MANAJEMEN KEPEGAWAIAN NEGARA12
MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PRAJABATAN GOLONGAN I DAN II
Drs. Suradji, MA
Lembaga Administrasi Negara – Republik Indonesia 2006
(2)
Hak Cipta© Pada: Lembaga Administrasi Negara
Edisi Tahun 2006
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia Jl. Veteran No. 10 Jakarta 10110
Telp. (62 21) 3868201-06 Ext. 193, 197 Fax. (62 21) 3800188
Manajemen Kepegawaian Negara
Jakarta – LAN – 2006 102 hlm: 15 x 21 cm ISBN: 979-8619-96-X
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA
KATA PENGANTAR
Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional 2005 – 2009 telah menetapkan bahwa visi pembangunan nasional adalah: (1) terwujudnya kehidupan masyarakat yang aman, bersatu, rukun dan damai; (2) terwujudnya masyarakat, bangsa, dan negara yang menjunjung tinggi hukum, kesetaraan dan hak asasi manusia; serta (3) terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan kesempatan kerja dan penghidupan yang layak serta memberikan pondasi yang kokoh bagi pembangunan yang berkelanjutan. Untuk mewujudkan visi ini, mutlak diperlukan peningkatan kompetensi Pegawai Negeri Sipil (PNS), khususnya para Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang akan menjadi PNS. PNS memainkan peran dan tanggungjawabnya yang sangat strategis dalam mendorong dan mempercepat perwujudan visi tersebut.
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan PNS mengamanatkan bahwa Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Prajabatan dilaksanakan untuk memberikan pengetahuan dalam rangka pembentukan wawasan kebangsaan, kepribadian dan etika PNS, disamping pengetahuan dasar tentang sistem penyelenggaraan pemerintahan negara, bidang tugas, dan budaya organisasi agar mampu melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pelayan masyarakat. Untuk mewujudkan PNS yang memiliki kompetensi sesuai dengan amanat PP 101 Tahun 2000 maka seorang CPNS harus mengikuti dan lulus Diklat Prajabatan sebagai syarat untuk dapat diangkat menjadi PNS.
(3)
Untuk mempercepat upaya meningkatkan kompetensi tersebut, Lembaga Administrasi Negara (LAN) telah menetapkan kebijakan desentralisasi dengan pengendalian kualitas dengan standar tertentu dalam penyelenggaraan Diklat Prajabatan. Dengan kebijakan ini, jumlah penyelenggaraan dapat lebih menyebar disamping jumlah alumni yang berkualitas dapat meningkat pula. Standarisasi meliputi keseluruhan aspek penyelenggaraan Diklat, mulai dari aspek kurikulum yang meliputi rumusan kompetensi, mata Diklat dan strukturnya, metode dan skenario pembelajaran dan lain-lain sampai pada aspek administrasi seperti persyaratan peserta, administrasi penyelenggaraan, dan sebagainya. Dengan standarisasi ini, maka kualitas penyelenggaraan dan alumni diharapkan dapat lebih terjamin.
Salah satu unsur Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan yang mengalami penyempurnaan antara lain modul atau bahan ajar untuk para peserta. Oleh karena itu, kami menyambut baik penerbitan modul yang telah disempurnakan ini, sebagai antisipasi dari perubahan lingkungan stratejik yang cepat dan luas diberbagai sektor. Dengan kehadiran modul ini, kami mengharapkan agar peserta Diklat dapat memanfaatkannya secara optimal, bahkan dapat menggali keluasan dan kedalaman substansinya bersama melalui diskusi sesama dan antar peserta dengan fasilitator para Widyaiswara dalam proses kegiatan pembelajaran selama Diklat berlangsung.
Kepada penulis dan seluruh anggota Tim yang telah berpartisipasi, kami haturkan terima kasih. Semoga buku hasil perbaikan ini dapat dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, 2006
KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA SUNARNO
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...iiiDAFTAR ISI...v
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Deskripsi Singkat ... 1
B. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)... 3
C. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)... 3
BAB II PENGERTIAN, KEDUDUKAN, KEWAJIBAN DAN PEMBINAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL ... 5
A. Pengertian... 5
B. Jenis Pegawai Negeri... 9
C. Kedudukan dan Netralitas Pegawai Negeri Sipil ... 12
D. Kewajiban, Larangan, Hukuman Disiplin dan Hak Pegawai Negeri Sipil ... 15
E. Sistem Pembinaan Pegawai Negeri Sipil ... 25
BAB III MANAJEMEN KEPEGAWAIAN NEGARA... 32
A. Perencanaan dan Pengadaan Pegawai ... 32
B. Sumpah Pegawai Negeri Sipil ... 41
C. Penempatan PNS ... 44
D. Kenaikkan Pangkat PNS ... 45
E. Pengangkatan Dalam Jabatan PNS... 55
F. Penilaian Prestasi Kerja PNS ... 64
G. Gaji dan Kesejahteraan Pegawai ... 69
H. Penghargaan Pegawai Negeri Sipil ... 76
I. Pendidikan dan Pelatihan PNS ... 79
J. Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil ... 84
K. Sistem Informasi Kepegawaian... 89
BAB IV PENUTUP ... 93
DAFTAR PUSTAKA... 94
(4)
BAB I
P E N D A H U L U A N
A.
Deskripsi Singkat
Setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih dan diangkat sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil. Yaitu setelah memenuhi berbagai persyaratan sebagaimana diatur dalam peraturan yang berlaku. Dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa untuk bisa diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil, seorang WNI harus melamar dengan persyaratan tertentu dan diwajibkan lulus dalam serangkaian tes yang diselenggarakan oleh Tim/Panitia Seleksi masuk Calon Pegawai Negeri Sipil dalam suatu instansi pemerintah. Tes yang diselenggarakan meliputi tes tertulis maupun lisan atau wawancara serta tes kesehatan.
Setelah mengikuti serangkaian tes tersebut dan peserta dinyatakan lulus, selanjutnya para peserta tes tersebut diterima sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Kemudian seorang Calon Pegawai Negeri Sipil untuk dapat diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) disyaratkan lulus
(5)
Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan yang diselenggarakan oleh masing-masing instansi atau kerjasama antar lembaga Diklat dilingkungan instansi Pemerintah, baik Pusat maupun Daerah. Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan I dan II adalah salah satu Diklat yang diberikan untuk para Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan I dan II yang akan diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Diklat Prajabatan Golongan I dan II ini dimaksudkan untuk memberi bekal pengetahuan, keterampilan dan pembentukan perilaku bagi CPNS agar mempunyai kemampuan dan etika dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Tuntutan terhadap kemampuan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab berarti memahami tugas, fungsi dan berbagai peraturan perundang-undangan dibidang Pemerintahan disamping pengetahuan teknis lainnya. Secara khusus, kepada Calon Pegawai Negeri Sipil perlu diberikan pemahaman terhadap Manajamen Kepegawaian Negara, dengan maksud agar seluruh Calon Pegawai Negeri Sipil memahami berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi Pegawai Negeri Sipil termasuk di dalamnya berbagai hak dan kewajibannya selama menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.
Mata pelajaran ini berjudul Manajemen Kepegawaian Negara dengan muatan materi berbagai pengertian, kedudukan, tugas dan fungsi Pegawai Negeri Sipil, hak dan kewajiban Pegawai Negeri Sipil, pengadaan, penempatan, penilaian kinerja, pengembangan kemampuan, penggajian atau renumerasi, penghargaan serta pemberhentian Pegawai Negeri Sipil.
B.
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Peserta Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan I dan II ini, diharapkan setelah mengikuti pelatihan ini mampu memahami berbagai peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian terutama hal-hal yang terkait dengan kewajiban Pegawai Negeri Sipil dalam rangka menjalankan tugas dan fungsi serta tanggung jawabnya sebagai Pegawai Negeri.
C.
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan mampu menjelaskan:
1. Berbagai pengertian yang terkait dengan Pegawai Negeri Sipil;
(6)
3. Kewajiban, Larangan, Hukuman Disiplin dan Hak PNS; 4. Sistem Pembinaan Pegawai Negeri Sipil;
5. Perencanaan dan Pengadaan Pegawai Negeri Sipil; 6. Penempatan dan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil; 7. Kenaikkan Pangkat Pegawai Negeri Sipil;
8. Pengangkatan dalam Jabatan Pegawai Negeri Sipil; 9. Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil; 10. Gaji dan Kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil; 11. Penghargaan Pegawai Negeri Sipil;
12. Pengembangan/Diklat Pegawai Negeri Sipil; 13. Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil.
BAB II
PENGERTIAN, KEDUDUKAN,
KEWAJIBAN DAN PEMBINAAN
PEGAWAI NEGERI SIPIL
A.
Pengertian
Untuk menghindari adanya salah pengertian dalam manajemen kepegawaian negara, maka perlu dikemukakan berbagai pengertian yang relevan mengenai Pegawai Negeri sebagaimana tercantum dalam peraturan yang berlaku (UU Nomor 8 Tahun 1974 jo UU Nomor 43 tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian) berikut ini:
1. Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republlik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Pegawai Negeri Sipil adalah mereka yang:
a. Bekerja pada Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND), Sekretariat Lembaga Negara, instansi vertikal di Daerah Provinsi/ Kabupaten/Kota, Kepaniteraan Pengadilan, instansi TNI dan Kepolisian;
(7)
b. Bekerja pada Pemerintah Daerah Provinsi/ Kabupaten/Kota;
c. Diperbantukan atau dipekerjakan pada Daerah Otonom dan organisasi yang menyelenggarakan pelayanan publik lainnya;
d. Menyelenggarakan tugas negara lainnya, seperti hakim pada Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi dan lain sebagainya;
e. Gajinya dibebankan pada APBN atau APBD.
3. Pejabat yang berwenang adalah pejabat yang mempunyai kewenangan mengangkat, memindahkan dan memberhentikan Pegawai Negeri berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
4. Pejabat yang berwajib adalah pejabat yang karena jabatan atau tugasnya berwenang melakukan tindakan hukum berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 5. Pejabat Negara adalah pimpinan dan anggota lembaga tinggi
negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Pejabat Negara lainnya yang ditentukan oleh Undang-Undang.
Pejabat Negara terdiri atas: a. Presiden dan Wakil Presiden;
b. Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat;
d. Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda dan Hakim Agung pada Mahkamah Agung, serta Ketua, Wakil Ketua dan Hakim pada semua Badan Peradilan;
e. Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Dewan Pertimbangan Agung;
f. Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Badan Pemeriksa Keuangan;
g. Menteri dan jabatan yang setingkat Menteri;
h. Kepala Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri yang berkedudukan sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh,
i. Gubernur dan Wakil Gubernur;
j. Bupati/Walikota dan Wakil Bupati/Wakil Walikota; dan k. Pejabat Negara lainnya yang ditentukan oleh
undang-undang.
