Aspek Kesejahteraan Masyarakat RPJMD KAB. OKI TAHUN 2014 2019

“MEMBANGUN OKI DARI DESA” 23 Tabel 2.9. Proporsi penduduk menurut agama dalam Kabupaten Ogan Komering Ilir tahun 2010 Islam Kriten Protestan Katolik Hindu Budha 97,24 0,76 0,49 1,45 0,06

2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Kondisi umum kesejahteraan masyarakat merupakan indikator kinerja pembangunan yang dapat dilihat dari kesejahteraan dan pemerataaan perekonomian, kesejahteraan masyarakat dibidang pendidikan, kesehatan, penyediaan tanah, ketenagakerjaan serta fokus seni budaya dan olah raga.

2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Analisis kinerja atas fokus kesejahteraan dan pemerataan ekonomi dilakukan terhadap indikator pertumbuhan PDRB, laju inflasi, PDRB per kapita dan indeks gini, persentase penduduk diatas garis kemiskinan, pemerataan pendapatan versi Bank Dunia, Indeks Ketimpangan Williamson indeks ketimpangan regional,dan angka kriminalitas yang tertangani. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto PDRB Indikator yang biasa dipakai untuk mengukur kondisi perekonomian suatu daerah secara makro diantaranya adalah pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, nilai PDRB, tingkat kemiskinan dan lain-lain. PDRB sebagai salah satu indikator penting merupakan dasar pengukuran penciptaan nilai tambah bruto dari berbagai aktivitas ekonomi. Produk Domestik Regional Bruto PDRB, dihitung atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Menurut definisinya, PDRB adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahun berjalan. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai dasar.

