuk beraktifitas kembali, mengawali hari dan mempersiapkan perbekalan untuk bekerja.

Kalau dah capek kerja, buat ngembalikan semangatnya ya munum kopi lagi. Kalau di rumah minum kopi sambil nonton tv sama keluarga, kalau di warung sama teman-teman sekalian cerita-ceritala

Meminum kopi di waktu sore adalah waktu ketika mereka selesai beraktifitas. Melepas lelah dengan meminum kopi bagi masyarakat Desa Blang Tampu adalah pilihan yang tepat. Menikmati hangat kopi bersama keluarga ataupun dengan teman sejawat di warung adalah hal yang tersaji disudut-sudut desa.

Masyarakat Desa blang Tampu terbiasa meminum kopi setelah makan. Mereka percaya meminum kopi sebelum makan bisa menyebabkan hilangnya selera makan, perut gembung dan rasa perih di perut. Untuk itu mereka terbiasa untuk meminum kopi setelah makan sambil berbincang-bincang.

Kebiasaan masyarakat Desa Blang Tampu memiunum kopi setelah makan menjadikan tradisi minum kopi sebagai hidangan penutup. Masyarakat lazim


(24)

sebagai menu penutup agar nasi yang sudah dimakan semakin padat dan mengenyangkan.

Dalam jamuan makan yang dihidangkan tamu, kopi sering hadir sebagai hidangan penutup “perapat”. Hal ini berguna sebagai peluruh makanan yang sudah dimakan agar semakin kenyang dan larut dalam perut. Minum kopi setelah makan akan muncul perasaan seperti kenyang, selera makan berkurang dan rasa lapar yang tadinya tertahankan akan menjadi hilang.

Selain itu Kopi juga merupakan jenis minuman yang banyak di gemari oleh berbagai kalangan masyarakat, tidak memandang usia, status sosial, tua dan muda, serta laki-laki ataupun perempuan, berbagai kalangan ikut serta dalam menikmati kopi, tidak sedikit masyarakat menjadi kecanduan dengan minuman kopi ini, sehingga mereka tidak dapat begitu saja untuk meninggalkan kopi. Dan ini bukan hanya terjadi pada masyarakat Gayo saja, akan tetapi sudah terjadi pada pecandu-pecandu kopi lainnya yang berada di luar desa Blang Tampu.

Bagan 3.1. makna kopi di Desa Blang Tampu

Bagi masyarakat desa Blang Tampu menikmati kopi merupakan suatu hal yang sangat menyenangkan, karena bagi mereka kopi merupakan salah satu pengangkat derajat dan perekonomian keluarga mereka, bagi masyarakat Gayo


(25)

wajib untuk mereka minum kopi setiap harinya baik itu pagi hari, siang hari ataupun malam hari, kopi juga sudah diibaratkan identitas suku mereka.tidak heran jika kopi tetap menjadi primadona daerah Gayo. Menikmati kopi bebas dilakukan oleh siapa saja Tidak memandang dari kelas sosial mana, dan juga tidak ada perbedaan antara perempuan dan laki- laki hampir seluruhnya baik itu perempuan maupun laki-laki sangat menyukai kopi, bahkan anak-anak juga suka dengan kopi, tidak ada batasan dalam menikmati kopi. Kopi juga menjadi salah satu minuman yang memiliki khasiat yang tinggi juga untuk kesehatan.dalam penelitian mengenai makna kopi Gayo berbagai macam pendapat dari masyarakat mengenai kopi Gayo khususnya pada penikmat kopi Gayo.

“Bagi saya kopi Gayo itu sudah menjadi teman baik,karena kopi ini bisa membantu saya ketika saya akan melakukan ibadah pada malam hari, karena ketika saya minum kopi pada malam hari saya tidak merasa ngantuk, nah ketikaitu lah saya bisa khusyuk dalam beribadah. (Cik sabran, 34 tahun).

Bagi masyarakat Desa Blang Tampu, terdapat sebuah warisan turun temurun terkait menikmtai kopi. Warisan ini ibarat sebuah kearifan lokal yang sangat berharga yang datang dari nenek moyang mereka. Warisan ini sering mereka sebut dengan mantra kopi

Bismillah.. siti kewe kunkahen ko urum kuyu tanoh kin saksimu.. wih kin walimu.. lo kin saksi kalammu (dengan nama Allah, siti kewe(sebutan bahasa gayo untuk kopi) kunikahkan dikau dengan angin. Tanah sebagai saksimu , air sebagai walimu, matahari sebagai saksi kalammu.

“Mantra kopi” merupakan wujud komunikasi para petani dengan tanaman

kopi. Saat mereka mulai menanam dan memasukkan akar kopi ke dalam tanah, mulailah mereka berkomunikasi. Mereka bergumam, bahkan ada yang


(26)

mengucapkan dengan suara yang menggelegar. Membaca “mantra kopi” bukan

hanya sekali. Setiap menanam batang kopi, setiap saat itu pula mantra dibaca. Bagi masyarakat Desa Blang Tampu, tanaman kopi adalah makhluk hidup yang memahami bahasa lisan, bahasa tubuh dan bahasa hati manusia. Berkomunikasi dan mencurahkan kasih sayang kepada tanaman kopi sama halnya dengan merawat dan membesarkan anak. Inilah yang menjadi alasan mengapa mereka membaca mantra kopi. Dalam secangkir kopi panas mengalir “mantra

kopi”. Dari cangkir tersebar aroma dan cita rasa istimewa. Inilah hasil pernikahan

(penyerbukan) kopi dengan angin

Sampai saat ini kopi Gayo tetap menjadi minuman yang bisa diandalkan dan dibanggakan, bayangkan saja setiap harinya mereka harus mengkonsumsi kopi, bahkan mereka rela pergi kekebun untuk memetik buah kopi, yang hanya sebagian saja merah dan itu tidak banyak. Dalam satu pokok kopi tidak sampai 1 kilogram,karena belum waktunya musim panen, tapi karena keterpaksaan memenuhi kebutuhan mereka yang harus menikmati kopi setiap harinya, membuat mereka memetik kopi dan mengelolahnya sendiri dengan peralatan yang ada. Mereka merasa akan lebih baik memetik dan mengelolahnyya sendiri dibandingkan harus membeli bubuk kopi dikedai. Karena bagi mereka lebih baik uangnya di belikan keperluan lain seperti keperluan dapur dan untuk uang saku untuk anak-anak mereka dibandingkan harus membeli bubuk kopi terkadang bubuk yang dibeli di kedai tidak begitu nikmat, tidak seperti hasil kebun sendiri.

Akan tetapi harus diingat, bahwa terlalu berlabihan mengkonsumsi kopi juga membuat dampak negative bagi para penikmatnya, terlalu banyak mengkonsumsi kopi bisa berdampak kepada penyakit diabetes (cik sabran, 34


(27)

tahun). Ia mengatakan terlalu banyak mengkonsumsi gula yang berlebihan dapat berpotensi penyakit diabetes dan juga bisa mengalami tekanan darah tinggi, dan juga tidak baik untuk ginjal.

Akan tetapi, jika kita sebagai penikmat mengkonsumsinya tidak terlalu berlebihan akan bisa menyembuhkan beberapa penyakit salah satunya, menyembuhkan penyakit asam lambung, selama ini banyak yang orang ketahui bahwa seseorang yang memiliki penyakit lambung tidak boleh meminum kopi karena akan berbahaya untuk lambungnya.tapi menurut dari informan peneliti seseorang yang memiliki penyakit lambung dapat mimun kopi. Untuk mengatasi penyakit lambung ada takarannya, dengan 1 sdm bubuk kopi dan 2 sdm gula lalu dicampurkan dengan seduan air panas, pengobatan ini sudah di kenal sejak jaman dahulu agar seseorang yang bermasalah dengan lambung dapt menikmati kopi.

Dalam hal ini sudah dapat dilihat bahwa kopi memiliki fungsi yang baik bagi para penikmatnya. Jadi tidak heran kalau sampai sekarang kopi tetap mempunyai tempat tersendiri di hati masyarakat. Dan ini juga yang membedakan kopi dengan minuman yang lainnya, yang membuat para penikmatnya selalu rindu dengan khasnya aroma kopi dan cita rasa yang dihasilkan.Dan saat ini kopi sudah menjadi suatu identitas yang melekat bagi masyarakat Gayo.

Identitas yang melekat pada masyarakat gayo merupakan sebuah gambaran bahwa kopi sudah menjadi salah minuman yang dapat menciptakan budayanya sendiri sehingga sulit untuk di pisahkan dari masyarakat gayo, hal ini sudah terbukti dengan keseharian masyarakat gayo yang setiap harinya wajib untuk menikmati kopi serta menjadikan kopi sebagai salah satu sajian yang wajib disungguhkan ketika ada tamu yang berkunjung kerumah masyarakat gayo.ketika


(28)

kedua hal ini sudah terjadi maka tidak heran jika orang awam langsung muncul satu pikiran ketika mengenal suku gayo langsung teringat dengan kopi nya.

“ Tidak jarang dari banyak orang mengenal suku gayo karena ciri khas dari kopinya menurut kami itu hal yang wajar sih, memang kopi adalah salah satu minuman andalan kami, dan merupakan satu-satunya minuman kebanggaan masyarakat gayo jadi tidak masalah jika mengenal suku gayo berawal dari kopi nya malah itu yang membuat kami sangat bangga”.

