Trycophyton mentagrophytes, Microsporum canis dan Trycophyton tonsurans. Di Afrika penyebab tersering tinea korporis adalah
Tricophyton rubrum dan Tricophyton mentagrophytes, sedangkan di Eropa penyebab terseringnya adalah Tricophyton rubrum, sementara di
Asia penyebab terseringnya adalah Tricophyton rubrum, Tricophyton mentagropytes
dan Tricophyton violaceum
Verma dan Heffernan,2008.
Dilaporkan penyebab dermatofitosis yang dapat dibiakkan di Jakarta adalah T. rubrum 57,6, E. floccosum 17,5, M. canis 9,2,
T.mentagrophytes var. granulare 9,0, M. gypseum 3,2, T. concentricum 0,5 Made,2001.
Di RSU Adam malikDokter Pirngadi Medan spesies jamur penyebab adalah dermatofita yaitu: T.rubrum 43, E.floccosum
12,1, T.mentagrophytes 4,4, dan M.canis
2,serta nondermatofita 18,5, ragi 19,1 C. albicans 17,3, Candida lain
1,8 Made,2001.
2.4 Klasifikasi Ekologi
Menurut Arnold et al 1990 berdasarkan pada pejamunya, jamur penyebab dermatofita diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, dimana
pembagian ini juga mempengaruhi cara penularan penyakit akibat
dermatofita ini. Pengelompokannya yaitu:
• Geofilik yaitu transmisi dari tanah ke manusia • Zoofilik yaitu transmisi dari hewan ke manusia, contoh
Trycophyton simii monyet, Trycophyton mentagrophytes tikus, Microsporum canis kucing, Trycophyton equinum kuda dan
Microsporum nannum babi. • Antrofilik yaitu transmisi dari manusia ke manusia.
Universitas Sumatera Utara
2.5 Patogenesa
Elemen kecil dari jamur disebut hifa, berupa benang-benang filament terdiri dari sel-sel yang mempunyai dinding. Dinding sel
jamur merupakan karakteristik utama yang membedakan jamur, karena banyak mengandung substrat nitrogen disebut dengan chitin. Struktur
bagian dalam organela terdiri dari nukleus, mitokondria, ribosom, retikulum endoplasma, lisosom, apparatus golgi dan sentriol dengan
fungsi dan peranannya masing-masing. Benang-benang hifa bila bercabang dan membentuk anyaman disebut miselium Ryan,2004.
Dermatofita berkembang biak dengan cara fragmentasi atau membentuk spora, baik seksual maupun aseksual. Spora adalah suatu
alat reproduksi yang dibentuk hifa, besarnya antara 1-3µ, biasanya bentuknya bulat, segi empat, kerucut atau lonjong. Spora dalam
pertumbuhannya makin lama makin besar dan memanjang membentuk hifa. terdapat 2 macam spora yaitu spora seksual gabungan dari dua
hifa dan spora aseksual dibentuk oleh hifa tanpa penggabungan Hay dan Moore,2004.
Infeksi Dermatofita diawali dengan perlekatan jamur atau elemen jamur yang dapat tumbuh dan berkembang pada stratum korneum.
Pada saat perlekatan, jamur dermatofita harus tahan terhadap rintangan seperti sinar ultraviolet, variasi temperatur dan kelembaban,
kompetensi dengan flora normal, spingosin dan asam lemak. Kerusakan stratum korneum, tempat yang tertutup dan maserasi
memudahkan masuknya jamur ke epidermis Verma dan Heffernan,2008.
Masuknya dermatofita ke epidermis menyebabkan respon imun pejamu baik respon imun nonspesifik maupun respon imun spesifik.
Respon imun nonspesifik merupakan pertahanan lini pertama melawan infeksi jamur. Mekanisme ini dapat dipengaruhi faktor umum, seperti
gizi, keadaan hormonal, usia, dan faktor khusus seperti penghalang mekanik dari kulit dan mukosa, sekresi permukaan dan respons
Universitas Sumatera Utara
radang. Respons radang merupakan mekanisme pertahanan nonspesifik terpenting yang dirangsang oleh penetrasi elemen jamur.
Terdapat 2 unsur reaksi radang, yaitu pertama produksi sejumlah komponen kimia yang larut dan bersifat toksik terhadap invasi
organisme. Komponen kimia ini antara lain ialah lisozim,sitokin,interferon,komplemen, dan protein fase akut. Unsur
kedua merupakan elemen seluler,seperti netrofil, dan makrofag, dengan fungsi utama fagositosis, mencerna, dan merusak partikel
asing. Makrofag juga terlibat dalam respons imun yang spesifik. Sel- sel lain yang termasuk respons radang nonspesifik ialah basophil, sel
mast, eosinophil, trombosit dan sel NK natural killer. Neutrofil mempunyai peranan utama dalam pertahanan melawan infeksi jamur
Cholis,2001. Imunitas spesifik membentuk lini kedua pertahanan melawan
jamur setelah jamur mengalahkan pertahanan nonspesifik. Limfosit T dan limfosit B merupakan sel yang berperan penting pada pertahanan
tubuh spesifik. Sel-sel ini mempunyai mekanisme termasuk pengenalan dan mengingat organism asing, sehingga terjadi
amplifikasi dari kerja dan kemampuannya untuk merspons secara cepat terhadap adanya presentasi dengan memproduksi antibodi, sedangkan
limfosit T berperan dalam respons seluler terhadap infeksi. Imunitas seluler sangat penting pada infeksi jamur. Kedua mekanisme ini
dicetuskan oleh adanya kontak antara limfosit dengan antigen Cholis,2001.
2.6 Gambaran Klinis