2.2.1.1. Struktur Perekonomian

Yang dimaksud dengan struktur perekonomian adalah komposisi peranan masing- “MEMBANGUN OKI DARI DESA” 24 masing sektor dalam perekonomian baik menurut lapangan usaha maupun pembagian sektoral ke dalam sektor primer, sekunder dan tersier. Struktur perekonomian digunakan untuk melihat sektor-sektor yang mendominasi dalam pembentukan nilai tambah ekonomi suatu daerah. Dari struktur tersebut akan didapat gambaran mengenai potensi ekonomi suatu wilayah. Struktur perekonomian didapat dari besaran distribusi persentase nilai tambah tiap-tiap sektor terhadap total PDRB yang pada umumnya menggunakan ukuran harga berlaku. Struktur perekonomian merupakan besar share lapangan usaha terhadap total PDRB. Dengan mengetahui struktur perekonomian, maka kita dapat menilai konsentrasi lapangan usaha yang sangat dominan pada suatu daerah. Biasanya terdapat hubungan antara lapangan usaha dan penduduk suatu daerah. Menurut Teori Lewis, perekonomian suatu daerah harus mengalami transformasi struktural dari tradisional ke industri, yang ditunjukkan dengan semakin besarnya kontribusi sektor non pertanian dari waktu ke waktu terhadap total PDRB. Tabel 2.10. Struktur Perekonomian Kabupaten Ogan Komering Ilir Tahun 2009-2013 Sektor 2009 2010 2011 2012 2013 1 Pertanian 48,65 47,70 46,35 44,46 43,06 2 Pertambangan dan Penggalian 1,92 1,95 1,89 1,90 1,93 Sektor Primer 50,56 49,65 48,24 46,36 44,99 3 Industri Pengolahan 7,89 7,90 7,73 7,78 7,85 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 5 Bangunan 13,36 13,68 14,62 15,34 15,97 Sektor Sekunder 21,32 21,65 22,42 23,19 23,89 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 14,05 14,19 14,49 14,81 15,16 7 Pengangkutan dan Telekomunikasi 1,37 1,33 1,37 1,43 1,47 8 Keu., Persewaan, dan Jasa Perush. 2,34 2,35 2,39 2,44 2,47 9 Jasa-jasa 10,36 10,83 11,09 11,77 12,02 Sektor Tersier 28,11 28,70 29,34 30,45 31,12 angka sangat sementara Sumber: BPS Kab OKI Struktur ekonomi berarti juga menggambarkan karakteristik sosial ekonomi masyarakat di suatu wilayah. Suatu daerah yang sebagian besar masyarakatnya bergerak di sektor pertanian, maka nilai tambah ekonomi akan banyak terbentuk di sektor pertanian sehingga sektor primernya akan cenderung lebih dominan. Sebaliknya pada wilayah yang masyarakatnya banyak bergerak di sektor perdagangan dan jasa seperti di daerah perkotaan, sektor tersier akan lebih dominan dibanding sektor primernya. Dilihat dari “MEMBANGUN OKI DARI DESA” 25 strukturnya, perekonomian Kabupaten Ogan Komering Ilir masih bertumpu pada sektor primer dengan kontribusi rata-rata menedekati angka 50 persen. Namun jika dilihat secara series dari tahun ke tahun tampak adanya penurunan kontribusi dari sektor primer. Pada tahun 2009 sektor primer memberikan kontribusi sebesar 50,56 persen dan pada tahun 2013 kontribusinya menurun menjadi 44,99 persen. Sektor primer merupakan gabungan dari sektor pertanian dan sektor pertambangan penggalian, keduanya memberikan kontribusi sebesar 44,99 persen. Sektor pertanian sendiri memberikan kontribusi sebesar 43,06 persen terhadap total PDRB. Sisanya sebesar 1,93 persen merupakan kontribusi dari sektor pertambangan dan penggalian. Dengan kontribusi sebesar ini berarti dapat dikatakan separuh perekonomian di Kabupaten Ogan Komering Ilir berasal dari sektor