Kebanggaan akan kopi membuat masyarakat gayo semakin tertarik untuk lebih memperkenalkan kopi gayo kepada banyak orang, dan ini menjadi hal yang positif bagi perkembangan kopi gayo, kopi yang terlihat sederhana tapi memiliki nilai yang tinggi di hati masyarakat.

“Memang susah saya rasa untuk meninggalkan kopi ini ntah kenapa,Saya juga sudah pernah sakit karna kebanyakan minum kopiTapi tetap saja kopi tidak bisa saya kurangi, sudah kecanduan sekali sebanarnya.Kopi ini sudah bersahabat dilidah saya, maklum lah udah dari jaman orok sampai saat ini yang jadi minuman favorite itu ya kopi ini ipak”.

Ternyata ketika lidah sudah menyatu dengan kopi, apapun bisa dilakukan untuk dapat menikmatinya, keinginan yang besar yang membuat penikmatnya selalu ingin menikmati nya dan membuat penikmat kopi selalu terhanyut dalam setiap degukan kopi yang masuk ke dalam mulut. Seolah-olah kopi adalah minuman yang paling nikmat hinga mengalahkan minuman-minuman yang lainnya. Dan para penikmatnya selalu setia terhadap minuman kopi ini, dan ini suatu kebiasaan yang luar biasa, dengan waktu belasan tahun bisa ataupun puluhan tahun selalu setia terhadap minuman kopi dan tidak ada rasa jenuh ataupun bosan dalam menikmatinya.


(29)

3.3. Budaya Ngopi Masyarakat Gayo

Kopi akan selalu hadir dalam relasi sosial di tingkatan apa pun. Tidak bisa ditampik bahwa para pekerja pada pagi hari lazim menikmati secangkir kopi sebelum memulai aktivitas pagi hari. Kopi tidak bisa dielakkan dalam pilihan menu dan hidangan hang out di café pada sore hari. Kopi akan menjadi teman bagi insan yang mencari kekhusyukan sepertiga malam. Sepertinya tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa dalam setiap relasi sosial kita, kopi mengambil tempat yang cukup intim.

Hal ini mengenai kegiatan menikmati kopi dalam konteks relasi social di desa Blang Tampu. Apakah aktivitas menikmati kopi merupakan sebuah budaya atau gaya hidup, Contoh sederhana yang diajukan adalah kebiasaan orang dewasa di wilayah pedesaan yang menikmati kopi dalam segala macam bentuk aktivitas sosialnya, mulai dari di rumah, di kebun, di pengajian, bahkan di kedai sekalipun. Kebiasaan menikmati kopi yang berlangsung turun-menurun ini sudah menjadi budaya. Sementara itu, sebagai manusia urban, kebiasaan menikmati kopi di tempat-tempat yang spesifik di wilayah ibukota lebih cenderung dinilai sebagai sebuah gaya hidup. Susah untuk mempertahankan

argumentasi bahwa kegiatan ini adalah “budaya”, ketika menikmati kopi perlu

dilengkapi dengan Wi-Fi gratis yang superkencang, colokan laptop yang bersliweran, dan suasana café yang cozy.

budaya minum kopi pada saat ini saudah menjadi trend dimana anak- anak muda menjadi bertambah banyak yang menyukai kopi, mungkin karena tempat nya yang sesuai degan selera anak muda zaman sekarang.walaupun juga banyak dampak positif maupun negatif dari perubahan budaya minum kopi pada saat ini. “ ( Cik sawir 26 tahun).


(30)

Mengenai aktivitas menikmati kopi sebagai sebuah budaya atau gaya hidup. Habis energi hanya untuk mempertahankan bahwa tubruk itu tradisi asli, sementara espresso dan cappuccino adalah budaya asing. Relasi sosial dalam kopi tidak bisa diputus sepihak. Seolah-olah ia hanya menjadi gaya hidup kelas menengah ibukota ketika dibandrol beberapa puluh ribu rupiah per gelasnya. Atau menjadi teman rakyat kecil ketika kopi dinikmati di warung kopi selepas berkebun. Bagi saya pribadi, dapat dikatakan bahwa kopi adalah suatu pembebasan.Jika kopi memiliki hubungan serta keterkaitan antara satu dengan yang lain lalu bagaimana soal menikmati kopi sebagai pembebasan? .

Pada kondisi hari ini akan lebih penting untuk memahami bahwa aktivitas menikmati kopi bukan sekadar budaya atau gaya hidup. Tetapi lebih kepada apa yang ditemukan di setiap teguknya, apa yang bisa dihayati di setiap cerita relasi sosial di belakangnya. Jika sebelumnya kopi identik dengan warna hitam dan rasa yang pahit sehingga hanya dinikmati oleh kalangan orang tua, sekarang kopi menjadi minuman dengan berbagai macam variasi rasa yang mampu menarik perhatian anak muda.

Pada awalnya kopi dinikmati di kedai-kedai atau warung-warung kecil pinggiran jalan atau di pedesaan dengan tujuan untuk melepas lelah para pengedara jarak jauh atau sebagai media berkumpul orang-orang ketika melepas kepenatan kerja. Namun, arus globalisasi telah membawa dampak lahirnya budaya konsumerisme dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk memilih apa yang mereka inginkan, termasuk tempat mereka menikmati kopi.

Budaya konsumen menciptakan tempat-tempat ngopi menjadi salah satu ikon konsumerisme di kalangan masyarakat yang berbeda dengan sebelumnya.


(31)

Saat ini caffe tidak hanya sekadar tempat untuk minum kopi dan nongkrong, tetapi juga menjadi budaya baru yakni budaya ngopi sekaligus gaya hidup bagi anak muda. Bagi anak muda ataupun mahasiswa, pergi ke caffe ataupun kedai-kedai kopi menjadi pemandangan yang umum dilihat.

Mereka menciptakan komunitas-komunitas cafe sehingga mengunjungi cafe menjadi sesuatu yang tidak dapat lepas dari kehidupan mereka sebagai anak muda atau mahasiswa, Melihat cara dan kuantitas anak muda atau mahasiswa dalam mengunjungi cafe-café, seperti halnya sudah menjadi Gaya Hidup Modern Keberadaan warung kopi atau kedai-kedai kopi di masyarakat khususnya Indonesia bukanlah hal yang baru. Beberapa suku bangsa di Indonesia telah lama mengenal budaya minum kopi bersama. Namun, istilah cafe atau cafe shops memang menjadi fenomena yang baru dan bahkan mengalahkan istilah warkop (warung kopi) yang terkesan jadul dan ketinggalan jaman.

Cafe shops merupakan istilah yang merujuk pada sebuah tempat untuk

menikmati kopi dan telah menjadi fenomena yang mengglobal. Beberapa dekade terakhir ini, cafe telah mengalami ekspansi yang cukup dramatis. Di mall, airport, maupun di belahan dunia lainnya kita dapat menemukan coffee bars, coffee shops, dan kios. Tidak dipungkiri bahwa kemudian cafe menjadi instrumen dalam penyebaran budaya konsumsi kopi dalam era globalisasi. Sebenarnya apa yang yang dimaksud dengan budaya minum kopi atau coffee culture itu? Kopi adalah sebuah zat, tetapi budaya menanamkan kopi dengan makna sosial dan simbolik.

Melalui budaya, dengan mengonsumsi kopi seseorang dapat menegaskan identitasnya, mengeskspresikan nilai yang dimiliki atau menegaskan ikatan sosialnya. Artinya, kopi sebagai budaya merujuk pada gagasan, perilaku,


(32)

teknologi, pemaknaan, serta segala sesuatu yang berhubungan dengan kopi. Berdasarkan pemahaman tersebut, maka segala sesuatu yang berhubungan dengan kopi dapat kita lihat, dengar, dan rasakan ketika berada di dalam sebuah cafe.

Melihat perjalanan kopi kita dapat memahami bagaimana kopi memiliki interaksi dengan lingkungan di sekitarnya, kopi dikembangkan oleh manusia dari mulai penanaman sampai dengan pengolahan, dan sebaliknya manusia pun banyak dipengaruhi kopi dalam interkasi sosialnya. Oleh karena itu, untuk coffee bars, coffee shops memiliki peran sebagai media dalam mengembangkan budaya minum kopi di kalangan anak muda. Saat ini budaya minum kopi tidak lepas dari kalangan anak muda yang dekat dengan kebiasaan nongkrong dan ngobrol sampai larut malam.

Oleh karenanya bertandang ke cafe-cafe sudah menjadi sebuah ritual yang biasa mereka lakukan untuk membentuk dan menguatkan identitas mereka sebagai bagian generasi modern. tindakan dimana anak muda secara rutin atau dalam jangka waktu tertentu datang ke cafe, mereka berdandan, mengenakan pakaian bagus dan bersih. Bersama-sama dengan teman lainnya untuk diskusi, sekadar mengobrol, ataupun duduk sendiri untuk mengerjakan pekerjaan. Mereka yang berkumpul memiliki gagasan yang sama tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan kopi ataupun cafe.

Mereka yang terbiasa datang ke cafe mengetahui istilah-istilah berkaitan dengan minuman dan makanan yang ditawarkan, seperti venti caramel macchiato, cappucino, americano, chocolate mocha dan lain sebagainya tanpa harus melihat papan menu. Perilaku dan tindakan inilah yang mereka gunakan sebagai media dalam berkomunikasi dengan sesama komunitas cafe. Pengetahuan akan


(33)

istilah-istilah atau segala sesuatu yang berhubungan dengan cafe sebagai komunitasnya menjadi pembeda antara mereka yang tidak terbiasa mengunjungi cafe. Perbedaan antara ritual dan keagaman dan ritual ngafe anak muda adalah ritual religi yang mengarah pada tujuan-tujuan transendental. Sementara ritual mendatangi cafe atau ngafe memiliki nilai untuk mencapai penghargaan secara sosial dan pembentukan identitas.

