Alur Penokohan Latar Struktur dan Kaidah Cerita Ulang

162 Modul Pembelajaran Apresiasi Sastra Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa mite merupakan cerita lama yang diangggap suci oleh penceritanya, dipercayai benar-benar terjadi, bersifat mistis gaib dan sakti yang tidak berdasarkan pikiran logis serta kejadiaannya sudah tidak ada lagi pada zaman modern ini.

4. Struktur dan Kaidah Cerita Ulang

a. Alur

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008, hlm. 45, alur adalah jalinan peristiwa dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu pautannya dapat diwujudkan oleh hubungan temporal atau waktu dan oleh hubungan kausal atau sebab-akibat. Adapun menurut Nurgiyantoro 2012, hlm. 113-114, alur merupakan cerminan atau perjalanan tingkah laku para tokoh dalam bertindak, berpikir, berasa, dan bersikap dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan. Alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin sebuah cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya alur, pembaca akan mengetahui peristiwa yang terhubung secara kausal dalam cerita rakyat ini. Dengan menemukan peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam cerita rakyat tersebut, harus dilakukan analisis alur.

b. Penokohan

Penokohan adalah cara pencerita menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Menurut Eddy 1991, hlm. 211, tokoh adalah para pelaku yang terdapat dalam karya sastra. Tokoh merupakan bagian integral sebuah cerita yang membentuk alur. Penokohan dalam cerita ulang memiliki kekhasan. Tokoh baik selalu bersikap baik, dan tokoh jahat selalu bersikap jahat. 163 Modul Pembelajaran Apresiasi Sastra Sementara Aminuddin 2013, hlm. 79 mengungkapkan bahwa pelaku yang mengemban sehingga peristiwa itu mampu membentuk suatu cerita disebut tokoh. Adapun cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku itu disebut penokohan.

c. Latar

Latar adalah segala keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra. Tempat kejadian atau peristiwa yang dialami oleh tokoh dalam jalinan ruang, waktu, dan situasi disebut latar Eddy, 1991, hlm. 211. Selanjutnya Semi 1984, hlm. 38 menyatakan bahwa dalam latar ini adalah tempat atau ruang yang dapat diamati dan waktu, hari, tahun, musim, atau periode sejarah. Orang atau kerumunan orang yang berada disekitar tokoh juga dapat dimasukkan ke dalam unsur latar dan biasanya latar juga muncul pada semua bagian atau penggalan cerita. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa latar dapat ditentukan melalui tempat, waktu, dan suasana yang terdapat dalam peristiwa cerita ulang. Latar fisik berkenaan dengan tempat terjadinya peristiwa dalam cerita, latar waktu menegaskan waktu cerita dikisahkan, dan latar sosial berkenaan dengan perilaku sosial dan lingkungan yang terdapat dalam cerita.

d. Tema