primer. Besarnya kontribusi sektor pertanian menggambarkan bahwa masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ilir sebagian besar masih bergerak di bidang agraris sehingga sektor ini sangat berpengaruh bagi kehidupan masyarakat Ogan Komering Ilir. Kondisi ini selaras dengan kultur masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ilir yang merupakan masyarakat agraris juga ditunjang dengan potensi alam di bidang pertanian yang masih melimpah. Sektor sekunder pada tahun 2013, memberikan kontribusi sebesar 23,89 persen. Kontribusi ini sedikit meningkat dibanding kontribusi yang diberikan pada tahun 2012 yaitu sebesar 23,19 persen. Kontribusi yang dihasilkan ini sebagian besarnya yaitu 15,97 persen berasal dari sektor bangunan, kontribusi sektor ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Gambar 2.4. Struktur Perekonomian Kabupaten Ogan Komering Ilir 2008 - 2012 Sementara itu, pada tahun 2013 sektor tersier memberikan kontribusi sebesar 31,12 persen. Tampak bahwa kontribusi sektor tersier mengalami peningkatan selama 5 tahun 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 2009 2010 2011 2012 2013 50,56 49,65 48,24 46,36 44,99 21,32 21,65 22,42 23,19 23,89 28,11 28,7 29,34 30,45 31,12 Tersier Sekunder Primer “MEMBANGUN OKI DARI DESA” 26 terakhir. Sebagian besar sektor tersier terbentuk dari aktivitas sektor perdagangan dan sektor jasa-jasa, yang kontribusinya masing-masing 15,16 persen dan 12,02 persen. Sementara, kontribusi sektor angkutan dan sektor keuangan masih relatif kecil. Jika dilihat secara global, tampak bahwa peranan sektor primer mengalami penurunan bersamaan dengan meningkatnya peranan sektor sekunder dan tersier. Keadaan ini diharapkan menjadi indikasi adanya kemajuan di Kabupaten Ogan Komering Ilir. Karena pada umumnya ekonomi negara maju cenderung didominasi oleh sektor sekunder dan tersier. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ogan Komering Ilir tahun 2013 mengalami sedikit perlambatan jika dibandingkan dengan tahun 2012, dimana pada tahun 2012 sebesar 6,57 persen menjadi 6,45 persen atau melambat sebesar 0,12 persen. Fenomena ini tidak hanya terjadi di Kabupaten Ogan Komering Ilir tetapi hampir seluruh Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia bahkan dunia. Provinsi Sumatera Selatan mengalami perlambatan sebesar 0,49 persen PDRB dengan migas dan 0,16 persen tanpa migas. Fenomena tersebut terjadi karena perekonomian dunia yang sedang melemah. Tabel 2.11. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ogan Komering Ilir tahun 2008-2013 No Sektor 2008 2009 2010 2011 2012 2013 1 Pertanian 4,57 3,95 4,66 4,63 4,71 4,81 2 Pertambangan dan Penggalian 5,99 5,79 5,85 5,88 5,86 5,85 3 Industri Pengolahan 4,68 2,90 4,77 6,43 5,79 5,66 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 4,04 4,43 6,41 6,57 6,46 6,48 5 Bangunan 4,70 7,96 8,81 10,87 9,84 9,73 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 6,28 5,07 6,49 8,87 7,68 7,65 7 Pengangkutan dan Telekomunikasi 6,54 7,66 7,97 10,17 11,08 10,94 8 Keu., Persewaan, dan Jasa Perush. 3,93 7,17 7,71 9,47 8,62 8,60 9 Jasa-jasa 9,39 8,47 8,10 8,62 8,44 8,39 Rata-rata Pertumbuhan Dengan Migas 5,27 5,08 5,96 6,90 6,57 6,45 Rata-rata Pertumbuhan Tanpa Migas 5,27 5,08 5,96 6,90 6,57 6,45 angka sangat sementara “MEMBANGUN OKI DARI DESA” 27