Ngafe bagi anak muda menjadi salah satu bagian dari fenomena sosial yang dikonstruksi dalam dua sisi yakni positif dan negatif. Pada bagian ini akan dibahas beberapa hal berkaitan dengan dampak negatif dari ritual ngafe anak muda. Pertama, adanya ritual ngafe membawa dampak budaya konsumerisme dan hedonis yang semakin meningkat dikalangan anak muda.

Hedonis adalah gaya hidup yang berorientasi dengan kesenangan dan kepuasan dunia semata. Artinya, tujuan datang ke cafe-cafe tidak lagi hanya sekadar menikmati kopi, tetapi mereka menikmati suasana dan kepuasan dalam hal prestise ketika berada di suatu cafe tertentu meskipun dengan harga kopi yang jauh lebih mahal. Kedua, lahirnya sikap boros dalam ritual ngafe dikalangan anak muda, karena mereka membeli sesuatu yang tidak benar-benar mereka butuhkan. Ketiga, ritual ini membuat hidup anak muda menjadi tidak produktif karena banyak membuang waktu dengan hal-hal yang tidak bermanfaat.

Ketika mereka telah menikmati kopi di Caffe adanya kepuasan tersendiri yang mereka rasakan, sehingga membuat mereka sebagai pengunjung selalu tertarik untuk kembali berkunjung ke caffe tersebut. Salah satu informan mengatakan

Setiap rasa pahit, asam, manis, kecut yang dirasakan oleh lidah merupakan keistimewaan menikmati kopi,namun


(34)

tersisipkan juga relasi sosial di dalamnya. (cik sawer 26 tahun)

Sehingga aktivitas menikmati kopi akan membawa pada lepasnya keterbelengguan otoritas tertentu yang akan mendikte cara dan preferensi dalam menikmati kopi bahkan memutus cerita relasi sosial di belakangnya. Bahwa rasa generik kopi adalah manis karena dicampur gula atau ritual-ritual tertentu yang perlu dilewati agar tercipta sensasi menikmati kopi yang asli, dengan kata lain penikmat kopi secara bebas dapat mengekspresikan rasa dari secankir kopi.

Mengapa dikatakan adanya terbentuk suatu relasi sosial? karena dalam tegukan secangkir kopi, adanya terselip pendekatan yang terjadi secara spontan terhadap seorang individual yang berada didekat kita. Dimana dalam hal ini, mereka dapat berbagi cerita dengan rasa kopi yang mereka rasakan dan mereka juga bisa berpendapat secara bebas bahwa kopi yang nikmat itu seperti apa, disini lah mereka bisa saling mengeluarkan argumen mereka mengenai kopi. Terkadang juga terjadi sedikit perdebatan mengenai cita rasa kopi.dan hal ini yang membuat mereka semakin dekat.

Secara tidak langsung kopi juga berfungsi sebagai salah satu bentuk perantara dimana kopi dapat meciptakan hubungan sosial kepada masyarakat dan dapat menyatukan berbagai kalangan gender dan merupakan salah satu pelengkap ketika sewaktu bersantai di warung kopi maupun di caffe.Dan ini merupakan hal yang positif karena hanya dengan secangkir kopi dapat membangun relasi sosial dengan banyak masyarakat menciptakan hubungan yang baik sehingga tidak memutuskan komunikasi dengan masyarakat sekitar,.karena bagaimanapun kita adalah sebagai mahluk sosial yang masih membutuhkan banyak dukungan dari masyarakat. Dengan terbentuknya warung dan caffe membuat masyarakat lebih


(35)

mudah untuk menjaga hubungan baik dengan masyarakat sekitar atau memulai hubungan yang baik. Dan inilah yang sebaiknya dipertahankan lebih kuat lagi oleh masyarakat, tidak hanya terjadi pada masyarakat desa blang tampu tetapi di seluruh rakyat indonesia.

Tidak terlepas dari itu ternyata caffe tidak membuat masyarakat khususnya penikmat kopi merenggang , artinya tidak memandang dimana mereka menikmati secangkir kopi bagi mereka dimana pun menikmati kopi sama saja relasi sosial yang dibangunpun juga sama, hanya saja perbedaan tempat serta fasilitas yang diberikan dan minuman yang disajikan sedikit berbeda. Namun relasi sosial tetap terjalin dengan baik

3.4 Gaya Minum Kopi Urang Gayo

Era minum kopi rasa jagung telah berakhir di Desa Blang Tampu. Lidah warga Aceh tengah makin peka memebedakan rasa dan aroma kopi arabika dengan kopi robusta. Lebih-lebih, jika bubuk kopi bercampur jangung atau beras, serta merta konsumen kopi di Desa Blang Tampu akan mengetahuinya. Karena itu, gaya minum kopi warga blang tampu mulai beralih dari konsumen kopi kemasan, ke kopi arabika asli yang digongseng oleh penyedia jasa coffe roasted.

Era itu timbul sejak tahun 2009 lalu ketika Bergendaal coffe mulai mematahkan stigma tentang kopi arabika yang dianggap tidak cocok dengan lidah warga. Kehadiran bergandaal coffe waktu itu banyak dikritik warga yang umumnya peminum kopi robusta. Namun, produk bergandaal kopi terus membanjiri pasar dengan bubuk kopi dan coffee roasted arabika.


(36)

Pelan-pelan produk bergendaal kopi berhasil tampil beda dan membentuk selera pecinta kopi akan cita rasa kopi sejati. Permintaan pasar terhadap bubuk kopi varietas arabika terus meningkat. Penggemar kopi robusta dan kopi kemasan yang selama ini menentang habis-habisan usaha pengelolahan kopi arabika pelan-pelan mulai beralih setelah mencicipi kopi arabika yang bercita rasa tinggi.

Rupanya stigma negatif terhhadap cita rasa kopi arabika berangkat dari tradisi lisan sejak era kolonial. Konon, stigma itu sengaja diciptakan pihak kolonial agar semua buah kopi arabika yang ditanam petani dijual kepada eksportir belanda.

Dan, setelah berani berbeda dalam menilai cita rasa kopi, selera minum kopi warga Blang Tampu akhirnya berubah juga. Mereka menjadi peminum kopi yang digelari one of the best coffee. Seiring dengan berubahnya selera konsumen, caffe dan usaha jasa coffee roasted terus tumbuh menjamur didesa blang tampu dan sekitarnya. Inilah hikmah dari berani berbeda selera.

Ada beberapa macam perbedaan cara meminum kopi orang Gayo seperti yang telah di ketahui akibat dari perkembangan teknologi, jaman sudah menjadi lebih modern termasuk cara orang Gayo menikmati kopi. Seperti yang telah diketahui sebelumnya pada jaman dahulu kebanyakan masyarakat Gayo minum kopi kalau tidak di dalam rumah pasti di warung-warung kopi sederhana,pada saat ini warung kopi pun mulai beragam bentuknya.Selain warkop tradisional yang menjual kopi hitam, kini ada pula warung kopi modern yang tidak hanya menjual kopi tapi juga berbagai macam makanan dan minuman lain yng di sebut dengan


(37)

Begitu pula dengan tempatnya, warkop modern memiliki tempat yang lebih luas, bersih dan lebih tertata dengan baik di bandingkan warkop tradisional.beberapa warkop modern memakai meja kaca dan sofa yang sangat nyaman untuk memanjakan pelanggannya. Ditambah lagifasilitas-fasilitas lain seperti wifi dan tv turut membuat warkop modern ini menjadi eksklusif. Keadaan tersebut sangat bertolak belakang dengan meja panjang dan kursi panjang di warkop tradisional.berbagai jenis latar belakangpun ada disini mulai dari tua, muda, miskin,kaya, mahasiswa,pengusaha, laki-laki,perempuan, semua duduk di warung kopi.

Mereka yang mengkonsumsi kopi pun sudah sangat luas. Sebagian orang mengkonsumsi kopi sebagai minuman kegemaran, sedangkan sebagian lagi tidak mengkonsumsi kopi karena khawatir akan efeknya bagi kesehatan. Dengan perubahan yang tempat minum kopi yang terjadi mengakibatkan banyak kalangan untuk pindah menikmati kopi di caffe tertama untuk anak muda seperti mahasiswa dan anak sekolahan banyak diantara meraka yang sengaja mencari tempat lebih nyaman untuk menikmati secangkir kopi, diantaradari mereka tidak jarang membawa lawan jenis yang disukai untuk mentraktir minum dan sekalian berduduk santai serta membawa rekan kerja untuk berdiskusi.Selain itu juga menggunakan fasilitas yang telah disediakan oleh pihak caffe tempat duduk yang empuk membuat mereka sebagai para pengunjungnya merasa sangat nyaman untuk duduk berjam-jam lamanya, ini lah yang menjadi salah satu kecemasan yang dihadapi oleh pemilik warung kopi tradisional.

