168
BAB IV
STRATEGI PEMBANGUNAN
DAERAH
Strategi pembangunan adalah merupakan kebijakan dalam mengimplementasikan program kepala daerah dan sebagai
payung dalam perumusan program dan kegiatan pembangunan di dalam mewujudkan visi dan misi. Di samping itu, strategi
pembangunan juga diperlukan agar setiap program dan kegiatan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Proses penentuan
strategi pembangunan dilakukan dengan menganalisis isu-isu yang berkembang secara sistematis, dengan jalan melakukan identifikasi
berbagai faktor dalam lingkungan internal maupun eksternal yang terdiri atas kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.
4.1. Faktor-faktor Lingkungan Strategis
1. Kekuatan
a. Stabilitas Sosial Politik Daerah
Stabilitas Sosial Politik di Pacitan ditandai dengan sedikitnya konflik, bahkan tidak ditemui adanya konflik antar
masyarakat atau
zero open conflict
untuk isu-isu berbau
kesukuan, keagamaan dan golongan. b.
Tersedianya Potensi Sektor Industri
Produktivitas sektor industri merangkak naik hingga mencapai 3.82 dari total PDRB dengan proporsi 58 dari
subsektor industri pengolahan makanan dan minuman. Kondisi demikian mengindikasikan adanya peningkatan
yang cukup berarti di sektor industri.
c. Tersedianya Potensi Pariwisata
169 Tahun 2001 - 2005 pertumbuhan sub sektor jasa hiburan dan
kebudayaan rata-rata mencapai 72,97 per tahun. Sebagai sub sektor dengan pertumbuhan tertinggi, sektor ini
layak untuk dikembangkan agar semakin produktif dan dapat memacu pertumbuhan sektor lain.
d. Tersedianya Potensi Kelautan.
Dengan pemilikan panjang pantai 70,709 Km. dan terdapatnya 23 Desa Kelurahan di 7 tujuh wilayah
Kecamatan yang berada di pantai, dan sebanyhak 14 tempat pendaratan ikan TPI, Pacitan mempunyai potensi kelautan
ZEE yang cukup besar. Sementara itu sampai saat ini produksi ikan baru mencapai 3,89 per tahun.
e. Partisipasi Masyarakat Cukup Tinggi.
Pembangunan daerah akan berhasil apabila terjalin sinergi antar tiga komponen pembangunan yaitu pemerintah,
masyarakat, dan swasta. Sinergi antar ketiga komponen pembangunan ini tidak melulu diarahkan pada sinergi
ekonomi melainkan juga bidang-bidang lain sejauh berhubungan dengan kepentingan bersama. Sinergisitas
ketiga komponen pembangunan ini di Pacitan cukup tinggi. Hal ini ditandai dengan besarnya kontribusi nilai partisipatif
masyarakat
terhadap pelaksanaan
pembangunan di
wilayahnya. Selama 4 tahun dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2005, rata-rata besarnya swadaya murni masyarakat
dengan pendekatan Alokai Dana Desa ADD mencapai Rp. 2.230.198.548,00.
2. Kelemahan
a. Tingginya angka kemiskinan
Dalam upaya percepatan pembangunan di segala bidang masih terdapat beberapa kendala, antara lain masih tingginya
170 angka penduduk miskin, walaupun selama empat tahun
terakhir jumlah penduduk miskin mengalami penurunan sekitar 19,51 dari jumlah penduduk miskin tahun 2001
yaitu sebanyak 164.125 jiwa. Dari penurunan jumlah penduduk miskin tersebut sampai
pada tahun 2005 jumlah penduduk miskin masih sebanyak 132.125 jiwa atau 24,28 .
b. Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia
Peningkatan layanan pendidikan sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan kompetensi anak didik. Out put
layanan pendidikan dengan pendekatan Indek Pembangunan Manusia IPM masih menunjukkan kondisi yang jauh dari
harapan.
Indek Pembangunan
Manusia komponen
pendidikan tahun 2004 menunjukkan angka 6,18 tahun atau masih lebih rendah dari rata-rata IPM Jawa Timur dengan
capai 6,55. Namun bila dibandingkan dengan IPM tahun 2003 terdapat kenaikan 0,13. Demikian pula segi kesehatan
masih banyak yang perlu mendapatkan perhatian, khususnya angka kematian ibu dan anak dan kesakitan malaria masih
relatif tingginya.
c. Rendahnya Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi.