Distribusi Spasial Tegakan Hutan dan Profil Pohon

cm termasuk pohon yang dapat dimanfaatkan dengan jumlah terbesar merupakan jenis batang yang lurus dan tidak memiliki cacatsehat sebanyak 61,30 , dan sebanyak 24,93 batang melengkung dan memiliki cacat kecil. Sedangkan persentase pohon yang tidak dapat dimanfaatkan hanya sebesar 2,04 dari persentase sediaan pohon besar keseluruhan.

5.1.5 Keadaan Permudaan AlamTumbuhan Bawah

Pendataan tingkat pancang pada kegiatan IHMB dilakukan untuk mengetahui keadaan permudaan alam yang penting untuk menjaga kestabilan dan keberlanjutan tegakan hutan. Pada tingkat pancang hanya diambil informasi keberadaannya adatidak di sub-plot lingkaran berukuran 2,82 m. Jumlah absolut permudaan tingkat pancang tidak dibutuhkan mengingat bahwa dinamika mortalitasnya masih tinggi Dephut, 2007 . Tabel 19 Komposisi keberadaan pancang Pancang Jumlah plot Ada 562 74,5 Tidak ada 192 25,5 Jumlah 754 100 Keberadaan pancang Tabel 19 di areal IUPHHK-HA PT. Ratah Timber sangat besar yaitu terdapat pada 74,5 plot keseluruhan sedangkan plot yang tidak terdapat pancang hanya sebesar 25,5 . Hal ini berarti, keadaan permudaan alamtumbuhan yang ada masih sangat baik.

5.2 Distribusi Spasial Tegakan Hutan dan Profil Pohon

Pemanfaatan SIG dalam pengolahan spasial hasil IHMB membantu dalam memahami data hasil pengukuran yang masih berbentuk data tabular. Pembuatan sebaran distribusi spasial potensi hutan secara praktis dapat dilakukan menggunakan interpolasi spasial dengan metode spline atau IDW pada SIG, sehingga potensi yang ada pada petak yang tidak terwakili oleh plot contoh dapat diketahui Adapun pembuatan profil pohon dilakukan untuk memberi gambaran tentang site di kawasan yang bersangkutan sesuai tipe hutannya.

5.2.1 Distribusi Spasial Pohon Diameter 10 cm - 20 cm Tiang

Distribusi spasial tingkat tiang menggambarkan sebaran jumlah tiang per hektar dengan menggunakan interpolasi SIG hasil IHMB. Gambaran distribusi spasial kerapatan pohon per hektar diameter 10 cm - 20 cm disajikan pada Gambar 6 dan Tabel 20. Kelas kerapatan hasil interpolasi spasial ditunjukkan oleh gradasi warna tone, dimana semakin tinggi kelas maka semakin gelap tone. Berdasarkan Gambar 6 dan Tabel 20, dapat dilihat bahwa kelas kerapatan yang memiliki petak terbanyak terdapat pada tone yang paling muda yaitu kelas 0 - 127 Nha. Kelas tersebut terdapat di 350 petak dan luasannya mencapai 28.956,84 ha. Kelas kerapatan 127 - 253 Nha, yang menempati urutan kedua terbanyak, terdapat di 230 petak dengan luas 20.582,23 ha. Sedangkan luas kerapatan 633 - 759 Nha menempati urutan terendah dengan luasan sebesar 1.180,75 ha dari 13 petak. Tabel 20 Sebaran kerapatan pohon diameter 10 cm - 20 cm tiang Jumlah No. Kelas Kerapatan Nha Petak Luas ha 1 0 - 127 350 28.956,84 2 127 - 253 230 20.582,23 3 253 - 380 149 13.516,70 4 380 - 506 81 7.603,01 5 506 - 633 34 2.739,63 6 633 - 759 13 1.180,75 Jumlah 857 74.579,17