Berdirinya caffe modern di daearah bener meriah tidak sepenuhnya masyarakat pergi ke caffe untuk menikmati kopi, kalangan orang-orang tua lebih


(38)

suka menikmati kopi di warung, selain harganya yang murah, mereka tidak perlu pusing-pusing memilih pakaian apa yang pantas digunakan bahkan pakaian yang dipakai ketika selesai berkebunpun seolah terasa sah-sah saja digunakan ketika menikmati kopi di warung kopi tradisional, karena sebenarnya bagi para orangtua bukan ingin mencari yang lebih mahal akan tetapi mencari kenyamanan ketika mereka menikmati kopi sambil bersantai tanpa ada beban sedikitpun. Tidak menepis bahwa sebenarnya fasilitas serta cita rasa kopi yang disajikan oleh caffe modern sangatlah nikmat karena cara penyajian sudah berbeda dan sudah bnayak di modifikasi dengan jenis lain seperti cremer, susu dll.semua ini tergantung pada selera masing- masing dari penikmatnya.

Gaya meminum kopi orang gayo seperti memiliki ritual yang di dalamnya terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan. Hal ini bukan tanpa alasan, demi mendapatkan cita rasa yang nikmat dan gaya yang khas, cara ini biasa dilakukan. Langkah-langkah tersebut antara lain :

Letakkan secangkir kopi hitam pahit atau espresso pahit di depan Potong-potong gula aren sampai sebesar biji jagung

Pegang gagang cangkir dengan tangan kanan

Sangga bagian bawah cangkir dengan telapak tangan kiri Rapatkan bibir cangkir ke bibir

Rasakan bibir sudah menyentuh cairan kopi

Hirup dalam-dalam sampai langit-langit mulut anda terasa cairan kopi Biarkanlah sampai 20 detik, kemudian rasakan dengan indra perasa di mulut, ada rasa karamel, rasa buah, rasa daun, rasa cokelat, rasa pahit. Disinilah nikmatnya minum kopi. Jika ingin rasa manis, kunyahlah potongan gula aren,


(39)

rasakan sensasinya , ada aroma aren plus cokelat dan kopi. Tidak perlu takut lambung kambuh sebab kopi pahit dan gula aren tidak mengganggu lambung.selain itu cara lain dalam menikmati kopi dengan menyajikan kopi di gelas bersama lepekannya gelas yang berisi kopi di sajikan secara terbalik besama lepekan dan diminum dengan sedotan (pipet) secara perlahan, alasan dari beberapa penikmati kopi yang peneliti wawancarai tentang gaya dalammenikmati kopi mereka mengatakan

Gini ipak kalo menikmati kopi gelas yang di balikkan itu, sedap kali rasanya , selain cepat dingin, disini ada sensani tersendiri terhadap cita rasa kopi lebih nikmat dia setiap sedotan yang kita masukan kedalam mulut memilki nikmat yang sangat luar biasa sebenarnya disini juga dilatih lidah seorang penikmat kopi uuntuk merasakan cita rasa kopi itu sebenarnya.

Ternyata menikmati kopi dengan penyajian gelas yang dibalikan masih ada beberapa warung kopi dan caffe yang masih melakukannya, tradisi lama itu masih berjalan, anak-anak muda yang sering nongkrong di caffe masih sering memesan kopi dengan penyajian tersebut.


(40)

3.5. Selera Dalam Perbincangan

Selain untuk ngopi, warung kopi juga merupakan tempat bagi masyarakat untuk saling bertukar informasi dan berinteraksi.dalam hal ini Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkumpul atau berhubungan dengan manusia lain. Oleh karena itu manusia tidak dapat hidup terpisah total dari kumpulannya. Tiap manusia yang berkumpul itu melaksanakan aktifitasnya, baik itu aktifitas individu maupun aktifitas kelompok. Secara sadar ataupun tidak sadar telah melakukan interaksi pula.Sebuah kedai kopi, pada saat beroperasi, dikunjungi orang yang hendak membeli segelas kopi. Disini penjual minuman kopi dan pembeli minuman kopi bertemu. Dan pada saat itu pula penjual dan pembeli mengadakan interaksi dan komunikasi yang bertujuan untuk mengadakan transaksi pertukaran benda dan jasa ekonomi berdasarkan sistem harga yang disepakati.

Selain itu Mereka juga sering bertukar cerita mulai dari masalah kantor, politik, hingga masalah pribadi. orang-orang datang ke warung kopi bertujuan untuk menemukan lawan bicara sehingga tidak di temukan warung kopi yang sepi darisebuah percakapan. Warung kopi merupaknsuatu tempat yang sering dikunjungi oleh masyarakat berbagai latar belakang, sosial budaya untuk berkumpul, diskusi, ngobrol santai, dialog warga,Warung kopi juga tempat sebagai bentuk komunikasi efektif untuk berdialog, diskusi, tempat apresiasi suatu pendapat umum masyarakat yang dilontarkan dalam kehidupan sehari-hari dan bahkan juga dipakai ajang diskusi, dialog pada masyarakat.


(41)

Disini Warung kopi bukan hanya sekedar nongkrong, bengong, ngobrol sana-sini melainkan juga sebagai tempat bertemunya warga berbagai lintas budaya,berbagai macam latar belakang yang dimiliki oleh masyarakat.

Di ibaratkan warung kopi ini adalah rumah kedua, atau temapt persinggahan paling tepat bagi bosan dirumah atau jika tidak ada uang kalau mau duduk di caffe (Cik sawir 26 tahun).

Aktifitas-aktifitas yang dilakukan di warung kopi sangat berdampak positif bagi masyarakat, selain dapat mengeluarkan unek- unek nya dan tempat bertukar pikiran antara satu dengan lainnya. Warung kopi juga dapat menjadi salah satu objek untuk menjaga hubungan silaturahmi antar sesama masyrakat

Biasanya kami jika duduk di warung kopi lebih suka membicarakan tentang politiik, disini kami kadang berdebat karena permasalahan politik, dan biasanya tidak jarang jika keluar dari warung kopi ini tidak mendapatkan hasil tentang perdebatan tadi, dan itu sangat menyenangkan.

Selain itu warung kopi juga mampu membentuk suatu masyarakat yang demokratis karena di warung kopi orang saling berbeda pendapat adalah biasa dan sedikit sekali yang membawa perbedaan pendapat ini keluar dari warung kopi warung kopi dianggap sebagai tempat pertemuan dan tempat rehat sejenak dari kesibukan mereka sehari-hari.bahkan sekarang tak jarang para pengusaha melakukan transaksi di warung kopi. Maka tak heran orang-orang bisa duduk berjam-jam lamanya di warung kopi.

Di Bener Meriah warung kopi memiliki beberapa fungsi ganda dan tidak hanya sebagian tempat makan dan minuman saja. Warung kopi merupakan sebuah institusi yang mampu memberikan masyarakat Bener Meriah tempat untuk berkomunikasi satu sama lain. Warung kopi ini juga merupakan salah satu tempat


(42)

komunikasi yang baik. Selain itu, warung kopi juga sudah menjadi suatu bagian dari gaya hidup yang tak dapat di pisahkan dari masyarakat karena sudah menjadi suatu kebutuhan yang wajib bagi mereka. perbicangan- perbincagan yang terjadi di warung kopi tidak terlepas dari sebuah perdebatan-perdebatan yang terkadang mengundang emosi.

Di warung kopi mereka terlihat lebih bebas berbicara mengenai apa saja, apalagi ketika berbicara tentang perpolitikan di indonesia seolah-olah semangat mereka semakin menggebu-gebu untuk mengeluarkan berbagai keganjalan yang ada di dalam hati mereka. Dan biasanya ketika salah satu dari mereka sedang mengeluarkan unek-unek teman-teman yang lainnya dengan antusias mendengarkan apa yang dikatakan salah satu dari mereka. Tidak jarang dari mereka memberikan pendapat dari argumen yang dikatakan salah satu dari mereka. Terkadang ada juga beberapa dari mereka yang tidak sependapat dengan argumen dikatakan. Disinilah perdebatan itu terjadi dan hal ini biasanya membuat suasana akan semakin panas, walaupun begitu perdebata-perdebatan yang terjadi di warung kopi ini tidak menimbulkan perselisihan yang pada akhirnya merenggangkan mereka.

Setiap perdebatan yang terjadi di warung kopi tidak jarang akan menghasilkan sebuah jalan keluar dari sebuah kegellisahan yang dirasakan. Karena ketika terjadi suatu perdebatan yang cukup serius beberapa dari mereka ada yang menjadi penengah dan meluruskan maksud masing-masing dari mereka.

“ sudah cukuplah tidak ada gunanya terlalu berlebihan menanggapi kasus-kasus yang ada dalam perpolitikan, disini tidak ada yang benar dan yang salah hanya saja kita belum sepeuhnya memahami apa sebenarnya yang diinginkan oleh pejabat-pejabat tinggi,mari kita mengurus kehidupan kita yang masih skekurangan”.


(43)

Ini merupakan salah bentuk yang dilakukan oleh salahsatu dari mereka ketika suasana mulai panas. Biasanya mereka langsung membahas pemasalahan lain. Terkadang mereka juga mau berbicara tentang nostalgia mereka sewaktu masih muda. Bercerita tentang masa muda mereka membuat suasana di warung kopi yang sebelumnya panas dengan masalah politik kemudian di taburi dengan suasana yang dingin dengan berbagai celotehan ketika mereka mengingat dan berbicara sewaktu muda dulu.dan ketika peneliti mendengarkan pembicaraan mereka, peneliti juga merasa lucu dan sesekali peneliti juga menyaut dari cerita nostalgia mereka.

