Analisis Data .1 Model pertumbuhan dan has il tanaman

dimana: Bt : penerimaan benefit tahun ke-t Ct : pengeluaran cost tahun ke-t r, t dan i : siklus tebang, waktu tahun dan suku bunga Analisis sensitifitas dilakukan untuk mengetahui output proyek jika terdapat suatu penyimpangan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya cost maupun manfaat benefit Gray et al. 1999. Dalam penelitian ini analisis sensitifitas dilakukan terhadap beberapa tingkat suku bunga, yaitu 0, 6, 9 dan 12 dan kenaikan harga jual kayu bulat yang wajar, yang dapat menunjukkan waktu yang layak bagi usaha pengelolaan hutan sistem TPTII. 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Tanaman Meranti dalam Jalur Tanam 5.1.1 Pertumbuhan tanaman meranti Shorea leprosula Pertumbuhan diameter tanaman meranti Shorea leprosula pada umur 2 tahun pada sub plot penelitian berkisar antara 0,4 cm sampai 7,16 cm atau rata-rata 2,11 cm, sedangkan pertumbuhan tingginya berkisar antara 0,53 m sampai 7,29 m atau rata-rata 2,9 m. Pertumbuhan diameter dan tinggi tahunan rata-rata mean annual increment = MAI masing- masing sebesar 1,06 cmth dan 1,45 mth. Sedangkan MAI diameter dan tinggi tanaman Shorea leprosula pada petak penelitian pendukung berumur 11 tahun dan 16 tahun masing- masing sebesar 1,22 cmth dan 80,91 cmth serta 1,31 cmth dan 76,25 cmth. Data pertumbuhan tanaman Shorea leprosula pada plot penelitian serta plot penunjang disajikan dalam Tabel 7 sedangkan gambar tanaman Shorea leprosula umur 1 tahun, 11 tahun dan 16 tahun dapat dilihat pada Lampiran 18. Tabel 7. Data pertumbuhan tanaman Shorea leprosula pada jalur tanam sistem TPTII di PT Gunung Meranti Dari rangkaian data di atas nampak bahwa MAI mengalami kenaikan sejalan dengan bertambahnya diameter pohon. Berdasarkan hasil penelitian pertumbuhan diameter tegakan tinggal kelompok meranti, diperkirakan kenaikan pertumbuhan diameter ini akan terus berlangsung sampai mencapai diameter 30 cm - 40 cm, kemudian pertumbuhan akan berkurang kembali sehingga membentuk kurva sigmoid. Pertumbuhan tanaman Shorea leprosula membentuk kurva sigmoid sejalan dengan pernyataan Bukhart 2003 bahwa grafik pertumbuhan diameter tanaman Data Umur Jumlah Prosentase Diameter Tinggi tahun tahun tanaman hidup Min cm Mak cm Rata2 cm MAI cmth rata2 m 2008 913 100 0,30 0,67 0,51 0,3 2009 1 819 89,70 0,35 3,55 1,07 1,07 1,6 2010 2 767 84,01 0,40 7,16 2,11 1,06 2,9 2010 11 193 60,62 3,00 28,40 13,40 1,22 8,9 2010 16 121 61,16 12,70 36,31 21,00 1,31 12,2 Sumber: Plot penelitian PT Gunung Meranti Ket: Tanaman u mur 0, 1 dan 2 tahun berada pada plot penelitian TPTII Tanaman u mur 11 dan 16 tahun berada pada plot penelitian penunjang menyerupai huruf S sigmoid da n Rado nja et al. 2003 juga telah membuktikan fenomena ini untuk tanaman douglas- fir pada beberapa kelas tapak. Pertumbuhan tanaman Shorea leprosula pada lokasi penelitian masih menunjukkan tingkat yang wajar bila dibandingkan dengan beberapa data pertumbuhan tanaman sejenis di berbagai tempat. Tanaman operasional umur 4 tahun di PT Balikpapan Forest Industries Kaltim mempunyai MAI diameter dan tinggi masing- masing sebesar 1,39 cmth dan 1,43 mth PT BFI 2010. Hasil pengukuran Pamoengkas 2006 terhadap tanaman Shorea leprosula di PT. Sari Bumi Kusuma menunjukkan MAI diameter umur 1 tahun sampai 5 tahun masing- masing sebesar 0,96 cmth; 0,99 cmth; 1,57 cmth; 1,09 cmth dan 1,62 cmth. Hasil uj i tanaman Shorea leprosula di PT Suka Jaya Makmur Kalbar menunjukkan kisaran pertumbuhan sebesar 0,32 cmth sampai 2,85 cmth atau rata- rata sebesar 1,88 cmth untuk diameter dan 0,5 mth sampai 2,48 mth atau rata-rata sebesar 1,64 mth untuk tinggi pohon. Hasil uji spesies di perusahaan ini menunjukkan bahwa Shorea leprosula mempunyai pertumbuhan sebesar 0,29 cmth sampai 2,85 cmth atau rata-rata sebesar 1,94 cmth untuk diameter dan 0,65 mth sampai 2,75 mth atau rata-rata sebesar 2,79 mth untuk tinggi pohon PT SBK 2010. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa pertumbuhan tanaman Shorea leprosula sangat beragam kecepatannya, tergantung pada lokasi penanaman, perlakuan silvikultur dan faktor genetik tanaman. Tanaman meranti Shorea spp yang lain juga menunjukkan pertumbuhan diameter yang beragam. MAI diameter tanaman Shorea platyclados di Sumatera Utara sebesar 1,32 cmth Ditjen Hut 1980 . MAI volume tanaman Shorea leprosula, S. ovalis serta S. parvifolia sebesar 10 mhath Hutan Industri 1958 dalam Manan 1995. Soekotjo 1995 yang mengutip riap beberapa tanaman Shorea spp di komplek hutan Semengoh Serawak menyatakan bahwa Shorea pinanga umur 38 tahun yang ditanam dengan jarak 4,5 m x 4,5 m mempunyai diameter 31,35 cm dengan kisaran riap diameter 0,49 - 1,24 cmth. Shorea splendica umur 35 tahun yang ditanam dengan jarak 3,6 m x 3,6 m mempunyai diameter 31,62 cm dengan kisaran riap diameter 0,53 - 1,39 cm th. Shorea stenoptera umur 34 tahun yang ditanam dengan jarak 3,5 m x 3,6 m mempunyai kisaran riap diameter 0,53 - 1,39 cmth. Meskipun tidak menyebutkan data kuantitatif, Soekotjo 1995 menyebutkan bahwa pertumbuhan Shorea macrophylla di Kalbar lebih tinggi dibanding di Kalsel dan sebaliknya Shorea stenoptera di Kalsel tumbuh lebih baik dibanding di Kalbar. Hal ini menunjukkan bahwa jenis yang unggul di suatu tempat belum tentu unggul bila ditanam di tempat lain, karena adanya perbedaan tempat tumbuh baik faktor tanah maupun iklim serta faktor bawaan seperti genetik. Dengan demikian untuk memprediksi pertumbuhan dan hasil suatu tanaman hendaknya menggunakan hasil penelitian pada daerah yang berdekatan dengan harapan memiliki kondisi tanah dan iklim yang relatif sama. Setiap unit manajemen atau Kesatuan Pemangkuan Hutan Prod uks i KPHP hendaknya mempunyai plot penelitian pertumbuhan tanaman dari jenis-jenis tanaman yang akan dikembangkan dalam skala luas, sehingga diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang kecepatan pertumbuhan dan prospek tanaman tersebut. Dengan mengacu pada fenomena di atas, maka hasil penelitian ini disamping dapat dipergunakan di areal kerja IUPHHK-HA PT Gunung Meranti, juga dapat diterapkan pada wilayah kerja Kecamatan Kapuas Hulu, Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tenga h, sebelum ada penelitian yang lebih spesifik di unit manajemen atau KPHP masing- masing. Kurva pertumbuhan sigmoid serta kurva MAI dan CAI pada tanaman meranti dapat diprediksi menggunaka n pertumbuhan diameter po hon meranti yang terdapat pada plot penelitian hutan bekas tebangan, karena dapat menyajikan data pertumbuhan yang lebih lengkap Lihat Sub Bab 5.3 Perkembangan Tegakan Tinggal. Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan persamaan pertumbuhan, MAI dan CAI untuk tanaman merant i, yaitu: a. Pertumbuhan meranti sigmoid growth: T = -0,007 X 2 + 1,9105X – 4,6489 b. Pertumbuhan tahunan rata-rata MAI: M = -0,0009X 2 + 0,0578X + 0,6618 c. Pertumbuhan tahunan berjalan CAI: C = -0,0026X 2 + 0,1193X + 0,5465 Gambar 8 menunjukkan bahwa daur ekonomis pohon meranti tercapai pada tahun ke-35 yang ditanda i de ngan kurva sigmoid mulai mendatar dan terjadi perpotongan kurva MAI dan CAI. Sebelum tahun ke-35 pertumbuhan pohon meranti masih menguntungkan secara signifikans dan setelah tahun ke-35 pertumbuhannya mengalami menurunan secara ekonomis. Pada tahun ke-35, diameter pohon meranti diprediksi telah mencapai 55 c m. Gambar 8. Kurva sigmoid, MAI dan CAI po hon merant i 5.1.2 Pemilihan je nis tanaman Faktor terpenting dalam pembangunan hutan tanaman dipterocarpa adalah ketepatan dalam pemilihan jenis Mori 2001. PT Gunung Meranti telah menetapkan jenis merant i Shorea leprosula untuk dikembangkan secara luas pada kegiatan pengusahaan hutan sistem TPTII. Berdasarkan hasil penelitian beberapa ahli silvikultur, terdapat beberapa jenis tanaman dipterocarpa yang dapat dikembangkan secara luas, seperti terlihat pada Tabel 8. Berdasarkan Tabel 8 nampak bahwa jenis Shorea leprosula da n Shorea parvifolia selalu muncul dalam peringkat atas dari daftar jenis unggulan di berbagai tempat menyusul jenis Shorea johorensis da n Shorea platyclados. Penggunakan jenis Shorea leprosula dalam kegiatan penanaman sistem TPTII di PT Gunung Meranti sudah tepat namun disarankan dapat menambah jenis-jenis unggulan lain supaya lebih resisten terhadap serangan hama dan penyakit, lebih fleksibel dalam memenuhi permintaan pasar yang selalu berubah, tercipta keunggulan komparatif dan meningkatkan keanekaragaman jenis tanpa mengurangi produktifitasnya. Lebih jauh Appanah dan Weinland 1993 serta Soerianegara 1995 dalam Indrawan 2006 menyatakan bahwa jenis Shorea leprosula mempunyai penyebaran genetik yang pa ling luas meliputi pulau Kalimantan dan Sumatera sehingga lebih leluasa melakukan seleksi untuk tujuan pemuliaan pohon pada tahap berikutnya. 0,5 1 1,5 2 2,5 10 20 30 40 50 Tahun C A I dan M A I Pertumbuhan Sigmoid 10 20 30 40 50 60 70 80 10 20 30 40 50 60 Tahun Di a m e te r Cm CAI MAI