2.2.1.2 Inflasi

Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus- menerus kontinu berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidak lancaran distribusi barang. Angka inflasi yang umum dipakai sebagai indikator perekonomian adalah inflasi pada tingkat harga konsumen harga pasar. Adapun inflasi pada penghitungan PDRB ini adalah inflasi pada tingkat harga produsen yaitu inflasi yang timbul dari kegiatan produksi barang dan jasa, sehingga sangat mungkin adanya perbedaan antara keduanya. Inflasi PDRB tahun 2013 lebih tinggi dibanding inflasi tahun lalu. Pada tahun 2013, inflasi migas sama dengan inflasi tanpa migas sebesar 6,24 persen sedangkan tahun 2012 sebesar 6,97 persen. Inflasi tertinggi tahun 2013 terjadi pada sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 8,56 persen. Sedangkan inflasi terendah sebesar 5,54 persen terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian. Pada umumnya, inflasi ditimbulkan akibat naiknya ongkos produksi sehingga mendorong naiknya harga barang yang diproduksi. Selain itu bisa juga diakibatkan karena meningkatnya permintaan terhadap barang jasa yang menyebabkan naiknya daya tawar barang dan jasa. Tabel 2.12. Laju Inflasi PDRB Kabupaten Ogan Komering Ilir Tahun 2009 - 2013 No Sektor 2009 2010 2011 2012 2013 1 Pertanian 2,47 5,76 6,75 4,42 6,45 2 Pertambangan dan Penggalian 13,28 8,56 5,30 8,18 5,54 3 Industri Pengolahan 4,75 7,85 5,77 8,39 8,23 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 2,78 2,79 5,30 5,92 6,75 5 Bangunan 4,55 6,27 10,77 8,93 6,46 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 8,06 7,11 7,80 8,26 8,56 7 Pengangkutan dan Telekomunikasi 1,04 1,31 7,13 7,25 7,60 8 Keu, Persewaan, dan Jasa Perush. 4,44 5,47 6,90 6,34 7,38 9 Jasa-jasa 16,93 9,20 8,49 11,72 6,27 “MEMBANGUN OKI DARI DESA” 28 Total PDRB dengan migas 5,26 6,55 7,54 6,97 6,24 Total PDRB tanpa migas 5,26 6,55 7,54 6,97 6,24 angka sangat sementara

2.2.1.3. Pendapatan Per Kapita dan Gini Ratio

Pendapatan per kapita diperoleh dengan cara mengurangi nilai PDRB dengan penyusutan dan pajak tidak langsung netto, nilai hasilnya akan sama dengan pendapatan regional regional income bila diasumsikan pendapatan netto sama dengan nol. Tabel 2.13. Pendapatan Per Kapita Kabupaten Ogan Komering Ilir Berdasarkan Harga Berlaku dan Konstan Tahun 2001 - 2013 Tahun Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan Pendapatan per Kapita Rp Pertumbuhan Pendapatan Per Kapita Rp Pertumbuhan 2001 2.993.972 10,96 2.927.397 8,49 2002 3.345.544 11,74 3.056.136 4,40 2003 3.747.347 12,01 3.208.988 5,00 2004 4.124.468 10,06 3.322.864 3,55 2005 4.653.455 12,83 3.472.639 4,51 2006 5.293.931 13,76 3.636.894 4,73 2007 6.070.980 14,68 3.802.040 4,54 2008 6.780.044 11,68 3.933.989 3,47 2009 7.381.394 8,87 4.069.011 3,43 2010 8.117.729 9,98 4.194.286 3,08 2011 9.122.191 12,37 4.388.211 4,62 2012 10.177.755 11,57 4.576.881 4,30 2013 11,396,201 11,97 4,781,079 4,46 Kemudian jika pendapatan regional dibagi dengan jumlah penduduk maka didapat nilai pendapatan per kapita. Pendapatan per kapita merupakan salah satu indikator ekonomi yang biasa digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran di suatu wilayah namun tidak dapat “MEMBANGUN OKI DARI DESA” 29 melihat pemerataannya karena ini bersifat rata-rata pendapatan per orang, dan kurang menggambarkan distribusinya. Dengan kata lain, dapat saja nilai tersebut diperoleh dari sekelompok masyarakat dengan penghasilan sangat tinggi dan sekelompok besar lainnya dengan penghasilan yang sangat rendah. Untuk mengukur hal ini digunakan indeks gini rasio yang sering digunakan untuk menilai kesenjangan distribusi pendapatan. Berdasarkan perhitungan BPS Kabupaten Ogan Komering Ilir 2013, angka Gini Ratio Kabupaten Ogan Komering sebesar 0,2. Angka ini termasuk dalam kategori ketimpangan rendah kurang dari 0,3 Pada tahun 2013 pendapatan per kapita atas dasar harga berlaku Kabupaten Ogan Komering Ilir sebesar Rp 11.396.201,- meningkat 11,76 persen dibanding dengan kondisi tahun 2012 yang pendapatan per kapitanya sebesar Rp 10.177.755. Dengan menggunakan harga konstan pendapatan per kapita tahun 2013 sebesar Rp 4.781.079,- meningkat 4,46 persen dibanding tahun 2012 yaitu sebesar Rp 4.576.881. Gambar 2.5. Pendapatan Per Kapita Kabupaten Ogan Komering Ilir 2008 - 2013