6. Jabatan Negeri adalah jabatan dalam bidang eksekutif yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan, termasuk didalamnya jabatan dalam kesekretariatan lembaga tertinggi atau tinggi negara dan kepaniteraan pengadilan. 7. Jabatan Karier adalah jabatan struktural dan fungsional yang
hanya diduduki Pegawai Negeri Sipil setelah memenuhi syarat yang ditentukan.
8. Jabatan Organik adalah jabatan negeri yang menjadi tugas pokok pada suatu organisasi pemerintah.
(8)
9. Manajemen Pegawai Negeri Sipil adalah keseluruhan upaya-upaya untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas dan derajat profesionalisme penyelenggaraan tugas, fungsi dan kewajiban kepegawaian, yang meliputi perencanaan, pengadaan, pengembangan kualitas, penempatan, promosi, penggajian, kesejahteraan dan pemberhentian.
Urutan Pejabat Negara tersebut tidak berarti menunjukkan tingkatan kedudukan dari pejabat tersebut. Pegawai Negeri yang diangkat menjadi Pejabat Negara diberhentikan dari jabatan organiknya selama menjadi Pejabat Negara tertentu tidak kehilangan statusnya sebagai Pegawai Negeri. Pegawai Negeri yang diangkat menjadi Pejabat Negara tertentu perlu diberhentikan dari jabatan organiknya, seperti Wakil Ketua, Ketua Muda dan Hakim Agung pada Mahkamah Agung, serta Ketua, Wakil Ketua dan Hakim pada semua Badan Peradilan, Ketua, Wakil Ketua dan anggota Badan Pemeriksa Keuangan yang berasal dari jabatan karier. Kepala Perwakilan Republik Indonesia di Iuar negeri yang berkedudukan sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh yang berasal dari diplomat karier dan jabatan yang setingkat Menteri. Apabila Pegawai Negeri yang bersangkutan setelah selesai menjalankan tugasnya sebagai Pejabat Negara dapat diangkat kembali dalam jabatan organiknya.
B.
Jenis Pegawai Negeri
Dalam Pasal 2 UU Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, secara tegas dinyatakan bahwa Pegawai Negeri terdiri dari 3 (tiga) jenis, yaitu:
1. Pegawai Negeri Sipil (PNS);
2. Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI);
3. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI).
Pegawai Negeri Sipil terdiri dari 2 (dua) yaitu Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah. Pegawai Negeri Sipil Pusat adalah Pegawai Negeri yang gajinya dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan bekerja pada Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara, Instansi Vertikal di Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota, Kepaniteraan Pengadilan, atau bekerja menyelenggarakan tugas negara lainnya.
Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Pegawai Negeri yang bekerja di Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota yang gajinya dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan bekerja pada instansi Pemerintah Daerah, atau dipekerjakan diluar instansi induknya. Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah dapat
(9)
diperbantukan di luar instansi induk, dan gajinya dibebankan pada instansi yang menerima perbantuan.
Sementara yang dimaksud dengan anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah Anggota Prajurit Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, yaitu warga negara yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku dan diangkat oleh pejabat yang berwenang untuk mengabdikan diri dalam usaha pembelaan negara dengan menyandang senjata, rela berkorban jiwa raga dan berperan serta dalam pembangunan nasional, serta tunduk kepada hukum tentara.
Prajurit Tentara Nasional Indonesia terdiri dari 3 (tiga) angkatan, yaitu prajurit Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, prajurit Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut, dan prajurit Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara. Selain itu ada satu angkatan yang bertugas menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, yaitu prajurit Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Prajurit Angkatan Bersenjata Republik Indonesia sebagai Bhayangkari Negara dan Bangsa Indonesia adalah aparatur negara yang taat dan setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, serta berSumpah Prajurit dan berSapta
Marga, bertindak sebagai pengayom, pengawal, penegak, pengaman, dan penyelamat bangsa dan negara. Sebagai aparatur negara dalam ketatanegaraan, Prajurit Angkatan Bersenjata Republik Indonesia berkedudukan sebagai piranti bangsa dan negara yang bersenjata.
Manajemen Tentara Nasional Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1988 tentang Prajurit Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, sementara Kepolisian Negara Republik Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Pegawai Negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia terdiri atas:
1. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, mana jemen pembinaannya diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
2. Pegawai Negeri Sipil, manajemen pembinaannya berlaku ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian.
Kepolisian Negara Republik Indonesia berada dibawah Presiden. Fungsi Kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara dibidang pemeliharaan keamanan dan
(10)
ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.
Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya ketenteraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.
C.
Kedudukan dan Netralitas Pegawai Negeri
Sipil
Pegawai Negeri Sipil berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan dan pembangunan (UU Nomor 43 tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian). Dalam rangka mewujudkan profesionalitas Pegawai Negeri Sipil sebagai unsur aparatur negara, maka netralitas Pegawai Negeri Sipil harus dijaga dari pengaruh semua golongan dan partai politik serta tidak diskriminatif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Untuk menjamin netralitas Pegawai Negeri Sipil maka Pegawai Negeri Sipil dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik. Hal ini secara tegas diatur dalam PP Nomor 5 Tahun 1999 jo PP Nomor 12 Tahun 1999 tentang Pegawai Negeri Sipil yang menjadi anggota Partai Politik. Dalam menjalankan tugas, wewenang dan tanggung jawabnya sebagai aparatur negara dan pelayan publik, Pegawai Negeri Sipil harus memiliki kebebasan dari pengaruh-pengaruh eksternal (seperti pengaruh dari partai politik tertentu). Ketiadaan pengaruh eksternal ini dimaksudkan agar Pegawai Negeri Sipil dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya secara lebih demokratis sehingga hasil pelaksanaan pekerjaannya tidak hanya menguntungkan salah satu pihak tertentu saja. Hal ini juga dimaksudkan untuk lebih memperjelas garis akuntabilitas Pegawai Negeri Sipil.
Agar terbebas dari pengaruh eksternal tersebut, secara fungsional dan organisasional Pegawai Negeri Sipil harus dijamin hak-hak politiknya, misalnya dalam menentukan pilihan partai politik dalam pemilihan umum. Namun, perlu dibatasi jika yang bersangkutan ikut aktif dalam kepengurusan suatu partai politik baik langsung maupun tidak langsung.
Kenetralan (netralitas) Pegawai Negeri Sipil merupakan karakter dan bentuk pelayanan yang diberikan oleh Pegawai Negeri Sipil kepada pejabat politik manapun, baik dari partai yang berkuasa
(11)
maupun dari partai yang tidak berkuasa. Keberadaan Pegawai Negeri Sipil yang netral idealnya tidak akan mengurangi kualitas dari pelayanan yang diberikan kepada semua pejabat politik baik dari politik yang memerintah maupun yang kalah.
Mengenai keanggotaan Pegawai Negeri Sipil dalam suatu partai politik telah diatur secara tegas dalam PP Nomor 5 Tahun 1959 jo PP Nomor 12 Tahun 1999 tentang Perubahan atas PP Nomor 5 Tahun 1999 tentang PNS yang menjadi Anggota Partai Politik. Adapun inti dari materi dalam PP tersebut adalah:
1. Sebagai aparatur negara, abdi negara, dan abdi masyarakat dalam menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan, maka PNS harus bersikap netral dan menghindari penggunaan fasilitas negara untuk golongan tertentu. Selain itu juga dituntut tidak diskriminatif khususnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat;
2. Pegawai Negeri Sipil yang telah menjadi anggota atau pengurus parpol pada saat PP ini ditetapkan dianggap telah melepaskan keanggotaan dan/atau kepengurusannya (hapus secara otomatis);
3. Pegawai Negeri Sipil yang tidak melaporkan keanggotaan dan/atau kepengurusannya dalam partai politik,
di-berhentikan tidak dengan hormat sebagai PNS;
4. Pegawai Negeri Sipil yang ingin menjadi anggota atau pengurus harus mengajukan permohonan kepada atasan langsungnya.
5. Pegawai Negeri Sipil yang mengajukan permohonan sebagai anggota dan/atau pengurus partai politik diberikan uang tunggu selama satu tahun. Dalam satu tahun apabila tetap ingin menjadi anggota atau pengurus partai politik, maka yang bersangkutan diberhentikan dengan hormat dan mendapat hak pensiun bagi yang telah mencapai Batas Usia Pensiun (BUP).
D.
Kewajiban, Larangan, Hukuman Disiplin dan
Hak Pegawai Negeri Sipil
1. Kewajiban
Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib setia dan taat sepenuhnya kepada:
a. Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah Indonesia;
b. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c. Mentaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku dan melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepadanya dengan penuh pengabdian,
(12)
kesadaran dan tanggungjawab;
d. Menyimpan rahasia jabatan (Pasal 6 UU Nomor 8 Tahun 1974);
e. Mengucapkan Sumpah/Janji (Pasal 26 UU Nomor 43 Tahun 1999);
f. Mentaati kewajiban dan menjauhkan diri dari larangan sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 2 dan 3 PP Nomor 30 tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil dan peraturan pelaksanaannya yang ditetapkan dengan Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor 23/SE/1980 tahun 1980.
Kewajiban PNS adalah sebagai berikut:
1) Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah;
2) Mengutamakan kepentingan negara diatas kepentingan golongan atau diri sendiri serta menghindarkan segala sesuatu yang dapat mendesak kepentingan negara oleh kepentingan golongan, diri sendiri, atau pihak lain;
3) Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat negara, pemerintah dan Pegawai Negeri Sipil;
4) Mengangkat dan mentaati sumpah atau janji Pegawai Negeri Sipil dan sumpah atau janji jabatan berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;
5) Menyimpan rahasia negara dan/atau rahasia jabatan dengan sebaik-baiknya;
6) Memperhatikan dan melaksanakan segala ketentuan pemerintah baik yang langsung menyangkut tugas kedinasannya maupun yang berlaku secara umum; 7) Melaksanakan tugas kedinasan dengan
sebaik-baiknya dan dengan penuh pengabdian, kesadaran dan tanggungjawab;
8) Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan negara;
9) Memelihara dan meningkatkan keutuhan, kekompakan, persatuan, dan kesatuan Korps Pegawai Negeri Sipil;
10) Segera melaporkan kepada atasannya, apabila mengetahui ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara/pemerintah, terutama dibidang keamanan, keuangan dan materiil;
11) Mentaati ketentuan jam kerja;
12) Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik;
13) Men ggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-baiknya;
14) Memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya kepada masyarakat menurut bidang tugasnya masing-masing;
(13)
15) Bertindak dan bersikap tegas, tetap adil dan bijaksana terhadap bawahannya;
16) Membimbing bawahannya dalam melaksanakan tugasnya;
17) Menjadi dan memberikan contoh serta teladan yang baik terhadap bawahannya;
18) Mendorong bawahannya untuk meningkatkan prestasi kerjanya;
19) Memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan kariernya;
20) Mentaati ketentuan peraturan perundang-undangan tentang perpajakan;
21) Berpakaian rapi dan sopan serta bersikap dan bertingkah laku sopan santun terhadap masyarakat, sesama Pegawai Negeri Sipil, dan terhadap atasan;
22) Hormat menghormati sesama warga negara yang memeluk agama/kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang berlainan;
23) Menjadi teladan sebagai warga negara yang baik dalam masyarakat;
24) Mentaati segala peraturan, perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku;
25) Mentaati perintah kedinasan dari atasan yang berwenang;
26) Memperhatikan dan menyelesaikan dengan sebaik-baiknya setiap laporan yang diterima mengenai pelanggaran disiplin.
