Pusat Kegiatan Lokal PKL Pusat Kegiatan Lokal Promosi PKLp

1. Pusat Kegiatan Lokal PKL

Kriteria PKL adalah pusat pelayanan yang berfungsi dalam pelayanan pemerintahan, perdagangan dan jasa serta transportasi untuk skala pelayanan kabupaten. Wilayah PKL di Bener Meriah ditetapkan di Simpang Tiga Redelong, Kecamatan Bukit.

2. Pusat Kegiatan Lokal Promosi PKLp

Melihat perkembangan yang ada saat ini, ada beberapa Kecamatan yang dipromosikan untuk dikemudian hari dapat ditetapkan menjadi PKLp karena memiliki sarana dan prasarana yang memungkinkan fungsi dan pelayanannya sebagai PKLp seperti tersedianya RSUD tipe C, terminal, fasilitas perkantoran, fasilitas perumahan, fasilitas pendidikan, fasilitas olah raga dan rekreasi serta fasilitas perdagangan dan jasa. Dengan ditingkatkan menjadi PKLp diharapkan dapat mendorong perkembangan wilayahnya. Kecamatan tersebut diarahkan pengembangannya ke fungsi perkotaan dengan fungsi yang dikembangkan antara lain adalah kawasan pendidikan, perdagangan dan jasa, kesehatan, permukiman perkotaan, rekreasi dan olah raga serta perkantoran. Kecamatan yang dipromosikan antara lain:Pusat Kegiatan Lokal Promosi PKLp Pondok Baru di Kecamatan Bandar yang melayani beberapa kecamatan, antara lain Kecamatan Syiah Utama, Kecamatan Permata, Kecamatan Mesidah, Kecamatan Bener Kelipah dan Kecamatan Bandar. Berdasarkan hasil sensus tahun 2010 dilakukan oleh BPS, jumlah penduduk kabupaten Bener Meriah sebesar 122.277 jiwa, terdiri dari 62.059 orang laki-laki dan 60.218 orang perempuan. Sex ratio Kabupaten Bener Meriah Universitas Sumatera Utara sebesar 103,06 yang artinya setiap 103 orang penduduk laki-laki terdapat 100 orang penduduk perempuan. Laju pertumbuhan penduduk sebesar 6,8 persen per tahun dengan tingkat kepadatan sebanyak 64 jiwa per km 2 . Di Kabupaten Bener Meriah terdapat 455 pencari kerja yang terdaftar pada dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi terdiri dari 185 laki-laki dan 270 perempuan dan sebagian besar dari pencari kerja tersebut berpendidikan SMU dan Diploma III.

