4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Informasi keberadaan kaki lereng kontinen bersifat penting karena akan menentukan wilayah yang dapat diklaim sebagai batas landas kontinen diluar 200
mil laut. oleh karena itu, penelitian ini dilakukan proses penentuan titik-titik kaki lereng kontinen berdasarkan perbedaan perubahan gradien maksimum dari data
kedalaman. Berdasarkan UNCLOS 1982 pasal 76 ayat 4 dikatakan bahwa kaki lereng
kontinen merupakan hasil kalkulasi dari perhitungan terhadap perubahan gradien maksimum dari lereng. Hal ini merupakan poin penting untuk menentukan kaki
lereng kontinen. Ketepatan dalam penentuan posisi kaki lereng sangat penting untuk proses selanjutnya dimana kesalahan dalam proses penentuan kaki lereng
kontinen akan berpengaruh terhadap hasil akhir. Penentuan kaki lereng pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data batimetri hasil survei proyek
North46.
4.1 Data Batimetri Proyek North46
Akuisisi data batimetri proyek North46 dilakukan pada tahun 2005 dengan menggunakan kapal HMS Scott. Tujuan dari survei ini untuk memperoleh data
batimetri dan melengkapi hasil survei sebelumnya. Penentuan nilai kedalaman dilakukan dengan menggunakan alat multibeam dengan frekuensi rendah yaitu 12
kHz. Data batimetri survei proyek North46 memiliki nilai kedalaman minimum yaitu 1456,576 m dan nilai kedalaman maksimumnya adalah 4856,27 m. Pada
Gambar 8 terlihat bahwa hasil distribusi frekuensi dari survei proyek north46 dimana dilakukan pembagian kelas menjadi tiga kelas. Pembagian tiga kelas ini
18
terkait dengan tujuan penelitian yaitu untuk menentukan kaki lereng, dimana pembagian kelas ini untuk mengisolir rentang kedalaman 2500m yang tidak
menjadi focus penelitian. Data batimetri distribusi frekuensi ini merupakan data batimetri yang telah dilakukan moving average. Dari ketiga kelas tersebut yang
memiliki frekuensi tinggi yaitu kelas dengan rentang kedalaman 1400 – 2400 m
sebanyak 109 kali. Nilai frekuensi terendah yaitu pada kelas dengan rentang kedalaman 2400
– 3400 m dengan nilai nol. Hal ini dikarenakan pada data rentang kedalaman tersebut tidak dilakukan pengukuran yang kemudian di cross cek
terhadap data asli.
Gambar 8. Distribusi frekuensi kedalaman
4.2 Visualisasi Data Batimetri
Data batimetri divisualisasikan secara tiga dimensi seperti pada gambar 9, 10 dan 11. Visualisasi ini dimaksudkan untuk mengetahui topografi bawah
lautnya.
Gambar 9. Peta batimetri 3D di north boundary
Gambar 10. Peta batimetri 3D di north west boundary
Gambar 11. Peta batimetri 3D di west boundary Visualiasasi data batimetri dibagi berdasarkan pengambilan data atau per
boundary. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui perbandingan topopgrafi bawah laut per boundary. Pada Gambar 9, 10, dan 11 terlihat bahwa perbedaan
topografi bawah lautnya. Pada Gambar 9 dan 11 atau daerah utara dan barat, topografi bawah lautnya cenderung berbentuk lereng
– lereng curam. Lereng – lereng ini seperti daerah yang berbentuk palung atau daerah cekungan muka busur
fore arc basin. Hal ini sesuai dengan penenlitian yang dilakukan oleh Khafid tahun 2009. Topografi bawah laut yang berbentuk palung atau daerah cekungan
akan berpengaruh terhadap penentuan kaki lereng kontinen. Hal ini dikarenakan kaki lereng kontinen sesuai UNCLOS 1982 pasal 76 ayat 4 merupakan perubahan
gradien maksimum dari lereng. Sederhananya, semakin banyak lereng – lereng
yang curam maka akan banyak pula perubahan gradien maksimumnya. Akan tetapi hal ini berpengaruh terhadap konsekuensi pemilihan atau fiksasi penentuan
kaki lereng kontinen. Hal ini dikarenakan tidak semua perubahan gradien yang
maksimum itu dapat dijustifikasi sebagai kaki lereng akan tetapi kaki lereng merupakan perubahan gradien yang maksimum dengan prinsip dapat menambah
luas wilayah perairan yang dapat diklaim oleh suatu negara. Artinya dari sekian banyak perubahan gradien yang maksimum maka harus memilih mana koordinat
yang terjauh yang dapat kita ajukan ke Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB dibawah 350 mil laut. Sedangkan pada Gambar 10 atau pada daerah barat laut,
terlihat bahwa topografi cenderung tidak banyak lereng – lereng yang curamnya.
Akan tetapi belum tentu dikatakan tidak ada perubahan gradien yang maksimum. Karena pada gambar terlihat bahwa meskipun tidak banyak lereng
– lereng curamnya akan tetapi ada perubahan gradien dari topografi bawah lautnya.
4.3 Penentuan Kaki Lereng Pada Data Batimetri 4.3.1 Analisis