Peraturan Disiplin PNS MANAJEMEN KEPEGAWAIAN NEGARA3

14 Manajemen Kepegawaian Negara Golongan atau diri sendiri, serta menghindarkan segala sesuatu yang dapat mendesak kepentingan Negara oleh kepentingan Golongan, diri sendiri, atau pihak lain; Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat Negara, pemerintah dan Pegawai Negeri Sipil ; Mengangkat dan mentaati sumberjanji Pegawai Negeri Sipil dan sumpahjanji jabatan berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku; Menyimpan rahasia Negara dan atau rahasia jabatan dengan sebaik-baiknya; Memperhatikan dan melaksanakan segala ketentuan pemerintah baik yang langsung menyangkut tugas tugas kedinasannya maupun yang berlangsung secara umum; Melaksanakan tugas kedinasan dengan sebaik-baiknya dan dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab; Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan semangat untuk kepentingan Negara; Memelihara dan meningkatkan keutuhan, kekompakan, persatuan, dan kesatuan Korps Pegawai Negeri Sipil ; Segera melaporkan kepada atasannya, apabila mengetahui adanya hal yang dapat membahayakan atau merugikan Negara pemerintah, terutama di bidang keamanan, keuang an, dan materiil; Mentaati ketentuan jam kerja; Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik; Menggunakan dan memelihara barang-barang milik Negara dengan sebaik-baiknya; Memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya kepada masyarakat menurut bidang tugasnya masing-masing; 15 Bertindak dan bersifat tegas, tapi adil dan bijaksana terhadap bawahan; Membimbing bawahannya dalam melaksanakan tugasnya; Menjadi dan memberikan contoh serta teladan yang baik terhadap bawahannya; Mendorong bawahannya untuk meningkatkan prestasi kerjanya; Memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan karirnya; Mentaati ketentuan peraturan perundang-undangan tentang perpajakan; Berpakaian rapi, sopan serta bersikap dan bertingkah laku sopan santun terhadap masyarakat, sesama PNS, dan terhadap atasan; Hormat menghormati antara sesama warga Negara yang memeluk agamakepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang berlainan; Menjadi teladan sebagai warga Negara yang baik dalam masyarakat; Mentaati segala peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku; Mentaati perintah kedinasan dari atasan yang berwenang; Memperhatikan dan menyelesaikan dengan sebaik-baiknya setiap laporan yang diterima mengenai pelanggaran disiplin. Larangan PNS Adalah Sebagai Berikut: Melakukan hal-hal yang dapat menurunkan kehormatan atau martabat Negara, pemerintah, atau Pegawai Negeri Sipil ; Menyalahgunakan wewenangnya; 16 Manajemen Kepegawaian Negara Tanpa izin pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk Negara asing; Menyalahgunakan barang-barang, atau surat-surat berharga milik Negara; Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjam barang-barang dokumen, atau surat-surat berharga milik Negara secara tidak sah; Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain didalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan orang lain; Melakukan tindakan yang bersifat negatif dengan maksud membalas dendam terhadap bawahannya atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya; Menerima hadiah atau sesuatu pemberian berupa apa saja dari siapapun juga yang diketahui atau patut dapat diduga bahwa pemberian itu bersangkutan atau mungkin bersangkutan dengan jabatan atau pekerjaan PNS yang bersangkutan; Memasuki tempat-tempat yang dapat mencemarkan kehormatan atau martabat PNS, kecuali untuk kepentingan jabatan; Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya; Melakukan sesuatu tindakan atau sengaja tidak melakukan sesuatu tindakan yang dapat berakibat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi pihak yang dilayani; Menghalangi berjalannya tugas kedinasan; 17 Membocorkan dan atau memanfaatkan rahasia Negara yang diketahui karena kedudukan jabatan untuk kepentingan pribadi, Golongan, atau pihak lain; Bertindak selaku perantara bagi sesuatu pengusaha atau Golongan untuk mendapatkan pekerjaan atau pesanan dari kantorinstansi pemerintah; Memiliki sahammodal dalam perusahaan yang kegiatan usahanya berada dalam ruang lingkup kekuasaannya; Memiliki saham atau perusahaan yang kegiatan usahanya tidak berada dalam ruang lingkup kekuasaannya yang jumlah dan sifat pemilikan itu sedemikian rupa sehingga melalui pemilik saham tersebut dapat langsung atau tidak langsung menentukan penyelenggaraan atau jalannya perusahaan; Melakukan kegiatan usaha dagang baik secara resmi, maupun sambilan, menjadi direksi, pimpinan atau komisaris perusahaan swasta bagi yang berpangkat Pembina Golongan IVa ke atas atau yang memangku jabatan eselon I; Melakukan pungutan tidak sah dalam bentuk apapun juga dalam melaksanakan tugasnya untuk kepentingan pribadi, Golongan atau pihak lain. Hukuman Disiplin Pegawai Negeri Sipil Yang dimaksud dengan pelanggaran disiplin menurut Pasal 1 PP Nomor 30 Tahun 1980 adalah setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan Pegawai Negeri Sipil yang melanggar ketentuan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil baik yang dilakukan di dalam maupun di luar jam kerja. Lebih jauh dalam Pasal 5 dinyatakan bahwa dengan tidak mengurangi ketentuan dalam peraturan perundang-undangan pidana, Pegawai Negeri Sipil 18 Manajemen Kepegawaian Negara yang melakukan pelanggaran disiplin dijatuhi hukuman disiplin oleh Pejabat yang berwenang menghukum. Tingkat dan jenis hukuman disiplin Berat ringannya hukuman dan jenis hukuman yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang melanggar peraturan disesuaikan dengan tingkat kesalahan atau jenis pelanggaran yang dilakukannya. Tingkat dan jenis hukuman disiplin adalah sebagai berikut: Tingkat Hukuman disiplin terdiri dari: a. hukuman disiplin ringan; b. hukuman disiplin sedang; dan c. hukuman disiplin berat. Jenis hukuman disiplin ringan terdiri dari : a. teguran lisan; b. teguran tertulis; dan c. pernyataan tidak puas secara tertulis. Jenis hukuman disiplin sedang terdiri dari : a. penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1 satu tahun; b. penurunan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1 satu tahun; dan c. penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama 1 satu tahun. Jenis hukuman disiplin berat terdiri dari : a. penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih rendah untuk paling lama 1 satu tahun; b. pembebasan dari jabatan; c. pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan 19 sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil ; dan d. pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.