4.4 Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Kopi Gayo

Masyarakat gayo adalah masyarakat yang memiliki sifat terbuka, mereka dengan mudah dapat menerima dengan baik suku lain yang datang kedaerahnya. Dengan demikian tingkat akulturasi masyarakat gayo dengan masyarakat lain tidak dapat dihindari, dan akulturasi itu sangat tinggi terjadi dalam masyarakat di dataran tinggi gayo. Buktinya kita lihat sekarang ini yang memiliki kebun kopi tidak hanya orang gayo sendiri, tetapi juga masyarakat yang bukan etnis gayo seperti suku Jawa, Aceh, Batak, dan lain-lain. Hal tersebut menunjukkan kalau masyarakat gayo adalah masyarakat yang egaliter, terbuka bagi setiap suku lain yangh dating ke daerahnya untuk mencari kehidupan yang lebih baik secara ekonomis, yaitu dengan memberikan peluang membuka perkebunan kopi secara bersama-sama dengan masyarakat petani gayo itu sendiri. Dalam proses akulturasi antara masyarakat gayo sendiri dengan masyarakat luar etnis gayo sangat jarang terjadi konflik, baik secara kultural maupun secara eksternal ekonomi. Artinya antara masyarakat gayo dengan Universitas Sumatera Utara masyarakat lain yang datang membuka usaha perkebunan kopi bisa dikatakan harmonis. Hamper tidak ditemukan persaiangan yang menimbulkan konflik. Pola berfikir tradisional masyarakat dalam hidup hanyalah untuk memenuhi kebutuhan sementara, namun karena perkembangan budaya maka kebutuhan juga semakin bertambah banyak, sedangkan lahan dan jenis usaha tidak bertambah dan berkembang. Jumlah lahan yang tidak bisa bertambah luas karena geografis dataran tinggi gayo dikelilingi oleh bukit dan gunung bebatuan yang tidak sesuai dengan lahan pertanian. Kehidupan bertani di dataran tinggi gayo adalah kehidupan yang keras yang memerlukan kekuatan otot, sejak dari mulai penyiapan benih sampai panen, petani mengerjakan sendiri lahan pertanian dan perkebunan mereka tidak membutuhkan bantuan orang lain karena tanah yang harus diolah tidak terlalu luas. Kehidupan masyarakat di dataran tinggi gayo secara ekonomi sangat tergantung pada pola usaha masyarakatnya, ketika pada masa awal dimana masyarakat gayo masih hidup dengan bertani di sawah maka perekonomian mereka sangat tergantung pada luasnya lahan pertanian dan bagusnya tanaman yang dimiliki. Kendati masyarakat secara keseluruhan di wilayah gayo bercocok tanam padi, namun tidak semua padi di semua daerah memiliki kualitas yang sama. Disamping bertani mereka yang tinggal di seputaran danau laut tawar menumpukan hidup mereka pada danau laut tawar sebagai nelayan. Siang hari mereka hidup sebagai petani, pada malam hari mereka menjadi nelayan, kehidupan dengan profesi ganda dilakukan dalam kurun waktu yang lama sampai pada munculnya tradisi berkebun di kalangan masyarakat. Hingga saat ini banyak Universitas Sumatera Utara sawah-sawah petani yang sudah beralih menjadi perkebunan kopi rakyat, hal ini disebabkan karena menurut para petani keuntungan menanam kopi jauh lebih menjanjikan daripada menanam padi di sawah Pada era 1970-an hingga tahun 1980-an masih terdapat sekitar 70 penduduk gayo yang tinggal di kampung-kampung yang bekerja menjadi petani dan mengairi sawah mereka dengan system irigasi, sedang lading kopi mereka masih diolah dengan system tradisional dengan menggunakan tenaga kerbau dan kuda untuk membajak, dan menggunanakan tenaga manusia untuk memupuk, membersihkan, dan memanen hasil pertanian dan lading mereka.Afadlal,dkk 2008 Keberagaman lapangan kerja dalam masyarakat mulai muncul, sebagian masyarakat tidak lagi menggantungkan hidup mereka pada bertani semata, lapangan pekerjaan yang semakin beragam ini memunculkan keragaman stratifikasi sosial. Kelompok baru dimasyarakat gayo dapat di bedakan kepada lapisan elit penguasa, pengusaha, ulama, kelompok elit baru juga ada dikalangan PNS, dan Pejabat Pemerintah. Sedangkan petanipekebun termasuk kelas masyarakat biasa. Kehidupan ekonomi para pedagang kopi tampak lebih baik dari kebanyakan petani, mereka inilah yang dogolongkan elit-elit baru yang ada dalam masyarakat gayo. Munculnya