xxxv yang dalam bentuk simbol, angka, huruf, atau kalimat yang dapat mencerminkan
hasil yang sudah dicapai oleh anak dalam periode tertentu”. Dari pendapat di atas dapat dirangkum bahwa prestasi belajar matematika
siswa adalah hasil yang dicapai oleh siswa dalam pelajaran matematika dapat berupa angka atau huruf, yang dapat dipakai sebagai indikator kualitas
pengetahuan yang telah dikuasai oleh anak.
B. Kerangka Pemikiran.
Prestasi belajar siswa di sekolah ditentukan oleh banyak faktor. Dari sekian banyak faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar matematika, pada
penelitian ini dibatasi pada faktor kesiapan belajar, pola asuh orang tua, dan gaya belajar matematika.
Kesiapan belajar merupakan faktor yang mungkin sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa. Siswa yang memiliki kesiapan belajar
yang baik akan cenderung mempunyai rasa ketertarikan terhadap pelajaran matematika. Sehingga dengan rasa tertarik ini akan membangkitkan semangat
belajar untuk meningkatkan kemampuan belajarnya. Jika kemampuan belajar siswa meningkat maka akan ada kemungkinan prestasi belajarnya juga
meningkat. Pola asuh orang tua tipe otoriter, demokratis dan permisif secara tidak
langsung sangat menentukan prestasi belajar matematika. Dengan pola asuh tipe otoriter dan permisif, anak akan cenderung memiliki kesulitan belajar. Karena
dengan pola asuh tipe ini, anak cenderung akan tertekan jiwanya sehingga akan mempengaruhi kondisi psikologisnya. Apabila kondisi psikologis sudah terganggu
maka anak akan sulit berkonsentrasi dalam belajar, sehingga akan mempengaruhi prestasi belajarnya.
Gaya belajar dari tiap siswa yang berbeda-beda menyebabkan prestasi belajar mereka juga berbeda. Siswa dengan gaya belajar matematika bertipe
visual, bertipe auditorial, dan bertipe kinestetik akan sama baik prestasi belajarnya jika mereka dapat mengetahui dan memanfaatkan tipe gaya belajar mereka
seoptimal mungkin
xxxvi Guru dalam proses belajar mengajar juga perlu mengetahui gaya belajar
matematika para siswanya, sehingga guru tidak cenderung mengajar hanya dengan satu gaya belajar saja. Dengan demikian dapat mengajar sesuai dengan
kondisi para siswanya sehingga pelajaran matematika akan lebih dapat dipahami, nyaman dan menyenangkan bagi para siswanya, sehingga keberhasilan belajar
kemungkinan dapat tercapai dengan baik. Dari kerangka pemikiran di atas, maka hubungan antara variabel dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1. Paradigma Penelitian
Keterangan: A : Kesiapan Belajar
B : Pola Asuh Orang Tua C : Gaya Belajar Matematika
D : Prestasi Belajar Matematika A
B
C D
xxxvii
C. Hipotesis