2.2.1.4. Perkembangan Penduduk Miskin

Pada tahun 2009 persentase penduduk miskin di Kabupaten Ogan Komering Ilir sebanyak 16,71 persen menurun pada tahun 2010 menjadi 15,98 persen. Dan berdasarkan Pendataan Program Layanan Sosial PPLS yang di terbitkan oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan TNP2K terlihat bahwa persentase penduduk Kabupaten Ogan 3.933.989 4.069.011 4.194.286 4.388.211 4.576.881 4.781.079 6.780.044 7.381.394 8.117.856 9.122.191 10.177.755 11.396.201 2008 2009 2010 2011 2012 2013 P e n d ap at an p e r K ap it a Tahun Pendapatan Perkapita ADHB Pendapatan Perkapita ADHK “MEMBANGUN OKI DARI DESA” 30 Komering Ilir pada tahun 2011 menurun menjadi 15,06 persen. Sedangkan nilai Garis Kemiskinan terus meningkat selama 2009 sampai 2011. Pada tahun 2009 nilai Garis Kemiskinan adalah 199,024 ribu rupiah; dan meningkat menjadi 213,543 ribu rupiah pada 2010 kemudian meningkat lagi menjadi 234,558 rupiah pada tahun 2011. Naiknya garis kemiskinan diiringi dengan turunnya nilai persentase penduduk miskin kabupaten Ogan Komering Ilir menunjukkan bertambahnya pendapatan penduduk Kabupaten Ogan Komering Ilir secara rata-rata. Tabel 2.14. Jumlah Rumah Tangga PPLS 2011 Menurut Klasifikasi Kemiskinan Dirinci per Kecamatan dalam Kabupaten Ogan Komering Ilir tahun 2011 No. Kecamatan Sangat Miskin Miskin Hampir Miskin Rentan Miskin Lainnya Total 1. Lempuing 194 454 1.257 2.544 4.449 2. Lempuing Jaya 305 750 1.771 3.367 6.193 3. Mesuji 194 312 682 1.011 2.199 4. Sungai Menang 168 493 1.705 3.391 5.757 5. Mesuji Makmur 84 232 819 2.855 3.990 6. Mesuji Raya 102 308 718 1.830 2.958 7. Tulung Selapan 796 973 1.468 1.662 4.899 8. Cengal 617 838 1.462 2.293 5.210 9. Pedamaran 1.925 1.098 1.200 528 4.751 10. Pedamaran Timur 244 273 466 501 1.484 11. Tanjung Lubuk 1.092 1.027 1.369 1.316 4.804 12. Teluk Gelam 512 429 620 788 2.349 13. Kota Kayuagung 1.204 1.433 2.190 2.454 7.281 14. Sirah Pulau Padang 1.014 1.577 2.662 2.980 8.233 15. Jejawi 897 1.168 1.650 1.184 4.899 16. Pampangan 723 932 1.516 2.525 5.696 17. Pangkalan Lampam 458 610 1.004 1.246 3.318 18. Air Sugihan 199 539 1.375 2.218 4.331 Jumlah 10.728 13.446 23.934 34.693 82.801 Sumber: Diolah dari Hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial, BPS Kabupaten OKI dan Inkesos tahun 2011 Pada tahun 2011 , nilai Kedalaman Kemiskinan P1 dan Keparahan Kemiskinan P2 di Kabupaten Ogan Komering Ilir nilainya menurun. Pada tahun 2011 nilai kedalaman kemiskinan menjadi 2,38 dan nilai keparahan kemiskinan menjadi 0,57. “MEMBANGUN OKI DARI DESA” 31 Tabel 2.15. Indikator Kemiskinan Kabupaten Ogan Komering Ilir 2009 – 2013 No URAIAN TAHUN 2009 2010 2011 2012 2013 1 Jumlah Penduduk Miskin 114,200 116,500 111,900 109.900 109.400 2 Persentase Penduduk Miskin 16,17 15,98 15,06 14,53 14,28 3 P1 2,43 2,97 2,38 2,37 2,35 4 P2 0,60 0,79 0,57 0,66 0,65 5 Garis Kemiskinan RpKapBL 199.024 213.543 234.558 257.641 279.825 Sumber : BPS, TNP2K Persentase penduduk miskin Kabupaten Ogan Komering Ilir masih sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan Provinsi Sumatera Selatan demikian pula dengan Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan 1 P dan Indeks Keparahan Kemiskinan 2 P Kabupaten Ogan Komering Ilir. Sebagai data pembanding, tabel berikut akan memperlihatkan Jumlah dan Indikator Kemiskinan Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera selatan tahun 2011. Tabel 2.16. Indikator Kemiskinan Provinsi Sumatera Selatan Per Kabupaten Tahun 2012 No KabupatenKota Jumlah penduduk miskin Persentase Peringkat 2009 2010 2011 2012 1 Ogan Komering Ulu 35.100 39.900 38.300 37.600 11,19 10 2 Ogan Komering Ilir 114.200 116.500 119.900 109.900 14,53 4 3 Muara Enim 106.400 104.400 100.400 98.500 13,21 5 4 Lahat 71.300 70.500 67.700 66.400 17,45 3 5 Musi Rawas 108.000 102.000 98.000 96.200 17,67 2 6 Musi Banyuasin 118.900 113.400 108.900 106.900 18,29 1 7 Banyuasin 112.100 93.000 89.300 87.600 11,27 11 8 OKU Selatan 42.100 36.700 35.300 34.600 10,49 13 9 OKU Timur 57.700 59.900 57.500 56.400 8,98 15 10 Ogan Ilir 60.100 53.300 51.300 50.300 12,79 9 11 Empat Lawang 33.700 32.500 31.300 30.700 13,36 6 12 Palembang 211.800 218.500 210.000 206.300 13,59 7 13 Prabumulih 19.100 21.000 20.200 19.800 11,71 12 14 Pagar Alam 11.200 12.400 11.900 11.700 9,00 14 15 Lubuk Linggau 28.100 30.900 29.700 29.100 13,88 8 Sumatera Selatan 1.254.300 1.105.000 1.061.900 1.042.000 13,48 Dari uraian indikator kemiskinan di atas dapat disimpulkan pembangunan di Kabupaten Ogan Komering Ilir secara bertahap menunjukkan hasil yang signifikan dalam pengentasan kemiskinan. “MEMBANGUN OKI DARI DESA” 32 2.