pedagang-pedagang baru dalam masyarakat banyak member nilai positif kepada kehidupan para petani, karena masyarakat dapat mengetahui secara langsung tentang perkembangan harga kopi setiap harinya dan harga dikalangan para pedagang juga dapat bersaing. Universitas Sumatera Utara Kopi dan kehidupan masyarakat gayo Dalam budaya minum kopi didataran tinggi gayo ada fenomena yang cukup menarik untuk dikaji. Petani kopi gayo adalah petani kopi yang menghasilkan kopi jenis arabika, kopi yang menjadi salah satu komoditas unggulan perdagangan internasional, namun pada umumnya bahkan hampir 90 petani kopi gayo mengkonsumsi kopi jenis robusta. Kopi gayo jenis robusta pada kenyataannya bukanlah kopi yang dibudidayakan dengan perawatan khusus, bahkan kopi robusta hanya ada dibeberapa titik saja dan pada umumnya kopi robusta tidak lagi dibudidayakan secara khusus, orang gayo hanya berharap pada kopi robusta yang telah ada sejak dahulu. Masyarakat gayo umumnya adalah pecandu kopi, bukan penikmat kopi, sehingga bagi orang gayo meminum kopi adalah keharusan yang sudah menjadi budaya bahkan mereka sering mengatakan meminum kopi itu adalah penyempurna makan. Orang gayo umumnya mengkonsumsi kopi robusta. Cara memasak kopi dalam budaya gayo dilakukan dengan cara mencampur bubuk kopi dengan air yang belum mendidih, kemudian memasaknya sampai mendidih. Dalam kehidupan sehari-hari orang Gayo dan kopi tidak dapat dipisahkan satu sama lain, keduanya sudah bagaikan tubuh dan jiwa. Kopi tidak hanya berakar pada sendi ekonomi, tetapi juga menyentuh sendi sosial dan budaya masyarakat Gayo. Pekerjaan orang Gayo sebagai petani kopi pun tidak hanya mendorong mereka untuk memuaskan kehidupan ekonomi secara individual, tetapi lebih jauh dari itu, mata pencaharian tersebut telah mendorong mereka untuk keluar dari kehidupan privat menuju dunia sosial yang lebih luas. Di Tanah Universitas Sumatera Utara Gayo, orang-orang menjadikan budaya minum kopi sebagai sarana sosialisasi baik di rumah, kedai, kantor, dan sebagainya Umumnya perempuan pada masyarakat gayo bertugas mengutip buah kopi yang sudah bisa di panen sambil membersihkan cabang-cabang kopi yang tidak produktif, kelembutan, ketelitian serta kesabaran perempuan dalam mengutip buah kopi dan membersihkan cabang membuat hasil panen yang bagus, karena didapat kopi dengan kesempurnaan kematangannya. Peran perempuan dikalangan petani kopi sudah berlangsung sejak sebelum zaman kemerdekaan, berkebun kopi ,merupakan usaha bersama dalam keluarga. Sama halnya dengan mengerjakan sawah yang juga pekerjaan turun temurun. Kaum perempuan ditanah gayo memiliki tradisi yang tanpa disadari memperkuat ikatan kekerabatan. Biasanya perempuan gayo secara berkelompok mengutip buah kopi bila panen tiba, jika kebun seorang petani kopi sedang berbuah banyak, pemilik kebun mengajak para ibu-ibu atau tetangga mereka untuk mengutip secara bersama-sama. Hal serupa juga dituturkan oleh salah satu petani perempuan yaitu ibu edah yang memiliki lahan pertanian kopi menurutnya dengan adanya pembagian kelompok-kelompok kerja untuk saling tolong menolong di kebun mereka dengan cara pembagian kelompok kerja. satu kelompok petani terdiri dari 5-10 orang tergantung luasnya kebun kopinya, mereka saling bekerja sama bila musim panen kopi tiba, bila hari ini di kebun si iwan maka besok di kebun si doni begitu seterusnya sampai satu kelompok tersebut menyelesaikan panen kopi mereka. Dengan demikian bisa saling membantu satu sama lain pembagian biaya disesuaikan dengan jumlah takaran kopi yang di kutip oleh masing-masing petani, Universitas Sumatera Utara jadi para petani yang mengutip kopi memiliki karung masing-masing dan bila sudah selesai maka karung tersebut akan ditimbang dan harganya ditentukan sesuai dengan kesepakatan awal antara para pengutip kopi dengan pemilik kebun kopi. Tidak hanya memanen kopi membersihkan kebun kopipun mereka saling tolong menolong antara satu dengan yang lainnya. begitu juga dengan kegiatan- kegiatan sosial kemasyarakatan lainnya yang ada ada di desa tempat mereka tingal.