F. Keanggotaan PNS Sebagai Anggota Korpri

Pegawai Republik Indonesia sudah ada sejak kemerdekaan Indonesia diproklamirkan, secara resmi dinyatakan bahwa semua bekas pegawai pemerintah tentara pendudukan Jepang dijadikan pegawai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk menghimpun dan membina seluruh Pegawai Republik Indonesia tersebut khususnya di luar kedinasan, pemerintah membentuk satu-satunya wadah yaitu KORPRI. Korps Pegawai Republik Indonesia KORPRI dibentuk dengan Keputusan Presiden Nomor 82 Tahun 1971, tanggal 29 Nopember 1971. Tujuannya adalah untuk lebih meningkatkan pengabdian Pegawai Negeri Sipil dalam mengisi kemerdekaan dan pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan. Langkah berikutnya dalam rangka menyatukan gerak langkah Pegawai Negeri Sipil agar tidak terpecah belah adalah dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1976 tentang Keanggotaan PNS dalam Partai Politik dan Golongan Karya. Dalam penjelasan umum PP tersebut dinyatakan bahwa Pegawai Negeri Sipil bukan saja unsur aparatur negara, tetapi juga sebagai abdi negara dan abdi masyarakat, yang hidup di tengah-tengah masyarakat dan bekerja untuk kepentingan masyarakat. Oleh sebab itu dalam melaksanakan pembinaan, PNS bukan saja dilihat dan diperlakukan sebagai aparatur 20 Manajemen Kepegawaian Negara negara tetapi juga harus dilihat dan diperlakukan sebagai warga negara. Hal ini mengandung pengertian bahwa dalam melaksanakan pembinaan, hendaknya sejauh mungkin diusahakan adanya keserasian antara kepentingan dinas dengan kepentingan PNS sebagai perorangan, dengan ketentuan bahwa apabila terdapat perbedaan antara kepentingan dinas dengan kepentingan PNS sebagai perorangan, maka kepentingan dinaslah yang harus didahulukan. Dengan demikian maka kesetiaan dan ketaatan PNS sepenuhnya berada di bawah pimpinan pemerintah, agar terjamin kesatuan pimpinan dan garis pimpinan yang jelas dan tegas. Oleh karena itu keanggotaan PNS dalam Partai Politik tidak boleh mengurangi kesetiaan dan ketaatan penuh PNS yang bersangkutan kepada Pancasila, UUD tahun 1945, Negara, dan Pemerintahan, serta tidak boleh mengganggu kelancaran pelaksanaan tugasnya. Untuk memperkokoh kesatuan KORPRI, maka pada Musyawarah Nasional Pertama KORPRI yang diselenggarakan pada tahun 1978 telah melahirkan doktrin KORPRI yang disebut “BHINNEKA KARYA ABDI NEGARA” yang artinya walaupun anggota-anggota KORPRI melaksanakan berbagai bidang dengan jenis karya yang beraneka ragam tetapi tetap dalam rangka pelaksanaan pengabdian kepada bangsa, negara dan masyarakat Indonesia. Faktor penentu pembinaan PNS yang akan menjadi anggota Parpol dan Golkar adalah sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1976 pasal 1 dan 2 21 beserta penjelasannya, di mana PNS yang menjabat sebagai pejabat struktural eselon V ke atas di berbagai bidang, guru, kepegawaian, dan sebagainya harus minta ijin terlebih dahulu dari pejabat yang berwenang mengangkat dan memberhentikannya. Dengan adanya PP ini, maka kontrol pemerintah untuk mengarahkan PNS agar dapat bekerja dengan mengutamakan kepentingan dinas daripada kepentingan pribadi atau kepentingan Partai Politik dapat dicapai. Dalam perjalanan pembinaan Pegawai Negeri Sipil melalui wadah Korps Pegawai Negeri Sipil pada masa-masa lalu tidak menguntungkan, karena tujuan yang semula sebagai wadah mempersatukan Pegawai Negeri Sipil dimanfaatkan oleh Golongan tertentu dan digunakan sebagai alat atau kendaraan politik untuk meraih kemenangan dalam Pemilihan Umum. Dengan demikian tujuan dibentuknya wadah KORPRI dalam rangka menyatukan para anggota PNS agar tidak terjadi konflik di antara PNS tidak tercapai. Memperhatikan kenyataan selama Orde Baru tersebut, di mana KORPRI digunakan sebagai kendaraan politik, maka dalam Munas KORPRI terakhir yang dilaksanakan bulan Februari 1999 telah terjadi perubahan orientasi Korps Pegawai Republik Indonesia. Hal ini tampak dalam perubahan Anggaran Dasar yang telah ditetapkan melalui Keputusan Musyawarah Nasional ke-5 KORPRI Nomor Kep-03Munas1999 tentang Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga KORPRI yang ditegaskan kembali dalam Keputusan Presiden