Satu penelitian khas untuk laki-laki telah dilakukan dan data telah menyimpulkan bahwa sebanyak 47 dari populasi yang tinggi risiko PJK
mempunyai berat badan yang lebih atau merupakan obesitas dimana penderita mempunyai WHR sama atau lebih dari 0.95 Nanchahal et al., 2005.
Obesitas mempunyai hubungan dengan terjadinya PJK Fogoros, R. N., 2003. Insidensi PJK meningkat dengan peningkatan berat badan. Adiponektin
adalah salah satu protein spesifik yang disekresikan jaringan lemak. Adiponektin dapat dideteksi di dalam sirkulasi dan mempunyai efek protektif sebagai
antiaterogenik. Adiponektin dapat menekan penempelan lekosit pada endotel sehingga menghambat perkembangan aterogenesis. Adiponektin akan bekerja
menghambat rangsangan dari tumor necrosis factor TNF pada endotel untuk mengekspresikan molekul adhesi. Didapatkan bahwa pada obesitas sentral akan
terjadi penurunan kadar adiponektin sehingga meningkatkan kejadian PJK Gotera, 2005.
Penurunan kadar adiponektin akan mengakibatkan semakin rendahnya mekanisme proteksi anti inflamasi dan antithrombosis sehingga manifestasi PJK
menjadi semakin berat. Penelitian pada kultur jaringan mendapatkan beberapa mekanisme adiponektin menekan proses aterosklerosis yaitu dengan menghambat
tranformasi makrofag menjadi sel busa, menekan ekspresi tumor necrosis factor TNF, menghambat ekspresi molekul adhesi dan menekan proliferasi otot-otot
arteri. Makin tinggi tingkat obesitas sentral akan menurunkan kadar adiponektin dalam darah dan memperberat manifestasi PJK yang muncul pada pasien Gotera,
2006.
2.4 Waist-to-hip ratio
Waist to hip ratio WHR merupakan standard pengukuran yang mudah untuk menentukan apakah pasien itu obesitas atau tidak. WHR merupakan antropometri
yang dipilih untuk menentukan penyakit kardiovaskular dikarenakan mempunyai aplikasi universal pada individu yang terdiri daripada pelbagai bentuk badan.
WHR sangat sensitif dan mempunyai tahap spesifisitas yang tinggi untuk menilai obesitas Ahmad, R. et al., 2007.
Universitas Sumatera Utara
Akumulasi lemak sentral didefinisikan melalui WHR dengan ukuran
≥0.8
untuk wanita dan
≥0.9
untuk laki-laki Azizi, F. et at., 2005; Kanaya, A. M. et al., 2003. Beberapa studi telah menyatakan bahwa adipositas abdominal yang diukur
menggunakan WHR merupakan faktor risiko independen untuk laki-laki maupun wanita yang menderita PJK. Untuk laki-laki, beberapa penelitian menyokong
bahwa terdapat risiko yang signifikan dengan peningkatan WHR. Menurut penelitian itu, WHR merupakan antropometri yang lebih akurat digunakan
dibandingkan dengan yang lain Rexrode, M. K., 2011. Pengukuran lingkar pinggang dan lingkar panggul dilakukan dengan
pasien berada dalam posisi berdiri tegak dan bernafas secara normal. Unit pengukuran dinyatakan dalam sentimeter cm. Bagi pengukuran lingkar pinggang
x cm pita pengukur diletakkan pada titik pertengahan antara tulang iga terbawah dan krista iliaka pada garis mid-axillary. Bagi lingkar panggul y cm pula,
pengukuran dilakukan pada bagian terlebar mengelilingi trokanter mayor. Yakinkan bahwa pita pengukur tidak menekan kulit terlalu ketat dan sejajar
dengan lantai Gotera, 2006; Nachahal, 2005. Waist-to-hip ratio WHR didapati dengan membagi ukuran lingkar pinggang dengan ukuran lingkar panggul,
dimana perhitungannya secara ringkas dapat dinyatakan seperti berikut:
Waist-to-hip ratio WHR = Lingkar panggul y cm
Lingkar pinggang x cm
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Pada penelitian ini, kerangka konsep tentang hubungan obesitas sentral dengan penyakit jantung koroner akan diuraikan:
Gambar 3.1: Kerangka Konsep Penelitian
Pola makan Faktor Genetik
Faktor Lingkungan
Faktor Psikis
Ketidakseimba ngan asupan
makanan Kelebihan zat
gizi gizi lebih Obesitas
Pengaruh emosi
Makanan tinggi kalori
makanan ringan dan
makanan cepat saji
Kurang beraktivitas
Sejarah obesitas dalam
keluarga
OBESITAS SENTRAL
Variabel Independen
PENYAKIT JANTUNG KORONER
Variabel Dependen
Universitas Sumatera Utara