2. Larangan Pegawai Negeri Sipil:
Adalah segala ketentuan yang tidak boleh dilanggar dan wajib dihindari oleh setiap Pegawai Negeri Sipil adalah:
a. Melakukan hal-hal yang dapat menurunkan kehormatan atau martabat negara, pemerintah, dan Pegawai Negeri Sipil;
b. Menyalahgunakan wewenangnya;
c. Tanpa ijin pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara asing;
d. Menyalahgunakan barang-barang, uang atau surat-surat berharga milik negara;
e. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewa- kan, atau meminjamkan barang-barang dokumen, atau surat-surat berharga milik negara secara tidak sah;
f. Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain didalam maupun diluar lingkungan kerjanya untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara;
(14)
maksud membalas dendam terhadap bawahannya atau orang lain didalam maupun diluar lingkungan;
h. Menerima hadiah atau sesuatu pemberian berupa apa saja dari siapapun yang diketahui atau patut dapat diduga bahwa pemberian itu bersangkutan atau mungkin bersangkutan dengan jabatan atau pekerjaan PNS yang bersangkutan;
i. Memasuki tempat-tempat yang dapat mencemarkan kehormatan atau martabat PNS, kecuali untuk kepentingan jabatan;
j. Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya;
k. Melakukan sesuatu tindakan atau sengaja tidak melakukan sesuatu tindakan yang dapat berakibat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi pihak yang dilayani;
l. Menghalangi berjalannya tugas kedinasan;
m. Membocorkan dan/atau memanfaatkan rahasia negara yang diketahui karena kedudukan jabatan untuk kepentingan pribadi, golongan, atau pihak lain;
n. Bertindak selaku perantara bagi sesuatu pengusaha atau golongan untuk mendapatkan pekerjaan atau pesanan dari kantor/instansi pemerintah;
o. Memiliki saham/modal dalam perusahaan yang kegiatan
usahanya berada dalam ruang lingkup kekuasaannya;
p. Memiliki saham atau perusahaan yang kegiatan usahanya tidak berada dalam ruang lingkup kekuasaannya yang jumlah dan sifat pemilikan itu sedemikian rupa sehingga melalui pemilik saham tersebut dapat langsung atau tidak langsung menentukan penyelenggaraan atau jalannya perusahaan;
q. Melakukan kegiatan usaha dagang baik secara resmi, maupun sambilan, menjadi direksi, pimpinan atau komisaris perusahaan swasta bagi yang berpangkat Pembina golongan IV/a ke atas atau yang memangku jabatan eselon I;
r. Melakukan pungutan tidak sah dalam bentuk apapun juga dalam melaksanakan tugasnya untuk kepentingan pribadi, golongan atau pihak lain.
3. Hukuman Disiplin
Terhadap setiap ucapan, tulisan atau perbuatan Pegawai Negeri Sipil yang melanggar ketentuan dalam kewajiban dan larangan, yang dilakukan didalam maupun diluar jam kerja adalah merupakan pelanggaran disiplin.
Terhadap setiap Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran disiplin dijatuhi hukuman disiplin oleh Pejabat yang berwenang menghukum.
(15)
Jenis dan Tingkat Hukuman Disiplin adalah:
a. Tingkat hukuman disiplin terdiri dari:
1) Hukuman disiplin ringan;
2) Hukuman disiplin sedang; dan 3) Hukuman disiplin berat.
b. Jenis hukuman disiplin ringan terdiri dari:
1) Teguran lisan; 2) Teguran tertulis; dan
3) Pernyataan tidak puas secara tertulis.
c. Jenis hukuman disiplin sedang terdiri dari:
1) Penundaan kenaikkan gaji berkala untuk paling lama 1 (satu) tahun;
2) Penurunan gaji sebesar 1 kali kenaikkan gaji berkala untuk paling lama 1 (satu) tahun; dan 3) Penundaan kenaikkan pangkat untuk paling lama
1 (satu) tahun.
d. Jenis Hukuman Disiplin Berat terdiri dari:
1) Penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih rendah untuk paling lama 1 (satu) tahun; 2) Pembebasan dari jabatan;
3) Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil; 4) Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai
Pegawai Negeri Sipil.
Pejabat yang berwenang menghukum.
Pejabat yang berwenang menjatuhkan hukuman disiplin terhadap Pegawai Negeri Sipil yang melanggar peraturan disiplin adalah:
a. Presiden terhadap Pegawai Negeri Sipil yang berpangkat Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c, ke atas, atau Pegawai Negeri Sipil yang memangku jabatan struktural eselon I atau jabatan lain yang wewenang pengangkatan dan pemberhentiannya berada ditangan Presiden;
b. Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat, terhadap Pegawai Negeri Sipil dilingkungannya kecuali jenis hukuman disiplin;
1) Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri dan pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil, yang berpangkat Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c ke atas; 2) Pembebasan dari jabatan bagi Pegawai Negeri
Sipil yang memangku jabatan struktural eselon I atau jabatan lain yang wewenang pengangkat an dan pemberhentiannya berada ditangan Presiden;
c. Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah, terhadap Pegawai Negeri Sipil Daerah dilingkungannya, menetapkan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Daerah yang berpangkat Pembina Utama golongan ruang
(16)
IV/e ke bawah di lingkungannya;
d. Para pejabat yang berwenang tersebut dapat mendelegasikan sebagian wewenangnya atau memberikan kuasa kepada pejabat lain dilingkungannya.
4. Hak-Hak Pegawai Negeri Sipil
Setiap Pegawai Negeri Sipil berhak memperoleh:
a. Gaji yang adil dan layak sesuai dengan beban kerja dan tanggungjawabnya (Pasal 7 UU Nomor 43 Tahun 1999);
b. Memperoleh cuti untuk menjamin kesegaran jasmani dan rohani (Pasal 8 UU Nomor 8 Tahun 1974);
c. Memperoleh perawatan bagi yang tertimpa kecelakaan dalam dan karena menjalankan tugas kewajiban (Pasal 9 UU Nomor 8 Tahun 1974);
d. Memperoleh tunjangan bagi yang menderita cacat jasmani dan rohani dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya yang mengakibatkan tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan apapun juga;
e. Memperoleh uang duka bagi keluarga Pegawai Negeri Sipil yang tewas (Pasal 9 UU Nomor 8 Tahun 1974);
f. Memperoleh pensiun bagi yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan;
g. Menjadi peserta TASPEN, berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 10 Tahun 1963;
h. Menjadi peserta ASKES, berdasarkan Keputusan Presiden Tahun 1977;
i. Menjadi peserta TAPERUM, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 64 Tahun 1994.
E.
Sistem Pembinaan Pegawai Negeri Sipil
Untuk menjamin penyelengaraan tugas pemerintahan dan pembangunan secara berdayaguna dan berhasilguna, serta untuk mewujudkan Pegawai Negeri Sipil yang profesional, bertanggungjawab, jujur dan adil.
Manajemen pembinaan dilakukan berdasarkan sistem prestasi kerja dan sistem karier yang dititikberatkan pada sistem prestasi kerja.
Dalam rangka untuk meningkatkan mutu dan keterampilan serta untuk memupuk kegairahan kerja, kebijaksanaan manajemen Pegawai Negeri Sipil yang dilaksanakan mencakup penetapan norma, standar, prosedur, formasi, pengangkatan, pengembangan kualitas sumberdaya Pegawai Negeri Sipil, pemindahan, gaji, tunjangan kesejahteraan, pemberhentian, hak, kewajiban dan kedudukan hukum.
(17)
Untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan kebijaksanaan manajemen Pegawai Negeri Sipil, Badan Kepegawaian Negara (BKN) bertugas dan bertanggungjawab terhadap kelancaran penyelenggaraan pembinaan Pegawai Negeri Sipil yang mencakup perencanaan, pengembangan kualitas sumber daya Pegawai Negeri Sipil dan administrasi kepegawaian, pengawasan dan pengendalian, penyelenggaraan dan pemeliharaan informasi kepegawaian, mendukung perumusan kebijaksanaan kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil serta memberikan bimbingan teknis kepada unit organisasi yang menangani kepegawaian pada Instansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Sistem Pembinaan Pegawai Negeri Sipil.
Pembinaan Pegawai Negeri Sipil adalah setiap upaya yang dilakukan oleh instansi terhadap seluruh pegawai, baik yang memangku jabatan struktural maupun fungsional agar dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan harapan instansi.
Pembinaan Pegawai Negeri Sipil dilaksanakan secara menyeluruh, yaitu pengaturan pembinaan yang berlaku bagi semua Pegawai Negeri Sipil Pusat maupun Daerah, untuk menjamin terwujudnya keserasian pembinaan dalam rangka meningkatkan dayaguna dan hasilguna yang sebesar-besarnya.
Sistem pembinaan karier bagi Pegawai Negeri Sipil digolongkan dalam 2 (dua) kategori, yaitu pembinaan karir terbuka dan pembinaan karir tertutup selain itu juga dikenal sistem pembinaan berdasarkan prestasi kerja.
1. Sistem Karir Terbuka
Suatu sistem kepegawaian dimana untuk menduduki suatu jabatan yang lowong dalam suatu unit organisasi, berlaku untuk setiap warga negara yang memiliki kecakapan, keahlian dan pengalaman yang diperlukan untuk jabatan itu.
2. Sistem Karir Tertutup
Suatu sistem kepegawaian dimana suatu jabatan yang lowong dalam suatu unit organisasi, hanya dapat diduduki oleh pegawai yang ada dalam organisasi itu tidak boleh diduduki oleh orang dari luar organisasi.