Dokumen yang terkait

Forest Fire Threaten Indonesia Forest Plantation: a Case Study in Acacia mangium Plantation

0 4 16

Integration of GIS Model and Forest Management Simulation to Minimize Loss Risk By Illegal Cutting (A Case Study of The Teak Forest in District Forest of Cepu, Central Java)

0 16 120

Study on Spatial and Temporal Changes of Forest Cover Due to Canal Establishment in Peat Land Area, Central Kalimantan

0 6 29

Growth of plantation and residual trees on the intensified indonesian selective cutting and planting. Case study in PT Gunung Meranti Forest Concession Area, Central Kalimantan Province

0 60 209

The potency of Intensive Sylviculture System (TPTII) to support reduced emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD) (a case study in concession of PT.Sari Bumi Kusuma in Central Kalimantan)

0 20 311

The potency of Intensive Sylviculture System (TPTII) to support reduced emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD) (a case study in concession of PT.Sari Bumi Kusuma in Central Kalimantan)

0 22 597

The Linkage Between Growth, Unemployment and Income Inequality on Poverty in Central of Java Province, 2004-2010

1 8 184

Stand structure dynamic for forest yield regulation based on number of trees : case on a logged over area of a low and dry-land of tropical rain natural forest in Kalimantan

1 16 186

The Growth of Red Meranti (Shorea leprosula Miq.) with Selective Cuttingand Line Planting in areas IUPHHK-HA PT. Sarpatim Central Kalimantan

0 3 86

Analysis of Land and Forest Fires Hazard Zonation in Spatial Planning (Case Study in Palangka Raya City, Central Kalimantan Province).

2 16 135