5.2.2 Distribusi Spasial Pohon Diameter 20 cm – 35 cm Pohon Kecil

Pohon kecil diameter 20 cm - 35 cm merupakan potensi tegakan yang diharapkan akan menjadi sediaan tegakan pada periode daur berikutnya. Dengan tersedianya sediaan tingkat pohon kecil yang cukup, maka pengelolaan hutan lestari akan tercapai dalam pengusahaan areal IUPHHK-HA PT. Ratah Timber. Pengolahan data spasial pada pohon kecil yang dilakukan adalah kerapatan pohon Nha yang sebelumnya dikelompokkan menjadi 2 yaitu, jenis komersial dan semua jenis. Jenis komersial dipilih sesuai dengan lampiran SK. Menhut No. 163Kpts-II2003 Tentang Pengelompokan Jenis Kayu Sebagai Dasar Pengenaan Iuran Kehutanan, antara lain kelompok jenis kayu merantikelompok komersial 32 Gambar 6 Distribusi spasial kerapatan pohon diameter 10 cm - 20 cm. satu, kelompok jenis kayu rimba campurankelompok komersial dua, dan kelompok jenis kayu indah. Distribusi spasial kerapatan pohon kecil untuk jenis komersial digambarkan pada Gambar 7 dan Tabel 21, sedangkan untuk seluruh jenis digambarkan pada Gambar 8 dan Tabel 22. Gambar 7 memperlihatkan kelas kerapatan pohon kecil jenis komersial terendah 0 - 43 Nha memiliki luasan yang besar yaitu 26.488,52 ha, dibandingkan kelas kerapatan tertinggi 213 - 256 Nha yang hanya memiliki luas sebesar 821,11 ha. Tabel 21 Sebaran kelas kerapatan pohon diameter 20 cm - 35 cm pohon kecil jenis komersial Jumlah No. Kelas Kerapatan Nha Petak Luas ha 1 0 – 43 322 26.488,52 2 43 – 85 250 22.473,04 3 85 – 128 175 15.883,36 4 128 – 171 70 6.454,29 5 171 – 213 30 2.458,87 6 213 – 256 10 821,11 Jumlah 857 74.579,20 Sama seperti pohon kecil jenis komersial, hasil distribusi spasial pada pohon kecil semua jenis juga menunjukkan jumlah petak terbanyak hanya memiliki nilai kerapatan berkisar 0 - 46 pohonha yang diikuti oleh kelas kerapatan 46 - 93 ha. Selain itu pola distribusi kerapatan kelas diameter 10 cm - 20 cm tiang dan 20 cm - 35 cm pohon kecil memiliki pola yang sama yaitu kelas kerapatan tertinggi tone gelap terdapat di daerah barat areal efektif PT. Ratah Timber dan kelas kerapatan sedang terdapat di daerah tengah. Tabel 22 Sebaran kelas kerapatan pohon diameter 20 cm - 35 cm pohon kecil semua jenis Jumlah No. Kelas Kerapatan Nha Petak Luas ha 1 0 - 46 329 27.035,36 2 46 - 93 266 23.984,86 3 93 - 139 164 14.892,64 4 139 - 185 62 5.762,79 5 185 - 232 28 2.103,55 6 232 - 278 9 799,99 Jumlah 857 74.579,19 34 Gambar 7 Distribusi spasial kerapatan pohon diameter 20 - 35 cm jenis komersial. 35 Gambar 8 Distribusi spasial kerapatan pohon diameter 20 - 35 cm semua jenis.