Sistem karier tertutup dibagi dalam dua arti, yaitu:
a. Sistem karier tertutup dalam arti Departemen/Lembaga/ Provinsi/Kabupaten/Kota Artinya jabatan yang lowong hanya dapat diduduki oleh pegawai dari Departemen/Lembaga/Provinsi/Kabupaten/Kota
setempat, dan tidak boleh diisi oleh pegawai di luar Departemen/Lembaga/Provinsi/Kabupaten/Kota lain.
(18)
b. Sistem karier tertutup dalam arti Negara. Artinya jabatan-jabatan yang ada dalam organisasi pemerintah hanya dapat diduduki oleh pegawai yang ada dalam organisasi pemerintah saja. Dalam sistem karier tertutup dalam arti negara, setiap Pegawai Negeri Sipil dimungkinkan untuk pindah dari Departemen/Lembaga/ Provinsi/Kabupaten/Kota yang satu ke Departemen/ Lembaga/Provinsi/Kabupaten/Kota yang lain atau sebaliknya, terutama untuk menduduki jabatan yang bersifat manajerial.
3. Sistem Prestasi kerja
Suatu sistem kepegawaian dimana untuk pengangkatan seseorang Pegawai Negeri Sipil dalam suatu jabatan bukan saja didasarkan atas kecakapan, keahlian, pengalamannya tetapi lebih didasarkan pada prestasi kerja yang harus dapat dibuktikan secara nyata.
Sesuai dengan ketentuan pasal 12 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999, pembinaan Pegawai Negeri Sipil dilaksanakan perpaduan antara sistem prestasi kerja dan sistem karier yang dititikberatkan pada sistem prestasi kerja.
4. Instansi yang terkait dalam pembinaan PNS
Instansi yang secara fungsional terkait dalam Pembinaan Pegawai Negeri Sipil adalah:
a. Presiden Republik Indonesia, sebagai Kepala Pemerintahan memegang kebijaksanaan pembinaan Pegawai Negeri Sipil secara menyeluruh;
b. Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara membantu Presiden dalam penetapan kebijaksanaan pendayagunaan aparatur negara;
c. Badan Kepegawaian Negara, bertugas menyelenggarakan dan bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan manajemen pembinaan Pegawai Negeri Sipil;
d. Lembaga Administrasi Negara, bertanggungjawab dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan Pegawai Negeri Sipil;
e. Departemen Keuangan, bertanggungjawab dalam pengelolaan anggaran belanja Pegawai Negeri Sipil; f. Departemen Kesehatan bertanggungjawab dalam
penyelenggaaraan pemeliharaan kesehatan Pegawai Negeri Sipil;
g. Badan Pertimbangan Kepegawaian, yang dibentuk dengan Keputusan Presiden Nomor 67 Tahun 1980 bertugas:
(19)
1) Memeriksa dan mengambil keputusan mengenai keberatan yang diajukan oleh Pegawai Negeri Sipil golongan ruang IV/a ke bawah yang dijatuhi hukuman disiplin pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil dan pemberhentian dengan tidak hormat sebagai Pegawai Negeri.
2) Memberikan pertimbangan kepada Presiden mengenai usul penjatuhan hukuman disiplin pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil dan pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil untuk golongan ruang IV/b ke atas serta pembebasan dari jabatan struktural eselon I.
h. Perusahaan Umum (PERUM) Husada Bhakti bertugas menyelenggarakan pemeliharaan kesehatan Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun beserta anggota keluarganya sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1984 jo Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1984.
i. Persero Tabungan Asuransi Pegawai Negeri SipiI (TASPEN), menyelenggarakan asuransi sosial Pegawai Negeri Sipil termasuk dana pensiun dan tabungan hari tua.
j. Tabungan Pemilikan Rumah (TAPERUM).
k. Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI) sebagai satu-satunya wadah pembinaan Pegawai Negeri Sipil di luar kedinasan.
(20)
BAB III
MANAJEMEN KEPEGAWAIAN
NEGARA
Ruang lingkup kegiatan di bidang kepegawaian secara umum yang ada di berbagai instansi. baik instansi pemerintah pusat maupun daerah adalah meliputi hal-hal sebagai berikut:
A.
Perencanaan dan Pengadaan Pegawai
1. Perencanaan Pegawai
Perencanaan pegawai merupakan peramalan kebutuhan pegawai pada masa yang akan datang dari berbagai jenis pekerjaan. Peramalan pengadaan pegawai pada saat ini dan masa yang akan datang dengan berbagai jenis pekerjaan atas dasar tuntutan organisasi. Peramalan pengadaan pegawai baik untuk keperluan saat sekarang maupun yang akan datang berarti menentukan jumlah pegawai yang diperlukan dengan berbagai kualifikasi atau latar belakang pendidikan yang dibutuhkan. Peramalan kebutuhan pegawai secara umum mendasarkan pada permintaan dan unit-unit yang ada dalam organisasi, mendasarkan pada analisis beban kerja organisasi dan ketersediaan anggaran.
Peramalan pengadaan kebutuhan pegawai untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan teknik peramalan jangka pendek dengan mendasarkan pada ketersediaan anggaran dari beban kerja yang ada. Sedangkan teknik peramalan jangka panjang dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik, seperti: mendengar dari orang-orang ahli; mendasarkan pada permintaan dari unit-unit; dan menggunakan berbagai analisis yang ada, misalnya menggunakan analisis trend.
Secara empiris, dalam perencanaan kepegawaian dimulai dari inventarisasi lowongan jabatan yang telah ditetapkan dalam formasi beserta syarat jabatannya, pengumuman, pelamaran, penyaringan, pengangkatan menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil sampai dengan pengangkatan menjadi Pegawai Negeri Sipil dan penempatannya.
Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil
Formasi adalah jumlah dan susunan pangkat Pegawai Negeri Sipil yang diperlukan untuk mampu melaksanakan tugas pokok dalam jangka waktu tertentu yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang. Penetapan formasi berdasarkan beban kerja dengan mempertimbangkan macam-macam pekerjaan, rutinitas pekerjaan, keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dan hal-hal lain yang
(21)
mempengaruhi jumlah dan sumber daya manusia yang diperlukan.
Penetapan formasi Pegawai Negeri Sipil ditujukan untuk mengendalikan jumlah dan mutu pegawai pada setiap organisasi negara agar memiliki pegawai yang cukup, sesuai dengan beban kerja yang harus dilaksanakan. Ketentuan penetapan tentang formasi Pegawai Negeri Sipil diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000, dan ketentuan pelaksanaannya diatur dalam Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 09 Tahun 2001.
Formasi Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah ditetapkan oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, setelah mendapat pertimbangan teknis dari Kepala Badan Kepegawaian Negara. Formasi masing-masing satuan organisasi negara disusun melalui analisis kebutuhan yang dilakukan berdasarkan:
a. Jenis Pekerjaan,
Adalah macam-macam pekerjaan yang harus di laksanakan oleh satuan unit organisasi di dalam rangka penyelenggaraan tugas pokok dan fungsinya.
b. Sifat Pekerjaan,
Adalah spesifikasi pekerjaan berdasarkan jenis, waktu, keterampilan yang dibutuhkan, perhatian, resiko, upaya fisik, upaya mental dan sebagainya.
c. Perkiraan Beban Kerja,
Adalah frekuensi rata-rata dari masing-masing jenis pekerjaan dalam jangka waktu tertentu.
d. Perkiraan Kapasitas Pegawai,
Adalah kemampuan rata-rata seorang pegawai untuk menyelesaikan suatu jenis pekerjaan dalam jangka waktu tertentu. Perkiraan beban kerja dan prakiraan kapasitas kerja diperlukan untuk masing-masing jenis pekerjaan. e. Jenjang dan Jumlah Jabatan serta Pangkat,
Penentuan jenjang, jumlah jabatan dan pangkat dalam suatu organisasi harus ditinjau dari sudut keseluruhan organisasi dan tidak ditinjau per unit organisasi. Penentuan susunan pangkat merupakan satu syarat mutlak untuk dipelihara dengan baik dalam suatu organisasi. f. Peralatan yang Tersedia,
Penggunaan teknologi canggih suatu peralatan kerja, menentukan jumlah dan mutu pegawai yang diperlukan dalam suatu organisasi. Semakin canggih teknologi peralatan yang dipergunakan, akan semakin mengurangi jumlah pegawai yang diperlukan.
g. Analisis Kebutuhan Pegawai,
Dilakukan melalui analisis jabatan untuk mengetahui secara konkrit jumlah dan kualifikasi pegawai yang dibutuhkan oleh suatu unit organisasi untuk mampu melaksanakan tugasnya secara berdayaguna, berhasilguna
(22)
dan berkesinambungan. h. Anggaran Belanja Negara,
Dalam menetapkan jumlah kebutuhan pegawai dalam suatu organisasi, juga harus mempertimbangkan kemampuan dan tersedianya anggaran. Meskipun formasi telah disusun secara rasional berdasarkan hasil analisis jabatan dan analisis kebutuhan, realisasinya tetap disesuaikan dengan kemampuan anggaran yang tersedia. i. Uraian Jabatan,
Hasil analisis jabatan yang berisi informasi penting nama jabatan, kode jabatan, unit organisasi, ikhtisar jabatan, uraian tugas, bahan kerja, perangkat kerja, hasil kerja, wewenang, tanggung jawab, hubungan jabatan, kondisi lingkungan kerja, resiko, bahaya, syarat jabatan dan informasi lainnya.
j. Peta Jabatan
Adalah susunan, nama dan tingkat jabatan baik struktural maupun fungsional yang tergambar dalam struktur organisasi dari tingkat yang paling bawah sampai dengan tingkat yang paling tinggi.
2. Pengadaan Pegawai Negeri Sipil
Pengadaan Pegawai Negeri Sipil dilakukan berdasarkan kebutuhan untuk mengisi formasi yang lowong. Lowongan
formasi dalam suatu organisasi pada umumnya disebabkan karena adanya pegawai yang berhenti, pensiun, meninggal dunia atau adanya perluasan organisasi.
Setiap warga negara Republik Indonesia mempunyai kesempatan yang sama untuk melamar menjadi Pegawai Negeri Sipil setelah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. Oleh karena itu lowongan formasi tersebut harus diumumkan seluas-luasnya melalui media massa, yang berisikan informasi tentang:
a. Jumlah dan jenis jabatan yang lowong;
b. Syarat-syarat jabatan yang harus dipenuhi oleh setiap pelamar;
c. Alamat dan tempat lamaran ditujukan; d. Batas waktu pengajuan lamaran;
e. Lain-lain yang dipandang perlu sesuai kebutuhan.