4.5 . Dataran Tinggi Gayo dan Varietas Kopinya A. Aspek Budidaya

1. Seleksi Benih Kopi Benih kopi tergolong dalam jenis benih rekalsitran yaitu benih yang akan kehilangan daya kecambahnya apabila kadar air menurun sehingga kesalahan perlakuan terhadap benih setelah panen akan berpengaruh terhadap daya tumbuh benih. Buah kopi yang akan dijadikan sebagai benih sebaiknya dipanen pada saat matang fisikologis masak sempurna karena pada saat ini kadar air benih, berat benih, cadangan makanan yang tersedia pada benih dan daya tumbuh benih semua kondisi dalam keadaan optimal dengan kata lain mutu biji tertinggi dicapai pada saat matang fisikologis. Cirri buah kopi masak fisikologis adalah kulit buah berwarna merah cerah mengelilingi seluruh permukaan kulit buah. 2. Perbanyakan kopi secara generative Perbanyakan kopi secara generative adalah perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan menggunakan benih. Universitas Sumatera Utara

B. Penyemaian Benih

Syarat tempat persemaian 1 Lokasinya dekat dengan sumber mata air 2 Media semai berdrainase baik 3 Kondisi lahan datar 4 Adanya pelindung dan 5 Sebaiknya dekat dengan lokasi kebun

C. Pembuatan tempat persemaian

1 Media semai yang digunakan tanah lapisan atas yang sudah diayak, dilapisi pasir halus sampai ketebalan 3-5 cm 2 Dibuat bedengan yang tepinya diberi penahan dengan ukuran lebar ± 120 cm dan panjang disesuaikan dengan kebutuhan 3 Bedengan diberi atap menghadap ketimur dengan tinggi atap sisi barat 0,80 m dan sisi timur lebih tinggi yaitu 1,25 m 4 Sebelum benih kopi disemai, media pasir disiram air sampai jenuh 5 Penanaman benih dengan jarak 2 cm x 5 cm dengan kedalaman 0.5 cm 6 Penanaman benih dengan meletakkan bagian yang rata dibaeah telungkup 7 Bagian atas penyemaian ditutup dengan potongan jeramialang-alang. D. Pemeliharaan dipersemaian Setiap hari disirami air bersih dan pembersihan gulma pada saat-saat tertentu setelah kecambah mencapai stadium serdadu dan atau kepalan, bibit segera dipindahkan kemedia tanah yang sudah dimasukkan kedalam polybag dan bibit dibiarkan sampai berumur 6-8 bulan untuk siap tanam. Universitas Sumatera Utara Sampai saat ini pemerintah telah melepas tujuh varietas kopi Arabika sebagai varietas anjuran nasional, namun untuk kondisi klimatologi dataran tinggi gayo,beberapa varietas yang yang sesuai dikembangkan adalah S795, Andung Sari 1 dan Sigarar Utang. Masing-masing varietas tersebut mempunyai sifat keunggulan dan kelemahan yang dapat dipilih pekebun sesuai yang dikehendaki. Disamping itu, paa saat ini terdapat dua varietas lokal yang banyak dikembangkan didataran tinggi gayo, yaitu Aarabusta Timtim dan Borbor Mawardi , dkk, 2008 Di Kabupaten Bener Meriah, luas tanaman perkebunan kopi yang menghasilkan seluas 26,963, 51 hektar dengan produksi 18,660,30 ton BPS Bener Meriah, 2011:125. Dalam tiga tahun pendataan BPS produksi kopi mengalami peningkatan. Pada tahun 2008 produksi kopi sebesar 13.287, 30 ton, tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi 17.146,97 ton, Dan pada tahun 2010 menjadi 18.660,30 ton. Berkaitan dengan usaha perkebunan kopi, pada tahun 2010 di Kabupaten Bener Meriah terdapat industri atau usaha pengupas kopi sebanyak 51 unit usaha dengan tenaga kerja 197 orang dengan nilai investasi sebesar Rp. 2. 098.000000. usaha bubuk kopi sebanyak 30 unit usaha dengan tenaga kerja sebanyak 80 orang dan investasi di dalamnya sebesar Rp. 775.000.000 BPS Bener Meriah 2011:184. Realisasi ekspor kopi oleh eksportir kopi di Kabupaten Bener Meriah tahun 2010 BPS Bener meriah, 2011: tabel 4.4 Universitas Sumatera Utara Tabel. 4.4. Realisasi ekspor kopi oleh eksportir kopi di Kabupaten Bener Meriah tahun 2010 TAHUN NEGARA TUJUAN TOTAL ASIA EROPA AFRIKA AUSTRALIA AMERIKA DALAM TON 2005 560 1989 - - 9040 11.589 2006 875 2123 - - 14650 17648 2007 595 2347 - - 15920 18862 2008 873 1160.8 - - 15772.2 17806 2009 4.5 38.4 - - 287.6 330.5 2010 131.59 558.42 9.64 174,70 3.069 3.943,48 kopi telah menjadi komoditas ekspor, namun karena ekspor harus melalui kota Medan maka dampak yang ditimbulkan tidak banyak berpengharuh kepada perekonomian masyarakat petani di Bener Meriah., tetapi yang diuntungkan hanya pedagang toke, karena itu masyarakat tidak pernah menganggap bahwa kehidupan sebagai petani merupakan profesi yang dapat diwariskan dianggap sebagai kegagalan .

