Peran Serta Bidan Persepsi Pasien Terhadap Peran Bidan Dalam Memberikan Pendidikan Kesehatan Pada Ibu Primigravida Dan Multigravida Trimester III Tentang Nyeri Persalinan Di BPS Kecamatan Medan Area

suami-istri. Dua peran dikatakan saling melengkapi dinamakan peran timbal balik jika sifat dasar peran yang satu tidak dapat digambarkan sepenuhnya tanpa menunjuk kepada peran yang lain. Sangat sukar menggambarkan peran ibu tanpa memperhatikan peran anak, atau peran perawat tanpa mengingat peran pasien. Perilaku peran pada umumnya melibatkan interaksi antara dua orang yang memainkan peran resiprokal. Jalannya interaksi ini ditentukan oleh norma-norma yang berhubungan dengan setiap peran itu. Setiap orang bukan saja tahu bagaimana berperilaku, tetapi juga tahu perilaku yang diharapkan dari peran resiprokal. Dalam arti ini, peran dapat dipandang sebagai peraturan-peraturan untuk interaksi antarposisi, diberi batas-batas pada peristiwa yang bisa terjadi dalam rangkaian interaksi peran-peran itu. Karena itu, bila berinteraksi dengan orang-orang yang memainkan peran tertentu, dapat meramalkan perilaku mereka atas dasar peran mereka, atau paling sedikit menyingkirkan kemungkinan terjadinya beberapa jenis perilaku tertentu yang tidak pantas. Selain itu dapat meramalkan jalannya interaksi lebih menyenangkan. Bila berinteraksi dengan keluarga dan teman-teman, sudah dapat mengetahui perilaku apa yang diharapkan dari mereka karena sudah lama kenal kepribadian mereka, dan bagaimana berinteraksi dengan mereka karena pengalaman di masa lalu Maramis, 2006, hal.273-276. 3. Peran Bidan a. Peran bidan sebagai pelaksana 1. Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang diberikan 2. Memberikan pelayanan kebidanan dasar pada anak remaja dan wanita pranikah dengan melibatkan klien. 3. Memberikan asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal. 4. Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan dengan melibatkan klien keluarga. 5. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir. 6. Memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan klien keluarga. 7. Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan pelayanan keluarga berencana. 8. Memberikan asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan sistem reproduksi dan wanita dalam masa klimakterium dan menopause. 9. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi, balita dengan melibatkan keluarga. b. Peran bidan sebagai pengelola 1. Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan terutama pelayanan kebidanan untuk indivudu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat di wilayah kerja dengan melibatkan masyarakat klien. 2. Berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan sektor lain di wilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun bayi, kader kesehatan dan tenaga kesehatan lain yang berada di bawah bimbingan dalam wilayah kerjanya. c. Peran bidan sebagai pendidik 1. Memberikan pedidikan dan penyuluhan kesehatan kepada individu keluarga kelompok dan masyarakat yang berhubungan dengan pihak terkait kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana. 2. Melatih dan membimbing kader termasuk siswa bidan dan keperawatan serta membina dukun di wilayah atau tempatnya kerjanya. d. Peran bidan sebagai Peneliti 1. Melakukan penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik secara mandiri maupun secara kelompok IBI, 2006, hal.114-124.

C. Pendidikan Kesehatan

1. Pengertian Pendidikan Kesehatan Pendidikan kesehatan merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk mempengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok, keluarga, dan masyarakat agar terlaksananya perilaku hidup sehat. Melalui pendidikan kesehatan, tenaga kesehatan membantu masyarakat untuk memahami perilaku mereka, dan bagaimana perilaku ini berpengaruh terhadap kesehatan. Pendidikan kesehatan tidak menggantikan upaya pelayanan kesehatan yang lain, melainkan diperlukan untuk meningkatkan pemanfaatan dari pelayanan kesehatan yang ada Setiawati, 2008, hal 31. Pendidikan kesehatan mendorong masyarakat untuk membicarakan masalah mereka, dan menemukan sendiri pemecahannya. Selain itu berupaya agar seseorang menyadari atau mengetahui cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan serta mencari pengobatan apabila sakit Notoatmodjo, 2003, hal.16. 2. Fungsi Pendidikan Kesehatan Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari ilmu kesehatan sebagai penunjang bagi terlaksananya program-program kesehatan lainnya. Pendidikan kesehatan merupakan proses untuk meningkatkan kemampuan seseorang dalam memelihara kesehatannya serta mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial. Dalam hal ini meskipun kesadaran dan pengetahuan orang atau masyarakat tentang kesehatan sudah tinggi, tetapi apabila tidak didukung oleh fasilitas seperti tersedianya air bersih, jamban sehat, makanan yang bergizi, pelayanan kesehatan yang memadai, dan sebagainya, maka mereka tetap akan sulit untuk mewujudkan perilaku tersebut Notoatmodjo, 2003, hal.20. Oleh sebab itu, World Health Organization WHO pada awal tahun 1980-an menyimpulkan bahwa pendidikan kesehatan tidak mampu mencapai tujuannya, apabila hanya memfokuskan pada upaya-upaya perubahan perilaku saja, tetapi juga harus mencakup pada upaya perubahan lingkungan fisik, sosial, budaya, politik, ekonomi serta pelayanan kesehatan sebagai indikator penunjang atau pendukungnya Notoatmodjo, 2003, hal.19-20. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Kesehatan Menurut Green 1980 dalam Notoatmodjo 2003, hal.17-18 ada 3 faktor utama yang mempengaruhi pendidikan kesehatan, yaitu : a faktor-faktor predisposisi. Pendidikan kesehatan dapat menggugah kesadaran, memberikan dan meningkatkan pengetahuan sasaran pendidikan kesehatan yang menyangkut tentang pemeliharaan kesehatan. Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat tentang kesehatan, tradisi dan kepercayaan seseorang terhadap hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Untuk berperilaku kesehatan, misalnya pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut tentang manfaat periksa hamil baik bagi kesehatan ibu sendiri maupun janinnya ; b faktor-faktor pemungkin. Pendidikan kesehatan dilakukan dengan memberikan bimbingan, pelatihan, dan bantuan teknis lainnya yang dibutuhkan. Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi individu, keluarga, dan masyarakat misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poloklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta. Fasilitas-fasilitas ini pada hakekatnya dapat mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan ; c faktor-faktor penguat. Pemberian pendidikan kesehatan terlebih dahulu ditujukan kepada tokoh agama, tokoh masyarakat, dan petugas kesehatan. Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku dari tokoh masyarakat toma, tokoh agama toga, termasuk para petugas kesehatan dokter, bidan, perawat yang dianggap sebagai tauladan dalam bidang kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat bukan hanya memerlukan pengetahuan dan sikap positif serta dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan juga contoh perilaku acuan dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, terlebih petugas kesehatan.

D. Konsep Nyeri Persalinan

Latar belakang timbulnya nyeri dalam persalinan sejak zaman dahulu sudah menjadi pokok pembicaraan di antara wanita, maka banyak calon ibu menghadapi kehamilan dan kelahiran anaknya dengan perasaan takut dan cemas. Tidaklah mudah untuk menghilangkan rasa takut yang sudah berakar dalam itu, akan tetapi pada saat inilah bidan dapat membantu para wanita tersebut.