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial 2.2.2.1. Pendidikan Perkembangan pendidikan di Kabupaten Ogan Komering Ilir 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 2.17. berikut ini ; Tabel 2.17. Perkembangan Bidang Pendidikan di Kabupaten Ogan Komering Ilir tahun 2009 - 2013 No Indikator 2009 2010 2011 2012 2013 1 Angka Melek Huruf 95,24 96,56 96,61 96,62 96,64 2 Rata-Rata Lama sekolah 6,73 6,74 6,75 6,76 6,77 3 Angka Partisipasi Kasar SD 108,95 117,97 101,76 107,53 113,26 SMP 88,32 75,34 75,24 70,60 94,66 SMA 48,01 51,78 53,71 56,26 57,23 4 Angka Partisipasi Murni SD 94,10 95,02 90,49 94,29 95,20 SMP 66,81 60,66 68,26 68,90 69,48 SMA 38,34 23,30 25,73 33,46 39,82 Sumber : BPS Kab. OKI dan Dinas Pendidikan Kab. OKI angka sangat sementara Dilihat dari bidang pendidikan, masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ilir tingkat pendidikannya masih belum baik, hal ini terlihat dari angka melek huruf yang belum mendekati 100 persen dan rata-rata lama sekolah belum mencapai wajib belajar 9 tahun. Selain itu dilihat dari Angka Partisipasi Kasar menunjukkan bahwa seluruh penduduk usia sekolah sudah menikmati pendidikan tingkat SD sederajat, tetapi masih ada sebagian anak usia sekolah SMP dan SMA yang belum menikmati pendidikan. Rata-rata lama sekolah masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ilir belum memenuhi wajib belajar sembilan tahun, pada tahun 2013 baru mencapai 6,77 tahun, yang artinya masyarakat di Kabupaten Ogan Komering Ilir rata-rata baru menyelesaikan pendidikan di tingkat SDsederajat, hal ini disebabkan masih tingginya masyarakat yang tidak tamat SD atau belum mempunyai ijazah SDsederajat sebesar 68,47 persen seperti disajikan pada Tabel 2.18 berikut ini ; “MEMBANGUN OKI DARI DESA” 33 Tabel 2.18. Persentase Penduduk Umur 15 tahun ke atas menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan di Kabupaten Ogan Komering Ilir 2010 – 2013 Pendidikan Tertinggi Tahun 2010 2011 2012 2013 Tidak Punya Ijazah 30,89 31,49 33,78 31,35 SDSederajat 35,88 41,96 39,44 37,12 SMP Sederajat 18,75 16,53 15,93 18,96 SMASederajat 12,46 8,08 9,34 10,25 Perguruan Tinggi 2,09 1,93 1,51 2,32 angka sangat sementara Persentase penduduk umur 15 tahun keatas menurut pendidikan yang ditamatkan di Kabupaten Ogan Komering Ilir dari tahun 2010 sampai dengan 2013. Secara umum dapat dikatakan bahwa pada tahun 2013 hanya 10 persen masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ilir telah mengenyam pendidikan dibangku SMA sederajat 10,25 persen. Bahkan jumlah masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ilir yang tidak mempunyai ijazah masih cukup tinggi yaitu 31,35 persen. Masih cukup tingginya jumlah penduduk yang berpendidikan SD kebawah tersebut menjadi beban dan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ilir yang harus menjadi prioritas dalam pembangunan sumber daya manusia, khususnya di bidang pendidikan. Tabel 2.19. Perkembangan Indikator Bidang Pendidikan KabupatenKota di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2012 No Kabupaten Kota Angka Melek Huruf Peringkat Rata-rata Lama Sekolah Peringkat 1 Ogan Komering Ulu 98,49 7 8,51 5 2 Ogan Komering Ilir 96,62 13 6,76 15 3 Muara Enim 98,85 2 7,53 10 4 Lahat 97,84 10 8,37 6 5 Musi Rawas 97,36 12 7,14 13 6 Musi Banyuasin 98,59 5 7,63 8 7 Banyuasin 96,51 14 7,08 14 8 Ogan Komering Ulu Selatan 98,35 9 7,48 11 9 Ogan Komering Ulu Timur 94,86 15 7,30 12 10 Ogan Ilir 97,73 11 7,57 9 11 Empat Lawang 98,36 8 7,69 7 12 Kota Palembang 98,94 1 10,30 1 13 Kota Prabumulih 98,72 3 9,29 3 14 Kota Pagar Alam 98,62 4 9,01 4 15 Kota Lubuk Linggau 98,51 6 9,37 2 Sumatera Selatan 97,50 7,99 “MEMBANGUN OKI DARI DESA” 34 Angka melek huruf Kabupaten Ogan Komering Ilir tahun 2012 sebesar 96,62 persen masih dibawah rata-rata Provinsi Sumatera Selatan tahun 2012 sebesar 97,44 dan menempati peringkat 13 dari 15 kabupatenkota yang ada di Provinsi Sumatera Selatan. Rata-rata lama sekolah Kabupaten Ogan Komering Ilir tahun 2012 sebesar 6,76 tahun masih dibawa rata-rata Provinsi Sumatera Selatan tahun 2012 sebesar 7,99 tahun dan menempati peringkat paling bawah peringkat 15 dari 15 kabupatenkota yang ada. Perlu kerja keras Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ilir untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat agar dapat setara dengan kabupatenkota lain yang ada di Provinsi Sumatera Selatan.