4.6. Panen dan Pasca Panen 1. Kopi Gelondongan

Kopi gelondongan buah merah adalah buah kopi yang dipetik merahnya saja dengan kematangan sempurna. Kematangan buah kopi juga dapat dilihat dari kekerasan dan komponen senyawa gula di dalam daging buah. Buah kopi yang masak memiliki daging buah lunak dan berlendir serta mengandung senyawa gula relatif tinggi sehingga rasanya manis . sebaliknya daging buah muda sedikit keras, tidak berlendir dan rasanya tidak manis karena senyawa gula masih belum berbentuk maksimal. Universitas Sumatera Utara Alasan Memilih Buah Kopi Merah a Rendaman yang dihasilkan lebih baik b Aroma dan cita rasa bagus, acidity seimbang, bodi mantap dan cacat cita rasa tidak ada. c Menjaga mesin pulper Hampir setiap rumah menyediakan mesin penggiling buah merah dari kopi, bagi mereka yang tidak memilikinya mereka harus membayar sewa kepada pemilik gilingan dengan ukuran yang disepakati dalam masyarakat. Tradisi ini hamper hilang dalam masyarakat gayo, karena adanya kebijakan yang membolehkan pedagang membeli buah merah gelondongan dari kopi ditambah lagi adanya pabrik kopi yang menerima gelondongan ini. Menerut penuturan bapak Hendra mengapa pada masa sekarang ini banyak para petani mau menjual buah kopi yang masih gelondongan, disamping tuntutan ekonomi juga karena para petani merasa lebih melelahkan lagi bila harus menunnggu menggiling buah kopi tersebut sampai menjadi labu dan juga harus menunggu waktu beberapa hari lagi sementara kebutuhan ekonomi yang terus mendesak. mungkin bapak hendra masih lebih beruntung di bandingkan rekanannya sesame petani yang lain, karena disamping jadi petani dia juga merangkap bekerja di koperasi unit desa puskud walau tidak setiap hari setidaknya dia bisa mendapat tambahan penghasilan sampingan untuk keluarganya, tidak itu saja dia juga mau menolong rekannya sesama petani dengan cara memberitahu bahwa ditempat dia bekerja harga kopi yang dibeli lebih tinggi dibandingkan di luar. Namun tidak semua kopi petani bisa dijual di puskud ini, karena di puskud ini ada kriteria-kriteria tertentu yang harus Universitas Sumatera Utara dipenuhi oleh para petani kopi bila ingin menjual kopi mereka, maka tidak semua kopi yang bisa lulus pengetesan kopi di puskud maka mau tidak mau terpaksa para petani menjual kopi mereka pada agen-agen lainnya.

2. Pengupasan Kulit Buah