Walaupun sering terjadi perdebatan,Sebenarnya hal ini lah yang membuat para penikmat kopi selalu ingin setiap harinya ngumpul duduk di warung kopi, tidak jarang dari mereka yang selalu menyempatkan diri mereka berkunjung ke warung kopi walaupun hanya sekedar bertegur sapa dan singgah hanya beberapa menit itu sudah menjadi hal cukup memuaskan bagi mereka. Karena bagi mereka ketika mengujungi warung kopi rasa lelah mereka saat beraktifas bisa sedikit hilang karena lelucon yang mereka dapatkan diwarung kopi setidaknya bisa mengurangi rasa kepenatan yang ada sewaktu beraktifitas sepanjang hari.


(44)

BAB IV

PERUBAHAN FUNGSI KOPI GAYO

4.1. Pandangan Masyarakat Terhadap Fungsi Kopi Gayo

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya kopi Gayo merupakan salah satu minuman khas dari masyarakat Gayo.Dalam hal ini sudah tergambar bahwa kopi Gayo sudah memiliki dampak yang positif terhadap perkembangan masyarakat Gayo dan ini sudah terlihat dengan berdirinya caffe-caffe modern ditengah masyarakat,yang menunjukkan bahwa perkembangan kopi dari tahun ketahunnya mengalami peningkatan yang cukup signifikan,sehingga menjadi salah satu minuman yang sangat di perhitungkan saat ini. Hal ini membawa dampak yang baik bagi perkembangan kopi Gayo.

Dimana para pengusaha tidak lagi ragu untuk menginvestasikan uangnya untuk membangun caffe modern. Semenjak terbentuknya caffe modern di tengah masyarakat banyak perubahan yang terjadi pada masyarakat bukan hanya pada gaya hidup saja tetapi bentuk penyajian serta fungsi pun sudah mengalami perubahan sedikit demi sedikit. Akibat dari perubahan tersebut membuat masyarakat lebih semangat mencari pengetahuan baru untuk menentukan variasi kopi yang lebih menarik lagi sehingga dapat mengikuti perkembangan jaman pada saat ini.

Perubahan-perubahan yang terjadi yang dulunya alu dan lesung menjadi salah satu alat untuk menghancurkan kopi , kini sudah berubah mesin Grinder menjadi alat untuk menghancurkan biji kopi dengan cara yang praktis dan lebih cepat. Sudah jarang sekali terlihat masyarakat petani kopi menggiling kopi dengan alu dan lensung, biasanya ketika musim panen masyarakat berbondong-bondong


(45)

saling membantu untuk beramai-ramai menumbuk kopi dengan alu dan lesung. Biji kopi yang di tumbuk harus lah sudah kering.selain itu ketika menggoseng biji kopi yang sudah kering kalau jaman dahulu menggunakan kuali besi, sekarang sudah ada alat yang lebih bagus lagi untuk menggongseng kopi, perubahan- perubahan ini sebenarnya sangat membantu para petani kopi dalam mengelolah kopinya. Karna tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mengelolah kopi menjadi bubuk kopi.

Di dalam konteks inilah perbedaan fungsi kopi bagi setiap orang cenderung lebih tampak. Selera yang tercipta melalui pengetahuan, yang dahulu dideterminasi oleh kepentingan kolonial, kini mulai dipertentangkan.. Pertentangan antar pengetahuan yang juga berarti pertentangan antar diskursus.

Diskursus ini yang disediakan ranahnya oleh selera. Sesuatu yang begitu dekat bahkan melekat. Sesuatu yang kerap tak dianggap penting namun bagi sebagian orang menjadi penting. Kesadaran atas betapa bernilainya diskursus yang bebas dari pengaruh kolonial bukan hanya tentang kepuasan indera semata. Namun juga kesempatan untuk menentukan diri secara bebas. Tampaknya mendiskusikan diskursus dalam ranah dan habitus yang terekam dalam selera saja belum sepenuhnya selesai.

Kami menikmati kopi bukan lagi sebatas untuk menghilangkan suntuk setelah aktifitas sehari-hari yang melelahkan. Tapi menikmati kopi sekarang sudah kami anggap tentang bagaimana kami meraskan kopi itu, menikmati setiap tetsnya yang berharga. Kopi menjadi bagian dari kehidupan sehari dimana kami begitu merasakan kenyamanan dengan keberadaan kopi itu.

Mengenai pengalaman keseharian justru menjadi tantangan besar urang


(46)

satu sisi yang bertolak belakang dengan produksi. Konsumsi yang terlihat dekat dengan kebebasan setiap individu, justru terbelenggu oleh pengalaman keseharian.

Bagaimana diri yang seolah lepas dari diskursus yang terbelenggu justru bertemu dengan toke yang memainkan harga, juga dengan keabaian pemerintah dalam sistem perkopian di Gayo. Ini menjadi tantangan besar bagi individu di Gayo dan kopinya. Pada satu sisi urang Gayo berada dalam euporia yang menganggungkan kebebasan seleranya, tapi di sisi lain belenggu itu justru kini datang dari sisi lain yang mengikat sebagian penghasilan keluarga-keluarga di Gayo.Pemaknaan yang seharusnya bisa dielaborasi secara lebih mendalam, nyatanya terbentur oleh pengalaman keseharian. Bagaimanapun urang Gayo masih makan nasi,bukan kopi. Sehebat apapun urang Gayo menggambarkan kopi sebagai bagian hidupnya, pengalaman keseharian itu yang justru mengerdilkan keluasan maknanya.

Disatu sisi kopi begitu berharga, namun di sisi lain diversifikasi masyarakat Gayo begitu luas. Ada yang peduli tentang kopi, ada pula yang tidak. Ada yang menganggap kopi adalah segalanya, ada yang menganggapnya angin lalu. Ada yang berada ditengah upaya membebaskan diri melalui pertarungan wacara dalam selera, namun ada pula yang bersikukuh bertahan dengan selera lamanya. Ada pula yang menggunakan kopi untuk mendobrak garis patriarkal, namun ada pula yang berserah diri pada peran yang digariskan. Itu semua mewarnai pemaknaan kopi di Gayo.

Bicara tentang kopi gayo dan cara mempertahankan apa yang menjadi ciri khas tentu akan ada orang yang setuju dan yang tidak setuju. Hal itu biasa sebenarnya. Ada yang suka dengan kopi dengan cita rasa lama namun juga ada yang coba hal baru, dengan beberapa perubahan.


(47)

Perbedaan dan persamaan persepsi telah menggiring penelitian ini pada fungsi akan kopi yang pada satu titik begitu seragam, namun di titik lain begitu beragam. Kopi yang diamini sebagai sebagian hidup urang Gayo karena menjadi sebagian sumber pemasukan ekonomi, di titik lain dimaknai secara beragam dalam kaitannya dengan selera. Ada yang memaknainya sebagai pembebasan, namun ada pula yang memaknainya sebagai tantangan jaman.

4.2. Perubahan Fungsi Sosial Kopi Gayo

Kopi sudah memilki daya pikat yang kuat untuk menarik minat peminatnya, kopi juga selalu menarik untuk selalu diperbincangkan, karena merupakan salah satu komoditi konsumsi yang terlaris pada abad ini, yang selalu diburu dan digandrungi oleh para penikmat kopi dimanapun ia berada. Tidak terkecuali oleh para penikmat kopi di desa blang tampu ini. dimana kopi merupakan minuman yang wajib tidak dilewatkan untuk di konsumsi. Kenapa harus kopi, bukan minuman lain yang menarik untuk di konsumsi? percaya atau tidak, kopi kini diibaratkan sebuah magnet yang mempunyai daya tarik tersendiri guna menarik minat para penikmatnya.

Selera masyarakat Gayo yang secara umum menggemari kopi Robusta sebagai salah satu warisan kolonial yang sudah ada sejak dahulu. Masa kolonial menjadi masa yang penting bagi kajian tentang kopi di Indonesia pada umumnya dan Gayo pada khususnya. Di masa ini pulalah dimulai alienasi pada petani oleh penjajah. Sebuah ketidakmampuan menjangkau hasil produksi karena terputusnya akses pengetahuan akan apa yang diproduksinya. Alienasi tidak hanya berpedoman pada keterasingan yang abstrak, namun juga pada eksploitasi. Tidak


(48)

hanya berhenti pada ketidakmampuan menjangkau apa yang dihasilkan, namun juga pada eksploitasi pengetahuan dan pemaknaan. Di sinilah titik pertama yang dapat dilihat bagaimana pemaknaan akan kopi yang tergambar dari selera masyarakat Gayo adalah hasil bentukan mereka yang berada diluar masyarakat.

Jejak era kolonial yang menegaskan kekuasaan masyarakat Gayo atas alienasi dan ketimpangan pengetahuan. Namun demikian, kesadaran ketimpangan pengetahuan tersebut kini mulai muncul seiring dengan terbukanya akses-akses

informasi yang masuk. Upaya “pengejaran” pengetahuan akan kopi tercatat

dimulai secara insidental. Paska kejadian tsunami yang menghantam pesisir utara dan barat Aceh, banyak bantuan asing dalam bentuk hibah maupun pelatihan yang menjangkau masyarakat provinsi Aceh.