Ketentuan Pengadaan Pegawai Negeri Sipil diatur di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000, jo Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2002 dan ketentuan pelaksanaannya ditetapkan dengan Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 10 Tahun 2001.
Persyaratan menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil.
Pengadaan Pegawai Negeri Sipil didasarkan atas syarat-syarat obyektif yang telah ditentukan dan harus dipenuhi oleh
(23)
setiap pelamar, tidak boleh didasarkan atas jenis kelamin, suku, agama, ras, golongan dan daerah.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh setiap pelamar adalah:
a. Warga Negara Indonesia;
b. Berusia serendah-rendahnya 18 (delapan belas) tahun dan setinggi-tingginya 35 (tiga puluh lima) tahun;
c. Tidak pernah dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, karena melakukan suatu tindak pidana kejahatan;
d. Tidak pernah diberhentikan dengan hormat tidak; atas permintaan sendiri atau tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil atau diberhentikan tidak dengan hormat sebagai pegawai swasta;
e. Tidak berkedudukan sebagai calon/Pegawai Negeri; f. Mempunyai pendidikan, kecakapan, keahlian dan
keterampilan yang diperlukan; g. Berkelakuan baik;
h. Sehat jasmani dan rohani;
i. Bersedia ditempatkan diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia atau negara lain yang ditentukan oleh Pemerintah; dan
j. Syarat lain yang ditentukan dalam persyaratan jabatan.
Ujian Penyaringan
Ujian penyaringan bagi pelamar yang memenuhi syarat, dilaksanakan oleh suatu panitia yang dibentuk oleh Pejabat Pembina Kepegawaian yang terdiri sekurang-kurangnya 3 (tiga) pejabat, yaitu seorang ketua merangkap anggota, sekretaris merangkap anggota dan seorang anggota.
Tugas panitia adalah: a. Menyiapkan bahan ujian;
b. Menentukan pedoman pemeriksaan dan penilaian ujian; c. Menentukan tempat dan jadwal ujian;
d. Menyelenggarakan ujian;
e. Memeriksa dan menentukan hasil ujian.
Materi ujian meliputi: a. Tes kompetensi; b. Psikotest.
Pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil.
Pelamar yang dinyatakan lulus ujian penyaringan dan telah diberikan Nomor Induk Pegawai Negeri Sipil (NIP) diangkat sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil dalam masa percobaan. Calon Pegawai Negeri Sipil diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil setelah melalui masa percobaan sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun dan selama-lamanya 2 (dua) tahun.
(24)
Golongan ruang yang ditetapkan untuk pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil didasarkan pada tingkat pendidikannya, yaitu:
a. Golongan ruang I/a bagi yang pada saat melamar serendah-rendahnya memiliki dan menggunakan Surat Tanda Tamat Belajar/Ijazah Sekolah Dasar atau yang setingkat;
b. Golongan ruang I/c bagi yang pada saat melamar serendah-rendahnya memiliki dan menggunakan Surat Tanda Tamat Belajar/Ijazah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama atau yang setingkat;
c. Golongan ruang II/a bagi yang pada saat melamar serendah-rendahnya memiliki dan menggunakan Surat Tanda Tamat Belajar/Ijazah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Diploma 1, atau yang setingkat;
d. Golongan ruang II/b bagi yang pada saat melamar serendah-rendahnya memiliki dan menggunakan Surat Tanda Tamat Belajar/ljazah Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa atau Diploma II;
e. Golongan ruang II/c bagi yang pada saat melamar serendah-rendahnya memiliki dan menggunakan Ijazah Sarjana Muda, Akademi atau Diploma III;
f. Golongan ruang Ill/a bagi yang pada saat melamar serendah-rendahnya memiliki dan menggunakan Ijazah Sarjana (S1) atau Diploma IV;
g. Golongan ruang Ill/b bagi yang pada saat melamar serendah-rendahnya memiliki dan menggunakan Ijazah Dokter, Ijazah Apoteker dan Magister (S2) atau Ijazah lain yang setara;
h. Golongan ruang Ill/c bagi yang pada saat melamar serendah-rendahnya memiliki dan menggunakan Ijazah Doktor (S3).
Pengangkatan Langsung menjadi Pegawai Negeri Sipil.
Dalam rangka untuk memperlancar pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan, pemerintah dapat mengangkat langsung menjadi Pegawai Negeri Sipil bagi mereka yang telah bekerja pada instansi yang menunjang kepentingan nasional. Pengangkatan langsung menjadi Pegawai Negeri Sipil dilaksanakan dengan sangat selektif bagi mereka yang dipandang telah berjasa dan diperlukan bagi negara.
B.
Sumpah Pegawai Negeri Sipil
Kepada setiap Pegawai Negeri Sipil yang diberi kepercayaan untuk mengemban suatu tugas negara, harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, dengan penuh keikhlasan, kejujuran dan tanggung jawab. Untuk itu kepada setiap Calon Pegawai Negeri Sipil yang akan diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil, dan atau
(25)
akan mengemban suatu tugas jabatan diwajibkan mengangkat sumpah atau janji Pegawai Negeri Sipil dihadapan pejabat atasan yang berwenang, menurut agama atau kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Sumpah atau janji Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan untuk mentaati keharusan atau untuk tidak melakukan larangan yang ditentukan, yang diikrarkan dihadapan pejabat atasan yang berwenang, menurut agama atau kepercayaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Pelaksanaan Pengucapan sumpah atau janji diatur berikut ini: 1. Diawali dengan ucapan "Demi Allah" untuk penganut agama
Islam;
2. Diakhiri dengan ucapan "Semoga Tuhan menolong saya" untuk penganut agama Kristen Protestan atau Katholik; 3. Diawali dengan ucapan "Om atah parama wisesa" untuk
penganut agama Hindu;
4. Diawali dengan ucapan "Demi Sanghyang Adi Budha" untuk penganut agama Budha.
Dengan demikian pada hakekatnya sumpah atau janji Pegawai Negeri Sipil bukan saja merupakan kesanggupannya terhadap pejabat atasan yang berwenang, tetapi juga merupakan kesanggupannya terhadap Tuhan bahwa Pegawai Negeri Sipil yang mengangkat sumpah atau janji akan selalu mentaati segala
keharusan dan tidak melakukan segala larangan yang telah ditentukan.
1. Pelaksanaan sumpah atau janji Calon Pegawai Negeri Sipil: a. Setiap Calon Pegawai Negeri Sipil yang diangkat menjadi
Pegawai Negeri Sipil wajib mengangkat sumpah atau janji menurut agama dan kepercayaannya masing-masing; b. Pejabat yang berwenang mengambil sumpah atau janji
Pegawai Negeri Sipil di lingkungan instansi masing-masing. Untuk memperlancar pengambilan sumpah atau janji Pegawai Negeri Sipil, pejabat yang berwenang dapat menugaskan kepada pimpinan unit organisasi masing-masing.
2. Pelaksanaan Sumpah atau Janji Jabatan:
a. Setiap Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dalam suatu jabatan tertentu wajib mengangkat sumpah atau janji jabatan Pegawai Negeri Sipil, menurut agama dan kepercayaan masing-masing;
b. Pejabat yang berwenang mengambil sumpah atau janji jabatan di lingkungan instansi masing-masing, dalam hal Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan keberatan untuk mengucapkan sumpah karena kepercayaan agamanya, maka sebagai gantinya wajib mengucapkan janji.
(26)
C.
Penempatan PNS
Penempatan dan pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam suatu jabatan dilaksanakan dengan prinsip profesionalisme sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja, jenjang pangkat dan syarat obyektif lainnya yaitu disiplin kerja, kesetiaan, pengabdian, pengalaman, kerjasama dan dapat dipercaya. Pegawai Negeri Sipil diangkat dalam jabatan dan pangkat tertentu.
Yang dimaksud jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggungjawab, wewenang dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil dalam satuan organisasi negara. Jabatan Karier adalah jabatan di lingkungan birokrasi pemerintah yang hanya dapat diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil atau Pegawai Negeri yang telah beralih status sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Jabatan karier dapat dibedakan menjadi:
1. Jabatan struktural, adalah jabatan yang secara tegas ada dalam struktur organisasi;
2. Jabatan fungsional, adalah jabatan yang tidak secara tegas disebutkan dalam struktur organisasi, seperti peneliti, dokter, pustakawan dan lain-lain yang serupa itu.
Calon Pegawai Negeri Sipil tidak dapat diangkat dalam jabatan struktural, karena Calon Pegawai Negeri Sipil masih dalam masa percobaan dan kepadanya belum diberikan pangkat,
sedangkan untuk menduduki jabatan struktural antara lain disyaratkan pangkat sesuai dengan tingkat eselonnya.
Pangkat adalah kedudukan yang menunjukkan tingkat seseorang Pegawai Negeri Sipil berdasarkan jabatannya dalam rangkaian susunan kepegawaian dan digunakan sebagai dasar penggajian.
D.
Kenaikkan Pangkat PNS
Pangkat adalah kedudukan yang menunjukkan tingkat seseorang Pegawai Negeri Sipil berdasarkan jabatannya dalam rangkaian susunan kepegawaian yang digunakan sebagai dasar penggajian. Di dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pembinaan Pegawai Negeri Sipil berdasarkan sistem prestasi kerja dan sistem karier yang dititikberatkan pada sistem prestasi kerja, Pegawai Negeri Sipil yang telah memenuhi syarat dapat dinaikkan pangkatnya. Kenaikkan pangkat adalah penghargaan yang diberikan atas prestasi kerja dan pengabdian Pegawai Negeri Sipil terhadap negara. Di samping itu kenaikkan pangkat juga dimaksudkan sebagai dorongan kepada Pegawai Negeri Sipil untuk lebih meningkatkan prestasi kerja dan pengabdiannya.
Ketentuan kenaikkan pangkat Pegawai Negeri Sipil diatur didalam Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 jo Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002, dan ketentuan pelaksanaan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 11 Tahun 2001.
(27)
Nama dan susunan pangkat serta golongan ruang Pegawai Negeri Sipil dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, terdiri dari 17 jenjang pangkat dan 4 golongan yang masing-masing golongan terdiri dari 4 (empat) ruang kecuali golongan IV yang terdiri dari 5 (lima) ruang.