2.2.2.2. Kesehatan

Peningkatan akses masyarakat terhadap kesehatan dan pengembangan pelayanan kesehatan berbasis masyarakat terus dilakukan, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2.19 berikut ini. Tabel 2.20. Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat di Bidang Kesehatan Kabupaten Ogan Komering Ilir tahun 2009 - 2013 No Indikator 2009 2010 2011 2012 2013 1 Usia Harapan Hidup 67,79 68,02 68,25 68,48 68,71 2 Jumlah Kematian Bayi 113 80 89 57 47 3 Jumlah Kematian Ibu 7 11 14 17 16 4 Persentase Balita Gizi Buruk 0,82 1,26 0,74 0,42 0,5 angka sangat sementara Derajat kesehatan masyarakat secara keseluruhan meningkat dari tahun ke tahun. Hal tersebut dapat dilihat dari usia harapan hidup yang semakin meningkat yaitu 68,71 pada tahun 2013. Namun, disisi lain dengan jumlah kematian bayi dan Ibu yang terus berfluktuasi dari tahun ke tahun, pada tahun 2013 jumlah kematian bayi 47 dan jumlah kematian ibu 16 perlu peningkatan kinerja di bidang kesehatan sehingga angka kematian bayi dan ibu dapat diturunkan. “MEMBANGUN OKI DARI DESA” 35 Gambar 2.6. Persentase Balita Menurut Penolong Persalinan Tahun 2009 – 2012 Bila dilihat secara rinci pada Gambar 2.6, penolong persalinan oleh tenaga dokter mengalami kenaikan signifikan dari 4,03 persen pada tahun 2011 menjadi 10,69 persen pada tahun 2012. Sementara persentase persalinan yang dibantu oleh bidan mengalami penurunan dari 79,29 persen pada tahun 2011 menjadi 70,00 persen pada tahun 2012. Sedangkan persalinan yang dibantu oleh bukan tenaga kesehatan pada tahun 2012 meningkat. Penolong persalinan yang dilakukan oleh dukun masih cukup tinggi yaitu mencapai 18,63 persen pada tahun 2009; 25,18 persen pada tahun 2010; 17,43 persen pada 2011 dan meningkat menjadi 17,99 persen di tahun 2012. Kondisi ini menunjukkan bahwa masih banyak penduduk yang proses persalinannya ditolong oleh bukan tenaga kesehatan, terlepas dari dukun terlatih maupun tidak terlatih. Hal ini diduga erat kaitannya dengan tingkat kemampuan ekonomi dan faktor budaya yang masih berlaku. Tabel 2.21. Jumlah Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Klinik dan Poskesdes yang ada di Kabupaten Ogan Komering Ilir tahun 2013 No Kecamatan Pusekesmas Puskesmas Pembantu Klinik Poskesdes 1 Lempuing 3 6 14 2 Lempuing Jaya 2 8 12 3 Mesuji 2 6 11 4 Sungai Menang 1 8 12 5 Mesuji Makmur 2 11 18 6 Mesuji Raya 2 6 16 7 Tulung Selapan 1 4 20 8 Cengal 1 3 9 9 Pedamaran 1 5 13 10 20 30 40 50 60 70 80 2009 2010 2011 2012 7,44 10,58 4,03 10,69 73,93 64,23 79,29 70 18,63 25,18 17,43 17,99 Dokter Bidan Dukun “MEMBANGUN OKI DARI DESA” 36 10 Pedamaran Timur 1 2 6 11 Tanjung Lubuk 1 5 17 12 Teluk Gelam 1 7 13 13 Kayuagung 2 4 17 14 Sirah Pulau Padang 2 4 11 15 Jejawi 2 2 17 16 Pampangan 2 19 17 Pangkalan Lampam 1 3 16 18 Air Sugihan 2 4 16 Total 29 88 257