Khusus untuk Gayo, meskipun daerahnya tidak mengalami tsunami secara langsung, terjadi banyak keterputusan akses menuju ibu kota provinsinya di Banda Aceh. Paska tahun 2004 dan dimulainya era third waves di Australia, Gayo kini dapat dikatakan sebagai daerah dengan pengetahuan akan kopi yang pertumbuhannya sangat cepat. Selain Jakarta dan Bandung, Gayo mencuri perhatian dengan keseluruhan struktur dan kultur akan kopi yang kuat. Hal ini dibuktikan dengan berbagai pameran yang dilkuti oleh koperasi tani di Indonesia Coffee Festival 2012 dan 2013, dibentuknya Gayo Cuppers Team, hingga rencana festival kopi di Takengeon pada akhir tahun 20135. Hal inilah yang kemudian menjadikan Gayo sangat menarik, ketika pengetahuan akan kopi yang baru berkembang secara luas di Indonesia pada tahun 2008, dapat diserapdengan cepat. Gayo, sebuah suku bangsa di kabupaten Aceh Tengah yang jauh dari


(49)

bingar akses informasi semacam Jakarta dan Bandung justru memunculkan diri sebagai salah satu barometer perkopian nasional. Sebagian aktor mengadaptasi pengetahuan ini dan melakukan penyesuaian dengan ranah yang mereka kuasai. Petani melakukan pengolahan yang lebih terukur, koperasi melakukan pendaftaran dan sertifikasi internasional. begitupun dengan cafe yang bermunculan dan segera mengedukasi lidah dan selera masyarakat yang kini mulai bergeser.Gayo secara umum kini dalam perayaan akan kopi.

Setuju atau tidak kopi gayo ini merupakan warisan dari kolonial. Dimana kopi gayo merupakan sebuah varietas yang dibawa dan ditanam di kebun kebun kolonial. Namun setelah kolonial meninggalkan negeri ini. Kebiasaan terhadap menanam kopi bagi masyarakat gayo tidak berubah. Karena menjadi sentra penanaman kopi hal ini membuat wilayah gayo juga dituntut untuk mengembangkan juga pengetahuan kopi, hal ini juga mau gak mau orang gayo harus juga mengetahui bagaimana penyajian dan cara menikmati kopi yang terbaru.

Sebuah kebanggaan karena kini ada yang dibanggakan Gayo dan kopi. Sebuah komoditas yang kini baru dimengerti betapa berharganya. Gayo seolah melupakan tekanan kolonial yang begitu besar atas selera selama beberapa generasi. Aktor-aktor utama kopi kini sedang bergerak mengikuti pengetahuan yang berkembang.

Kultur akan kopi yang bertahan selama berabad-abad dengan pengaruh kolonialisme yang sangat kental sedikit banyak mulai berubah.Generasi muda dan tua terutama yang bersentuhan langsung dalam produksi kopi mulai mencari tahu lebih dalam tentang yang selama ini ada dikesehariannya. Memang masih belum semua elemen dalam masyarakat Gayo menerima perubahan sebagai konsekuensi datangnya pengetahuan baru akan kopi.


(50)

Bagan 4.1.Perubahan fungsi kopi Gayo

Disinilah kopi Gayo melonjak sampai ke manca negara, kopi yang di ekspor ke luar negri mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Pengusaha-pengusaha besar mulai menginvestasikan uangnya untuk membuat caffe- caffe modern yang menyajikan berbagai jenis kopi Gayo dan jenis kopi lainnya dan caffe tersebutpun sudah sampai di indonesia, di indonesia sudah banyak pengusaha-pengusaha yang menginvestasikan uangnya untuk membuat caffe, saat ini caffe adalah salah satu tempat tongkrongan yang paling di minati banyak orang, hal ini di karenakan caffe merupakan salah satu tempat yang nyaman untuk di kunjungi oleh banyak orang. Disinilah perubahan gaya hidup masyarakat sedikit demi sedikit mulai berubah yang dulunya mereka menikmati secangkir kopi di warung yang sangat sederhana akan tetapi karna adanya

KOPI GAYO

Era Kolonial

KomoditasHasil

Tani

Penyajian

Kopi

PerubahanFungsi


(51)

perubahanfungsidan perkembangan jaman kini menikmati kopi Gayo di warung kopi mengalami kemajuan dengan adanya caffe- caffe modern.

Keberadaan caffe di Desa Blang Tampu hadir sejak diselenggarakan festifal Tupper pada tahun 2012 yang membuat animo atau semangat untuk menikmati dan menggali pengetahuan akan kopi semakin gencar di tanah gayo khususnya Desa Blang Tampu.

Keberadaan Caffe di Desa Blang Tampu tidak dapat dipisahkan dari keberanian seorang Haji Yusrin. Berkat imajinasi beliau yang mencoba meroasting kopi robusta, dan menyajikan sendiri kopinya di caffe yang ia dirikan Bergendaal koffie memancing perkembangan caffe serupa di sekitaran Desa Blang Tampu. Beliau tidak memimpin dan berkantor di dalam sebuah ruang mewah dengan kemeja berkilau. Beliau memimpin dari sebuah meja sortasi berukuran 60 cm x 120 cm yang digunakan untuk memilih biji kopi yang baru dipetik oleh petani.

Bahan baku kopi arabika yang masak sempurna akan menghasilkan bubuk yang kaya cita rasa dan aroma. Oleh karena itu, pekerjaan memilah bahan baku harus dilakukan sendiri. Soalnya, kesalahan memilah akan menghasilkan kopi yang cacat.

Era baru dalam menikmati kopipun di bawa oleh Haji Yusrin ke Desa Blang Tampu. Hal ini menimbulkan perubahan dari cara menikmati kopi dan gaya orang gayo dalam menikmati kopi.

Perubahan fungsi kopi Gayo terlihat ketika kopi yang menjadi komoditas unggul dataran tinggi Gayo khusunya Desa Blang Tampu berubah dari sisi pengetahuan dan produksi kopi. Hal ini terjadi karena masuknya beragam


(52)

informasi yang menjadikan kopi Gayo memiliki nilai lebih dari sekedar komoditas.

Ginilah pak, dulu itu kopi Cuma ditanam untuk dijual, sisanya kami pakai untuk menikmati sore hari dengan meminumnya di tengah kebun atau warung-warung kopi dipinggir desa, tapi kopi semakin lama semakin berkembang, bahkan kini kopi Gayo mulai dikenal di manca negara, kalau begini kamipun harus siap dengan banyak pengetahuan dan tekhnik baru tentang kopi. Disinilah kami rasa fungsi kopi berubah.

Penggalan wawancara di atas menunjukkan perubahan fungsi kopi Gayo semata-mata karena perkembangan informasi tentang kopi. Hal ini menjadi sensasi yang menjadikan pengetahuan tentang kopi menjadi berkembang. Hal ini terlihat dari cara penyajian kopi yang juga berkembang. Dan bagaimana kopi Gayo menjadi sebuah gaya hidup dimasyarakat Desa Blang Tampu khususnya anak muda disana. Hal inilah yang peneliti lihat sebagai sebuah perubahan fungsi. Fungsi melihat masyarakat yangterdiri elemen-elemen yang membentuj satu pola ketika berinteraksi satu sama lain. Pola ini menjadikan sisitem ini berbedadengan lingkungan.

Dalam masyarakat modern telah terjadi semacam “ketidaksadaran massal” akan terjadinya transformasi, akan berlangsungnya “pembentukan kembali diri” dan perumusan kembali makna kehidupan sebagai akibat menjelmanya dunia realitas semu (yasraf amir piliang dalam Subandi,1997:170).

Penggalan pandangan Yasraf Amir Piliang tentang realitas dunia semu di atas menunjukkan bahwa dalam masyarakat ada sebuah indikasi adanya ketidaksadaran akan perubahan, sehingga terkadang memerlukan perumusan kembali tentang perubahan tersebut. Hal ini juga terlihat dalam perubahan fungsi kopi gayo


(53)

Perubahan fungsi kopi Gayo melihat bahwa elemen-elemen yang membentuk satu pola interaksi mulai bergerak yang distimulan oleh perkembangan informasi. Hal ini membuat pergerakan fungsi kopi Gayo juga bergerak tidak lagi dipandang sebagai komoditas yang menghidupi masyarakat namun pergeseran mulai terlihat ketika kopi dipandang sebagai gaya hidup yang tidak dapat terpisahkan dalam kehidupan sosial masyarakat dan tentunya tekhnik penyajian juga akan berkembang sejalan dengan gaya hidup yang kian meningkat.

4.2.1 Gaya Hidup (Life Style)

Gaya hidup secara luas diidentifikasikan sebagai cara hidup yang ditandai oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya, danapa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri serta dunia di sekitarnya (pendapatnya). Gaya hidup merupakan sebuah identitas kelompok. Gaya hidup ditunjukkanoleh perilaku masyarakat yang menganut nilai-nilai dan tata hidup yang hampir sama sebagai re fleksi dari nilai-nilai itu sendiri.

Gaya hidup menjadisebuah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Menurut Assael dalam Fikar (2013 :24),

gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi

dengan lingkungannya. Gaya hidup adalah :

A mode of living that is identified by how people spend their time (activities), what they consider important in their environment (interest), and what they think of themselves and the world around them (opinions)”.

Sebuah gaya hidup yang diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka ( aktivitas), apa yang dianggap mereka penting dalam lingkungan mereka dan apa


(54)

yang mereka pikirkan sendiri tentang dunia yang ada disekitar mereka ( opini).

Menurut Minor dan Mowen (dalam Fikar 2013:27), gaya hidup adalah menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana mengalokasikan waktu. Selain itu, gaya hidup menurut Suratno dan Rismiati (2001) adalah pola hidup seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapat yang bersangkutan. Gaya hidup mencerminkan keseluruhan pribadi yang berinteraksi dengan lingkungan.

Sekarang ngopi itu nggak harus diwarung kopi, sekarang ada caffe yang menyajikan kopi dengan cara yang lebih modern, lebih catchy khas anak muda. Disana kami bebas mengekspresikan bagaimana diri kami terhadap kopi Gayo sendiri, harga boleh mahal, tapi harga sesuai dengan kualitas, kopi yang kami minum terasa lebih nikmat dan tempat yang jauh lebih nyaman dari sekedar ngopi di warung kopi.