NO. PANGKAT GOL RUANG
1. Juru Muda I A
2. Juru Muda Tk. I I B
3. Juru I C
4. Juru Tk. I I D
5. Pengatur Muda II A
6. Pengatur Muda Tk. I II B
7. Pengatur II C
8. Pengatur Tk. I II D
9. Penata Muda III A
10. Penata Muda Tk. I III B
11. Penata III C
12. Penata Tk. I III D
13. Pembina IV A
14. Pembina Tk. I IV B
15. Pembina Utama Muda IV C
16. Pembina Utama Madya IV D
17. Pembina Utama IV E
Periode kenaikkan pangkat Pegawai Negeri Sipil ditetapkan pada tanggal 1 (satu) April dan 1 (satu) Oktober setiap tahun. Kenaikkan pangkat Pegawai Negeri Sipil dilaksanakan
berdasarkan:
1. Sistem Kenaikkan Pangkat Reguler
Adalah penghargaan yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang telah memenuhi syarat yang ditentukan tanpa terikat pada jabatan, sepanjang tidak melampaui pangkat atasan langsungnya.
Kenaikkan pangkat reguler diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang:
a. Melaksanakan tugas belajar dan sebelumnya tidak menduduki jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu.
b. Dipekerjakan atau diperbantukan secara penuh di luar instansi induk dan tidak menduduki jabatan pimpinan yang telah ditetapkan persamaan eselonnya atau jabatan fungsional tertentu.
Kenaikkan pangkat reguler bagi Pegawai Negeri Sipil diberikan sampai dengan:
a. Pengatur Muda, golongan ruang II/a bagi yang memiliki Surat Tanda Tamat Belajar Sekolah Dasar;
b. Pengatur, golongan ruang II/c bagi yang memiliki Surat Tanda Tamat Belajar Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama; c. Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d bagi yang
memiliki Surat Tanda Tamat Belajar Sekolah Lanjutan Kejuruan Tingkat Pertama;
(28)
d. Penata Muda Tingkat I, golongan ruang Ill/b yang memiliki Surat Tanda Tamat Belajar Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, Sekolah Lanjutan Kejuruan Tingkat Atas 3 (tiga) tahun, Sekolah Kejuruan Tingkat Atas 4 (empat) tahun, Ijazah Diploma I, atau Ijazah Diploma II;
e. Penata, golongan ruang III/c bagi yang memiliki Ijazah Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa. Ijazah Diploma III, Ijazah Sarjana Muda, Ijazah Akademi, atau Ijazah Bakaloreat;
f. Penata Tingkat I, golongan ruang III/d bagi yang memiliki Ijazah Sarjana (S1) atau Ijazah Diploma IV;
g. Pembina, golongan ruang IV/a bagi yang memiliki Ijazah Dokter, Ijazah Apoteker dan Ijazah Magister (S2) atau Ijazah lain yang setara;
h. Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b bagi yang memiliki Ijazah Doktor (S3).
2. Sistem Kenaikkan Pangkat Pilihan
Kenaikkan Pangkat Pilihan adalah kepercayaan dan penghargaan yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil atas prestasi kerjanya yang tinggi. Kenaikkan pangkat pilihan diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang:
a. Menduduki jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu;
b. Menduduki jabatan tertentu yang pengangkatannya ditetapkan dengan Keputusan Presiden;
c. Menunjukkan prestasi kerja luar biasa baiknya;
d. Menemukan penemuan baru yang bermanfaat bagi negara;
e. Diangkat menjadi pejabat negara;
f. Memperoleh Surat Tanda Tamat Belajar/Ijazah;
g. Melaksanakan tugas belajar dan sebelumnya menduduki jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu;
h. Telah selesai mengikuti dan lulus tugas belajar; dan i. Dipekerjakan atau diperbantukan secara penuh diluar
instansi induknya yang diangkat dalam jabatan pimpinan yang telah ditetapkan persamaan eselonnya atau jabatan fungsional tertentu.
Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan struktural dan pangkatnya masih satu tingkat di bawah jenjang pangkat terendah yang ditentukan untuk jabatan itu, dapat di naikkan pangkatnya setingkat lebih tinggi apabila:
a. Telah 1(satu) tahun dalam pangkat yang dimilikinya; b. Sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun dalam jabatan
struktural yang diduduki;
c. Setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir.
(29)
Terhadap Pegawai Negeri Sipil yang menujukkan prestasi kerja luar biasa baiknya dalam satu tahun terakhir, atau menemukan penemuan baru yang bermanfaat bagi negara, dinaikkan pangkatnya setingkat lebih tinggi tanpa terikat dengan jenjang pangkat apabila:
a. Sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun dalam pangkat terakhir;
b. Setiap unsur penilaian prestasi kerja bernilai amat baik, dan bagi PNS yang menemukan penemuan baru, nilai prestasi kerja tahun terakhir rata-rata bernilai baik.
Pegawai Negeri Sipil yang diangkat menjadi Pejabat Negara dan diberhentikan dari jabatan organiknya, dapat dinaikkan pangkatnya setingkat lebih tinggi tanpa terikat pada jenjang pangkat apabila:
a. Sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun dalam pangkat terakhir;
b. Setiap unsur penilaian prestasi kerja dalam 1 (satu) tahun terakhir sekurang-kurangnya bernilai baik.
Setiap Pegawai Negeri Sipil juga dapat dinaikkan pangkatnya setingkat lebih tinggi apabila memperoleh: a. Surat Tanda Tama Belajar/Ijazah Sekolah lanjutan
Tingkat Pertama atau yang setingkat dan masih berpangkat Juru Muda Tingkat I golongan ruang I/b ke
bawah dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Juru, golongan I/c;
b. Surat Tanda Tamat Belajar/Ijazah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, Diploma I atau yang setingkat dan masih berpangkat Juru Tingkat I, golongan ruang I/d ke bawah dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Pengatur Muda, golongan ruang II/a;
c. Surat Tanda Tamat Belajar/Ijazah Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa atau Diploma II dan masih berpangkat Pengatur Muda golongan ruang II/a ke bawah, dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Pengatur Muda Tingkat I, golongan ruang Il/b;
d. Ijazah Sarjana Muda, Ijazah Akademi atau Ijazah Diploma III, dan masih berpangkat Pengatur Muda tingkat I, golongan ruang II/b ke bawah, dapat dinaik kan pangkatnya menjadi Pengatur, golongan ruang II/c; e. Ijazah Sarjana (Sl), atau Ijazah Diploma IV dan masih
berpangkat Pengatur Tingkat I. golongan ruang II/d ke bawah, dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Penata Muda, golongan ruang III/a;
f. Ijazah Dokter, Ijazah Apoteker dan Ijazah Magister (S2) atau ijazah lainnya yang setara, dan masih berpangkat Penata Muda, golongan ruang III/a ke bawah, dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b;
(30)
g. Ijazah Doktor (S3) dan masih berpangkat Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b ke bawah, dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Penata, golongan ruang III/c.
Terhadap setiap Pegawai Negeri Sipil yang melaksanakan tugas belajar apabila telah lulus dan memperoleh:
a. Ijazah Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa atau ljazah Diploma II, dan masih berpangkat Pengatur Muda golongan ruang II/a ke bawah, dinaikkan pangkatnya menjadi Pengatur Muda Tingkat I, golongan ruang II/b; b. Ijazah Sarjana Muda, Ijazah Akademi, atau Ijazah
Diploma III dan masih berpangkat Pengatur Muda Tingkat I, golongan ruang II/b ke bawah, dinaikkan pangkatnya menjadi Pengatur, golongan ruang II/c; c. Ijazah Sarjana (S1), atau Ijazah Diploma IV dan masih
berpangkat Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d ke bawah, dinaikkan pangkatnya menjadi Penata Muda, golongan ruang III/a;
d. Ijazah Dokter, Ijazah Apoteker, dan Ijazah Magister (S2) atau ijazah lain yang setara, dan masih berpangkat Penata Muda, golongan Ill/a ke bawah, dinaikkan pangkatnya menjadi Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b; e. Ijazah Doktor (S3) dan masih berpangkat Penata Muda
Tingkat I, golongan ruang III/b ke bawah, di naikkan pangkatnya menjadi Penata, golongan ruang III/c.
Kenaikkan Pangkat sebagaimana dimaksud di atas, diberikan apabila:
a. Sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun dalam pangkat terakhir; dan
b. Setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 1(satu) tahun terakhir.
3. Kenaikkan Pangkat Anumerta.
Kenaikkan Pangkat Anumerta adalah kenaikkan pangkat sebagai penghargaan terhadap Pegawai Negeri Sipil yang dinyatakan tewas, karena dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya. Calon Pegawai Negeri Sipil yang tewas diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil. Keputusan kenaikkan pangkat anumerta dan keputusan pengangkatan menjadi Pegawai Negeri Sipil, diberikan sebelum Pegawai Negeri Sipil yang tewas tersebut dimakamkan.
4. Kenaikkan Pangkat Pengabdian
Kenaikkan Pangkat Pengabdian adalah kenaikkan pangkat setingkat lebih tinggi yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang meninggal dunia atau yang diberhentikan dengan hormat dengan hak pensiun karena mencapai batas usia pensiun, dapat diberikan kenaikkan pangkat pengabdian setingkat lebih tinggi, apabila, memiliki masa bekerja sebagai
(31)
Pegawai Negeri Sipil selama:
a. Sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) tahun secara terus menerus dan sekurang-kurangnya telah 1 (satu) bulan dalam pangkat terakhir;
b. Sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) tahun secara terus menerus dan sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun dalam pangkat terakhir; atau
c. Sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun secara terus menerus dan sekurang-kurangnya telah 2 (dua) tahun dalam pangkat terakhir;
d. Setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir;
e. Tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau berat dalam 1 (satu) tahun terakhir.
Kenaikkan pangkat sebagaimana dimaksud mulai berlaku: 1) Tanggal Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan
meninggal dunia;
2) Tanggal 1 (satu) pada bulan Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan diberhentikan dengan hormat dengan hak pensiun.
E.
Pengangkatan Dalam Jabatan PNS
Jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam satuan organisasi negara. Jabatan dalam lingkungan birokrasi pemerintah adalah disebut sebagai jabatan karier, yang hanya dapat diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil atau Pegawai Negeri yang setelah beralih status sebagai Pegawai Negeri Sipil. Pengertian Jabatan dapat ditinjau dari dua sudut, yaitu struktural dan fungsional.
1. Jabatan Struktural.
Jabatan struktural adalah suatu kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggungjawab, wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam rangka memimpin suatu satuan organisasi negara. Pengangkatan, dalam jabatan Pegawai Negeri Sipil dilakukan dalam pola Pembinaan sesuai dengan pola karier organisasi yang menggambarkan alur pengembangan karier yang menunjukkan katerkaitan dan keserasian antara jabatan, pangkat, pendidikan dan pelatihan, kompetensi serta masa jabatan seseorang Pegawai Negeri Sipil sejak pengangkatan pertama dalam jabatan tertentu sampai dengan pensiun.
