2.3.2.2 Proses Klasifikasi
Klasifikasi dalam teknik penginderaan jauh dalam konteks pengolahan dijital dapat diartikan sebagai proses pengelompokan pixel
kedalam kelas-kelas yang ditetapkan oleh analis, berdasarkan peubah- peubah yang digunakan. Proses klasifikasi ada dua, yaitu klasifikasi
terbimbing dan klasifikasi tidak terbimbing Jaya 2009. Dalam penelitian ini digunakan proses klasifikasi tidakter bombing dimana proses
pembentukan kelas klaster-klaster sebagian dikerjakan dengan komputer. Kelas-kelas atau klaster yang terbentuk dalam klasifikasi tersebut sangat
tergantung pada data itu sendiri. Hasil klasifikasi dilakukan dari 20 kelas hingga menjadi 5 kelas untuk citra ALOS PALSAR resolusi 50 meter,
kemudian dilakukan juga klasifikasi yang sama pada citra ALOS PALSAR resolusi 6.25 meter dari 20 kelas menjadi 4 kelas, hasil klasifikasi tersebut
dilihat pada Gambar 7. Lebih lanjut untuk memudahkan analisis pengkelasan berdasarkan
tingkat kemiripan dari masing-masing ukuran klaster yang digunakan, maka diperlukan suatu teknik untuk menyusun urutan pengelompokan klaster,
yang dapat digambarkan dengan dendogram. Dendogram adalah kurva yang menggambarkan pengelompokan klaster, untuk memudahkan analisis
pengkelasan. Salah satu metode penggambarannya ialah metode tetangga terdekat nearest neighbor method yaitu metode penggambaran klaster
berdasarkan pada jarak terdekat dari anggota klaster. Perbedaan tersebut sudah dapat dipisahkan dengan nilai separabilitas yang diperoleh saat
melakukan klasifikasi.
a
b Gambar 7 Hasil klasifikasi : a klasifikasi 20 klaster dan b klasifikasi 5
klaster.
2.3.3 Pengumpulan Data Lapangan
2.3.3.1 Teknik Penarikan Contoh Penarikan plot contoh dilakukan dengan dua tahapan sebagai berikut :
1. Menentukan lokasi titik plot contoh diambi secara purposive sampling
berdasarkan hasil klasifikasi yang telah dibuat pada citra. 2.
Pembuatan plot contoh berbentuk lingkaran dengan jari-jari R 17, 8 m atau dengan luas 0,1 ha Gambar 8. Jumlah plot contoh yang
dibuat sebanyak 60 plot, dengan sebaran sebagaimana disajikan pada Gambar 9.
2.3.3.2 Teknik Pengambilan Data lapangan Teknik pengambilan data lapangan dilakukan sebagai berikut :
1. Titik plot yaitu titik yang sejak awal ditentukan di citra, dimana titik
tersebut menggambarkan lokasi yang tempatnya dapat diketahui dengan pasti baik di lapangan maupun di peta. Posisi titik di lapangan
ditentukan berdasarkan global positioning system GPS. 2.
Data lapangan yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah : a.
Titik koordinat pusat plot contoh:posisikoordinatxdany plot contohdi lapangan diambil menggunakan Global Position System,
b. Nama jenis dan umur tanaman: meliputi jenis tanaman Eucalyptus
grandis berdasarkan tahun tanam,
c. Diameter tanaman: untuk tanaman berdiameter lebih dari 10 cm
diukur pada setinggi dada 130 cm dan untuk tanaman berdiameter kurang dari 10 cm diameter diukur pada pangkal
batang. d.
Tinggi total: merupakan tinggi tanaman dari pangkal batang sampai ujung tajuk tanaman,
e. Diameter tajuk: merupakan diameter rata-rata tajuk yang diukur
dua kali pada arah Utara-Selatan dan Barat-Timur,
f. Jenis penutupan di bawah tegakan: adanya jenis-jenis tanaman
penutup tanah di bawah tegakan tanaman utama, g.
Kemiringan lapangan slope: merupakan kemiringan pada pusat plot dengan kondisi di sekitarnya,
h. Aspek: arah kemiringan lereng yang ditentukan dari pusat plot
contoh,
i. LAI Leaf Area Index: adalah rasio jumlah luas permukaan daun
atas vegetasi di bagi dengan luas permukaan tanah di tempat tanaman itu tumbuh, biasanya mulai dari 0 untuk tanah kosong
sampai 6 untuk hutan lebat. Nilai LAI diukur menggunakan
kamera yang dilengkapi dengan lensa fish eye.
17
Gambar 8 Bentuk plot contoh penelitian
R=17.8