Dalam hal ini kopi Gayo sebagai lifestyle terkait dengan makna yang masyarakat rasakan ketika mereka meminum kopi. Ada perasaan bangga dengan ketikamenikmati kopi, sehingga ketika sehari saja tidak menikmati kopi Gayo seperti ada yang kurang. Atau dengan kata lain kopi Gayo adalah sebuah kebutuhan yang tidak bisa ditinggalkan.Kopi Gayo sepertinya sudah sangat melekat di hati masyarakat karena semua orang dari berbagai kalangan, suku, dan ras berbagai gender ikut berkumpul menikmatikopi ini. Walaupun perubahan jaman dan teknologi sekarang sudah terjadi warung kopi saat ini sudah banyak yang meranah ke caffe-caffe modern. Tapi ini tidak terjadi pada masyarakat Blang Tampu terutama bagi orang-orang tua, mereka masih memilih warung kopi tradisional menjadi tempat tongkrongan yang menyenangkan. Walaupun


(55)

tempatnya tidak semewah di caffe- caffe modern tapi mereka sangat suka nongkrong disini menikmati secangkir kopi dan berbincang-bincang.

Akan tetapi Hal ini tidak terjadi dengan anak-anak muda masyarakat sini, semenjak adanya caffe-caffe modern mereka lebih menyukai duduk santai di caffe, karena tempatnya lebih nyaman dan hal ini mempengaruhi gaya hidup mereka yang lebih menyukai caffe modern di bandingkan warung-warung kopi tradisional pinggir jalan dan ini sudah menjadi membudaya sampai saat ini.

Anak muda memang suka untuk ngopi di caffe, dengan obrolan yang lepas ala mereka, tapi komunitas itu terbatas dengan kursi meja yang mereka tempati, seakan ada batas antara mereka dengan pengunjung lainnya. Obrolan juga terbatas walaupun mereka terlihat lebih nyaman akan hal itu, inilah yang membuat anak-anak lebih suka nongkrong di caffe dariipada di warung.

Kemudian gaya berpakaian merekapun berbeda tentu saja ketika mereka nongkrongdi caffe modern mereka berrpakaian sangat rapi dan bersih, sementara jika mereka nongkrong menikmati kopi di warung kopi pakaian yang mereka gunakan sederhana dan terlihat apa adanya.hal ini terjadi karena di pengaruhi oleh orang-orang yang ada di sekeliling mereka, dan kita pun ikut masuk dalam perubahan tersebut.

Nongkrong dan berbincang-bincang dengan ngopi sebagai medianya merupakan sebuah subkultur yang menunjukkan bahwa ngopi menjadi sebuah gaya hidup bagi anak muda Desa Blang Tampu. Ngopi di caffe yang berbeda dengan ngopi di warung kopi biasa dimana perbicangannya selalu terkait sebuah permasalahan dan topik orang dewasa. Namun dengan ngopi di caffe anak muda mampu menujukkan sebuah bentuk ekspresinya.


(56)

Namanya juga nongkrong, kopi itu menjadi media aja.yang penting bisa ngobrol dan minum kopi menjadi suatu yang tidak bisa dilepas dari hidup kami.

Dalam sebuah kebudayaan konsumer, konsumsi tidak lagi sekedar bersifat fungsional, yaitu pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Lebih dari itu konsumsi bersifat materi sekaligus simbolik. Konsumsi dalam pengertian sesungguhnya mengekspresikan identitas seseorang di dunia. Kecenderungan tersebut mengarah pembentukan identitas melalui gaya. Konsumsi kini tidak lagi diterjemahkan sebagai satu lalu lintas kebudayaan benda. Akan tetapi menjadi sebuah panggung sosial yang di dalamnya makna-makna diperebukan (Yasraf dalam Subandy,1997:182-183).

Bagan.4.2. Ngopi dan gaya hidup

Ekspresi anak muda yang dimediasi oleh kopi merupakan bentuk simbol yang lahir dari sebuah budaya yang tengah digandungi anak muda. Anak muda Desa Blang Tampu tengah digandrungi budaya ngopi sehingga dalam tiap interaksinya di caffe, mereka menunjukkan simbol-simbol seperti berbicang lepas, pakaian yang lebih kasual seusia anak muda dan obrlan ringan serta candaan khas dan dimengerti oleh kalangan mereka.

Ngopi

Nongkrong

PakaianKasual

Gaya hidup BerbincangLepa


(57)

Menurut Ashadi (dalam Subandy,1997) Sebuah gaya dapat digunakan sebagai penjejak dengan cara yang mudah untuk mengenali perbedaan kehidupan kelompok-kelompok dalam masyarakat. Seolah lewat gaya hidupnya suatu kelompok sosial dapat diidentifikasi keberadaannya. Padahal realitasnya tidak semudah itu menafsirkannya. Sebuah gaya hidup dapat mewujud dengan menembus berbagai kelompok sosial sehingga menjadikan gaya hidup sebagai perangkat untuk mengenali satu kelompok masyarakat.

Ketika membicarakan dalam konteks gaya hidup anak muda, Ashadi (dalam Subandy, 1997), mengandaikan adanya kekhasan dalam kehidupan mereka yang dapat dilihat perbedaannya dari gaya hidup kelompok lainnya. Namun pada saat menempatkan anak muda sebagai suatu kelompok sosial, akan timbul masalah tentang anak muda mana yang dimaksud. Hal ini belum lagi muncul sebuah pertanyaan adakah sebuah gaya hidup yang dapat menyebabkan kelompok anak muda menjadi terbedakan atas dasar usia.

Gaya anak muda kampung sini minum kopi seolah seperti mereka punya gaya sendiri dalam meminum kopi. Padahal adanya gaya mereka meminum kopi dengan segala sajian modern itu gak terlepas juga dari bagaimana selama ini kopi itu dimunum dan bertahan hingga kini. Lihatlah dari banyaknya warung kopi tradisional daripada caffe. Ini kan jadi bukti kalau gaya mereka yang katanya kekinian itu gak bisa dipisahkan dari kebiasaan meminum kopi selama ini

Gaya hidup meminum kopi gayo di kalangan anak muda desa Blang Tampu seolah ingin mengidentifikasi tentang budaya ngopi di daerah tersebut. Namun pada hakikatnya budaya minum kopi tidak sesederhana itu dalam penafsirannya, perubahan fungsi kopi gayo yang dahlu hanya sebagai pelengkap aktifitas sehari-hari kini menjadi gaya hidup yang tidak bisa terpisahkan turut menmberikan penafsiran gaya hidup minum kopi itu bisa hadir.


(58)

4.2.2. Cara Penyajian Kopi a. Penyajian Kopi Tradisional

Teknik penyajian kopi yang paling tradisional adalah merebus dan menyiram air panas ke dalam gelas yang telah berisi bubuk kopi. Teknik penyajian kopi tradisional lainnya adalah memasukkan air ke dalam gelas yang sudah berisi bubuk biji kopi tanpa membuang ampasnya. Dan inilah yang dinamakan dengan teknik penyajian kopi dengan istilah kopi tubruk. Kata tubruk

berasal dari bahasa Jawa yang artinya “bertabrakan”(kompas,2015). Di dalam

secangkir kopi tubruk, kopi bubuk, gula pasir, dan air panas memang saling bertabrakan. Selain itu, tubruk berarti hantam. Hal itu dikarenakan dalam pembuatan kopi ini dilakukan dengan cara menghantam dengan menggunakan alu dan lesung atau lebih populer dengan istilah ditumbuk.

Kopi tubruk telah dikenal sejak lama sudah tertanam pada masyarakat Indonesia sejak 400 tahun lalu. Dikarenakan telah lama hidup di Indonesia, kopi tubruk telah menjadiidentitas Indonesia.Melalui kopi tubruk itu pula,kita bisa melacak bagaimana orang-orang di Indonesia merayakan tradisi minum kopi.Selain itu,kopi tubrukmenjadi salah satu momentum sejarah kopi di Indonesia. Sampai saat ini pun, kopi tubruk masihpopuler di Pulau Jawa dan Bali. Sesuai dengan teksturnya, kopi tubruk ini dibagi menjadi dua yaitu kopi tubruk halus, dan kopi tubruk kasar. Kopi tersebut dibuat setelah adanya permintaan agar kopi tubruk ini dibedakan menurut teksturnya agar para peminat kopi tubruk memiliki pilihan rasa dan aroma. Dan dari hasilnya,kopi tubruk halus lebih menonjol pada rasa, dan aroma pada kopi tubrukhalus lebih cepat menghilang.


(59)

Untuk mendapatkan rasa lain dari kopi tubruklainnya dapat divariasikan dengan menambahkan susu kental manis. Selain itu pula kopi tubruk bisa dinikmati dengan gula sebagai pemanis ataupun dipadankan dengan bahan lainnya, seperti cokelat, kayu manis, cabai, atau bahan-bahan makanan lain yang disesuaikan dengan selera bahkan bisa dicampur dengan jus alpukat. Cara lain menikmati kopi tubruk adalah dengan istilah kertoep. Kertoepadalah kopi tubruk yang diminum dengan gula aren. Sebelum menyeruput dari cangkir yang terbuat dari kaleng, kita harus mengunyah terlebih dahulu gula aren. Gula ini dipotong kecil-kecil seukuran dadu. Meskipun kopi tubruk merupakan teknik penyeduhan kopi yang tradisional namun diperlukan hal-hal penting untuk mendapatkan kopi tubruk tepat.Ada hal utama yang harus diperhatikan, yaitu pada penggunaan air panas. Air yang dipakai haruslah benar-benar panas. Kalau tidak, ampas kopi biasanya akan mengambang di permukaan airnya.