Di dalam rangka menciptakan sosok Pegawai Negeri Sipil yang profesional dan memiliki keunggulan kompetitif serta memegang teguh etika birokrasi dalam memberikan
(32)
pelayanan kepada masyarakat, ketentuan pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 jo Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 dan ketentuan pelaksanaannya ditetapkan dengan Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 12 Tahun 2001.
a. Pengangkatan.
Untuk mencapai obyektivitas dan keadilan dalam pengangkatan dari dan dalam jabatan struktural, dilakukan dengan penerapan nilai-nilai impersonal, keterbukaan dan penetapan persyaratan jabatan yang terukur. Disamping itu harus memperhatikan faktor senioritas dalam kepangkatan, usia, pendidikan dan pelatihan jabatan yang sudah diikuti, pengalaman yang dimiliki dan sebagainya. Dalam PP Nomor Nomor 13 Tahun 2002 disebutkan syarat pengangkatan dalam jabatan struktural adalah: 1) Serendah-rendahnya menduduki pangkat 1 (satu)
tingkat di bawah jenjang pangkat yang ditentukan; 2) Memiliki kualifikasi dan tingkat pendidikan yang
ditentukan;
3) Semua unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir; 4) Memiliki kompetensi jabatan yang diperlukan; dan 5) Sehat jasmani dan rohani.
Struktur eselon tertinggi sampai eselon yang terendah dan jenjang pangkat, golongan ruang untuk setiap eselon jabatan Pegawai Negeri Sipil adalah sebagai berikut:
Jenjang Pangkat, Golongan/Ruang Terendah Tertinggi No. Eselon
Pangkat Gol/Ruang Pangkat Gol/Ruang
1. Ia Pembina
Utama Madya
IV/d Pembina
Utama
IV/e
2. Ib Pembina
Utama Muda
IV/c Pembina
Utama
IV/e
3. IIa Pembina
Utama Muda
I\//c Pembina
Utama Madya
IV/d
4. IIb Pembina
Tingkat I
IV/b Pembina
Utama Muda
IV/c
5. IIIa Pembina IV/a Pembina
Tingkat I
IV/b
6. IIIb Penata
Tingkat I
III/d Pembina IV/a
7. IVa Penata III/c Penata
Tingkat I
III/d
8. IVb Penata Muda
Tingkat I
III/b Penata III/c
9. Va Penata Muda III/a Penata
Muda Tk. I
III/b
b. Perpindahan
Di dalam rangka untuk memperluas pengalaman dan kemampuan serta untuk kepentingan dinas dan untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, diselenggarakan perpindahan tugas dan atau perpindahan
(33)
wilayah kerja, yang secara normal dapat dilakukan dalam waktu antara 2 (dua) sampai dengan 5 (lima) tahun. Perpindahan tugas dan atau wilayah kerja dimungkinkan untuk jabatan eselon III ke atas, yaitu perpindahan antar Kabupaten atau Kota, perpindahan dari Kabupaten/Kota ke Provinsi atau sebaliknya, perpindahan dari Kabupaten/Kota/Provinsi ke Instansi Pusat atau sebaliknya serta perpindahan antar instansi.
c. Pemberhentian dari Jabatan Struktural
Pegawai Negeri Sipil dapat diberhentikan dari jabatan struktural apabila:
1) Mengundurkan diri dari jabatan yang didudukinya; 2) Mencapai batas usia pensiun;
3) Diberhentikan sebagai Pegawai Negeri Sipil;
4) Diangkat dalam jabatan struktural lain atau jabatan fungsional;
5) Cuti diluar tanggungan negara, kecuali cuti diluar tanggungan negara karena persalinan;
6) Tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan; 7) Adanya perampingan organisasi pemerintah;
8) Tidak memenuhi persyaratan kesehatan jasmani dan rohani; atau
9) Hal-hal lain yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Di dalam rangka untuk menjamin kualitas dan obyektivitas dalam pengangkatan dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil dalam dari jabatan struktural eselon I pada instansi pusat ditetapkan oleh Presiden atas usul pimpinan instansi setelah mendapat pertimbangan tertulis dari Komisi Kepegawaian Negara cq. Tim Penilai Akhir yang dibentuk dengan Keputusan Presiden Nomor 104 Tahun 2001 Tanggal 14 September 2001.
Untuk jabatan struktural eselon II ke bawah setiap instansi di bentuk Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan (Baperjakat) yang terdiri dari:
1) Baperjakat Instansi Pusat;
2) Baperjakat Instansi Daerah Provinsi; 3) Baperjakat Instansi Daerah Kabupaten/Kota.
Tugas pokok Baperjakat adalah memberikan pertimbangan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian dalam pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian dalam dan dari jabatan struktural eselon II ke bawah. Disamping itu juga memberikan pertimbangan dalam pemberian kenaikkan pangkat bagi Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan struktural, menunjukkan prestasi kerja luar biasa baiknya, menemukan penemuan baru yang bermanfaat bagi negara dan pertimbangan perpanjangan usia pensiun bagi Pegawai
(34)
Negeri Sipil yang menduduki jabatan struktural eselon I dan eselon II.
2. Jabatan Fungsional.
Jabatan fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggungjawab, wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam suatu satuan organisasi yang di dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan atau keterampilannya tertentu serta sifat mandiri.
Di dalam rangka pengembangan pembinaan karier Pegawai Negeri Sipil terutama untuk meningkatkan mutu pelaksanaan tugas pemerintahan dan pembangunan secara profesionalisme, ketentuan pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan fungsional diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994, dan Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999.
a. Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional
Pengangkatan dalam jabatan fungsional dikelompokkan kedalam jabatan fungsional keahlian dan jabatan fungsional keterampilan, yang dihimpun kedalam rumpun jabatan yaitu himpunan jabatan fungsional yang mempunyai tugas dan fungsi yang berkaitan satu sama lainnya. Rumpun jabatan fungsional ditetapkan oleh Presiden atas usul Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara.
Penetapan jabatan fungsional dan angka kreditnya
dilakukan oleh Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara atas usul Pimpinan Instansi, setelah mendapat pertimbangan teknis dari Kepala Badan Kepegawaian Negara, dengan mengacu rumpun jabatan yang telah ditetapkan. Angka kredit jabatan fungsional adalah satuan nilai butir-butir kegiatan yang harus dilaksanakan oleh pejabat fungsional di dalam rangka pembinaan karier dan penetapan kepangkatannya. b. Dasar Penetapan Jabatan Fungsional
Suatu jabatan ditetapkan menjadi jabatan fungsional apabila memiliki dan memenuhi kriteria berikut, yaitu: 1) Memiliki metodologi, teknik analisis, teknik dan
prosedur kerja yang didasarkan atas disiplin ilmu pengetahuan dan atau pelatihan teknis tertentu dengan sertifikasi.
2) Memiliki etika profesi yang ditetapkan oleh organisasi profesi.
3) Dapat disusun dalam suatu jenjang jabatan ber-dasarkan:
a) Tingkat keahlian bagi jabatan fungsional keahlian;
b) Tingkat keterampilan bagi jabatan fungsional keterampilan;
c) Pelaksanaan tugas yang bersifat mandiri;
(35)
dan fungsi organisasi. c. Pembinaan Jabatan Fungsional
Pembinaan jabatan fungsional dilakukan oleh Instansi Pembina jabatan fungsional yang ditetapkan oleh Presiden. Penilaian prestasi kerja jabatan fungsional dilakukan melalui penetapan angka kredit oleh pejabat yang berwenang setelah mendapat pertimbangan dari Tim Penilai yang dibentuk oleh Instansi Pembina atau Instansi Pengguna.
Perpindahan Pegawai Negeri Sipil antar jabatan fungsional atau jabatan fungsional dengan jabatan struktural dimungkinkan sepanjang memenuhi persyaratan yang ditetapkan untuk masing-masing jabatan.
d. Pemberhentian dari Jabatan Fungsional. 1) Pembebasan sementara
a) Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan fungsional, dibebaskan dari jabatannya apabila dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak menduduki pangkat terakhir tidak dapat mengumpulkan angka kredit yang ditentukan untuk kenaikkan pangkat;
b) Dijatuhi hukuman disiplin Pegawai Negeri Sipil dengan tingkat hukuman disiplin sedang atau berat berupa jenis hukuman disiplin penurunan
pangkat;
c) Diberhentikan sementara sebagai Pegawai Negeri Sipil;
d) Ditugaskan secara penuh di luar jabatan fungsional;
e) Menjalani cuti diluar tanggungan negara, kecuali untuk persalinan ke empat dan seterusnya; atau
f) Menjalani tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan.
Pegawai Negeri Sipil yang diberhentikan sementara dari jabatan fungsional, dapat diangkat kembali dengan menggunakan angka kredit terakhir yang dimilikinya.
2) Pemberhentian dari jabatan fungsional.
a) Dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak pembebasan sementara dari jabatan fungsional, yang bersangkutan tidak dapat mengumpulkan angka kredit yang ditentukan untuk kenaikkan pangkat setingkat lebih tinggi.
b) Dijatuhi hukuman disiplin Pegawai Negeri Sipil dengan tingkat hukuman disiplin berat dan telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, kecuali hukuman disiplin berat berupa penurunan pangkat.
(1)
88 Manajemen Kepegawaian Negara
tidak dapat disalurkan, dapat diberhentikan sebagai Pegawai Negeri Sipil dengan mendapat hak-hak kepegawaian berdasar peraturan perundangan yang berlaku;
d. Pemberhentian karena Melakukan Pelanggaran/Tindak Pidana/Penyelewengan;
Terhadap Pegawai Negeri Sipil yang melanggar sumpah/janji Pegawai Negeri Sipil/Jabatan atau dihukum penjara, dapat diberhentikan tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil;
e. Pemberhentian karena Tidak Cakap Jasmani atau Rohani. Terhadap Pegawai Negeri Sipil yang oleh Tim Penguji Kesehatan dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan negeri atau menderita sakit atau kelainan yang membahayakan dirinya dan lingkungan kerja, diberhentikan dengan hormat dengan mendapat hak-hak kepegawaian berdasar peraturan perundang-undangan yang berlaku; f. Pemberhentian karena Meninggalkan Tugas.
Terhadap Pegawai Negeri Sipil yang meninggalkan tugasnya secara tidak sah selama 6 (enam) bulan secara terus-menerus, diberhentikan tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.
g. Pemberhentian karena Meninggal Dunia atau Hilang.
Terhadap Pegawai Negeri Sipil yang meninggal dunia dengan sendirinya diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Modul Diklat Prajabatan Golongan 1 dan 2 89
Terhadap Pegawai Negeri Sipil yang hilang, dianggap telah meninggal dunia pada akhir bulan ke-12 (dua belas) sejak yang bersangkutan dinyatakan hilang;
h. Pemberhentian karena Hal-hal Lain.