5.2.3 Distribusi Spasial Pohon Diameter 35 cm up Pohon Besar

Interpolasi spasial pada pohon diameter 35 cm up dilakukan untuk mengetahui distribusisebaran dari kerapatan pohon, dan volumenya dari semua jenis. Sedangkan untuk jenis komersial, interpolasi spasial dilakukan pada kelas diameter ≥ 50 cm. Hal ini untuk mengetahui sebaran kerapatan dan volume kelas diameter ≥ 50 cm yang terdapat di areal Hutan Produksi Terbatas HPT sesuai sistem silvikultur TPTI Tebang Pilih Tanam Indonesia. Distribusi spasial pohon besar semua jenis untuk kerapatan pohon digambarkan pada Gambar 9 dan Tabel 23, sedangkan volume disajikan pada Gambar 10 dan Tabel 24. Tabel 23 Sebaran kelas kerapatan pohon diameter 35 cm up semua jenis Jumlah No. Kelas Kerapatan Nha Petak Luas ha 1 0 - 24 450 39.782,09 2 24 - 48 208 18.698,38 3 48 - 73 76 6.515,41 4 73 - 97 66 6.037,83 5 97 - 121 20 1.507,24 6 121 - 145 37 2.038,23 Jumlah 857 74.579,19 Gambar 9 menunjukkan kelas kerapatan tertinggi terdapat di daerah timur areal IUPHHK-HA PT. Ratah Timber dengan jumlah petak sedikit. Sedangkan petak terbanyak merupakan kelas kerapatan 0 - 24 Nha dengan luasan mencapai 39.782,09 ha Tabel 23. Hasil pengolahan spasial volume pohon besar Gambar 10 dan Tabel 24 menunjukkan volume pohon terbanyak yaitu kelas volume terendah 0 - 146,6 m 3 ha dengan luas 50.779,54 ha dan terdapat di 587 petak. Sedangkan luasan terkecil dimiliki oleh kelas potensi 733,1 - 879,7 m 3 ha yaitu 100 hektar atau hanya dijumpai di 1 petak. 37 Gambar 9 Distribusi spasial kerapatan pohon diameter 35 cm up semua jenis. 38 Gambar 10 Distribusi spasial volume pohon m³ha diameter 35 cm up semua jenis. Gambar 10 Distribusi spasial volume pohon m³ha diameter 35 cm up semua jenis. 38 Tabel 24 Sebaran kelas volume pohon diameter 35 cm up m 3 ha semua jenis Jumlah No. Kelas Volume m 3 ha Petak Luas ha 1 0 - 146,6 587 50.779,54 2 146,6 - 293,2 143 12.461,20 3 293,2 - 439,9 113 10.031,34 4 439,9 - 586,5 10 907,13 5 586,5 - 733,1 3 300 6 733,1 - 879,7 1 100 Jumlah 857 74.579,19 Gambaran distribusi volume secara spasial untuk kelas diameter ≥ 50 cm HPT sama seperti pada pohon besar. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 11 dan Tabel 25, dimana petak dengan tone paling muda mendominasi yaitu sebanyak 587 petak dari 857 petak keseluruhan. Tabel 25 Sebaran kelas volume pohon diameter ≥ 50 cm jenis komersial Jumlah No. Kelas Volume m 3 ha Petak Luas ha 1 0 - 139,8 603 52.074,10 2 139,8 - 279,6 151 13.322,35 3 279,6 - 419,4 92 8.175,61 4 419,4 - 559,2 7 607,13 5 559,2 – 699 3 299,99 6 699 - 838,8 1 100 Jumlah 857 74.579,20 PT. Ratah Timber memiliki potensi yang tidak terlalu banyak, hal ini dilihat dari segi kerapatan pohon ataupun volumenya, sehingga dalam pengelolaan hutannya memerlukan perencanaan yang baik agar kesinambungan perusahaan tetap terjaga. 40 Gambar 11 Distribusi spasial volume pohon diameter 50 cm up jenis komersial.

5.2.4 Peta Profil

Pohon Struktur vertikal tegakan digunakan untuk memberi gambaran tentang site di kawasan areal yang diinventarisasi. Struktur vertikal ini dapat digambarkan melalui pembuatan peta profil pohon dengan data yang diperlukan yaitu kordinat pusat pohon, jari-jari tajuk pohon dan kelerengan. Pada areal PT. Ratah Timber sebagian besar arealnya merupakan hutan sekunder atau hutan bekas tebanganLOA Logged Over Area dan berdasarkan hasil pengukuran di lapangan, diperoleh struktur tegakannya seperti pada Gambar 12 berikut. a. HSJ b. HSS c. HSR Gambar 12 Profil pohon pada tipe-tipe hutan sekunder Menurut kerapatan tegakannya, hutan sekunder terbagi atas hutan sekunder jarang HSJ, hutan sekunder sedang HSS, dan hutan sekunder rapat HSR. Dari Gambar 10 dapat diketahui bahwa hutan sekunder memiliki jenis yang heterogen atau bermacam-macam dan kerapatan tegakan dari ketiga jenis hutan sekunder tersebut tidak berbeda jauh. Sedangkan untuk jari-jari tajuknya, hutan sekunder rapat memiliki diameter yang bervariasi dari kecil hingga besar dibandingkan kedua jenis hutan sekunder lainnya.

5.3 Analisis Potensi Hutan