Takaran bubuk kopi dalam satu cangkir adalah 12 gram atau sekitar dua sendok teh. Cara menyajikan kopi yang tradisional ini yang menjadi daya tarik yang tidak dimiliki kopi dari negara lain. Kopi tubruk memiliki aroma dan cita rasa khas yang membuat peminumnya merasakan sensasi tersendiri.Kopi tubruk pun menjadi salah satu penyajian kopi favorit di antara kopi-kopi lain di dunia. Salah satu hal yang membuat kopi tubruk sebagai minuman yang paling favorit dan dinikmati di seluruh dunia adalah bahwa kopi tubruk bisa disajikan dengan berbagai cara. Selain itu, kopi tubruk mampu memberikan rasa dan aroma asli kopi tanpa harus merasakan rasa pahit kopi. Oleh karena itu, kebanyakan jenis kopi bubuk yang digunakan dalam kopi tubruk adalah jenis kopi yang beraroma kuat, seperti kopi luwak. Selain itu, cara penyajiannya yang gampang dan cepat


(60)

membuat penikmat kopi tidak harus mengunjungi Caffe atau warung kopi untuk bisa menikmati kopi tubruk ini.

Pada saat hujan turun atau butuh energi tambahan untuk lembur kerja, misalnya, penikmat kopi bisa membuat kopi tubruk buatan mereka sendiri. Dunia yang semakin lama semakin terbuka menyebabkan setiap orang bebas pergi kemanapun untuk bekerja, berlibur, ataupun bersekolah. Kopi pun mengikuti alur kehidupan tersebut. Sekarang ini budaya menyajikan kopi pun ikut bermigrasi. Berbeda dengan dahulu yang hanya biji kopi yang berpindah tempat. Di kota-kota besar di Indonesia dengan mudah menemukan espresso yang tersohor itu walaupun espresso merupakan cara penyajian kopi dari Italia. Begitu pula sebaliknya, kopi tubruk pun dinikmati dimana pun di dunia.

Orang Amerika bisa menikmati kopi tubruk dengan sensasi tersendiri. Proses pembuatan kopi tubruk tanpa melalui proses mesin dan tanpa campuran gula atau susu, kopi tubruk justru menjadi pilihan kopi yang paling sehat. Tradisi ilmu mencicipi kopi yang dipraktikkan secara internasional masih menggunakan kopi tubruk untuk metode penilaiannya. Seorang pencicip cita rasa kopi berlisensi global memiliki prasyarat lulus yaitu harus mengikuti kelas cupping yang penyeduhannya menggunakan cara kopi tubruk. Menurut para ahli, cara menyeduh kopi tubruk menghasilkan rasa kopi yang kompleks, cocok untuk menguji cita rasa dan ampuh melatih sensor indra seseorang. Kopi tubruk yang sederhana menjadi metode terbaik untuk menilai dan menikmati kopi. Hal tersebut menunjukkan bahwa kopi tubruk telah mendunia meskipun dilihat dari caranya yang masih tradisional.


(1)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, hidaya dan karunia-Nya maka penulisdapat meyelesaikan skripsi ini dengan judul : ‘Perubahan Fungsi Sosial Kopi Gayo”. skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh sarjana antropologi sosial. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Atas segala kekurangan dan ketidaksempurnaan skripsi ini, penulis sangat mengaharapkan masukan, kritik dan saran yang bersifat membangun kearah perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Cukup banyak kesulitan yang penulis temui dalam penulisan skripsi ini,tetapi Alhamdulillah dapat penulis atasi dan selesaikan dengan baik. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT.

Medan, November 2016 Penulis


(2)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORIGINALITAS ... iii

ABSTRAK ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

RIWAYAT HIDUP ... ix

KATA PENGANTAR... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR... xv

DAFTAR BAGAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah……….1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Tinjauan Pustaka ... 6

1.5.1. Teori Perubahan ... 10

1.5.2. Teori Fungsi ... 12

1.5.3. Perubahan Fungsi dan Keterkaitan Dengan Kopi Gayo ... 14

1.6. Metode Penelitian ... 16

1.7. Lokasi Penelitian ... 18

1.8. Tekhnik Pengumpulan Data ... 19

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 25

2.1 Letak Geografis ... 25

2.2 Keadaan Penduduk ... 25

2.3 Perekonomian Desa ... 26

2.4 Sejarah Desa Blang Tampu ... 28


(3)

2.5 Kegiatan-Kegiatan Masyarakat ... 30

2.5.1. Bidang Keagamaan ... 30

2.5.2. Bidang Sosial Masyarakat ... 32

2.5.3. Bahasa Gayo... 33

2.6 Akses Informasi ... 34

2.7 Sejarah Kopi Gayo ... 35

2.7.1. Pandangan Masyarakat Gayo Mengenai Budidaya Kopi... 44

2.7.2. Pembudidayaan Kopi Gayo ... 46

2.7.3. Masa Panen ... 48

BAB III KOPI GAYO DI DESA BLANG TAMPU ... 54

3.1. Pandangan Masyarakat Gayo Terhadap Fungsi Kopi Gayo ... 54

3.2. Makna Kopi Bagi Masyarakat Gayo ... 58

3.3. Budaya Ngopi Masyarakat Gayo ... 66

3.4. Gaya Minum Kopi Urang Gayo ... 73

3.5. Selera dalam Perbincangan ... 78

BAB IV REKONSTRUKSI FUNGSI KOPI GAYO ... 82

4. 1 Pandangan Masyarakat Terhadap Fungsi Kopi Gayo ... 82

4.2 Perubahan Fungsi Kopi Gayo ... 85

4.2.1. Gaya Hidup ... 91

4.2.2. Cara Penyajian Kopi ... 96

4.3. Kopi Gayo Sebagai Ekspresi Identitas ... 104

BAB V PENUTUP ... 107

7.1. Kesimpulan ... 107

7.2. Saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 109 LAMPIRAN


(4)

DAFTAR TABEL

1.1. Perkembangan Produksi Dan Ekspor Kopi Arabika Aceh ... 2

1.2. Luas Areal, Produksi Komoditi Kopi Arabika Dan Jumlah Perkebunan Rakyat Pada Tahun 2015 ... 3

2.1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kampung (Rpjmg) ... 25

2.2. Mata Pencaharian Penduduk ... 26

2.3. Sejarah Kepemimpinan Desa Blang Tampu ... 28

2.4. Fasilitas Sosial Kampung ... 31


(5)

DAFTAR GAMBAR

2.1. Kopi Arabika ... 43

2.2. Buah Kopi Rubusta ... 44

2.3. Biji Kopi Yang Sudah Di Kupas Kulitnya Dan Dijemur ... 51

3.1. Lesung dan Alu Penumbuk Kopi ... 53

3.2. Mesin Penggiling Modern ... 54

3.3. Mesin Penggiling Biji Kopi (Grinder) ... 55

2.3. Mesin Pengupas Biji Kopi ... 56

4.1. Caffe Modern di Bener Meriah ... 95


(6)

DAFTAR BAGAN

1.1. Alur Pikir Penelitian ... 14

2.1. Perkembangan Teknologi Mengubah Cara Pikir Masyarakat ... 35

2.2. Alur Pengolahan Biji Kopi Menjadi Bubuk Kopi ... 50

3.1. Makna Kopi di Desa Blang Tampu ... 61

4.1. Perubahan Fungsi Kopi Gayo ... 83

4.2. Ngopi Dan Gaya Hidup ... 89

4.3.Bentuk Penyajian Dalam Menikmati Kopi ... 97

4.4.Ekspresi Identitas Kopi Gayo ... 100


Dokumen yang terkait

Dampak Komoditi Kopi Gayo Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Di Bener Meriah

6 128 119

Studi Kinerja PDAM Tirta Daroy Banda Aceh – Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) Berdasarkan Kualitas Air Olahan Secara Fisika, Kimia, Bakteriologi Dan Sarana Yang Tersedia

0 36 105

Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Kinerja Usahatani Kopi Arabika Gayo Di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh

1 20 96

Perubahan Fungsi Sosial Kopi Gayo (Studi Deskripsi Perubahan Penyajian Gaya Hidup di Desa Blang Tampu Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam )

0 0 17

Perubahan Fungsi Sosial Kopi Gayo (Studi Deskripsi Perubahan Penyajian Gaya Hidup di Desa Blang Tampu Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam )

0 0 1

Perubahan Fungsi Sosial Kopi Gayo (Studi Deskripsi Perubahan Penyajian Gaya Hidup di Desa Blang Tampu Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam )

0 0 24

Perubahan Fungsi Sosial Kopi Gayo (Studi Deskripsi Perubahan Penyajian Gaya Hidup di Desa Blang Tampu Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam )

0 2 30

Perubahan Fungsi Sosial Kopi Gayo (Studi Deskripsi Perubahan Penyajian Gaya Hidup di Desa Blang Tampu Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam )

0 0 3

Perubahan Fungsi Sosial Kopi Gayo (Studi Deskripsi Perubahan Penyajian Gaya Hidup di Desa Blang Tampu Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam )

0 0 12

PEMBENTUKAN KABUPATEN BENER MERIAH DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

0 0 12