Terhadap Pegawai Negeri Sipil yang tidak melaporkan diri setelah menjalani cuti diluar tanggungan negara, atau melaporkan diri tetapi tidak dapat dipekerjakan lagi karena tidak ada lowongan formasi, diberhentikan sebagai Pegawai Negeri Sipil dengan mendapat hak-hak kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
K.
Sistem Informasi Kepegawaian
Di dalam rangka melaksanakan pembinaan Pegawai Negeri Sipil berdasarkan sistem prestasi kerja dan sistem karier yang dititikberatkan pada sistem prestasi kerja, sangat diperlukan dukungan data kepegawaian yang benar, lengkap dan akurat. Untuk itu sangat diperlukan sistem penyusunan dan pemeliharaan tata usaha kepegawaian secara tertib, teratur dan terpelihara secara terus-menerus.
Untuk mencapai tingkat pemeliharaan data kepegawaian tersebut, sangat diperlukan sistem pelaporan mutasi kepegawaian dari instansi kepada Badan Kepegawaian Negara secara lengkap, teratur dan berkesinambungan.
(2)
90 Manajemen Kepegawaian Negara
Mutasi Kepegawaian adalah segala perubahan data kepegawaian setiap Pegawai Negeri Sipil, antara lain seperti keputusan pengangkatan, pemindahan, pemberhentian, susunan keluarga dan lain-lain.
Masing-masing instansi wajib mengirimkan laporan sewaktu-waktu berupa asli/tembusan/salinan surat keputusan, surat keterangan, berita acara dan lain-lain mengenai mutasi kepegawaian setiap Pegawai Negeri Sipil.
2. Sistem Penyimpanan Data Kepegawaian.
Di dalam rangka penyusunan dan pemeliharaan tata usaha kepegawaian secara tertib dan teratur, setiap mutasi kepegawaian yang dilaporkan ke Badan Kepegawaian Negara, sistem penyimpanan data kepegawaiannya dilakukan dalam:
a. Tata Naskah Kepegawaian.
Adalah sistem penyimpanan data kepegawaian dalam wujud fisik kedalam tata naskah setiap Pegawai Negeri Sipil, yang disusun secara teratur berdasarkan nomor urut NIP (Nomor Induk Pegawai) dipelihara autentifikasinya dan apabila diperlukan dapat disajikan dalam waktu cepat; b. Buku Induk Pegawai Negeri Sipil.
Adalah sistem penyimpanan data kepegawaian dalam bentuk tulisan kedalam Buku Induk Pegawai Negeri Sipil, yang disusun secara teratur, berdasarkan nomor urut
Modul Diklat Prajabatan Golongan 1 dan 2 91
sesuai Nomor Induk Pegawai (NIP) setiap Pegawai Negeri Sipil. Setiap Buku Induk Pegawai Negeri Sipil berisikan 500 (lima ratus) halaman dan diperuntukkan 500 (lima ratus) Pegawai Negeri Sipil.
c. Magnetic Tape.
Adalah sistem penyimpanan data kepegawaian dalam bentuk kode-kode komputer sebagai media penyimpanan data secara elektronik.
3. Sistem Penyajian Data Kepegawaian.
Elemen data kepegawaian antara lain meliputi: Nama, NIP, Tempat dan Tanggal Lahir, Pendidikan, Agama, Instansi Tempat Kerja, Lokasi Ternpat Kerja, Unit Kerja, Kepangkatan, Jabatan, Status Kepegawaian, Jenis Kepegawaian, Kedudukan, Pendidikan dan Pelatihan, Penghargaan, Hukuman Disiplin, Status Perkawinan dan Tanggungan Keluarga.
Informasi Kepegawaian yang disajikan dapat dikelompok kan dalam bentuk jumlah, komposisi, struktur Pegawai Negeri Sipil menurut: Jenis Kelamin, Usia, Agama, Pendidikan, Kepangkatan, Jabatan, Status Kepegawaian, Jenis Kepegawaian, Instansi Tempat Kerja, Lokasi Tempat Kerja, Jumlah Tanggungan dan sebagainya.
(3)
92 Manajemen Kepegawaian Negara
4. Tujuan dan Manfaat Sistem Informasi Kepegawaian.
Sistem Informasi Kepegawaian yang diselenggarakan secara cepat, tepat dan akurat, ditujukan untuk mendukung kebijaksanaan manajemen Pegawai Negeri Sipil, terutama didalam mendukung kebijaksanaan penetapan Formasi, Pengangkatan, Pengembangan, Pembinaan, Pemindahan, Gaji, Tunjangan, Kesejahteraan, Pemberhentian, Hak, Kewajiban dan Kedudukan Hukum Pegawai Negeri Sipil.
(4)
93
BAB IV
P E N U T U P
Dari uraian dimuka kiranya seluruh peserta Diklat Prajabatan dapat memahami dan mengerti serta mematuhinya terhadap berbagai ketentuan dan peraturan dibidang Kepegawaian. Para peserta Diklat Prajabatan dapat menempatkan dirinya dan terus mengembangkannya dalam upaya menambah wawasan pengetahuan yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja para pegawai pada masa mendatang dalam rangka memenuhi tuntutan kemampuan dan kompetensi yang diperlukan instansi.
Bahwa Manajemen Kepegawaian Negara adalah merupakan proses pelaksanaan dari fungsi-fungsi manajemen dengan obyek pengelolaan Pegawai Negeri Sipil yang mencakup Perencanaan Pengadaan hingga Pemberhentian.
Mengerti dan memahami ini saja tidak cukup. Oleh karena itu ada beberapa materi lain yang terkait dan sangat relevan dengan materi manajemen kepegawaian disampaikan seperti kedudukan, netralitas PNS, kewajiban, larangan dan hak-hak PNS. Demikian pula dibahas mengenai pembinaan PNS dan sistem informasi kepegawaian. Sebab hal-hal tersebut sangat bermanfaat jika dapat dimengerti dan diketahui oleh peserta Diklat Prajabatan golongan I dan II.
94
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Undang No. 43 tahun 1999 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang No.8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.
GBHN Tahun 1999.
Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1976 tentang Cuti Pegawai Negeri Sipil.
Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1979 tentang Daftar Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil.
Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1979 tentang Pemberhetian Pegawai Negeri Sipil.
Peraturan Pemerintah No. 30 tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1994 tentang Tanda Kehormatan Satyalencana Karya Satya.
Peraturan Pemerintah No. 5 tahun 1999 tentang Pegawai Negeri Yang Menjadi Anggota Partai Politik.
Peraturan Pemerintah No.12 tahun 1999 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 5 tahun 1999 tentang Pegawai Negeri Sipil yang menjadi Anggota Partai Politik.
Peraturan Pemerintah No. 97 tahun 2000 tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil.
(5)
95
Peraturan Pemerintah No. 98 tahun 2000 tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil.
Peraturan Pemerintah No. 99 tahun 2000 tentang Kenaikkan Pangkat Pegawai Negeri Sipil.
Peraturan Pemerintah No.101 tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil.
Peraturan Pemerintah No. 13 tahun 2002 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural.
Keputusan Presiden No. 11 tahun 2002 tentang Perubahan Atas PP No. 7 tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil, sebagaimana telah beberapa kali diubah.
Keputusan Presiden No. 26 tahun 2000 tentang Pengesahan Perubahan Anggaran Dasar Korps Pegawai Republik Indonesia.
Surat Edaran Ditjen Anggaran, Departemen Keuangan No. SE- 32/A/2000 tanggal 9 Maret 2000.
Hasil Munas Korps Pegawai Republik Indonesia di Jakarta tahun 1999.
96
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Drs. Suradji, MA, lahir di Boyolali pada tanggal 16 September 1955, menyelesaikan pendidikan sarjana (S1) pada tahun 1985 di Fakultas Ilmu Administrasi, Jurusan Administrasi Negara Universitas Krisnadwipayana, Jakarta. Program Master of Art (MA) di bidang Regional Planning, pada School of Urban and Regional Planning, University of The Philipines, Quezon City, Manila pada tahun 1998.
Berbagai pendidikan dan pelatihan pernah diikuti, baik pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan di dalam maupun di luar negeri. Pendidikan dalam negeri yang pernah diikuti antara lain adalah: Diklat Kepemimpinan SEPALA pada tahun 1994, Diklat SPAMA tahun 1996, Diklatpim Tk. II pada tahun 2001. Berbagai kursus yang pernah diikuti adalah: Diklat Arsip Inaktif pada tahun 1980, Metode Penelitian Tingkat Dasar pada tahun 1990, Metode Penelitian Tingkat Lanjutan pada tahun 1990, Metode Penelitian Sosial, Fisip UI pada tahun 1901, Diklat Planning of Regional Development Programme di Padang pada tahun 1991, Diklat Manajemen Riset UGM pada tahun 1992. Disamping itu berbagai seminar telah diikuti dalam kapasitasnya baik sebagai peneliti maupun Dosen STIA-LAN. Demikian pula keterlibatan dalam berbagai kegiatan penyusunan kurikulum Diklat. Beberapa bahan ajar Diklat yang sudah ditulis adalah: Manajemen Kepegawaian untuk materi Diklat Prajabatan
(6)
97
Golongan I dan II, Manajemen Kepegawaian untuk bahan ajar Diklat Prajabatan Golongan III, Kepemimpinan dalam Keberagaman Budaya sebagai bahan ajar Diklatpim Tk. III, juga sebagai anggota penulis Buku SANKRI. Di samping itu aktif sebagai anggota penyusunan kurikulum untuk bahan ajar STIA LAN, baik untuk program S1 maupun S2. Pendidikan luar negeri yang pernah diikuti adalah : Post Graduate, Diplome in Regional Development Planning and Management pada tahun 1995, University of Dortmund, Germany, Strategies and Methods for Regional Development Plant, DSE, Berlin pada tahun 1996, Strategics Management, Chuo University, Japan pada tahun 2000. Policy and Parnership, di Singapore pada tahun 2003.
Riwayat Jabatan: jabatan fungsional yang pernah diduduki adalah peneliti pada tahun 1990 sampai dengan 1996. Sebagai dosen dari tahun 1998 hingga sekarang. Jabatan struktural yang pernah diduduki adalah: Kasubag. Arsip dan Ekspedisi pada tahun 1985, Kasubag. Pusat Litbang Kelembagaan tahun 1989. Kepala Bagian Kepegawaian tahun 1996, menduduki jabatan Kepala Pusat Kajian Administrasi Internasional dari tahun 2000 s.d. tahun 2006, dan menjabat sebagai Kepala Pusat Kajian Kinerja Sumber Daya Aparatur dari tahun 2006 hingga sekarang.