KEBIJAKAN DIVIDEN PERPAJAKAN InfoMemo MEP23DES2014

Strictly Private Confidential Hal 116 dari 122

BAB XI. KEBIJAKAN DIVIDEN

Berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia, pembayaran dividen harus disetujui oleh pemegang saham dalam RUPS Tahunan yang disetujui oleh Dewan Direksi. Perseroan bisa membayar dividen setiap waktu dari laba bersih. Pemegang saham yang tercatat pada tanggal pembagian tersebut, berhak atas jumlah dividen yang disetujui secara penuh setelah dipotong pajak yang berlaku di Indonesia. Sebelum akhir tahun buku, dividen interim dapat dibagikan sepanjang diperbolehkan oleh Anggaran Dasar Perseroan dan jika dividen interim tersebut tidak menyebabkan nilai aktiva bersih Perseroan lebih kecil daripada modal ditempatkan dan disetor serta cadangan wajib. Pembayaran dividen tersebut ditentukan oleh Dewan Direksi Perseroan setelah sebelumnya disetujui oleh Dewan Komisaris. Semua saham Perseroan yang telah ditempatkan dan disetor penuh dalam rangka Pencatatan Kembali Saham ini mempunyai hak yang sama dan sederajat dalam segala hal yang satu dengan yang lain termasuk hak atas dividen. Besarnya dividen tunai dikaitkan dengan keuntungan Perseroan pada tahun buku yang bersangkutan, dengan tidak mengabaikan tingkat kesehatan Perseroan dan tanpa mengurangi hak dari Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan untuk menentukan lain sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar Perseroan. Kebijaksanaan dividen Perseroan adalah sebagai berikut : Laba Bersih Setelah Pajak Persentase dari Laba Bersih Rp 10-20 miliar 10 Rp 20 miliar 20 Strictly Private Confidential Hal 117 dari 122

BAB XII. PERPAJAKAN

Pajak Penghasilan atas dividen yang berasal dari kepemilikan saham dikenakan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No.36 tahun 2008 berlaku efektif 1 Januari 2009 mengenai perubahan keempat atas Undang-udang No. 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, deviden atau pembagian keuntungan yang diterima oleh Perseroan Terbatas sebagai wajib pajak dalam negeri, Koperasi, Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia tidak termasuk sebagai Objek Pajak Penghasilan sepanjang seluruh syarat-syarat di bawah ini terpenuhi: - Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan - Bagi Perseroan Terbatas, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25 dari jumlah modal yang disetor. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 14 tahun 1997 tanggal 29 Mei 1997 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1994 tentang “Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Transaksi Penjualan Saham di Bursa Efek“ dan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No. SE-06PJ.41997 tanggal 20 Juni 1997 perihal “Pelaksanaan Pemungutan Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Transaksi Penjualan Saham di Bursa Efek” yang mengubah Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No. SE- 07PJ.421995 tanggal 21 Pebruari 1995 perihal “Pengenaan Pajak Penghasilan atas Penghasilan Transaksi Penjualan Saham di Bursa Efek”, telah diatur Sebagai berikut: 1 Atas penghasilan yang diterima atau di peroleh orang pribadi dan badan transaksi penjualan saham di Bursa Efek dipungut Pajak Penghasilan sebesar 0,10 dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan dan bersifat final. Pembayaran dilakukan dengan cara pemotongan oleh penyelenggara Bursa Efek melalui perantara pedagang efek pada saat pelunasan transaksi penjualan saham. 2 Pemilik saham pendiri dikenakan tambahan Pajak Penghasilan Final sebesar 0,50 dari nilai saham Perseroan pada saat Penawaran Umum Perdana. Penyetoran tambahan Pajak penghasilan final dilakukan oleh Perseroan atas nama pemilik saham pendiri dalam jangka waktu selambat-lambatnya 1 bulan setelah saham diperdagangkan di Bursa Efek. 3 Namun apabila pemilik saham pendiri tidak bermaksud untuk membayar tambahan pajak penghasilan final di atas, maka pemilik saham pendiri terhutang pajak penghasilan atas capital gain pada saat penjualan saham pendiri. Penghitungan Pajak Penghasilan tersebut sesuai dengan tarif umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 undang-undang No. 36 tahun 2008. Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 651KMK.041994 tanggal 29 Desember 1994 tentang “Bidang-Bidang Penanaman Modal Tertentu Yang Memberikan Penghasilan Kepada Dana Pensiun yang Tidak termasuk Sebagai Objek Pajak Penghas ilan”, Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, atas dividen yang Strictly Private Confidential Hal 118 dari 122 diterimanya dari saham pada perseroan terbatas yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, tidak termasuk sebagai Objek Pajak Penghasilan. Sesuai dengan Pasal 17 ayat 2 c Undang-undang No. 36 tahun 2008, tarif yang dikenakan atas penghasilan berupa dividen yang dibagikan kepada Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri adalah paling tinggi sebesar 10 sepuluh persen dan bersifat final. Dividen yang dibayarkan atau terutang kepada Wajib Pajak Luar Negeri akan dipotong Pajak Penghasilan sesuai dengan pasal 26 Undang-undang No. 36 tahun 2008 dengan tarif sebesar 20 dua puluh persen atau lebih rendah dari itu apabila dividen diterima oleh pemegang saham yang merupakan penduduk dari suatu negara yang telah menandatangani suatu Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda P3B, dengan Indonesia. Untuk dapat memperoleh fasilitas tarif yang lebih rendah, wajib pajak harus memenuhi ketentuan dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No. SE-03PJ.1011996 tanggal 29 Maret 1996 tentang Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda P3B, dengan ketentuan harus menyerahkan sertifikat Domisili asli yang di terbitkan oleh pihak yang berwenang di Negara asal dan konfirmasi tempat tinggal atau tempat kedudukan dari penerima manfaat dari dividen dimaksud. Dalam hal penerima manfaat adalah orang pribadi, Negara domisilinya adalah tempat orang pribadi tersebut tinggal atau berada. Sedangkan apabila penerima manfaat adalah badan, Negara domisilinya adalah negara tempat pemilik atau lebih dari 50 pemegang saham baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama berkedudukan atau efektif manajemennya berada. Sertifikat ini berlaku untuk masa 1 satu tahun dan selanjutnya harus diperpanjang. Namun Untuk bank, selama bank tersebut tidak mengubah alamat seperti yang tercantum pada sertifikat tersebut, sertifikat tersebut tetap berlaku. Para Pemegang Saham Perseroan diharapkan dan disarankan dengan biaya sendiri untuk berkonsultasi dengan konsultan pajak masing-masing mengenai akibat perpajakan yang timbul dari pembelian, pemilikan maupun penjualan saham yang dibeli melalui Pencatatan Kembali Saham Perseroan Relisting ini. Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Oleh Perseroan Sebagai Wajib Pajak, Perseroan memiliki kewajiban perpajakan untuk Pajak Penghasilan PPh, Pajak Pertambahan Nilai PPN, dan Pajak Bumi dan Bangunan PBB. Perseroan telah memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan perundang-undangan dan peraturan perpajakan yang berlaku. Strictly Private Confidential Hal 119 dari 122

BAB XIII. LEMBAGA DAN PROFESI PENUNJANG PASAR MODAL