2.2.2.3. Indeks Pembangunan Manusia

Pada tahun 2013, IPM Kabupaten Ogan Komering Ilir sebesar 71,82. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang besarnya 71,45 berarti meningkat sebesar 0,37 poin. Kenaikan indeks penyusun IPM disebabkan oleh kenaikan variable pembangunan manusia yang terdiri dari Angka Harapan Hidup, Angka Melek Huruf, Rata-rata Lama Sekolah dan Pengeluaran Riil Perkapita Daya Beli. Kalau dilihat dari Tabel 2.21 di bawah ini kenaikan Indeks Kesehatan disebabkan oleh bertambahnya Angka Harapan Hidup sebesar 0,23 tahun. Kenaikan Indeks Pendidikan disebabkan oleh kenaikan angka melek huruf sebesar 0,02 persen dan kenaikan rata-rata lama sekolah sebesar 0,01 tahun. Dan kenaikan Indeks Daya beli disebabkan oleh kenaikan pengeluaran riil per kapita sebesar Rp 3.520,- Tabel 2.22. Variabel Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Ogan Komering Ilir tahun 2009 - 2013 No Uraian Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 1 Angka Harapan Hidup 67,79 68,02 68,25 68,48 68,71 2 Angka Melek Huruf 95,24 96,56 96,61 96,62 96,64 3 Rata-rata Lama Sekolah 6,73 6,74 6,75 6,76 6,77 4 Pengeluaran Riil Perkapita 621,46 623,08 627,12 630,28 633.800 IPM 70,06 70,61 71,07 71,45 71,82 angka sangat sementara Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Ogan Komering Ilir pada tahun 2012 masih berada dibawah rata-rata IPM provinsi Sumatera Selatan dan berada pada posisi ke-10 dari 15 kabupatenkota yang ada di Provinsi Sumatera Selatan dan posisi ini sama dengan tahun 2011. Pada tahun 2010 IPM Kabupaten Ogan Komering Ilir berada pada peringkat kesembilan, berarti terjadi penurunan peringkat pada tahun 2011. Kondisi ini tentunya karena angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah di Kabupaten Ogan Komering Ilir hanya mengalami peningkatan sedikit. Sehingga berpengaruh terhadap percepatan perkembangan IPM itu sendiri. Sedangkan kabupatenkota yang naik ke peringkat “MEMBANGUN OKI DARI DESA” 37 kesembilan pada tahun 2011 adalah Kota Lubuk Linggau 1,86 lebih besar dibandingkan dengan perkembangan IPM Kabupaten Ogan Komering Ilir 1,55. Tabel 2.23. Besaran dan peringkat IPM menurut KabupatenKota di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2012 No Kabupaten Kota Indeks Pembangunan Manusia IPM Peringkat 1 Ogan Komering Ulu 74,01 4 2 Ogan Komering Ilir 71,45 10 3 Muara Enim 71,69 8 4 Lahat 72,29 6 5 Musi Rawas 69,01 15 6 Musi Banyuasin 73,15 5 7 Banyuasin 70,70 12 8 Ogan Komering Ulu Selatan 72,29 7 9 Ogan Komering Ulu Timur 70,72 11 10 Ogan Ilir 70,52 13 11 Empat Lawang 69,69 14 12 Kota Palembang 77,38 1 13 Kota Prabumulih 75,45 2 14 Kota Pagar Alam 74,15 3 15 Kota Lubuk Linggau 71,46 9 Sumatera Selatan 73,99

2.2.2.4. Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek penting tidak hanya untuk mencapai kepuasan individu, tetapi juga untuk memenuhi perekonomian rumah tangga dan kesejahteraan masyarakat. Tingkat Partisipasi angkatan kerja TPAK adalah proporsi penduduk usia kerja yang termasuk ke dalam angkatan kerja, yakni mereka yang bekerja dan mencari pekerjaan. Tabel 2.23 menyajikan TPAK selama tahun 2009 – 2013, terlihat bahwa angka pengangguran di Kabupaten Ogan Komering Ilir pada tahun 2013 adalah 6,11 persen mengalami penurunan dari tahun 2012 10,95 persen. Tabel 2.24. Perkembangan TPAK dan Penggangguran di Kabupaten Ogan Komering Ilir tahun 2009 - 2013 No Indikator Ketenagakerjaan 2009 2010 2011 2012 2013 1 Angkatan Kerja 344.343 352.218 380.901 395.107 392.183 Bekerja 320.101 325,943 363.081 351.857 368.221 Pengangguran 24.242 26.275 17.820 43.250 23.962 2 Bukan Angkatan Kerja 166.196 153.151 133.225 130.355 143.745 3 Jumlah Penduduk 15 Tahun ke atas 489.833 505.369 514.126 525.462 535.928 4 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK 67,45 69,70 74,09 75,19 70.49 5 Tingkat Pengangguran 7,04 7,46 4,68 10,95 6,11 angka sangat sementara “MEMBANGUN OKI DARI DESA” 38 Jumlah penduduk Kabupaten Ogan Komering Ilir dari tahun ke tahun meningkat, diimbangi dengan jumlah angkatan kerja dari tahun ke tahun meningkat. Dari jumlah angkatan kerja tersebut sebagian besar dapat terserap dalam lapangan kerja yang ada dengan rata-rata 70 . Jumlah penduduk yang tidak bekerja juga ada kecenderungan semakin menurun. Dengan demikian upaya-upaya yang berkaitan dengan pengurangan pengangguran yang dilakukan oleh sektor-sektor terkait perlu terus ditingkatkan. 2.3. Aspek Pelayanan Umum 2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib